Anda di halaman 1dari 12

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CHARIS MEDIKA

NOMOR 012/PER-DIR/RSCM-PAP/VII/2019

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DAN


PENURUNAN DAYA TAHAN TUBUH (IMMUNO-SUPRESSED)
RUMAH SAKIT CHARIS MEDIKA BATAM

Menimbang : a. Bahwa rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang


memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki
peran sangat penting dalam meningkatkan pelayanan yang
profesional, berkualitas, bermutu dan aman;
b. Bahwa dalam memperhatikan keselamatan pasien, rumah sakit
mengarahkan pelayanan pasien dengan penyakit menular dan
penurunan daya tahan tubuh (immune sup pressed), yang perlu
diatur dalam suatu panduan pasien;
c. Bahwa sebagaimana pertimbangan pada huruf b, maka
diperlukan Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penyakit Menular
dan Penurunan Daya Tahan Tubuh (Immuno sup pressed) di
Rumah Sakit Charis Medika yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur RS Charis Medika Batam
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
4. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun2009
tentang Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun1996
tentang Tenaga Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/Per /XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1457/
Menkes / SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :

KESATU : Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penyakit Menular dan Penurunan


Daya Tahan Tubuh (Immuno sup pressed) RS Charis Medika

KEDUA : Rincian Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penyakit Menular dan


Penurunan Daya Tahan Tubuh (Immuno sup pressed) RS Charis Medika
terlampir dalam Surat Keputusan Direktur ini.
KETIGA : Pemberlakuan Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penyakit Menular dan
Penurunan Daya Tahan Tubuh (Immuno sup pressed) adalah :

1. Sebagai acuan dan standar dalam memberikan pelayanan kepada


pasien di lingkungan RS Charis Medika
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan di RS Charis
Medika
KEEMPAT Keputusan Panduan Rencana Asuhan Pasien berlaku pada tanggal
ditetapkan. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kekeliruan
dalam penetapan, akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Batam
Pada tanggal 12 juli 2019

Rumah Sakit Charis Medika


Direktur,

dr.Acholder TP Sirait SpOGM.KeS

PANDUAN
PELAYANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR
DAN PENURUNAN DAYA TAHAN TUBUH (IMMUNOSUPPRESSED)
RUMAH SAKIT CHARIS MEDIKA BATAM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Penyakit menular atau penyaki tinfeksi


yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau produk toxin yang didapatkan melalui
penularan bibit penyakit atau toxin yang diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari
orang yang terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada orang yang rentan, baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau binatang
penjamu, melalui vector atau melaluil ingkungan.
Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang besar di hampirsemua negara
berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relative tinggi dalam kurun
waktu yang relative singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan
menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat
menularnya yang bias menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar.
Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling
mempengaruhi.
Cara-cara penularan penyakit :
a. Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)
Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain :
1) Penyakit kelamin
2) Rabies
3) Trakoma
4) Scabies
5) Erisipelas
6) Antraks
7) Gas-gangren
8) Infeksi luka aerobic
9) Penyakit pada kaki dan mulut pada penyakit kelamin seperti GO, sifilis, dan HIV,
agen penyakit ditularkan langsung dan seorang yang infeksiuske orang lain
melalui hubungan intim.
b. Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung
maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai airborne disease.
Jenis penyakit yang ditularkan antara lain :
1) TBC Paru
2) Varicella
3) Difteri
4) Influenza
5) Variola
6) Morbili
7) Meningitis
8) Demam Skarlet
9) Mumps
10) Rubella
11) Pertussis
c. Melalui Media Air Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung maupun
tidak langsung melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air disebut
sebagai water borne diseaseatauwater related disease.
AgenPenyakit :
1) Virus : hepatitis virus, poliomieltis
2) Bakteri :kolera, disentri, tifoid, diare
3) Protozoa :amubiasis, giardiasis
4) Helmintik : askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hydatid
5) Leptospira :penyakit Weil Pejamuakustik :
a) Bermultiplikasi di air :skistosomiasis (vector keong)
b) Tidak bermultiplikasi : Guinea’s worm dan fish tape worm (vector cyclops)
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam 4 kelompok
menurut cara penularannya, yaitu :
1) Waterbourne mechanism
Kuman pathogen yang beradadalam air dapat menyebabkan penyakit pada
manusia, ditularkan melalui mulut atau system pencernaan. Contoh kolera, tifoid,
hepatitis virus, disentri basiler dan poliomyelitis.
2) Water washed mechanism
Jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan
individu dan umum dapat berupa :
a) Infeksi melalui alat pernapasan, seperti diare pada anak-anak
b) Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trakoma
c) Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti leptospirosis
3) Water based mechanism
Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian siklus hidupnya di
dalam tubuh vector atau sebagai penjamu intermediate yang hidup di dalam air.
Contoh skistosomiasis, diracun culus medinensis.
4) Water related insect vector mechanism
Jenis penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Contoh filariasis, dengue, malaria, demam kuning (yellow fever).

2. Penyakit Imuno-suppresed
Gangguan imuno defisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-sel
fagoistik, limfosit B, limfosit T, komplemen. Imuno difisiensi dapat diklasifikasikan
sebagai kelainan yang primer atau sekunder dan dapat pula dipilah berdasarkan
komponen yang terkena pada system imunter sebut adalah Sebagai berikut :
a. Imuno defisiensi Primer
Imuno defisiensi primer merupakan kelainan langka yang penyebabnya bersifat
genetik dan terutama ditemukan pada bayi serta anak-anak kecil. Gejala biasanya
timbul pada awal kehidupan setelah perlindungan oleh antibody maternal menurun.
Tanpa terapi, bayi dan anak-anak yang menderita kelainan ini jarang dapat bertahan
hidup sampai usia dewasa. Kelainan ini dapat mengenai satu atau lebih komponen
pada system imun.
b. Imuno defisiensi Sekunder
Imuno defisien sisekunder lebih sering menjumpai dibandingkan defisiensi primer
dan kerap kali terjadi sebagi akibat dari proses penyakit yang mendasarnya atau
akibat dari terapi terhadap penyakit ini. Penyebab umum imuno defisiensi sekunder
adalah malnutrisi, stress kronik, luka bakar, uremia, diabetes militus, kelainan auto
imun tertentu, kontak dengan obat-obataan serta zat kimia yang imuno toksik.
Penyakit AIDS (Acquired Immunddeficiency Syndrome) merupakan imuno defisiensi
sekunder yang paling sering ditemukan. Penderita imuno supresi dan sering disebut
sebagai hospes yang terganggu kekebalannya (immunocompromised host). Intervensi
untuk mengatasi imuno defisiensi sekunder mencakup upaya menghilangkan factor
penyebab, mengatasi keadaan yang mendasari dan menggunakan prinsip-prinsip
pengendalian infeksi yang nyaman.

B. Definisi

Dalam Panduan Pelayanan Pasien Dengan Penyakit Menular dan Penurunan Daya Tahan Tubuh
(Immunosuppressed) yang dimaksud dengan :
1. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat
ataupun sakit.
2. Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan
3. Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh
sebuahagenbiologi (seperti virus, bakteri atau parasit), bukan disebabkan factor fisik (seperti
luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).
4. Sistem kekebalan(immune System)adalah system pertahanan manusia sebagai perlindungan
terhadap minfeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus,
bakteri, protozoa dan parasite. System kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap
protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawansel yang
akan menjadi tumor.
5. Immum psupressed adalah kondisi dimana system kekebalan tubuh menurun sehingga
memudahkan masuknya agen-agen pathogen lainnya. Kasus penurunan kekebalan tubuh atau
imunosufresif sangat berarti dalam memunculkan berbagai jenis penyakit.
6.
BAB III
TATA LAKSANA

1. Pengelolaan Pasien Dengan Hepatitis B Dan C


a. Lakukan kewaspadaan universal apabila pasien belum terdiagnosa Hepatitis B atau C
b. Apabila sudah terdiagnosa Hepatitis B dan C, maka :
1) Lakukan hand hygiene
2) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) antaralain :
- Sarung tangan, digunakan :
1. Bila akan menyentuh darah/cairan tubuh lain
2. Bila menangani benda-benda atau alat-alat yang tercemar oleh darah atau
cairan tubuh pasien
3. Bila melakukan tindakan invasif.
- Masker atau pelindung wajah, dipakai untuk mencegah pajanan pada mukosa,
mulut, hidung dan mata.
- Celemek, dipakai pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan atau tumpahan
darah atau cairan.
c. Setelah pasien dirujuk/meninggal, lakukan :
1) Dekontaminasi seluruh mebelair yang kontak dengan pasien dan petugas dengan
clorine 0,5% (tidak direkomendasikan fogging ruangan)
2) Linen yang kontak dengan darah pasien dimasukkandalam linen infeksius
3) Instrument yang terkontaminasi dengan darah pasien dilakukan dekontaminasi
dengan clorine 0,5%
4) Alat makan sama dengan alat makan pasien umum
5) Alat kesehatan yang digunakan pasien Hepatitis B dan C tidak boleh digunakan untuk
pasien lain
6) Setelah ruangan bersih, ruangan siap digunakan.
2. Penanganan Pasien HIV / AIDS
a. Lakukan cuci tangan dengan cara procedural setiap melakukan tindakan sesuai five
moments.
b. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kebutuhan
c. Lakukan penanganan gawat darurat pasien HIV/AIDS yang emergency
d. Rujuk pasien keRumah Sakit Rujukan Nasional setelah pasien stabil dengan dilakukan
edukasi kepada pasien dan keluarga terlebih dahulu
e. Lakukan pembersihan ruangan sesuai prosedur segera setelah pasien pulang
f. Lakukan perendaman instrument bekas pasien HIV/AIDS yang terkontaminasi oleh darah
dan cairan tubuh dengan clorine 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci biasa

3. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Airbone (Udara)


a. Tempatkan pasien di ruang isolasi bertekanan negative
b. Batasi gerakan. Transport pasien hanya kalau diperlukan saja dan berikan masker bedah
c. Pakai APD masker bedah saat melakukan pemeriksaan atau tindakan
d. Batasi jumlah pengunjung
e. Berikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa orang yang rentan tidak diperbolehkan
masuk ruangan pasien
f. Berikan edukasi kepada keluarga pasien tentang cara pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) masker bedah
g. Berikan edukasi tentang Batuk dan Bersin
h. Google (kacamata) dipakai saat melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol
i. Lakukan dekontaminasi dan pembersihan ruangan dengan cara :
j. Ganti korden pasien dengan korden yang bersih
k. Bersihkan dengan clorine 0,5% semua dinding ,mebelai ruangan yang kontak dengan
petugas dan pasien
l. Bersihkan exhaust fan
m. Masukan linen kotor pada wadah linen non infeksi usapa bila tidak terkontaminasi
dengan cairan tubuh pasien
n. Dokumentasikan dalam Checklist Pembersihan Ruangan Bertekanan Negatif setelah
pelaksanaan selesai.
4. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transisi Droplet (Percikan)
a. Tempatkan pasien di ruang terpisah sejauh mungkinatau paling pinggir/ pojok, bila tidak
mungkin kohorting
b. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penangan khusus terhadap udara dan ventilasi
c. Batasi gerak dan transportasi pasien
d. Batasi droplet dari pasien dengan masker pada pasien
e. Anjurkan pasien untuk menerapkan Hygiene Respirasi/Etika Batuk dangan benar
f. Pakailah masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien
g. Peralatan untuk perawatan pasien tidak perlu penanganan khusus, karena mikroba tidak
bergerak jarak jauh

5. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Kontak


a. Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan pasien di tempat paling pinggir
atau pojok atau diberi jarak>1 meter antar tempat tidur
b. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang kelingkungan dan pasien lain
c. Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau perlu saja
d. Pakailah sarung tangan bersih non steril jika melakukan tindakan kepasien
e. Ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius, misalnya feses, cairan drain,
dan segera lepas sarung tangan tersebut
f. Lepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan dengan antiseptic
g. Pakailah gaun/skort bersih saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak
pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan tubuh pasien. Lepaskan
gaun sebelum keluar dari ruang pasien
h. Jaga agar tidak adam kontaminasi silang kelingkungan dan pasien lain
i. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien dengan
mikroba yang sama
j. Bersihkan dan disinfeksi peralatan sebelum dipakai untuk pasien lain
6. Penanganan Pasien Dengan Penyakit Menular Melalui Udara
a. Jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan-tindakan pencegahan ini
b. Letakkan pasien di dalam saturuangan tersendiri
c. Jika ruangantidaktersedia, kelompokkankasus yang
telahdikonfirmasisecaraterpisahdengankasus yang belum di
konfirmasiatausedangdidiagnosis. Biladitempatkandalamsaturuangan,
jarakantartempattidurharuslebihdari 2 (dua)
meterdandiantaratempattidurharusditempatkanpenghalangfisiksepertitiraiatausekat
d. Jikamemungkinkan, upayakanruangantersebutdialiriudarabertekanan negative yang
dimonitor (ruanganbertekanannegative)denga 6-12 pergantianudara per jam dan system
pembuanganudarakeluarataumenggunakansaringanudarapartikulasiefisientinggi (filter
HEPA) yang termonitorsebelummasukke system sirkulasiudara lain di RS
e. Jaga pintutertutupsetiapsaat
f. Pastikansetiap orang yang memasukiruanganmemakai APD yang sesuaiyaitu masker.
Bilaperlumemakaigaun, pelindungwajahataupelindungmataatausarungtangan
g. Bilaperlupakaisarungtanganbersih, non sterilketikamasukruangan
h. Bilaperlupakaigaun yang bersih, non
sterilketikamasukruanganjikaakanberhubungandenganpasienataukontakdenganpermukaa
nataubarang-barang di dalamruangan.
i. Pada saatmemasuki dan meninggalkankamarharuscucitangan
j. Semuaalat yang terkontaminasi oleh sekresipasienharusdidesinfeksi.

6. IsolasiUntuk immunocompromised
a. Tujuannyauntukmencegahkontakantara pathogen yang
berbahayadenganpasiendengandayatahantubuhrendahataumenurun.
b. Pasienharusditempatkandalamruangan yang
mempermudahterlaksananyatindakanpencegahantransmisiinfeksi. Misalnyapasien yang
sedangmenjalanipengobatansitostatika,
mendapatterapiimunosupresiataupaskatransplantasi.
c. Anteroom tekanan negativesedangkanruangrawattekananpositif
d. Pasienharusdirawatterpisahdaripasienlainnyaataudiruangkhusus
e. Pengunjungataupetugaskesehatan yang kontakharusdibatasi
f. Gunakan APD sesuaitransmisidenganmenggunakan masker dan tutupkepala
g. Lakukanprosedurcucitangandenganbenarsebelum dan sesudahkontakdenganpasien
h. Setiapmelakukantindakankeperawatan pada pasien, harusdilakukandengantehnikaseptik
i. Minimalisirpotensipenularandarilingkungankepasien pada saatpembersihanruangan
j. Minimalisirmobilisasipasienkeluarruangan,
apabiladiperlukanpasienkeluarruanganmenggunakan masker.
k. Sedapatmungkinmenghindariprosedurinfasif yang
dapatmerusakintegritasmukosaataubarierkulit pada pasien
l. Personal hyeginepasienseperti mandi, perawatangigi dan cucitanganwajibdilakukan
m. Bilakondisiimunosupresipasiensudahteratasi, pasiendapatdirawatdiruangperawatan non
infeksibiasa
n. RSUD KanujosoDjatiwibowobelummempunyairuanguntuktekananpositif,
sementaramasihmenggunakan system kohort.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasiprosedurmengenaipelayananpasiendenganpenyakitmenulardilaksanakan pada
1. Form AsesmenPasienGawatDarurat
2. Form AsesmenPasien Rawat Inap
3. Form AsesmenPasien Rawat Jalan

Pemberianinformasi dan edukasi oleh DPJP dan Tim HIV/AIDS tentangpenyakit HIV/AIDS dan
dicatatdalamformulirpemberianinformasi dan edukasidalamrekammedis.

Direktur

Dr.ACHOLDER T.P SIRAIT SpOGM.KeS

Anda mungkin juga menyukai