Sebagai umat Islam, tentu saja kita wajib mengetahui tentang kisah Nabi Muhammad
Saw.
Kisah kehidupan beliau bukan hanya untuk dibaca atau didengarkan saja, tetapi dapat dijadikan
contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kisah hidup Rasulullah Saw. memang penuh dengan hikmah. Meskipun beliau seorang nabi dan
rasul pilihan Allah, hidupnya tidak lantas selalu bahagia dan mudah.
Beliau juga tetap menerima cobaan dan tantangan dalam berdakwah menyebarkan agama Islam.
Berikut cerita lengkap Nabi Muhammad Saw sejak lahir hingga wafat.
Garis Keturunan
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy
bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas
bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau
dengan Nabi Ismail as.
Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminahbinti Wahab bin
Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan
ibu bertemu pada kakek beliau, Kilab.
Tahun Gajah
Pada tahun ini datang pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah dari negeri Habasyah
untuk merobohkan Ka’bah.
Maksud jahat mereka ini berhasil digagalkan dengan pertolongan Allah SWT yang mengirimkan
burung-burung Ababil, yang menjatuhkan batu-batu yang mengandung wabah penyakit dan
menimpakannya atas pasukan Abrahah.
Perisitiwa ini terjadi pada pertengahan abad ke 6 Masehi.
Penghentian Boikot
Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib selama 3 tahun tidak
menerima makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan dedaunan.
Kemudian orang-orang Quraisy menghentikan pemboikotan, sedang lembaran kulit yang berisi
pengumuman biokot itu telah dimakan rayap.
Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung itu, perisitiwa itu terjadi pada
10 tahun kenabian.
Hijrah ke Thaif
Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam di
sana selama satu bulan, melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun dakwah beliau di
sana tidak mendapat respon dari mereka, bahkan justru menolaknya dengan suatu penolakan dan
tindakan yang buruk.
Mereka melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai kepala beliau dan
menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau kembali lagi ke
Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah
keras dari kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah
ke Madinah dan selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah
dengan berjalan kaki cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.
Nabi Muhammad Saw di Gua Tsur
Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,
احبِ ِه ََل تَحْ زَ ْن إِ َّن اللَّـهَ َمعَنَا
ِ صَ إِذْ يَقُو ُل ِل
Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita’.” (At-Taubah, 40)
Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar meletakan
kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu Bakar melihat suatu
lubang di dinding gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya untuk menutupi lubang tersebut,
khawatir di dalam lubang itu ada sesuatu yang menyakiti Nabi.
Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di dalam lubang
itu, tetapi Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu, tidak menggerakkan
kakinya, dan ketika rasa sakitnya memuncak, air mata Abu Bakar berjatuhan mengenai pipi
Rasulullah SAW.
Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia menjawab
bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap dengan tangan beliau di
tempat yang sakit itu, dan seketika rasa sakit itu hilang dengan pertolongan Allah SWT.
Disyariatkannya Berperang
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang untuk
memeluk agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk menebas leher-leher
orang.
Tugas yang diemban beliau adalah semata-mata untuk berdakwah mengajak orang untuk
beriman, sekaligus menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Islam.
Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang islam, disebabkan
hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk berperang mempertahankan diri
atas tindakan mereka.
Perang Ghathafan
Perang Ghathafan terjadi pada tahun 3 hijriah. Peperangan ini sebenarnya tidak begitu
penting, akan tetapi dalam perang ini terjadi suatu peristiwa besar. Pada waktu itu keluar 450
orang dari Bani Tsa’labah dan Muharib di bawah pimpinan Du’tsur bin Harits Al Muharibi yang
ingin menyerbu Madinah. Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dengan pasukannya dan larilah
musuh ke gunung-gunung.
Tatkala Nabi Muhammad Saw sedang berisirahat dan menjemur bajunya yang basah sambil
duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Du’tsur secara diam-diam hendak membunuh Beliau
seraya berkata:
“Siapakah yang akan melindungimu, hai Muhammad?”
Beliau menjawab: “Allah Ta’ala.”
Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh dari tangannya, lalu Nabi Muhammad
Saw mengambilnya seraya berkata: “Siapakah yang dapat melindungimu dariku?”
Du’tsur menajawab: “Tidak ada.”
Maka Nabi Muhammad Saw memaafkannya dan ia pun masuk Islam serta mengajak kaumnya
memeluk agama Islam.
Perang Uhud
Pada tahun 3 hijriah terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan Quraisy yang
terdiri dari pasukan berkuda dan perbekalan perang yang cukup banyak, berangkat menuju kota
Madinah untuk melaksanakan balas dendam atas terbunuhnya para bangsawan mereka di
peperangan Badar.
Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum muslimin karena pada perang
ini telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah SAW. Jumlah pasukan Islam yang terbunuh
secara syahid sebanyak 70 lebih personil diantaranya 6 orang dari kaum Muhajirin dan
selebihnya dari kaum Anshar. Sementara dari pihak kaum Musyrikin yang tewas ada sebanyak
23 orang.
Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin Affan menikah dengan Ummi
Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya Ruqoyah, saudara Ummi Kulsum. Oleh
karena itulah Usman bin Affan dijuluki Dzun Nurain(yang mempunyai dua cahaya). Pada tahun
ini juga Rasulullah SAW menikahi Hafsah binti Umar bin Khattab r.a.
Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena bahayanya yang
demikian besar terhadap akal, harta benda dan fisik manusia. Allah SWT berfirman,
َان فَاجْ تَ ِنبُوهُ لَ َع َّل ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون
ِ طَ ش ْي
َّ س ِِّم ْن َع َم ِل ال َ َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْيس ُِر َو ْاْلَن
ٌ ْصابُ َو ْاْل َ ْز ََل ُم ِرج
Yang artinya,
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka
jauhilah pebuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah, 90)
Bai’atur Ridwan
Setelah Teks Perjanjian Damai Hudaibiyah selesai ditulis, Nabi Muhammad Saw
menunjuk Usman bin Affan untuk mengirimkan Teks Perjanjian dimaksud ke pihak kaum
Musyrikin dengan ditemani oleh beberapa orang sahabat.
Sesampainya Usman ke sana, mereka menangkapnya. Berita penangkapan Usman ini sampai ke
kalangan kaum Muslimin. Bahkan telah tersebar desas desus bahwa Usman dan kawan-kawan
telah dibunuh oleh pihak kaum Musyirikin.
Maka Nabi Muhammad Saw setelah mendenga rumor bahwa Usman telah dibunuh, Beliau
seketika memerintahkan seluruh kaum Muslimin untuk berkumpul, untuk melakukan bai’at di
bawah suatu pohon, bahwa mereka siap mati untuk menyelamatkan Usman.
Setelah berita bai’at ini didengar oleh kalangan kaum Musyrikin, mereka merasa takut dan
gentar. Akhirnya mereka membebaskan Usman dan kawan-kawannya. Allah Swt berfirman:
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu, sesungguhnya mereka berjanji setia
kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.” (Al-Fath,10).
Dan Allah swt berfirman pula:
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan
yang dekat (waktunya).” (Al-Fath, 18).
Pengiriman Surat Kepada Raja-raja
Nabi Muhammad Saw pada tahun 6 hijriah ini berkirim surat kepada beberapa orang
Raja, mengajak mereka untuk memeluk Islam. Surat-surat itu diberi stempel dengan sebuah
cincin yang terbuat dari perak yang tertulis padanya kata-kata: Muhammad Rasulullah.
Sebagian mereka ada yang menyambut ajakan ini dan masuk Islam, dari sebagian lagi ada yang
tetap dalam kekafirannya. Dan diantara mereka yang beriman, adalah Najasyi Raja Habasyah,
Mundzir bin Sawa Raja Bahrain dan Jaifar dan ‘Abd dan dua orang Raja ‘Amman.
Perang Khaibar
Pada tahun 7 hijriah terjadi Perang Khaibar. Pihak yang menyerang pada kali ini
adalah mereka yang pernah menyerang sebelumnya ke kota Madinah pada perang Khandak.
Maka Rasulullah Saw dengan 1600 prajuritnya menyongsong mereka serta kemudian
mengepungnya selama enam hari. Dan pada malam ketujuh, Rasulullah Saw menyerahkan
bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib (semoga Allah memuliakannya) untuk memimpin
perang.
Pada saat itu, Ali mengeluh sedang menderita sakit mata, maka ketika Rasulullah Saw
mengetahui itu, kedua mata Ali diusap oleh tangan beliau sambal berdoa untuk kesembuhan
kedua matanya. Maka dengan atas izin Allah Swt, kedua mata Ali seketika sembuh.
Pada perang Khaibar ini, Allah Swt memberikan kemenangan kepada pihak kaum Muslimin
dibawah komando Ali, dengan membawa rampasan perang yang cukup besar.
Perang Mu’tah
Pada tahun 8 hijriah terjadi Perang Mu’tah yang terkenal itu. Ketika itu Nabi
Muhammad Saw mempersiapkan prajuritnya sebanyak 3000 orang dan menugaskan Zaid bin
Haritsah untuk menjadi pimpinannya. Sementara pihak Romawi telah mengerahkan pasukannya
sebanyak 150000 prajurit.
Kedua pasukan bertemu di Mu’tah dan terjadilah pertempuran diantara keduanya. Kalau tidak
karena tipu daya Khalid bin Walid serta strateginya yang jitu, kaum Muslimin di awal-awal
pertempuran hampir mengalami kekalahan, tetapi berkat strategi Khalid tersebut akhirnya
pasukan kaum Muslimin mendapatkan kemenangan.
Ekspedisi Tabuk
Pada tahun 9 hijriah terjadi Perang Tabuk yang dinamakan Perang ‘Usrah yakni
perang di masa susah dan sulit, karena peperangan ini terjadi ketika kaum muslimin sedang
mengalami kesulitan hidup, karena paceklik dan udara pun sangat panas.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan sejumlah pasukan dari Mekkah dan Madinah
serta dari beberapa kabilah Arab, setelah mendengar berita bahwa orang-orang kafir
mengerahkan pasukannya di daerah Syam untuk melakukan penyerangan terhadap kaum
muslimin di negeri mereka, yakni Madinah.
Maka datanglah Abu Bakar memberikan sumbangan dengan seluruh harta kekayaannya,
Umar bin Khattab dengan separuh kekayaannya, Usman bin Affan dengan sepuluh ribu dinar,
sementara para ibu-ibu muslimat menyumbangkan perhiasan-perhiasan mereka sekedar
kemampuan mereka.
Kemudian Nabi Muhammad Saw beserta prajurit tentaranya yang berjumlah 30000 personil
berangkat menuju Tabuk. Namun sesampai di sana Beliau beserta prajuritnya sama sekali tak
melihat pasukan musuh sebagaimana yang Beliau dengar itu. Maka akhirnya Rasulullah Saw
memutuskan untuk kembali ke Madinah, setelah berdiam di Tabuk selama dua puluh malam dan
dalam perjalanan pulang kembali itu, sempat membangun beberapa masjid.
Beberapa Peristiwa di Tahun 9 Hijriah
Pada tahun 9 hijriah telah datang kepada Nabi Muhammad Saw, utusan dari Tsaqif dan
mereka semuanya memeluk Islam dan melakukan dakwah terhadap kaumnya yakni penduduk
Thaif, maka mereka merespon ajakan tersebut dengan memeluk Islam.
Di tahun ini telah wafat Ummu Kultsum putri Rasulullah Saw, isteri Usman bin Affan Ra. Juga
telah wafat Abdullah bin Abi Salul, pemimpin orang-orang munafik, dimana dengan
meninggalnya ini kaum Muslimin merasa lega karena bebas dari kejahatan-kejahatannya.
Haji Wada’
Nabi Muhammad Saw beserta seluruh sahabatnya pada tahun 10 hijriah berangkat
menunaikan ibadah haji tepatnya pada hari Sabtu tanggal 25 Dzulqo’dah menuju kota Mekkah.
Sesudah sampai di kota Mekkah, maka pada tanggal 8 Dzulqo’dah Beliau berangkat menuju
Mina dan bermalam di sana.
Dan pada tanggal 9 Dzulhijjah Beliau menuju Arafah dan di sana Beliau berkhutbah yang
dikenal dengan nama Khutbatul Wada’, dimana Beliau dalam khutbah itu menjelaskan tentang
hal-hal terpenting dari pokok-pokok dan cabang-cabang Agama Islam.
Dan pada hari itu turun wahyu Allah Swt yang berbunyi:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu
ni’mat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”(Al-Maidah, 3).
Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Nabi Muhammad Saw pulang ke Madinah dengan
selamat.
Dan dengan berakhirnya tahun kesepuluh dari hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekkah ke
Madinah, maka telah sempurna misi Beliau di Madinah selama sepuluh tahun kurang dua bulan
dan sebelas hari.