Guna menghadapi kelangkaan bahan bakar minyak(BBM),
Minggu (10/7), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi. Inpres ini ditujukan kepada menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Jaksa Agung, kepala lembaga pemerintah nondepartemen, Panglima TNI, Kapolri, pimpinan kesekretariatan lembaga negara, gubernur, bupati dan wali kota.
Inpres dikeluarkan saat rapat koordinasi antara
presiden dan 32 gubernur seluruh Indonesia di kantor Presiden Jln Medan Merdeka Utara, Jakarta dan berlaku sejak tanggal dikeluarkan. Langkah yang akan diambil di beberapa instansi atau lingkungan BUMN dan BUMD adalah penghematan energi untuk pendingin ruangan (AC), penerangan, peralatan yang menggunakan listrik, serta penggunaan kendaraan dinas. Dalam inpres itu juga diimbau untuk segera menyosialisasikan kepada masyarakat termasuk perusahaan swasta yang berada di wilayah masing- masing, memonitor pelaksanaan penghematan energi dengan menyampaikan laporan setiap enam bulan kepada presiden melalui Menteri ESDM.
Langkah penghematan BBM dapat dilakukan dengan
mengganti BBM dengan sumber energi lain, misalnya penggunaan batubara dan gas.
Menurut Direktur Pembangkitan dan Energi Primer
PLN, Ali Herman Ibrahim, bahan bakar gas memang jauh lebih murah dan efisien untuk mengoperasikan pembangkit listrik milik PLN. Seandainya sumber energi BBM bisa dikonversi dengan bahan bakar gas, biaya yang dikeluarkan hanya sekitar Rp 5 triliun. Sektor lain yang banyak menggunakan BBM adalah transportasi (darat dan laut). Bila sektor ini dapat mengganti BBM dengan sumber energi lain, lebih banyak lagi penghematan yang dapat dilakukan. Sektor rumah tangga juga banyak mengonsumsi minyak tanah yang bila digantikan dengan briket batubara, dapat menghemat penggunaan BBM dan lebih ekonomis.
Indonesia sangat kaya sumber daya alam (SDA) baik
berupa mineral, batubara, minyak bumi dan gas. SDA bersifat tidak dapat diperbaharui, sehingga pemanfaatannya harus sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Indonesia memiliki cadangan batubara berlimpah
ruah. Berdasarkan data, cadangan batubara Indonesia sekitar 36,3 miliar ton. Dari jumlah itu, 85 persen (30,9 miliar ton) di antaranya berupa lignit, yaitu batubara muda dengan kandungan air sekitar 30 persen yang mudah terbakar oleh provokasi panas dan sulit dipadamkan.
Lignit tidak laku dijual mentah. Dengan kandungan
lignit yang besar sekali, maka dapat dikatakan bahwa cadangan batubara Indonesia yang laku dijual mentah sekitar 5,4 miliar ton. Permasalahan sekarang, bagaimana mendayagunakan lignit tersebut. Diperkirakan, cadangan minyak bumi Indonesia tinggal 4,8 miliar barrel (sekitar 550 miliar liter, 1 barrel = 114,41 liter). Bila diasumsikan, tidak ditemukan cadangan baru dan tingkat konsumsinya tetap maka cadangan minyak itu akan habis tujuh tahun mendatang. Bila terjadi pertumbuhan penduduk, industri dan kendaraan bermotor maka krisis energi akan lebih cepat. Untuk mengantisipasi ini, salah satunya adalah mengubah batu bara menjadi BBC.