Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN GADAR & MANAJEMEN BENCANA


“Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan pada Pasien Syok”
Dosen Pengampu : Suhardono, S.Kep.,Ners.,M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 1/3A


1. Ulyanabila Cahyaningrum (07)
2. Yashinta Febriyanti (08)
3. Anita Puspitasari (33)
4. Frida Indah Tri Utami (34)
5. Teguh Affandi (57)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

T.A 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang
telah diberikan, sehingga Makalah Keperawatan Gadar & Manajemen Bencana “Asuhan
Keperawatan Kegawatdaruratan pada Pasien Syok” ini dapat disusun dengan cermat dan
dapat diselesaikan pada waktunya. Tidak lupa pula, dalam kesempatan ini, kami
mengucapkan banyak terimakasih pada Bapak Suhardono, S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku dosen
pembimbing mata kuliah keperawatan gadar & manajemen bencana yang telah memberikan
kami waktu untuk menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah tersebut.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak jauh dari kesalahan serta
kekurangan, dan kami akan berusaha memperbaikinya untuk proses pembelajaran, dan
tentunya, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun, agar dapat memperbaiki
kekurangan dan dapat lebih baik dalam menyusun makalah selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat dimanfaatkan
dengan optimal untuk menunjang kemandirian mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Blora ,21 Juli 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Syok 4
B. Etiologi Syok 4
C. Klasifikasi Syok 4
D. Manifestasi Klinis 5
E. Patofisologi 6
F. Pathway 7
G. Penatalaksanaan 7
H. Komplikasi 9
I. Asuhan Keperawatan 9
BAB III PENUTUP
A. Simpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah shock,
aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat
ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien tampak
pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya
waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2 detik). Syok merupakan salah satu
penyebab utama meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas di Instalasi gawat
darurat (IGD) maupun Intensive Care Unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari
30% Jutaan penderita tersebar diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak 1.400 klien
meninggal setiap hari. Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan anak – anak setiap
tahun di seluruh dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan syok (Dhilon and Bittner,
2010).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke
jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan
vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian
ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall,
2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat
ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki
perfusi sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ
dan akhirnya kematian penderita. Mempertahankan perfusi darah yang memadai
pada organ-organ vital merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa
penderita. Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu
sindrom klinis kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai
manifestasi hemodinamik. Apabila perfusi jaringan tidak terpenuhi, sel-sel akan
kekurangan oksigen dan substrat, produksi energi secara aerobik tidak bisa
dipertahakan, akibatnya sel harus memasuki jalur metabolisme anaerob. Jalur
metabolisme anaerob akan dihasilkan 2 molekul Adenosine Triphosphate (ATP) per
molekul glukosa dan asam laktat.

Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat dipertahankan,
akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan pompa potasium sodium. Sel membengkak
dan permeabilitas membran sel meningkat. Aktivitas mitokondria menjadi turun dan

1
membran lisosom menjadi rusak, sel akan rusak dan selanjutnya terjadi kematian sel.
Kematian seluler akan meluas di seluruh tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan
yang memengaruhi fungsi organ. Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem organ
dan kematian pada pasien syok. (Barkman dan Pooler, 2009; Guyton dan Hall, 2010;
Schwarz et al., 2014).
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat sebab
penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu
resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena
kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ
tubuh menetap. Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai Asuhan
keperawatan kegawatdaruratan syok.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari syok ?
2. Apa saja etiologi atau penyebab dari syok ?
3. Bagaimana klasifikasi dari syok ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari syok ?
5. Bagaimana patofisiologi dari suyok ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari syok ?
7. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari syok ?
8. Bagaimana askep kegawatdaruratan pada pasien syok ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar Syok dan
mengaplikasikannya Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien dengan
syok.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
kegawatdaruratan syok.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien dengan
kegawatdaruratan syok.
c. Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
kegawatdaruratan syok.
d. Mahasiawa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
kegawatdaruratan syok.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan
kegawatdaruratan syok.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan
tindakan segera dan intensif untuk menyelamatkan jiwa klien (BPPPKMN, 2010).
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak
mampu mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012).
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah,
pucat, kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang tak
tampak, tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran menurun.
Tekanan darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau menurun dari 50 mmHg
dibawah tekanan darah semula.
B. Etiologi
Syok dapat disebabkan oleh kegagalan jantung dalam memompa darah
(serangan jantung atau gagal jantung), pelebaran pembuluh darah yang abnormal
(reaksi alergi, infeksi), dan kehilangan volume darah dalam jumlah besar (perdarahan
hebat). Selain itu, syok bisa disebabkan oleh :
1. Perdarahan (syok hipovolemik)
2. Dehidrasi (syok hipovolemik)
3. Serangan jantung (syok kardiogenik)
4. Gagal jantung (syok kardiogenik)
5. Trauma atau cedera berat
6. Infeksi (syok septik)
7. Reaksi alergi (syok anafilaktik)
8. Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
C. Klasifikasi
Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain: syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok septik.
1. Syok Hipovolemik (akibat penurunan volumedarah)
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan
cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi
yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi
perdarahan hebat (syok hemoragik).
2. Syok Kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.Syok
yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat, seperti pada infark

3
miokard atau obstruksi mekanik jantung; manifestasinya meliputi hipovolemia,
hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.
(Kamus Kedokteran Dorland, 2010)
3. Syok Anafilaktik (akibat reaksi alergi)
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang disertai
hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi Anafilaktoid adalah
suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks.
4. Syok Septik
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh
infeksi yang menyebar luas. Syok septik atau sepsis adalah suatu sindrom respon
inflamasi sistemik atau systemic inflammatory response syndrome (SIRS) yang
terkait dengan adanya suatu infeksi.
5. Syok Neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).
Syok neurogenik adalah kondisi di mana sirkulasi darah menjadi tidak normal
akibat cedera saraf tulang belakang. Kondisi yang juga dikenal dengan nama syok
vasogenik ini dapat membahayakan karena membuat tekanan darah dalam tubuh
tiba-tiba turun secara drastis (syok), sehingga menimbulkan kerusakan pada
berbagai jaringan tubuh. Jika dibiarkan, syok neurogenik dapat menjadi fatal. Oleh
karena itu, identifikasi awal dan penanganan yang cepat dibutuhkan untuk
mencegah cedera saraf tulang belakang lebih lanjut.
D. Manifestasi Klinis
Tanda – tanda syok secara umum :
1. Keadaan umum lemah
2. Perfusi : kulit pucat, dingin, basah
3. Takikardi
4. Vena perifer tidak tampak
5. Tekanan darah menurun, sistolik kurang dari 90 mmHg atau turun lebih dari 50
mmHg dari tekanan semula.
6. Hiperventilasi.
7. Sianosis perifer.
8. Gelisah, kesadaran menurun
9. Produksi urine menurun
E. Patofisiologi (Mekanisme Syok Secara Umum)
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih
dapat ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh),
dan ireversibel (tidak dapat pulih).
1. Tahap Kompensasi
Tahap Kompensasi adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga
fungsi normalnya. Tanda atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal
seperti kulit pucat, peningkatan denyut nadi ringan, tekanan darah normal, gelisah,

4
dan pengisian pembuluh darah yang lama. Gejala-gejala pada tahap ini sulit untuk
dikenali karena biasanya individu yang mengalami syok terlihat normal.
2. Tahap Dekompensasi
Tahap dimana tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsi-fungsinya,
yang terjadi adalah tubuh akan berupaya menjaga organ-organ vital yaitu dengan
mengurangi aliran darah ke lengan, tungkai, dan perut dan mengutamakan aliran
ke otak, jantung, dan paru. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan diantaranya
adalah rasa haus yang hebat, peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah,
kulit dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai terganggu.
3. Tahap Irreversibel
Tahap dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat
diperbaiki. Tahap ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin,
maka aliran darah akan mengalir sangat lambat sehingga menyebabkan penurunan
tekanan darah dan denyut jantung. Mekanisme pertahanan tubuh akan
mengutamakan aliran darah ke otak dan jantung sehingga aliran ke organ-organ
seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang menjadi penyebab rusaknya hati
maupun ginjal. Walaupun dengan pengobatan yang baik sekalipun, kerusakan
organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki.

F. Pathway

G. Penatalaksanaan

5
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan
suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus
segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
1. Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan
mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :
a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
c. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.
d. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
e. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa
sungkup (Ambu bag) atau ETT.

2. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan
darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian Cairan :
a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual,
muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan mendapat trauma pada
perut serta kepala (otak) karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam
paru.
b. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama
dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume
intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti
plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
c. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan
berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
d. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan
yang berlebihan.
e. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan
berlebihan yang akan membebani jantung.
f. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat
pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk (Multiple Organ
Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP,

6
"Swan Ganz" kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan
inetropik untuk mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa
menambah konsumsi oksigen miocard.
1) Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
2) Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard.
3) Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
4) Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
5) Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas
jantung, menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.
3. Letakkan pasien dalan “posisi syok” yaitu mengangkat kedua tungkai lebih
tinggi dari jantung
4. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber perdarahan
yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas sumber
perdarahan (Mansjoer, 2000)
H. Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan yang
berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler
karena hipoksia.
DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang
luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
I. Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan pada Pasien Syok
1. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
a. Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk
mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila
perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
b. Breathing
Frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi,
wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
c. Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang
cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal
biasanya dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka,
seperti di kepala, leher dan ekstremitas. Perdarahan internal dalam rongga
toraks dan abdomen pada fase pra RS biasanya tidak banyak yang dapat
dilakukan. PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan

7
ekstermitas inferior, tetapi alat ini tidak boleh mengganggu pemasangan
infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat membantu mengurangi
perdarahan pada tulang panjang.
d. Disability – Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan
tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi pupil, fungsi motorik
dan sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak
2) Pengkajian Sekunder
a. Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga
riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang yang
mengetahui kejadiannya
b. Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan
mual, kejang-kejang.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Riwayat trauma (banyak perdarahan)
2) Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
3) Riwayat infeksi (suhu tinggi)
4) Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan obat)
d. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti
klien sebelumnya.
f. Pemeriksaan Fisik
a) Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat
sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia), Warna
pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik dan
syok hemoragi terminal)dan Basah pada fase lanjut syok (sering kering
pada syok septik).
b) Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih
tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal
atau meninggi pada awal syok septik)
1. Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
2. Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase
kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik, respirasi
meningkat jika kondisi menjelek)
3. Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran
dan orientasi menurun, sopor sampai koma.
4. Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)

8
5. Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan
(pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak
diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea
6. Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok hipovolemik,
meninggi pada syok kardiogenik
7. Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2 menurun
(penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2 karena adanya
aliran pintas di paru)
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar
ureum, kreatinin, glukosa darah.
2) Analisa gas darah
3) EKG
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien syok antara lain (Santosa,
2005):
1. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume,
preload dan afterload, kontraktilitas jantung.
2. Perfusi jaringan tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2,
gangguan aliran arteri dan vena
3. Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume cairan
secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Penurunan curah jantung NOC : NIC :


b/d gangguan irama - Cardiac Pump effectiveness - Evaluasi adanya nyeri
- Circulation Status
jantung, stroke volume, dada
- Vital Sign Status
- Catat adanya disritmia
preload dan afterload, - Tissue perfusion: perifer
jantung
kontraktilitas jantung. Setelah dilakukan asuhan selama
- Catat adanya tanda dan
DO/DS: ...... penurunan kardiak output
gejala penurunan
1. Aritmia, takikardia, klien teratasi dengan kriteria hasil :
cardiac putput
bradikardia - Tanda Vital dalam rentang - Monitor status
2. Palpitasi, oedem
normal (Tekanan darah, pernafasan
3. Kelelahan
9
4. Peningkatan/penur Nadi,respirasi) - Monitor balance cairan
- Dapat mentoleransi - Monitor respon pasien
unan JVP
5. Distensi vena aktivitas, tidak ada terhadap efek
jugularis kelelahan pengobatan
6. Kulit dingin dan - Tidak ada edema paru, antiaritmia
- Atur periode latihan
lembab perifer, dan tidak ada asites
7. Penurunan denyut - Tidak ada penurunan dan istirahat untuk
nadi perifer kesadaran menghindari
8. Oliguria, kaplari - AGD dalam batas normal Kelelahan
- Tidak ada distensi vena - Monitor adanya
refill lambat
9. Nafas pendek/ leher dyspneu, fatigue,
- Warna kulit normal
sesak nafas tekipneu dan ortopneu
10. Perubahan warna - Monitor TD, nadi, suhu,
kulit dan RR
11. Batuk, bunyi - Monitor VS saat pasien
jantung S3/S4 berbaring, duduk, atau
12. Kecemasan
berdiri
- Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
- Monitor jumlah, bunyi
dan irama jantung
- Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
- Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis
- Monitor adanya
tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik
Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
- Cardiac pump Effectiveness - Monitor nyeri dada
efektif b/d gangguan
Circulation status
(durasi, intensitas dan
afinitas Hb oksigen, - Tissue Prefusion : cardiac,
periferal faktor-faktor presipitasi)
penurunan konsentrasi Hb,
- Vital Sign Status - Observasi perubahan
Hipervolemia, Setelah dilakukan asuhan
ECG
Hipoventilasi, gangguan selama…ketidakefektifan perfusi - Auskultasi suara
transport O2, gangguan jaringan kardiopulmonal teratasi jantung dan paru
10
aliran arteri dan vena dengan kriteria hasil: - Monitor irama dan
- Tekanan systole dan diastole
DS: jumlah denyut jantung
dalam rentang yang - Monitor angka PT, PTT
- Nyeri dada
- Sesak nafas diharapkan dan AT
- CVP dalam batas normal - Monitor elektrolit
DO
- Nadi perifer kuat dan
(potassium dan
- AGD abnormal
simetris
- Aritmia magnesium)
- Tidak ada oedem perifer
- Bronko spasme - Monitor status cairan
- Kapilare refill > 3 dan asites - Evaluasi oedem perifer
- Denyut jantung, AGD
dtk dan denyut nadi
- Fraksi dalam batas normal
- Retraksi dada - Monitor peningkatan
- Bunyi jantung abnormal
- Penggunaan otot-
kelelahan dan
tidak ada
otot tambahan
- Nyeri dada tidak ada kecemasan
- Kelelahan yang ekstrim - Jelaskan pembatasan
tidak ada intake kafein, sodium,
kolesterol dan lemak
- Kelola pemberian obat-
obat: analgesik, anti
koagulan, nitrogliserin,
vasodilator dan diuretik.
- Tingkatkan istirahat
(batasi pengunjung)
Defisit volume cairan NOC: NIC :
- Pertahankan catatan
berhubungan dengan: - Fluid balance
- Hydration intake dan output yang
kehilangan volume cairan
- Nutritional Status : Food
akurat
secara aktif, kegagalan
and Fluid Intake - Monitor status hidrasi
mekanisme pengaturan - nadi adekuat, tekanan
Setelah dilakukan tindakan
DS :
darah ortostatik ), jika
- Pasien mengatakan keperawatan selama…. defisit
diperlukan
haus volume cairan teratasi dengan Monitor hasil lab yang
DO:
kriteria hasil : sesuai dengan retensi
- Penurunan turgor
- Mempertahankan urine cairan
kulit/lidah
- (BUN , Hmt ,
- Membran output sesuai dengan usia
osmolalitas urin,
mukosa/kulit dan BB
urine normal, albumin, total protein )
kering
- Tekanan darah, nadi, suhu - Monitor vital sign setiap
- Peningkatan
tubuh dalam batas normal 15menit – 1 jam
denyut nadi,
- Tidak ada tanda tanda - Kolaborasi pemberian
11
penurunan dehidrasi, cairan IV
tekanan darah, - Elastisitas turgor kulit baik, - Monitor status nutrisi
membran mukosa lembab, - Berikan cairan oral
penurunan
- Berikan penggantian
- volume/tekanan tidak ada rasa haus yang
nasogatrik sesuai output
nadi berlebihan
- Pengisian vena - Orientasi terhadap waktu (50 –
100cc/jam)
menurun dan tempat baik
- Persiapan untuk tranfusi
- Perubahan status - Jumlah dan irama
- Pasang kateter jika
mental pernapasan dalam batas
perlu
- Konsentrasi urine
normal - Monitor intake dan urin
meningkat - Elektrolit, Hb, Hmt dalam
output setiap 8 jam
- Temperatur tubuh
batas normal
meningkat - pH urin dalam batas normal
- Kehilangan berat - Intake oral dan intravena
badan secara adekuat
tibatiba
- Penurunan urine
output
- HMT meningkat
- Kelemahan

4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik. Implementasi
dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan tindakan sesuai intervensi yang telah
dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini diperlukan kerja sama antara perawat sebagai
pelaksana asuhan keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan
keperawatan yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga
dapat menjadi mandiri.
5. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhunya penuruna cardiak output teratasi
b. Tercapainya perfusi jaringan kardiopulmonal
c. Tercapainya volume cairan secara adekuat

12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal
gejala-gejala syok mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas
dan efisiensi kerja kita pada menit-menit pertama pasien mengalami syok. Diagnosis
syok (shock) secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya
nadi radialis/ karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin,
basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time >
2 detik. Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke
jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan vaskuler
sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel
dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010;
Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat
ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki
perfusi sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ
dan akhirnya kematian penderita.
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat sebab
penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu
resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena
kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ
tubuh menetap.
B. Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang akan menjadi
seorang perawat mampu mengenali tanda dan gejala syok ketika menemukan klien
yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera, dan mahasiswa
mampu mengaplikasikan teri kegawat daruratan syok sehingga mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah syok.

DAFTAR PUSTAKA

13
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.Kusuma,
Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Zmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C. 1997. Diagnosis and
Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of
Critical

14

Anda mungkin juga menyukai