DEMAM REMATIK
Nomor
DAN PENYAKIT
dokumen : No. Revisi Halaman
JANTUNG REMATIK
DEKOMPENSASI Nomor
KORDIS dokumen : No. Revisi Halaman
1/1
Diketahui Oleh Diketahui Oleh
Ns. HENDRA
Nama HASRIANTO, Direktur RS PRATAMA
M.Kep
KASI
Jabatan KEPERAWATA
N
Tanda
Tangan
INSTRUKSI KERJA Tanggal Terbit Unit Kerja
6. Kriteria Diagnosis 1. Berdasarkan cardiac output: high dan low cardiac failure
2. Berdasarkan onset: akut dan kronik
3. Berdasarkan sisi jantung: kiri, kanan, atau kiri dan kanan
4. Berdasarkan klasifikasi fungsional NYHA (New York Heart
Association):
- Derajat I : asimptomatik
- Derajat II : dispnu bila aktivitas sedang
- Derajat III : dispnu bila aktivitas ringan
- Derajat IV : dispnu dalam keadaan istirahat.
2
Kriteria Diagnosis Tabel 1. Sistem skoring gagal jantung pada anak menurut
(Lanjutan) Modifikasi Ross
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
2. Pengertian (Definisi) Kelainan jantung bawaan yang ditandai adanya lubang/defek pada
septum interventrikular.
3
7. Diagnosis Banding
9. Terapi 1. Medikamentosa
Bila ada gagal jantung kongestif tatalaksana sesuai gagal
jantung kongestif.
Antibiotika profilaksis untuk mencegah Infektif endokarditis,
bila akan dilakukan tindakan seperti cabut gigi atau
sirkumsisi (Amoksisillin 50 mg/kgBB/hari selama 5 hari)
2. Operasi
1) Prosedur:
- PA banding: merupakan prosedur yang bersifat paliatif
(untuk mengurangi aliran darah ke paru dan menurunkan
tekanan arteri pulmonalis). Prosedur ini jarang dilakukan
kecuali bila terdapat lesi tambahan lain sehingga
prosedur untuk menutup DSV sulit dilakukan.
- Tutup DSV dengan cara operasi: menggunakan patch
(surgical closure)
10. Edukasi 1. Definisi dan etiologi: menjelaskan penyebab dan gejala yang
timbul.
2. Pemantauan gejala: menjelaskan kapan harus ke dokter/rumah
sakit.
3. Menjelaskan perlunya menjaga personal higiene, terutama
kebersihan gigi dan mulut untuk mencegah terjadinya infective
endocarditis.
4. Menjelaskan kapan dilakukan intervensi untuk penutupan DSV
5. Terapi farmakologi: menjelaskan indikasi, dosis, dan efek obat
6. Prognosis: menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
prognosis.
11. Prognosis Tergantung ukuran, lokasi, dan ada tidaknya hipertensi pulmonal;
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
4
2. Mencegah dan mengatasu komplikasi
5
2. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan 1. EKG
Penunjang 2. Foto thorak
3. Ekokardiografi
4. Kateterisasi
6
8. Terapi Tutup DAP
1. Medikamentosa: Ibuprofen
Hanya efektif pada bayi prematur usia <1 minggu
Dosis:
Hari Dosis
I 10 mg/kgBB
II 5 mg/kgBB
III 5 mg/kgBB
12. Tingkat A
Rekomendasi
7
14. Indikator Medis 1. Perbaikan klinis dan keadaan
umum membaik
2. Gagal jantung teratasi
8
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
4. Pemeriksaan Fisik 1. Defek kecil : bunyi jantung II wide fixed split. Bising ejeksi
sistolik II-III/6 di tepi kiri sternal atas.
2. Defek besar : bunyi jantung II wide fixed split. Bising ejeksi
sistolik II-III/6 di tepi kiri sternal atas. Bising
mid diastolik murmur di tepi kiri bawah
sternal.
9
DSA besar
c. Berdasarkan tekanan pulmonal:
DSA tanpa hipertensi pulmonal
DSA dengan hipertensi pulmonal
6. Kateterisasi: hanya dilakukan bila kecurigaan hipertensi
pulmonal.
7. Diagnosis Banding
10. Edukasi 1. Definisi dan etiologi: menjelaskan penyebab dan gejala yang
timbul.
2. Pemantauan gejala: menjelaskan kapan harus ke dokter/rumah
sakit.
3. Menjelaskan perlunya menjaga personal higiene, terutama
kebersihan gigi dan mulut untuk mencegah terjadinya infective
endocarditis.
4. Menjelaskan kapan dilakukan intervensi untuk penutupan DSA
5. Terapi farmakologi: menjelaskan indikasi, dosis, dan efek obat
6. Prognosis: menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
prognosis
11. Prognosis Tergantung ukuran, lokasi, dan ada tidaknya hipertensi pulmonal;
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
11
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
2. Pengertian (Definisi) 1. Stenosis pulmonal adalah adanya obstruksi pada jalan keluar
ventrikel kanan atau arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya.
2. Stenosis yang terjadi dapat subvalvular, valvular, supravular
atau pada cabang arteri pulmonalis, yang dikenal sebagai
stenosis pulmonal perifer.
3. Stenosis pulmonal dapat merupakan kelainan tersendiri atau
bagian kelainan lain, seperti tetralogi fallot.
4. Pemeriksaan Fisik 1. Pada palpasi pasien stenosis pulmonal sedang atau berat,
teraba getaran bising pada sel iga II tepi kiri sternum.
2. Bunyi jantung I normal diikuti klik ejeksi
3. Komponen pulmonal bunyi jantung II (P2), terdengar
melemah. Makin berat obstruksi, makin lemah bunyi jantung
II, sehingga bila obstruksi sangat berat maka bunyi jantung II
terdengar tunggal, yakni hanya terdengar A2.
4. Terdapat bising sistolik, derajat III sampai VI/6, dengan
pungtum maksimum di sela iga II parasternal kiri, menjalar
sepanjang garis sternum kiri dan apeks.
7. Diagnosis Banding
10. Edukasi 1. Menjaga kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah infective
endocarditis.
2. Menjelaskan kapan waktu yang tepat untuk tindakan operatif.
3. Pemantau paska tindakan operatif
13
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
7. Diagnosis Banding
8. Pemeriksaan 1. EKG:
Penunjang - Aksis QRS “superior” dengan aksis antara -40° sampai
-150°
- RVH
- LVH
- RBBB
- AV blok derajat 1 (interval PR memanjang)
2. Foto thorak: kardiomegali dan corakan vaskular paru
meningkat.
3. Ekokardiografi: memastikan diagnosis
1) DSAV Parsial
- Katup mitral dan trikuspid terpisah
- Defek septum atrium (DSA) dengan atau tanpa
sumbing pada katup mitral anterior (merupakan
14
bentuk yang sering dijumpai).
- DSV inlet (kecil dan restriktif) dengan atau tanpa
sumbing pada katup mitral.
- Biasanya berhubungan dengan DSA sekundum
3) DSAV Komplit
- Defek antara atrium yang luas biasanya berupa DSA
primum
- Defek antar ventrikel yang luas, biasanya defeknya
lebih kecil dari DSA.
- Biasanya katup AV menghubungkan kedua atrium dan
kedua ventrikel
- Defek septum meluas ke septum membranosa
(berkurang atau tidak ada).
- Jarak apeks–aorta yang memanjang sehingga pada
angiografi akan tampak gambaran “leher angsa”
9. Terapi 1. Medikamentosa
- Terapi gagal jantung kongestif
- Infektif endokarditis profilaksis
2. Operasi
a. Paliatif
PA banding dilakukan pada bayi kecil dan tidak ada
mitral regurgitasi yang signifikan
b. Korektif
Tutup ASD dan VSD serta rekonstruksi
cleft AV valve
Waktu operasi tergantung beratnya
hemodinamik yang terjadi
Indikasi operasi:
- Gagal jantung kongestif yang tidak
respon dengan terapi medikamentosa
- Pneumonia berulang dan gagal
jantung
- L-R shunt yang besar dengan hipertensi pulmonal
atau meningkatnya resistensi vaskular paru
15
13. Tingkat Rekomendasi A
16
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
TETRALOGI OF Nomor
FALLOT dokumen : No. Revisi Halaman
2. Pengertian (Definisi) Merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang terdiri dari
DSV, stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan overriding
aorta
Langkah diagnosis
Pikirkan kemungkinan TOF jika menemukan PJB sianotik atau
pada yang relatif ringan pada PJB dengan gagal tumbuh + gejala
squatting + sianosis/sesak pada peningkatan aktivitas fisik (pada
bayi sianosis ketika menyusu atau menangis).
Perhatikan secara khusus hal-hal berikut:
1. Pemeriksaan fisik jantung
2. EKG:
- Deviasi aksis ke kanan
- RVH
3. Foto thorak:
- Ukuran jantung normal
- “Boot shaped” heart
- Corakan vaskuler paru menurun
4. Ekokardiografi:
- VSD subaortic besar
- Overriding aorta
- Stenosis pulmonal/obstruksi RVOT (Right
Ventricle Outflow Track)
- RVH
9. Terapi 1. Medikamentosa
a. Propranolol 1-2 mg/kg/hari dibagi dalam 2-3 dosis untuk
mencegah serangan sianotik (“hypoxic spells”)
b. Deteksi dan terapi anemia defisiensi besi
c. Profilaksis terhadap infective endocarditis untuk setiap
tindakan invasif (Amoksisilin 50 mg/kgBB selama 5 hari)
d. Pada serangan sianotik (hypoxic spells):
- Pasien diletakkan dalam posisi “knee-chest”: untuk
meningkatkan resistensi sistemik
- Oksigen 2-4 L/menit
- Morfin sulfate 0,1-0,2 mg/kg/subkutan
- Atasi asidosis dengan pemberian Sodium
bikarbonat 1 mEq/kg IV
- Bila dengan terapi di atas belum ada perbaikan
dapat diberikan Propranolol 0,01-0,25 mg/kg/dosis (rata-
rata 0,05 mg/kg) IV pelan-pelan
- Untuk mencegah berulangnya serangan sianotik
diberikan Propranolol oral 1-2 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis
18
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
TAKIKARDIA Nomor
SUPRAVENTRIKULER dokumen : No. Revisi Halaman
7. Diagnosis Banding
8. Pemeriksaan EKG:
Penunjang 1. Takikardi Atrial
EKG: gelombang P sewaktu serangan agak berbeda dengan
gelombang sewaktu irama sinus. PR interval tidak memanjang.
2. Takikardi nodal
EKG: gelombang P secara morfologi, interval dan polaritasnya
sama pada waktu irama sinus.
3. Takikardi Reentrant Nodus AV
EKG: tampak gelombang QRS yang sempit dengan tanpa
didahului oleh gelombang P. Gelombang P negatif pada lantaran
19
II, III, AVF, interval PR lebih panjang dari interval RP.
10. Edukasi Menjelaskan gejala klinis TSV pada bayi dan anak untuk segera
mendapat penangananan medis karana merupakan kedaruratan
medik
21
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
INFECTIVE
Nomor
ENDOCARDITIS (IE)
dokumen : No. Revisi Halaman
2. Pengertian (Definisi) Penyakit yang ditandai adanya inflamasi atau infeksi pada
endokardium.
7. Diagnosis Banding
23
disebabkan oleh Staphylococcus
Tanpa protestik
Sensitif Nafcillin/ 200 mg 4-6 jam 6-12
methcilli Oxacillin IV minggu
n dengan/tanpa
Gentamisin 3 mg 8 jam 3-5 hari
IM/IV
3. Pendekatan bedah:
a. Vegetasi
- Vegetasi persisten setelah emboli sistemik
- Meningkatnya ukuran vegetasi setelah terapi
antimikrobial 4 minggu
b. Disfungsi valvular
- Insufisiensi aorta atau insufisiensi mitral akut
- Gagal jantung yang tidak responsif dengan terapi
medik
- Perforasi dan ruptur katup
c. Ektensi perivalvular
- Ruptur katup
- Blok jantung
- Abses
24
11. Prognosis Tergantung komplikasi;
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
25
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
26
ditemukan
- Pemeriksaan bakteriologi: pengecatan langsung dan
kultur kuman.
6. Ekokardiografi: adanya cairan pada perikardium.
7. Diagnosis Banding
8. Pemeriksaan 1. EKG
Penunjang 2. Radiologis
3. Ekokardiografi
4. Laboratorium: analisis cairan perikardium
27
17. Kepustakaan 1. Park, MK 2008, Pediatric cardiology for practitioners, 5th
edition. Mosby Elsevier, Texas.
2. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi
anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
28
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
TAMPONADE Nomor
JANTUNG dokumen : No. Revisi Halaman
2. Pengertian (Definisi) Adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh akumulasi cairan
pada rongga perikardium, yang menyebabkan berkurangnya
pengisian ventrikel sehingga menyebabkan gangguan
hemodinamik. Tamponade jantung merupakan keadaan gawat
darurat medik.
29
3. Istirahat total, dengan meninggikan posisi kaki, hal ini dapat
membantu meningkatkan venous return.
30
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
DOUBLE OUTLET
Nomor
RIGHT VENTRICLE
dokumen : No. Revisi Halaman
(DORV
2. Pengertian (Definisi) Merupakan kelainan jantung bawaan sianotik dimana aorta dan
arteri pulmonalis keluar dari ventrikel kanan, masing-masing
dengan konusnya dan tidak ada kontinuitas dengan katup mitral.
3. Anamnesis 1. Sianosis.
2. Takipneu
3. Gangguan pertumbuhan
4. Gejala lain CHF
4. Pemeriksaan Fisik Manifestasi klinis DORV dipengaruhi oleh posisi VSD dan ada
atau tidak adanya stenosis pulmonal. Setiap jenis terjadi secara
terpisah.
1. VSD Subaorta tanpa Stenosis Pulmonal
Gambaran klinis jenis ini menyerupai VSD besar dengan
hipertensi pulmoner dan gagal jantung kongestif. Dapat
terjadi gangguan pertumbuhan, takipneu, dan tanda lain CHF.
Prekordium hiperaktif, S2 keras, dan murmur sistolik jenis
VSD (regurgitan). Bunyi gemuruh diastolik di apeks dapat
terdengar.
2. VSD Subpulmoner (Malformasi Taussig-Bing)
Manifestasi klinis menyerupai transposisi arteri besar. Sering
ditemukan gangguan pertumbuhan dan sianosis berat dengan
atau tanpa clubbing. S2 keras, sistolik murmur derajat 2-3/6
terdengar di atas batas kiri sternum.
3. DORV jenis Fallot dengan Stenosis Pulmonal
Manifestasi klinis menyerupai tetralogi of Fallot. Sering
terjadi gangguan pertumbuhan, sianosis, dan clubbing. S2
keras dan tunggal. Murmur sistolik ejeksi derajat 2-4/6
sepanjang tepi kiri sternum dengan atau tanpa sistolic thrill.
4. VSD Doubly Committed atau Remote
Sianosis derajat ringan dan peningkatan aliran darah
pulmoner dapat terjadi.
31
5. Kateterisasi: untuk menentukan adanya hipertensi pulmonal
7. Diagnosis Banding
9. Terapi 1. Medikamentosa
Jika terjadi gagal jantung kongestif,tatalaksana sesuai gagal
jantung kongestif sambil menunggu terapi bedah.
2. Operasi (rujuk RSCM/RSJ Harapan Kita)
Dapat dilakukan secara paliatif dan definitif
a. Operasi paliatif dilakukan hanya pada kasus
dimana operasi korektif tidak mungkin dilakukan. Bila
aliran darah paru bertambah dapat dilakukan banding a.
pulmonalis, sedangkan bila aliran darah paru sangat
berkurang, dilakukan prosedur Blalock-Taussig atau
modifikasinya.
b. Jenis operasi definitif dilakukan berdasarkan ada
tidaknya stenosis pulmonal.
15. Indikator Medis 1. Gagal jantung terkontrol dengan antifailure sebelum tindakan
operatif.
2. Komplikasi paska tindakan operatif tidak ada atau minimal.
32
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
Nomor
ATRESIA TRIKUSPID
dokumen : No. Revisi Halaman
3. Anamnesis 1. Riwayat biru sejak lahir. Biasanya disertai nafas cepat dan
makan yang kurang.
2. Adanya riwayat hypoxic spell
7. Diagnosis Banding
8. Pemeriksaan 1 EKG
Penunjang 2 Foto thorak.
33
3 Ekokardiografi.
10. Edukasi 1. Menjelaskan posisi knee chest jika terjadi hypoxic spells
2. Menjelaskan tindakan operatif pada atresia trikuspid
3. Menjelaskan komplikasi dan prognosis penyakit.
15. Indikator Medis 1. Gagal jantung terkontrol dengan antifailure sebelum tindakan
operatif.
2. Komplikasi paska tindakan operatif tidak ada atau minimal
34
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
Nomor
KAWASAKI DISEASE
dokumen : No. Revisi Halaman
b. Gejala-gejala kardiovaskuler:
1. Takikardia, irama gallop dan atau gejala-gejala gagal
jantung
2. Kardiomegali
3. Efusi perikardial
4. Murmur pada regurgitasi katup mitral
5. Perubahan pada EKG meliputi: aritmia,PR interval yang
memanjang, perubahan gelombang segmen ST-T
6. Kelainan pada arteri koronaria (terlihat pada akhir
minggu pertama).
Fase Subakut
1. Deskuamasi (pengelupasan) pada ujung
jari-jari tangan dan kaki merupakan karakteristik utama
35
2. Rash, demam dan limfadenopati
Fase Konvalesens
Terdapat garis melintang (Beau’s line) pada jari-jari tangan
dan kaki.
4. Ekokardiografi
Tujuan untuk mendeteksi adanya aneurisma arteri koronaria
dan berbagai disfungsi kardiak lainnya.
a. Aneurisma arteri koronaria terjadi sebelum hari ke 10,
selama periode itu terjadi beberapa peningkatan:
- Arteritis koronaria
- Penurunan fungsi sistolik LV
- Terjadi regurgitasi katup mitral ringan
- Efusi perikardial
b. Konfigurasi, ukuran, nomor, ada atau tidaknya
intraluminal atau mural trombus sebaiknya ditelaah lebih
lanjut.
37
association. Pediatrics, vol 114, pp. 1708-1733.
3. Sastroasmoro, S & Madiyono, B 1994, Buku ajar kardiologi
anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
38
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
Nomor
SYOK KARDIOGENIK
dokumen : No. Revisi Halaman
5. Kriteria Diagnosis Tanda syok yang tiba-tiba timbul pada penderita yang
diketahui mempunyai penyakit jantung dan telah
disingkirkan/dikoreksi segala penyebab hipotensi misalnya
hipovolemia, hipoksia dan asidosis.
7. Diagnosis Banding
40
1. RS PRATAMA KOTA SUNGAI PENUH
GANGGUAN Nomor
KONDUKSI dokumen : No. Revisi Halaman
41
2) Mobitz Tipe II : tampak kompleks QRS baru
muncul setelah gelombang P kedua
atau ketiga atau keempat.
7. Diagnosis Banding
8. Pemeriksaan 1. EKG
Penunjang 2. Ekokardiografi
9. Terapi 1. Blok AV derajat pertama dan Mobitz Tipe I: tidak ada terapi
khusus.
2. Mobitz tipe II
Pengobatan terutama ditujukan pada etiologi. Untuk
mencegah jangan sampai berlanjut menjadi blok A-V derajat
III dapat digunakan obat-obat:
a. Sulfas atropin 0,01 mg/kgBB secara im. Bila tidak
berhasil memperbaiki irama jantung dapat diulangi
sekali lagi.
b. Efedrin 0,3 mg/kgBB oral atau
Isoproterenol 0,1–0,5 mikrogram/kgBB menit secara
IVFD
3. Blok AV derajat III
a. Blok AV komplit bawaan:
pemasangan pacu jantung
b. Blok AV komplit didapat:
- Akibat tindakan bedah: yang bersifat sementara,
pemasangan pacu jantung selama operasi sampai 10-
14 hari kemudian.
- Akibat non-bedah: obati penyakit primernya,
pemasangan pacu jantung, Sulfas atropin dosis 0,01
mg/kgBB secara im, bila berhasil mempercepat
frekuensi dapat diulangi lagi untuk mempertahankan
frekuensi. Efedrin: bila sulfas atropin gagal
meningkatkan frekuensi jantung dosis 0,3 mg/kgBB
oral atau im tiap 6 jam. Isoproterenol: dosis 0,01-0,05
mg/kgBB/menit IV, diberikan per drip mikro. Setelah
keadaan gawat dilewati diberikan dosis rumat
Isoproterenol atau Efedrin.
10. Edukasi Menjelaskan kepada orang tua bahwa tidak semua gangguan
konduksi memerlukan terapi khusus, beberapa keadaan yang
hanya diobservasi saja.
42
13. Tingkat Rekomendasi A
17. Kepustakaan 1. Park MK, 2008. Pediatric cardiology for practitioners. 5th
edition. Texas: Mosby Elsevier.
2. Sastroasmoro S, Madiyono B, 1994. Buku ajar kardiologi
anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
43