Anda di halaman 1dari 22

Kisah Perjalanan Hidup Nabi Muhammad dari

Lahir Hingga Wafat

Sebagai umat Islam, tentu saja kita wajib mengetahui tentang kisah Nabi Muhammad
Saw.

Kisah kehidupan beliau bukan hanya untuk dibaca atau didengarkan saja, tetapi dapat dijadikan
contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kisah hidup Rasulullah Saw. memang penuh dengan hikmah. Meskipun beliau seorang nabi dan
rasul pilihan Allah, hidupnya tidak lantas selalu bahagia dan mudah.

Beliau juga tetap menerima cobaan dan tantangan dalam berdakwah menyebarkan agama Islam.

Berikut cerita lengkap Nabi Muhammad Saw sejak lahir hingga wafat.

Garis Keturunan
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy
bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas
bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau
dengan Nabi Ismail as.

Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminahbinti Wahab bin
Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan
ibu bertemu pada kakek beliau, Kilab.
Tahun Gajah
Pada tahun ini datang pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah dari negeri Habasyah
untuk merobohkan Ka’bah.
Maksud jahat mereka ini berhasil digagalkan dengan pertolongan Allah SWT yang mengirimkan
burung-burung Ababil, yang menjatuhkan batu-batu yang mengandung wabah penyakit dan
menimpakannya atas pasukan Abrahah.
Perisitiwa ini terjadi pada pertengahan abad ke 6 Masehi.

Kelahiran Nabi Muhammad Saw


Menurut pendapat yang paling kuat, Rasulullah Saw dilahirkan pada hari Senin, malam
12 Rabiul Awwal di Makkah bertepatan dengan awal Tahun Gajah.
Jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan kelahiran Nabi Isa As adalah 571 tahun,
antara Nabi Isa as hingga wafatnya Nabi Musa As adalah 1716 tahun, antara Nabi Musa As dan
Nabi Ibrahim As adalah 545 tahun, antara Nabi Ibrahim As dan air bah yang terjadi pada masa
Nabi Nuh As adalah 1080 tahun, antara air bah Nabi Nuh As dan Nabi Adam As adalah 2242
tahun.
Sehingga jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Nabi Adam As adalah 6155 tahun,
berdasarkan riwayat yang masyhur dari para ahli sejarah.
Nabi Muhammad Saw dibesarkan di Makkah sebagai anak yatim, karena ayahnya Abdullah
wafat di Madinah dua bulan sebelum Beliau lahir.
Pada waktu itu ayahnya sedang berdagang di Syam dan singgah di Madinah dalam keadaan
sakit, hingga wafat di rumah pamannya dari bani Najjar.
Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan sahaya perempuan.

Masa Persusuan Nabi Muhammad Saw


Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai kebiasaan untuk menitipkan
penyusuan anak-anak mereka kepada perempuan lain di dusun dengan harapan agar anak
tersebut di kemudian hari mempunyai tubuh yang kuat dan omongan yang fasih.
Berdasarkan kebiasaan inilah kakeknya Abdul Muthalib menyerahkan cucunya Muhammad Saw
kepada Halimah binti Dzuaib As-Sa’diyah salah seorang perempuan dari Bani Sa’ad untuk
menyusui Beliau.
Pada saat itu, Bani Sa’ad sedang dilanda paceklik, kemarau panjang melanda daerah tempat
tinggal mereka.
Tapi ketika Muhammad kecil tiba di kediaman halimah dan menetap di sana untuk disusui,
lambat laun tanah di sekitar kediaman Halimah kembali subur.
Ketika Rasulullah Saw tinggal di kediaman Halimah sering terjadi hal-hal luar biasa pada diri
Nabi Muhammad Saw termasuk peristiwa “pembelahan dada”.
Setelah disapih, Nabi Muhammad pun dikembalikan kepada ibundanya Aminah. Saat itu,
Rasulullah Saw baru berusia lima tahun.

Wafatnya Ibu Nabi Muhammad Saw


Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya pergi ke
Madinah untuk menemui paman-pamannya di sana.
Namun ketika baru sampai ke desa Abwa, yakni suatu desa yang terletak antara kota
Mekkah dan Madinah, Ibunya, Aminah meninggal dunia.
Maka beliau Saw diasuh oleh Ummu Aiman dibawah tanggungan kakek beliau Abdul
Muthalib, dan ini berlangsung selama dua tahun.

Wafatnya Kakek Nabi Muhammad Saw


Pada tahun kedelapan dari umur beliau, Abdul Muthalib kakek beliau meninggal
dunia, maka beliau selanjutnya diasuh oleh paman beliau Abu Thalib.
Abu Thalib ini adalah seorang yang dermawan namun kehidupannya fakir yang tak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Perjalanan Pertama Nabi Muhammad Saw ke Syam


Tatkala Nabi Muhammad Saw mencapai usia 12 tahun, Beliau dibawa berniaga oleh
pamannya, Abu Thalib ke negeri Syam, dan ini merupakan perjalanan beliau yang pertama.
Para kafilah dagang ini berkumpul di dekat kota Basrah dan di sana bertemu dengan seorang
pendeta Yahudi bernama Buhaira dan ada pula yang mengatakan pendeta Nasrani.
Pendeta ini memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi Muhammad Saw dan berkata
kepada Abu Thalib: “Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan kedudukan yang tinggi,
maka jagalah dia baik-baik.”
Kemudian pulanglah Abu Thalib bersama Nabi Muhammad Saw ke Mekkah.

Berperan Dalam Perang Fijar


Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di
suatu tempat antara Nahlah dan Thaif.
Peperangan ini sebenarnya akan dimenangkan oleh kelompok dimana beliau SAW berada di
dalamnya, namun akhirnya terjadi suatu perdamaian diantara dua kelompok yang berperang itu.

Perjalanan Kedua Nabi Muhammad Saw ke Syam


Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, Beliau pun pergi ke Syam untuk
kedua kalinya dengan membawa barang dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang
wanita ternama dan kaya yang dipercayakan kepada Beliau.
Dalam perjalanan itu Nabi Muhammad Saw disertai seorang sahaya Khadijah yang bernama
Maisaroh.
Dalam perjalanan itu beliau bertemu dengan rahib bernama Nasthur, dan ia pun memahami
adanya keistimewaan-keistemewaan pada diri Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang pernah
dilihat oleh Buhaira.

Nabi Muhammad Saw Menikah Dengan Siti Khadijah


Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang ini, Beliau menikah dengan Khadijah binti
Khuwailid, yaitu dua bulan sesudah kedatangannya.
Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah ke rumah Khadijah untuk memulai lembaran baru dari
kehidupannya, umur Khadijah pada waktu itu 40 tahun.
Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim, Abdullah dan Thayyib, yang semuanya
meninggal di waktu kecil, serta 4 orang puteri yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan
Fatimah.
Keempat puteri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka menikah dengan Abil
Aash ibnu Rabi’ bin Abdus Syam.
Ruqayyah menikah dengan Utbah bin abi Lahab, sedang Ummu Kultsum menikah dengan
Utaibah bin Abi Lahab.
Ruqayyah dan Ummu Kultsum kemudian menikah lagi dengan Usman bin Affan. Adapun yang
termuda yaitu Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.

Partisipasi Nabi Muhammad Saw Dalam Perbaikan Ka’bah


Ka’bah adalah bangunan pertama yang didirikan atas nama Allah Swt untuk beribadah
dan menauhidkan-Nya.
Bangunan ini didirikan oleh Abul Anbiya, Nabi Ibrahim As setelah berhasil menghancurkan
berhala-berhala yang disembah kaumnya sekaligus kuil tempat pemujaannya.
Setelah masa Nabi Ibrahim As, ka’bah beberapa kali dilanda bencana yang melemahkan dinding
dan fondasinya.
Banjir besar menggoyahkan bangunan Ka’bah beberapa tahun sebelum nubuwwah.
Nabi Muhammad Saw ikut aktif dalam perbaikan Ka’bah. Beliau ikut memanggul batu di atas
pundaknya dengan beralaskan sehelai kain. Menurut pendapat yang sahih, peristiwa itu terjadi
ketika Nabi Muhammad Saw menginjak usia 35 tahun.
Nabi Muhammad Saw juga memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah pelik yang
menyebabkan semua kabilah bertengkar sengit.
Tak kunjung ada keputusan siapa yang paling berhak untuk mendapatkan kehormatan
mengembalikan Hajar Aswad di tempat semula.
Nabi Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan sangat brilian.
Beliau memutuskan untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya dan masing-masing
kabilah memilih memilih seorang wakil yang memegang ujung sorban dan mengangkatnya
bersama-sama, hingga tiba di tempatnya lalu Nabi Muhammad Saw mengambil Hajar Aswad
dan menaruhnya di tempatnya, maka bereslah persoalannya.

Pengangkatan Muhammad Saw Sebagai Nabi dan Rasul


Pada tahun keempat puluh, Allah Swt memuliakan beliau SAW dengan ditetapkannya
sebagai Nabi dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril kepadanya, dimana sebelumnya beliau
menyendiri beruzlah dan beribadah dengan memilih tempat di Gua Hira disebelah atas Jabal
Nur.
Dan pertama kali yang beliau rasakan dan diperlihatkan kepada beliau adalah adanya mimpi
yang benar.

Turunnya Wahyu Pertama


Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira, turunlah wahyu pertama
dibawa oleh Jibril yang merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah firman Allah yang berbunyi :
‫سانَ ِم ْن َعلَق – ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْل َ ْك َر ُم – الَّذِي َع َّل َم ِب ْالقَلَ ِم‬ ِ ْ َ‫ا ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِبِّكَ الَّذِي َخلَقَ – َخلَق‬
َ ‫اْلن‬
Yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-
‘Alaq, 1-4)
Adalah Waraqah bin Nauval anak paman Khadijah binti Khuwailid, seorang yang masyhur di
Makkah karena keluasan ilmunya dalam hal ihwal agama-agama samawi.
Tatkala Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, Khadijah pergi
menemuinya dan memberitahukan kepadanya tentang peristiwa tersebut. Waraqah berkata:
“Demi Tuhan yang nyawa Waraqah berada ditangan-Nya, jika engakau percaya hai Khadijah,
telah datang malaikat agung yang pernah datang kepada Musa dan sesungguhnya ia (Nabi
Muhammad Saw) adalah nabi dari umat ini.”

Dakwah Secara Rahasia


Dan diantara orang yang pertama kali beriman dari kalangan laki-laki adalah Abu
Bakar bin Kuhafah, dan dari kalangan wanita adalah istri beliau, Khadijah dan dari kalangan
anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib, dimana Ali belum pernah melakukan sujud sama sekali
terhadap suatu patung, sehingga dengan demikian kepada beliau diberi tambahan (sesudah
menyebut namanya) dengan sebutan Karramallahu Wajhah (Allah telah memuliakan
pribadinya).
Perintah Dakwah Secara Terang-terangan
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah
secara terang-terangan, dengan firmanNya,
َ‫ض َع ِن ْال ُم ْش ِركِين‬
ْ ‫ع ِب َما تُؤْ َم ُر َوأَع ِْر‬ ْ ‫فَا‬
ْ َ ‫صد‬
Yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 94)
Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan baik, maka beliau melakukan
dakwah kepada manusia untuk mengesakan Allah dan meninggalkan perbuatan syirik dan
kekufuran. Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang kafir.
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin
Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin
Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin
Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi Ismail
as.
Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminahbinti Wahab bin
Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan
ibu bertemu pada kakek beliau, Kilab.

Nabi Muhammad Saw Disakiti Oleh Kaumnya


Nabi Muhammad Saw pernah disakiti oleh kaumnya secara keji, antara lain beliau
dilempari dengan batu atau dengan kotoran di pintu rumahnya. Namun beliau senantiasa
bersikap sabar dan sabar, sehingga akhirnya yang hak mengalahkan yang batil, karena
sebenarnya yang batil itu akan kalah dan hancur.

Hijrah Pertama ke Negeri Habasyah


Pada tahun ini, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk
berhijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia), setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy selalu
melakukan tindakan-tindakan yang menyakitkan kepada mereka, padahal tidak ada kaum
kerabat yang akan menolong dan menghalang-halangi tindakan kaum Quraisy tersebut.
Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan ini adalah hijrah
pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah adalah 80 orang sahabat. Mereka
kembali lagi ke Mekkah dari Habasyah setelah berdiam di sana selama tiga bulan

Hijrah Kedua ke Negeri Habasyah


Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu Thalib dan Bani Hasyim
serta Bani Muthalib, baik yang muslim maupun yang masih kafir, memasuki Syi’ib. Maka pada
kesempatan ini kalangan Quraisy memboikot dengan memutus jalur suplai makanan dan
kegiatan berniaga di pasar kepada mereka, kecuali apabila mereka menyerahkan Nabi
Muhammad Saw kepada kalangan Quraisy untuk dibunuh.
Kaum Quraisy menulis isi boikot di lembaran kulit yang digantungkan di Kabah. Maka Nabi
Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Habasyah,
yakni hijrah untuk kedua kalinya.

Penghentian Boikot
Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib selama 3 tahun tidak
menerima makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan dedaunan.
Kemudian orang-orang Quraisy menghentikan pemboikotan, sedang lembaran kulit yang berisi
pengumuman biokot itu telah dimakan rayap.
Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung itu, perisitiwa itu terjadi pada
10 tahun kenabian.

Tahun Kesedihan (‘Amul Huzni)


Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi Muhammad Saw wafat dan dua bulan
kemudian wafat pula paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, pada usia delapan puluh tujuh
tahun.
Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Nabi Muhammad Saw dari kalangan Quraisy
semakin bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang telah mereka usahakan
dan capai dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah mereka peroleh ketika Abu Thalib
masih hidup.

Hijrah ke Thaif
Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam di
sana selama satu bulan, melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun dakwah beliau di
sana tidak mendapat respon dari mereka, bahkan justru menolaknya dengan suatu penolakan dan
tindakan yang buruk.
Mereka melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai kepala beliau dan
menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau kembali lagi ke
Mekkah.

Isra dan Mi’raj


Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan
Rasulullah Saw di waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di
Baitul Maqdis di Palestina, dan beliau pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah. Al-
Qur’an telah menjelaskan peristiwa ini dengan firman Allah Swt :
‫ار ْكنَا َح ْولَهُ ِلنُ ِريَهُ ِم ْن آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ ه َُو الس َِّمي ُع‬ َ ‫س ْب َحانَ الَّذِي أَس َْر ٰى بِعَ ْب ِد ِه لَي اًْل ِ ِّمنَ ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام إِلَى ْال َمس ِْج ِد ْاْل َ ْق‬
َ َ‫صى الَّذِي ب‬ ُ
‫ير‬ُ ‫ص‬ِ َ‫ْالب‬
Yang artinya :
”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-Isra, 1)
Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga ke alam tinggi dan di sana
diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.

Tersebarnya Islam di Madinah


Dan Rasulullah SAW melakukan kegiatan keluar ke kabilah-kabilah Arab untuk
melakukan dakwah memperkenalkan ajaran islam kepada mereka. Sebagian mereka ada yang
beriman dan sebagian ada yang tetap kafir.
Diantara mereka yang beriman, ada enam orang dari penduduk Madinah, yang antara lain karena
telah tersebarnya Islam di sana.
Pada tahun 12 kenabian, dua belas orang laki-laki dari Madinah menemui Rasulullah SAW.
Diantaranya sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku Khazraj dan kemudian
mereka semua beriman. Dan dari yang dua belas orang ini, lima orang diantaranya adalah dari
kelompok mereka yang enam orang yang telah beriman sebelumnya.
Mereka keseluruhan melakukan baiat dihadapan Nabi untuk tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu apapun, tidak melakukan pencurian dan tidak akan melakukan perbuatan zina, kemudian
mereka kembali ke Madinah. Mereka di sana dengan pertolongan Allah mendakwahkan Islam
kepada penduduk Madinah.
Pada tahun 13 kenabian, datang kepada Rasulullah SAW tujuh puluh orang laki-laki dan dua
perempuan dari penduduk Arab Madinah, dan mereka masuk Islam semuanya serta melakukan
baiat dihadapan Nabi sebagai baiat yang kedua.
Kemudian mereka pulang kembali ke Madinah, dan dengan perantaraan mereka maka
tersebarlah Islam diantara penduduk Madinah secara luas.

Hijrah ke Madinah
Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah
keras dari kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah
ke Madinah dan selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah
dengan berjalan kaki cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.
Nabi Muhammad Saw di Gua Tsur
Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,
‫احبِ ِه ََل تَحْ زَ ْن إِ َّن اللَّـهَ َمعَنَا‬
ِ ‫ص‬َ ‫إِذْ يَقُو ُل ِل‬
Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita’.” (At-Taubah, 40)
Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar meletakan
kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu Bakar melihat suatu
lubang di dinding gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya untuk menutupi lubang tersebut,
khawatir di dalam lubang itu ada sesuatu yang menyakiti Nabi.
Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di dalam lubang
itu, tetapi Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu, tidak menggerakkan
kakinya, dan ketika rasa sakitnya memuncak, air mata Abu Bakar berjatuhan mengenai pipi
Rasulullah SAW.
Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia menjawab
bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap dengan tangan beliau di
tempat yang sakit itu, dan seketika rasa sakit itu hilang dengan pertolongan Allah SWT.

Masjid Pertama Quba


Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar berdiam di Gua Tsur, seorang petunjuk jalan
datang menemui beliau berdua dengan membawa dua ekor unta tunggangan. Maka kemudian
mereka bertiga pergi berjalan menuju kota Madinah.
Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin tanggal dua belas Rabi’ul Awwal. Itulah tanggal
hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, yang kelak dijadikan awal penanggalan Islam yang
dimulai dari bulan Muharram, yaitu awal Tahun Hijriyah yang disandarkan kepada hijrah beliau
ke Madinah.
Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masjid yang oleh Allah SWT diberikan
sifat sebagai masjid yang dibangun atas dasar taqwa (kepada Allah) dari semenjak pertama hari
dibangunnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang cinta untuk bersuci, dan Rasulullah SAW
melakukan shalat di dalam masjid ini bersama-sama empat puluh orang sahabatnya.

Keluar Menuju Kota Madinah


Setelah melakukan shalat Jum’at pertama yang Rasulullah SAW lakukan di desa Bani
Salim bin ‘Auf, beliau kemudian menaiki untanya menuju kota Madinah.
Di sana para kaum Anshar menyambut beliau dengan suka cita penuh kegembiraan, setaya
mengelilingi beliau, sementara para wanita dan anak-anak keluar dari rumah mereka ingin
menemui beliau seraya mendendangkan nasyid :
Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i
Wajabasy syukru’alaina, ma da’a lillahi da’i
Ayyuhal mab’utsu fina, ji ta bil amri mutha’i
Yang artinya,
“Di atas kita telah muncul bulan purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada. Kita wajib bersyukur
kepadaNya, Seorang Da’I menyeru kita ke jalanNya. Wahai orang yang diutus kepada kami,
Kau datang membawa perintah yang harus ditaati.”

Tahun Pertama Hijriah


Di kota Madinah Nabi Muhammad SAW, mendirikan masjidnya yang mulia. Beliau
secara pribadi ikut serta membangun masjid tersebut, sebagai bentuk dorongan kepada kaum
muslimin untuk cinta bekerja dan beramal.
Di tahun ini telah pula disyari’atkan adzan, sebagai suatu cara dan saran untuk memanggil kaum
muslimin untuk berkumpul, di kala telah masuk waktu shalat.

Disyariatkannya Berperang
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang untuk
memeluk agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk menebas leher-leher
orang.
Tugas yang diemban beliau adalah semata-mata untuk berdakwah mengajak orang untuk
beriman, sekaligus menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Islam.
Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang islam, disebabkan
hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk berperang mempertahankan diri
atas tindakan mereka.

Tahun Kedua Hijriah


Di tahun ini terjadi perang Waddan, yaitu suatu desa yang terletak diantara kota
Mekkah dan kota Madinah, juga perang Buwath, yaitu suatu pegunungan dari pegunungan
Juhainah, dan perang Al-‘Asyirah yaitu suatu tempat antara Yanbu’ dan Dzil Marwah, yang
kesemua itu semata-mata untuk menghambat perjalanan kaum Quraisy, bukan untuk
membinasakannya.

Perubahan Arah Kiblat dan Puasa Ramadhan


Pada tahun kedua hijrah ini, arah kiblat dirubah, yang semula menghadap ke arah
Baitul Maqdis di Palestina, kini ke arah Ka’bah yang ada di Mekkah.
Juga pada tahun ini, diwajibkannya puasa Ramadhan, dimana Rasulullah SAW sebelumnya
berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulannya.

Kewajiban Zakat Mal (Harta)


Pada tahun kedua hijriah ini, juga ditetapkannya kewajiban untuk mengeluarkan zakat
bagi orang-orang kaya dari umat Islam, yang diberikan kepada orang-orang fakir dan miskin dan
golongan-golongan lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an,
‫س ِبي ِل اللَّـ ِه َواب ِْن‬ ِ ‫ب َو ْالغ‬
َ ‫َار ِمينَ َوفِي‬ ِّ ِ ‫املِينَ َعلَ ْي َها َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ْم َوفِي‬
ِ ‫الرقَا‬ ِ ‫ين َو ْال َع‬ َ ‫اء َو ْال َم‬
ِ ‫سا ِك‬ ِ ‫صدَقَاتُ ِل ْلفُقَ َر‬
َّ ‫ِإنَّ َما ال‬
‫ضةا ِِّمنَ اللَّـ ِه ۚ َواللَّـهُ َع ِلي ٌم َح ِكي ٌم‬
َ ‫س ِبي ِل ۚ فَ ِري‬
َّ ‫ال‬
Yang artinya,
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (At-Taubah, 60)

Perang Badar Kubra


Pada tahun kedua hijriah juga terjadi Perang Badar Kubra, yaitu ketika Nabi
Muhammad Saw keluar kota Madinah dengan membawa pasukan sebanyak 313 personil. Ketika
kaum kafir Quraisy mengetahui hal tersebut, maka mereka mengumpulkan pasukannya yang
berjumlah 1000 personil.
Dan kedua pasukan ini, bertemu di Badar, maka terjadilah pertempuran antara keduanya, dan
Allah SWT dalam pertempuran ini menolong pasukan Islam dengan mendatangkan para
malaikat yang ikut bertempur bersama mereka.
Dalam jarak waktu yang tidak lebih dari satu jam, pasukan Quraisy dapat dikalahkan, mereka
lari dengan meinggalkan korban mati dari pihak mereka sebanyak 70 orang dan tertawan
sebanyak 70 orang juga. Firman Allah SWT,
َ‫ص َر ُك ُم اللَّـهُ ِببَدْر َوأَنت ُ ْم أَ ِذلَّةٌ ۚفَاتَّقُوا اللَّـهَ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرون‬
َ َ‫َولَقَدْ ن‬
Yang artinya :
”Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika
itu) orang-orang yang lemah.” (Ali Imran, 123)

Tebusan Tawanan Dengan Mengajar


Tawanan-tawanan Quraisy pada waktu itu terbagi menjadi 2 bagian. Satu bagian
terdiri dari orang-orang kaya dan satu bagian terdiri dari orang-orang miskin.
Adapun orang-orang kaya, mereka itu ditebus oleh keluarga mereka dengan harta sedangkan
orang-orang miskin tebusannya ialah tiap-tiap orang harus mengajar membaca dan menulis
kepada sepuluh orang anak di Madinah.

Sholat ‘Id Pertama


Pada tahun kedua hijriah pula disyari’atkannya Shalat Hari Raya, yang hikmahnya
tak diragukan lagi banyaknya, bagi orang yang berakal. Seorang Imam memimpin dan
melaksanakan Shalat Hari Raya ini sebanyak dua raka’at bersama-sama kaum muslimin.
Kemudian menyampaikan khutbah sesudahnya, memberikan pengajaran dan nasehat kepada
mereka. Selanjutnya kaum muslimin bersalaman satu sama lain penuh keakraban dan
persaudaraan paripurna.

Ali Menikah Dengan Fatimah


Pada tahun kedua hijrah ini, Ali menikah dengan Fatimah, semoga Allah SWT
meridhoi keduanya. Saat itu Ali berusia 21 tahun, sementara Fatimah berusia 15 tahun. Juga di
tahun itu Rasulullah SAW menikahi Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq, semoga Allah meridhoi
keduanya dan menjadikan surga tempat tinggalnya.

Perang Ghathafan
Perang Ghathafan terjadi pada tahun 3 hijriah. Peperangan ini sebenarnya tidak begitu
penting, akan tetapi dalam perang ini terjadi suatu peristiwa besar. Pada waktu itu keluar 450
orang dari Bani Tsa’labah dan Muharib di bawah pimpinan Du’tsur bin Harits Al Muharibi yang
ingin menyerbu Madinah. Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dengan pasukannya dan larilah
musuh ke gunung-gunung.
Tatkala Nabi Muhammad Saw sedang berisirahat dan menjemur bajunya yang basah sambil
duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Du’tsur secara diam-diam hendak membunuh Beliau
seraya berkata:
“Siapakah yang akan melindungimu, hai Muhammad?”
Beliau menjawab: “Allah Ta’ala.”
Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh dari tangannya, lalu Nabi Muhammad
Saw mengambilnya seraya berkata: “Siapakah yang dapat melindungimu dariku?”
Du’tsur menajawab: “Tidak ada.”
Maka Nabi Muhammad Saw memaafkannya dan ia pun masuk Islam serta mengajak kaumnya
memeluk agama Islam.

Perang Uhud
Pada tahun 3 hijriah terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan Quraisy yang
terdiri dari pasukan berkuda dan perbekalan perang yang cukup banyak, berangkat menuju kota
Madinah untuk melaksanakan balas dendam atas terbunuhnya para bangsawan mereka di
peperangan Badar.
Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum muslimin karena pada perang
ini telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah SAW. Jumlah pasukan Islam yang terbunuh
secara syahid sebanyak 70 lebih personil diantaranya 6 orang dari kaum Muhajirin dan
selebihnya dari kaum Anshar. Sementara dari pihak kaum Musyrikin yang tewas ada sebanyak
23 orang.
Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin Affan menikah dengan Ummi
Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya Ruqoyah, saudara Ummi Kulsum. Oleh
karena itulah Usman bin Affan dijuluki Dzun Nurain(yang mempunyai dua cahaya). Pada tahun
ini juga Rasulullah SAW menikahi Hafsah binti Umar bin Khattab r.a.
Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena bahayanya yang
demikian besar terhadap akal, harta benda dan fisik manusia. Allah SWT berfirman,
َ‫ان فَاجْ تَ ِنبُوهُ لَ َع َّل ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫س ِِّم ْن َع َم ِل ال‬ َ ‫َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْيس ُِر َو ْاْلَن‬
ٌ ْ‫صابُ َو ْاْل َ ْز ََل ُم ِرج‬
Yang artinya,
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka
jauhilah pebuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah, 90)

Tahun Keempat Hijriah


Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi
meninggalkan kota Madinah. Sebelumnya diantara mereka dengan Rasulullah SAW telah
diadakan suatu perjanjian, dimana diantara kedua belah pihak harus saling memelihara dan
menjaga keamanan masing-masing dan tidak saling mengkhianati terhadap perjanjian itu.
Namun pihak Yahudi berkhianat terhadap Rasul dan berusaha membunuh beliau, karena
terbujuk oleh rayuan syaithan.
Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh Rasulullah SAW dari
Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau, dan mereka tetap tidak mau pergi.
Maka kaum muslimin mengepung mereka dan melakukan pemboikotan terhadap mereka serta
memaksa mereka untuk pergi meninggalkan Madinah, dan akhirnya mereka pergi.
Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena takut dan diturunkannya wahyu
tentang tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk
mempelajari tulisan orang Yahudi agar Zaid bias menuliskan untuk Nabi surat kepada orang
Yahudi, dan membacakan kepada beliau surat-surat yang datang dari mereka. Pada tahun ini
pula, Husein bin Ali r.a dilahirkan.

Perang Khandaq atau Ahzab (Persekutuan Musuh)


Pada tahun 5 hijriah terjadi perang Khandaq, dimana orang Musyrik dan orang-orang
Yahudi bergabung untuk memerangi kaum Muslimin. Jumlah mereka sebanyak 10.000 orang
yang dipimpin oleh Abu Sufyan, dan mereka mengepung kota Madinah serta mengadakan
penekanan-penekanan ketat kepada kaum Muslimin, dan mempersempit ruang gerak mereka.
Rasulullah SAW beserta segenap kaum Muslimin, tidak keluar sama sekali dari kota Madinah,
tetapi atas saran Salman Al-Farisi beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit,
sebagai bentuk strategi untuk menghindari serbuan mereka.
Selama dalam pengepungan terhadap kaum Muslimin itu, Nabi berdoa kepada Allah SWT untuk
kehancuran musuh, beliau mengucapkan doa, yang artinya,
”Ya Allah Tuhan yang menurunkan Kitab, Tuhan yang cepat perhitunganNya, hancurkanlah
kaum sekutu (musyrik dan yahudi). Ya Allah hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya, dan
porak-porandakan mereka.”
Doa Nabi Muhammad Saw didengan Allah SWT, Tuhan mengirim angin putting beliung yang
memporak-porandakan pasukan sekutu, dan mereka lari pontang panting meninggalkan kota
Madinah pada malam itu juga.

Perintah Memakai Hijab


Pada tahun 5 hijriah juga diberlakukannya ketentuan memakai hijab terhadap para
istri Nabi SAW dengan diturunkannya ayat hijab. Allah SWT berfirman,
ْ َ ‫اء ِح َجاب ۚ ٰذَ ِل ُك ْم أ‬
‫ط َه ُر ِلقُلُو ِب ُك ْم َوقُلُو ِب ِه َّن‬ ِ ‫سأ َ ْلت ُ ُموه َُّن َمت َاعاا فَا ْسأَلُوه َُّن ِمن َو َر‬
َ ‫َو ِإذَا‬
Yang artinya,
”Dan apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari
belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab, 53)
Dan Nabi SAW telah bersabda yang artinya, “Seseorang laki-laki tidak dibenarkan duduk-duduk
berdua dengan seseorang perempuan di tempat yang sunyi kecuali bersama muhrimnya.”

Diwajibkannya Ibadah Haji


Pada tahun kelima hijriah ini, ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang mampu
mengadakan perjalanan ke Mekkah. Allah SWT berfirman,
‫س ِب ا‬
‫يًل‬ َ ‫ع ِإلَ ْي ِه‬ ِ ‫اس ِح ُّج ْالبَ ْي‬
َ َ‫ت َم ِن ا ْست‬
َ ‫طا‬ ِ َّ‫َو ِللَّـ ِه َعلَى الن‬
Yang artinya,
”…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imran, 97)
Hikmah diwajibkannya ibadah haji cukup banyak, diantaranya yang terpenting dan paling esensi
adalah berkumpulnya kaum Muslimin yang sedang melaksanakan ibadah haji ini. Dengan
perbedaan kulit, etnis dan bahasa, dan Negara, berkumpul di satu tempat dalam rangka
memperbaharui janji ikatan ukhuwah islamiyyah dan tekad kesetian untuk menegakkan kalimah
Allah di muka bumi.

Perjanjian Damai Hudaibiyah


Pada tahun 6 hijriah telah terjadi Shulhul Hudaibiyah (perjanjian damai hudaibiyah).
Rasulullah SAW bersama-sama kaum Muslimin sebanyak 1400 orang pergi meninggalkan kota
Madinah menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah Umroh.
Mereka tidak membawa senjata, hanya perlengkapan untuk bepergian sebagai musafir.
Ketika sampai di Hudaibiyah, rombongan Rasulullah SAW dicegat oleh orang-orang kafir
Quraisy dan mereka dihalang-halangi untuk melanjutkan perjalanan ke Baitullah Haram.
Setelah diadakan perundingan diantara kedua belah pihak, dicapai kesepakatan damai meliputi
lima hal, yaitu :
Disepakati adanya gencatan senjata (penghentian perang) antara kedua belah pihak selama
sepuluh tahun.
Saling memelihara keamanan masing-masing antara kedua belah pihak.
Kaum Muslimin agar kembali pulang ke Madinah, tidak meneruskan perjalanan untuk Umrah
pada tahun ini.
Rasulullah SAW harus mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin Quraisy bila ada dari mereka
yang datang ke Madinah, meskipun telah masuk Islam.
Tidak ada kewajiban bagi kaum Musyrikin Quraisy untuk mengembalikan kepada Rasulullah
SAW orang yang datang ke pihak mereka dari Madinah.
Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Muhammad, boleh masuk ke kelompoknya. Dan
barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Quraisy, juga dipersilahkan masuk ke
kelompoknya.

Bai’atur Ridwan
Setelah Teks Perjanjian Damai Hudaibiyah selesai ditulis, Nabi Muhammad Saw
menunjuk Usman bin Affan untuk mengirimkan Teks Perjanjian dimaksud ke pihak kaum
Musyrikin dengan ditemani oleh beberapa orang sahabat.
Sesampainya Usman ke sana, mereka menangkapnya. Berita penangkapan Usman ini sampai ke
kalangan kaum Muslimin. Bahkan telah tersebar desas desus bahwa Usman dan kawan-kawan
telah dibunuh oleh pihak kaum Musyirikin.
Maka Nabi Muhammad Saw setelah mendenga rumor bahwa Usman telah dibunuh, Beliau
seketika memerintahkan seluruh kaum Muslimin untuk berkumpul, untuk melakukan bai’at di
bawah suatu pohon, bahwa mereka siap mati untuk menyelamatkan Usman.
Setelah berita bai’at ini didengar oleh kalangan kaum Musyrikin, mereka merasa takut dan
gentar. Akhirnya mereka membebaskan Usman dan kawan-kawannya. Allah Swt berfirman:
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu, sesungguhnya mereka berjanji setia
kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.” (Al-Fath,10).
Dan Allah swt berfirman pula:
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan
yang dekat (waktunya).” (Al-Fath, 18).
Pengiriman Surat Kepada Raja-raja
Nabi Muhammad Saw pada tahun 6 hijriah ini berkirim surat kepada beberapa orang
Raja, mengajak mereka untuk memeluk Islam. Surat-surat itu diberi stempel dengan sebuah
cincin yang terbuat dari perak yang tertulis padanya kata-kata: Muhammad Rasulullah.
Sebagian mereka ada yang menyambut ajakan ini dan masuk Islam, dari sebagian lagi ada yang
tetap dalam kekafirannya. Dan diantara mereka yang beriman, adalah Najasyi Raja Habasyah,
Mundzir bin Sawa Raja Bahrain dan Jaifar dan ‘Abd dan dua orang Raja ‘Amman.

Perang Khaibar
Pada tahun 7 hijriah terjadi Perang Khaibar. Pihak yang menyerang pada kali ini
adalah mereka yang pernah menyerang sebelumnya ke kota Madinah pada perang Khandak.
Maka Rasulullah Saw dengan 1600 prajuritnya menyongsong mereka serta kemudian
mengepungnya selama enam hari. Dan pada malam ketujuh, Rasulullah Saw menyerahkan
bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib (semoga Allah memuliakannya) untuk memimpin
perang.
Pada saat itu, Ali mengeluh sedang menderita sakit mata, maka ketika Rasulullah Saw
mengetahui itu, kedua mata Ali diusap oleh tangan beliau sambal berdoa untuk kesembuhan
kedua matanya. Maka dengan atas izin Allah Swt, kedua mata Ali seketika sembuh.
Pada perang Khaibar ini, Allah Swt memberikan kemenangan kepada pihak kaum Muslimin
dibawah komando Ali, dengan membawa rampasan perang yang cukup besar.

‘Umatul-Qadha (‘Umrah Pengganti)


Pada tahun 7 hijriah juga dilakukan Umatul-Qadha. Nabi Muhammad Saw
memerintahkan kepada para sahabatnya di bulan Dzulqa’dah untuk mengerjakan umrah sebagai
pengganti umrah yang belum sempat dilaksanakan karena mereka dihalang-halangi oleh kaum
Musyrikin pada hari dilakukannya Perjanjian Damai di Hudaibiyah.
Mereka berangkat menuju kota Mekkah untuk melaksanakan umrah dengan jumlah yang cukup
besar. Ketika mengetahui hal ini, kaum Musyrikin keluar dari kota Mekkah, menyingkir ke
puncak-puncak gunung, menghindar untuk melihat orang-orang mukmin melakukan tawaf di
Baitil Haram. Setelah selesai melaksanakan umrah, kaum muslimin kembali ke Madinah, setelah
mereka berdiam di Mekkah selama tiga hari.

Perang Mu’tah
Pada tahun 8 hijriah terjadi Perang Mu’tah yang terkenal itu. Ketika itu Nabi
Muhammad Saw mempersiapkan prajuritnya sebanyak 3000 orang dan menugaskan Zaid bin
Haritsah untuk menjadi pimpinannya. Sementara pihak Romawi telah mengerahkan pasukannya
sebanyak 150000 prajurit.
Kedua pasukan bertemu di Mu’tah dan terjadilah pertempuran diantara keduanya. Kalau tidak
karena tipu daya Khalid bin Walid serta strateginya yang jitu, kaum Muslimin di awal-awal
pertempuran hampir mengalami kekalahan, tetapi berkat strategi Khalid tersebut akhirnya
pasukan kaum Muslimin mendapatkan kemenangan.

Fathu Mekkah (Penaklukan Kota Mekkah)


Kaum Musyrikin Quraisy ternyata merobek-robek Perjanjian Damai yang pernah
disepakati di Hudaibiyah dan mengkhianati butir-butir yang tercantum di dalamnya.
Menghadapi kenyataan ini maka Nabi Muhammad Saw mempersiapkan dan mengerahkan
prajurit Muslimin untuk diberangkatkan ke Mekkah.
Nabi Muhammad Saw beserta sebagian prajurit berangkat melalui jalan sebelah bawah,
sementara Khalid bin Walid mengepalai sebagian prajuritnya berangkat melalui jalan sebelah
atas. Ketika Rasulullah Saw sampai di kota Mekkah, Beliau mendapati bahwa di sekeliling
Ka’bah terdapat tiga ratus enam puluh patung yang tergantung padanya, maka dengan kayu di
tangan, Beliau hancurkan patung-patung itu seraya mengatakan:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Yang benar telah dating dan yang bathil telah lenyap.” (Al-Isra’, 81)
Firman-Nya lagi:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan
memulai.” (Saba, 49).
Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan pidato sambal berdiri di tengah-tengah
Masjidil Haram: Sesungguhnya Allah Swt telah memuliakan Mekkah pada hari diciptakannya
langit dan bumi, dan ia berkedudukan mulia dengan kemuliaan Allah Swt sampai hari kiamat.
Maka tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir untuk
melakukan pertumpahan darah atau menebang atau mencabut sesuatu pohon di kota Mekkah.
Bila ada seseorang yang menganggap ringan untuk memerangi Rasulullah Saw di kota Mekkah,
maka katakanlah oleh kamu: Bahwasanya Allah Swt telah memberikan ijin kepada Rasul-Nya
dan tidak memberikan ijin kepadamu, dan bahwasanya telah dihalalkan dan dibolehkan bagiku
pada saat diwaktu siang dan kini kemuliaan kota Mekkah pada hari ini telah kembali,
sebagaimana kemuliaannya di hari kemarin. Maka hendaknya yang hadir diantara kalian pada
saat ini, untuk menyampaikan berita ini kepada yang tidak hadir.

Peristiwa Perang Hunain


Allah Swt berfirman:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah Swt telah menolong kami (hai para mukminin) di medan peperangan yang
banyak dan (ingatlah) peperangan Hunain, yang diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang
dengan bercerai-berai.” (At-taubah, 25).
Nabi Muhammad Saw saat itu keluar dari kota Madinah dengan 10000 orang prajurit. Kaum
Mukminin melihat jumlah yang demikian besar itu merasa congkak.
Kemudian ketika pasukan Muslim bertemu dengan pasukan musuh, yang saat itu mereka
tersembunyi dari penglihatan pasukan Muslim dengan batu-batu besar. Betapa terkejutnya
pasukan Muslim ketika melihat kenyataan ini, dan mereka dapat dikalahkan oleh pasukan
musuh, dan lari bercerai-berai.
Tidak ada yang bertahan bersama Rasulullah Saw kecuali sekolompok sahabat yang tetap
bertahan bersama beliau, diantaranya Abu bakar, Umar, Ali, abbas dan Abu sufyan bin Haris
anak paman Rasulullah Saw.

Nabi Muhammad Saw Kembali ke Madinah


Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya kembali ke Madinah setelah sebelumnya
berdiam di Ji’ranah selama tiga belas malam.
Dari Ji’ranah ini beliau berihram untuk melaksanakan umrah, kemudian memasuki kota Mekkah
di waktu malam hari, maka beliau bertawaf dan bersa’i memberi isyarat dengan tangan beliau ke
arah Hajar Aswad. Rasulullah Saw telah meninggalkan kota Madinah selama dua bulan enam
belas hari.

Ekspedisi Tabuk
Pada tahun 9 hijriah terjadi Perang Tabuk yang dinamakan Perang ‘Usrah yakni
perang di masa susah dan sulit, karena peperangan ini terjadi ketika kaum muslimin sedang
mengalami kesulitan hidup, karena paceklik dan udara pun sangat panas.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan sejumlah pasukan dari Mekkah dan Madinah
serta dari beberapa kabilah Arab, setelah mendengar berita bahwa orang-orang kafir
mengerahkan pasukannya di daerah Syam untuk melakukan penyerangan terhadap kaum
muslimin di negeri mereka, yakni Madinah.
Maka datanglah Abu Bakar memberikan sumbangan dengan seluruh harta kekayaannya,
Umar bin Khattab dengan separuh kekayaannya, Usman bin Affan dengan sepuluh ribu dinar,
sementara para ibu-ibu muslimat menyumbangkan perhiasan-perhiasan mereka sekedar
kemampuan mereka.
Kemudian Nabi Muhammad Saw beserta prajurit tentaranya yang berjumlah 30000 personil
berangkat menuju Tabuk. Namun sesampai di sana Beliau beserta prajuritnya sama sekali tak
melihat pasukan musuh sebagaimana yang Beliau dengar itu. Maka akhirnya Rasulullah Saw
memutuskan untuk kembali ke Madinah, setelah berdiam di Tabuk selama dua puluh malam dan
dalam perjalanan pulang kembali itu, sempat membangun beberapa masjid.
Beberapa Peristiwa di Tahun 9 Hijriah
Pada tahun 9 hijriah telah datang kepada Nabi Muhammad Saw, utusan dari Tsaqif dan
mereka semuanya memeluk Islam dan melakukan dakwah terhadap kaumnya yakni penduduk
Thaif, maka mereka merespon ajakan tersebut dengan memeluk Islam.
Di tahun ini telah wafat Ummu Kultsum putri Rasulullah Saw, isteri Usman bin Affan Ra. Juga
telah wafat Abdullah bin Abi Salul, pemimpin orang-orang munafik, dimana dengan
meninggalnya ini kaum Muslimin merasa lega karena bebas dari kejahatan-kejahatannya.

Abu Bakar Melaksanakan Haji


Pada bulan Dzulqa’dah tahun 9 hijriah, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada
Abu Bakar melaksanakan ibadah haji dengan kaum Muslimin, sekaligus diperintahkan untuk
mengumumkan kepada mereka pada hari Nahar, bahwa setelah tahun ini, orang musyrik tidak
dibolehkan melaksanakan ibadah haji, dan orang telanjang tidak dibenarkan untuk melakukan
thawaf keliling Baitullahil-Haram. Untuk peristiwa ini, Allah Swt menurunkan wahyu-Nya:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka
janganlah mereka mendekati Masjidil-Haram sesudah tahun ini.” (At-Taubah, 28).

Tahun Kesepuluh Hijrah


Pada tahun 10 hijriah Nabi Muhammad Saw mengutus Ali bin Abi Thalib ke Bani
Madzij dari penduduk Yaman. Maka beliau berangkat ke sana dan sesampainya di sana beliau
menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam.
Mereka menolak ajakan Ali ini dan melempari kaum Muslimin dengan bongkahan batu-batu,
maka oleh kaum Muslimin tindakan mereka itu dibalesnya dan akhirnya mereka kalah dan minta
damai, dan oleh Ali permintaan mereka ini dipenuhi.
Dan Ali menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, maka mereka mengikuti
ajakan Ali dan masuk Islam semuanya.
Dan pada tahun ini juga Rasulullah Saw mengutus Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa Al-Asy’ari
untuk mengajarkan ajaran-ajaran syariat islam. Mu’adz diutus ke penduduk Kurah al-‘Ulya dari
arah ‘Adn, sementara Abu Musa diutus ke Kurah as-Sufla.

Haji Wada’
Nabi Muhammad Saw beserta seluruh sahabatnya pada tahun 10 hijriah berangkat
menunaikan ibadah haji tepatnya pada hari Sabtu tanggal 25 Dzulqo’dah menuju kota Mekkah.
Sesudah sampai di kota Mekkah, maka pada tanggal 8 Dzulqo’dah Beliau berangkat menuju
Mina dan bermalam di sana.
Dan pada tanggal 9 Dzulhijjah Beliau menuju Arafah dan di sana Beliau berkhutbah yang
dikenal dengan nama Khutbatul Wada’, dimana Beliau dalam khutbah itu menjelaskan tentang
hal-hal terpenting dari pokok-pokok dan cabang-cabang Agama Islam.
Dan pada hari itu turun wahyu Allah Swt yang berbunyi:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu
ni’mat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”(Al-Maidah, 3).
Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Nabi Muhammad Saw pulang ke Madinah dengan
selamat.
Dan dengan berakhirnya tahun kesepuluh dari hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekkah ke
Madinah, maka telah sempurna misi Beliau di Madinah selama sepuluh tahun kurang dua bulan
dan sebelas hari.

Sakitnya Nabi Muhammad Saw


Pada tahun 11 hijriah Nabi Muhammad Saw mulai sakit-sakitan. Dan ketika sakit
Beliau semakin parah, Beliau meminta ijin kepada seluruh isterinya, agar Beliau bisa dirawat di
kediaman Aisyah saja.
Ketika Beliau merasa udzur untuk melaksanakan shalat berjamaah dengan kaum Muslimin para
sahabatnya, beliau menyuruh Abu Bakar agar shalat mengimami mereka.
Beliau sendiri kemudian pergi keluar masjid, berjalan dipapah oleh Ali dan Fadhal, sementara
Abbas mendahului berjalan di depan.
Nabi Muhammad Saw dibebat kepalanya sambil berjalan tertatih-tatih dengan kedua kakinya,
hingga sampai di undakan terbawah dari mimbar.
Maka para sahabat mengerumuni Beliau berebutan.
Maka Beliau mengucapkan hamdalah seraya memuji dan memuja Allah Swt, kemudian
bersabda: Wahai manusia, sampai berita kepadaku bahwa engkau semua takut kematian nabimu.
Apakah ada Nabi sebelum aku ini yang kekal, sehingga aku juga akan kekal (tidak mati)?
Ketauhilah, bahwa Aku akan menemui Rabbku, dan kamu akan menemuiku kelak. Maka aku
wasiatkan kepadamu agar berbuat paik terhadap para Muhajirin Pertama, dan juga Aku
wasiatkan kepadamu agar sesama kamu semua berbuat kebajikan. Kemudian berkata di akhir
khutbahnya: Ketauhilah bahwa Aku adalah pendahulu bagimu dan kamu akan menyusul
menemuiku. Ketauhilah bahwa sesungguhnya janjimu nanti ketemu di Haudh (Telaga).
Ketauhilah, bahwa barangsiapa yang senang untuk bisa datang ke telaga itu dan bertemu
denganku, maka hendaklah tangan dan lidahnya dijaga dari berbuat dan berkata yang tidak pada
tempatnya, kecuali yang pantas untuk dikerjakan.

Wafatnya Nabi Muhammad Saw


Ketika Nabi Muhammad Saw wafat, sahabat Abu Bakar sedang tidak ada di Madinah.
Sewaktu diberi tahu bahwa Nabi Muhammad Saw wafat, maka beliau segera datang ke rumah
Aisyah dan masuk ke dalam seraya membuka kain penutup wajah jenazah Rasulullah Saw dan
kemudian menciumnya dan terus menangis.
Selanjutnya beliau keluar dan mengucapkan pidato, maka beliau memuji Allah dan
menyanjungnya. Selanjutnya berkata: “Ketauhilah, barangsiapa yang menyembah Muhammad,
maka sesungguhnya Muhammad kini telah mati, dan barangsiapa menyembah Allah, maka
sesungguhnya Allah tetap senantiasa hidup tidak akan pernah mati. Kemudian beliau membaca
firman Allah Swt:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Az-Zumar, 30).
Dan firman Allah Swt:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Muhammad, itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa
orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada
Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali
Imran, 144)

Jenazah Nabi Muhammad Saw Dimakamkan


Jenazah Nabi Muhammad Saw baru dimakamkan setelah selesai ditetapkan dan
dibai’atnya Abu Bakar menjadi Khalifah pengganti Beliau, menjadi pemimpin kaum Muslimin.
Jasad Rasulullah Saw dimandikan kemudian dikafani dengan tiga helai kain, tidak ada padanya
baju, dan tidak adanya pula surban.
Kemudian jamaah kaum Muslimin menshalati jenazah Beliau satu persatu tanpa imam, secara
bergantian. Pertama kaum lelaki, kemudian wanita dan selanjutnya anak-anak.
Jenazah Beliau dimakamkan di rumah Aisyah, tempat dimana Beliau wafat.
Dimakamkan pada malam rabu tengah malam, dan di atas makamnya dipercikkan air oleh Bilal,
sementara letaknya agak ditinggikan sekedar satu jengkal dari permukaan bumi.
Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau, dan
kepada keluarga serta para sahabatnya semua.

Usia Nabi Muhammad Saw


Usia Nabi Muhammad Saw adalah 63 tahun. Empat puluh tahun dijalani sebelum
ditetapkannya sebagai Nabi di Mekkah, tiga belas tahun sesudah beliau menjadi Nabi di Mekkah
juga, dan sepuluh tahun beliau jalani di Madinah sesudah hijrah.
Para ahli tarikh telah bersepakat bahwa hari lahir Nabi Muhammad Saw, hijrahnya dan wafatnya
adalah pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awwal. Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat
dan salam kesejahteraan kepada Beliau dan kepada keleuarga serta para sahabatnya semua.

Anda mungkin juga menyukai