Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

ILMU KESEHATAN ANAK

Hemorrhagic Disease of the Newborn

Disusun oleh:

FITRIYAH HARDIYANTI ASTUTIK


102011101035

Dokter Pembimbing:
dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A
dr. Gebyar Tri Baskoro, Sp.A
dr. Ramzy Syamlan, Sp.A
dr. Saraswati Dewi, Sp.A

SMF/LAB ILMU KESEHATAN ANAK


RSD DR. SOEBANDI JEMBER
2014
PENDAHULUAN

Sistem koagulasi pada neonatus masih imatur sehingga pada saat lahir kadar
protein koagulasi lebih rendah. Pada sistem prokoagulasi, faktor-faktor kontak (high
molecular-weight kininogen/HMWK) dan faktor koagulasi yang tergantung vitaminK
pada bayi cukup bulan lebih rendah sekitar 30-50% dibanding pada kadar dewasa dan
pada bayi kurang bulan kadarnya lebih rendah lagi.Sebaliknya, kadar factor V, VIII
dan fibrinogen kadar setara dengan dewasa. Kadar inhibitor koagulsi seperti
antitrombin, protein C dan S juga rendah hingga kurang dari 50% dari kadar normal.
Vitamin K merupakan golongan vitamin yang larut dalam lemak yang secara
alamiah banyak terdapat dalam sayur dan buah-buahan dan dapat disentesis oleh flora
bakteri dalam usus.
Vitamin K penting untuk sintesis prokoagulan faktor II,VII,IX, dan X serta
antikoagulan protein C dan S. Molekul-moleku factor II, VII,IX, dan X disentesis
pertama dalam sel hati dan belum memerlukan vitamin K serta disimpan dalam
bentuk precursor tidak aktif. Vitamin K dibutuhkan untuk konversi precursor tidak
aktif menjadi pembukaan yang aktif. Proses konversi ini terjadi tahap postribosomal
dimana radikal karboksil dengan vitamin K sebagai katalis akan menempel pada
residu asam glutamat dari prekursol molekul untuk membentuk g-carboxyglutamic
acid yang mampu mengikat Ca2+ . Faktor pembekuan yang memiliki kemampuan
mengikat Ca2+ ini memegang peranan dalam mekanisme hemostasis fase plasma.
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui, vitamin K1 (phytomenadione),
tedapat pada sayuran hijau. Sediaan yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin
K mixed micelles (KMM), vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus
normal seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli, vitamin K3
(menadione) merupakan vitamin K sintetik yang sekarang jarang diberikan pada
neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik.
Suatu keadaan khusus yang di kenal sebagai Hemorrhagic Disease of the
Newborn, merupakan suatu keadaan akibat dari kekurangan vitamin K pada masa
neonates. Terdapat penurunan kadar factor II,VII,IX dan X yang merupakan factor
pembukuan darah yang tergantung kepada vitamin K dalam derajat sedang pada
semua neonates yang berumur 48-72 jam dan faktor-faktor tersebut secara berangsur-
angsur akan kembali normal pada umur 7-10 hari.
Angka kejadian HDN berkisar 1 tiap 200 sampai 1 tiap 400 kelahiran pada
bayi-bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis.
Di Amerika Serikat, frekuensi HDN yang dilaporkan bervariasi antara 0,25-
1,7%. Angka kaejadian tersebut ditemukan lebih tinggi di daerah-daerah yang tidak
memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi baru lahir.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan
proporsi terbesar kematian balita terjadi pada masa neonatal (43%). Menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007), penyebab kematian neonatal adalah asfiksia,
prematuritas dan BBLR, sepsis, hipotermi, kelainan darah/ikterus, postmatur dan
kelainan kongenital. Salah satu bentuk kelainan darah adalah defisiensi vitamin K
yang dapat menyebabkan perdarahan intrakranial apabila terjadi dalam proses
persalinan sehingga berakibat kematian atau kecacatan pada bayi baru lahir. Dapat
juga terjadi Hemorrhagic Disease of the Newborn ( HDN) pada bayi baru lahir pasca
imunisasi hepatitis, yang dikenal sebagai Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
Walaupun angka kejadian yang terekam masih kecil (1:12.000 KH), PDVK
mengakibatkan dampak buruk terhadap kelangsungan dan kualitas hidup anak maka
perlu dilakukan pencegahan secara dini.
Sejalan dengan itu, Departemen Kesehatan RI bekerjasama dengan Tim Ahli
dari berbagai profesi dan Tim Teknis Health Technology Assesment (HTA) Indonesia
pada tahun 2002-2003 telah merekomendasikan pemberian profilaksis vitamin K1
pada semua bayi baru lahir di Indonesia. Sebagai tindak lanjutnya, disusun pedoman
teknis pemberian injeksi Vitamin K1 profilaksis pada bayi baru lahir di tingkat
pelayanan kesehatan dasar yang bertujuan memberikan petunjuk tentang
penatalaksanaan pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir untuk mencegah
kejadian HDN.
Dalam beberapa kali Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA), dan
Kongres Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) ke VIII
tahun 1998 dan ke IX tahun 2001 telah direkomendasikan pemberian profilaksis
vitamin K pada bayi baru lahir. Hal ini mendorong dilakukannya kajian oleh Health
Technology Assesment (HTA) Depkes bekerjasama dengan organisasi profesi
terhadap pemberian injeksi vitamin K1 profilaksis pada bayi baru lahir, yang
merekomendasikan bahwa semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis
vitamin K, regimen vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1, dan cara
pemberian secara intramuskular (Rekomendasi A).
VITAMIN K

A. Pengertian

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu


naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
berperan dalam pembekuan darah, seperti factor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein
C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum banyak
diketahui peranannya dalam pembekuan darah.

B. Klasifikasi
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:
1. Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau. Sediaan yang ada
saat ini adalah cremophor dan vitamin K mixed micelles (KMM).
2. Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti
Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli.
3. Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakanvitamin K
sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena dilaporkan dapat
menyebabkan anemia hemolitik.

C. Manfaat/fungsi Vitamin K
Fungsi vitamin K antara lain memelihara kadar normal faktor-faktor
pembekuan darah, yaitu faktor II, VII, IX, dan X, yang disintesis di hati; berperan
dalam sintesis faktor II, yaitu protrombin; sebagai komponen koenzim dalam proses
fosforilasi.
Vitamin K digunakan untuk mata lebih bersinar, hal ini
banyak ditemukan di krim mata yang juga mengandung retinol. Vitamin K dipercaya
bisa membantu mengatasi lingkar mata hitam. Pembuluh kapiler yang rentan dan
bocor di sekitar daerah mata sering diakui sebagai penyebab hitamnya daerah di
sekitar mata. Vitamin K, yang dikenal juga sebagai phytonadione, bisa membantu
mengontrol aliran darah. Penggunaan vitamin K teratur bisa membuat bagian lingkar
mata yang menghitam terlihat lebih cerah. Biasanya digunakan 2-3 hari seminggu,
setiap sebelum tidur untuk mencegah iritasi. Vitamin K uga berperan penting dalam
pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal.
Seluruh vitamin K dalam tubuh diproses dalam liver di mana nantinya akan
digunakan untuk memproduksi zat pembuat darah bisa membeku. Selain berperan
dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang terutama jenis
K1. Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi
maksimal dan memastikan tidak salah sasaran.

D. Sumber Vitamin K
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K terbilang cukup mudah karena selain
jumlahnya terbilang kecil, sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri
yang mampu mensintesis vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan di dalam
hati. Namun begitu, tubuh masih perlu mendapat tambahan vitamin K dari makanan.
Meskipun kebanyakan sumber vitamin K di dalam tubuh adalah hasil sintesis
oleh bakteri di dalam sistem pencernaan, namun Vitamin K juga terkandung dalam
makanan, seperti hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak dan
sayuran sejenis kobis (kol) dan susu. Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga
ditemukan pada susu kedele, teh hijau, susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-
jenis makanan probiotik, seperti yoghurt yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa
membantu menstimulasi produksi vitamin ini.

E. Metabolisme Vitamin K
Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain
cukup tidaknya sekresi empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan
vitamin K. Hanya sekitar 40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus.
Setelah diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui
saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90%
vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati,
vitamin K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat
di darah, vitamin K bergabung dengan VLDL dalam plasma darah.
Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi
komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K
diekskresikan melalui urin dan feses. Sekitar 20% dari vitamin K diewkskresikan
melalui feses. Pada gangguan penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai
70 -80 %.
HEMORRHAGIC DISEASE OF THE NEWBORN
A. Pengertian
Hemorrhagic disease of The Newborn (HDN) adalah terjadinya perdarahan
spontan atau perdarahan karena proses lain seperti pengambilan darah vena atau
operasi yang disebabkan karena berkurangnya aktivitas faktor koagulasi yang
tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX dan X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi
yang tidak bergantung pada vitamin K, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih
dalam batas normal. Hal ini dibuktikan bahwa kelainan tersebut akan segera
membaik dengan pemberian vitamin K dan setelah sebab koagulopati lain
disingkirkan.

B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, frekuensi HDN yang dilaporkan bervariasi antara 0,25-1,7%.
Angka kejadian HDN ditemukan lebih tinggi pada daerah-daerah yang tidak
memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi baru lahir.
Keadaan yang berhubungan dengan defisiensi factor pembekuan yang
bergantung pada vitamin K , seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Keadaan yang berhubungan dengan defisiensi factor pembekuan yang
bergantung pada vitamin K
Survei di Jepang menemukan kasus ini pada 1:4.500 bayi, 81% di antaranya
ditemukan komplikasi perdarahan intrakranial, sedangkan di Thailand angka HDN
adalah 1:1.200 bayi.10 Angka kejadian pada kedua negara ini menurun setelah
diperkenalkannya pemberian vitamin K profilaksis pada semua bayi baru lahir.
Angka kejadian perdarahan intrakranial karena HDN di Thailand dilaporkan
sebanyak 82% atau 524 kasus dari 641 penderita HDN, sedangkan di Inggris 10 kasus
dari 27 penderita atau sebesar 37%. Sedangkan di India angka kejadian HDN
dilaporkan sebanyak 1 kasus tiap 14.000 bayi yang tidak mendapat vitamin K
profilaksis saat lahir.
Data dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 1990-2000 terdapat 21 kasus
HDN. Tujuh belas kasus (81%) mengalami komplikasi perdarahan intrakranial
dengan angka kematian 19% (Catatan Medik IKA-RSCM tahun 2000).

C. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya HDN antara lain ibu yang selama
kehamilan mengkonsumsi obat-obatan yang mengganggu metabolisme vitamin K
seperti, obat antikoagulan oral (warfarin); obat-obat antikonvulsan (fenobarbital,
fenitoin, karbamazepin); obat-obat antituberkulosis (INH, rifampicin); sintesis
vitamin K yang kurang oleh bakteri usus (pemakaian antibiotik, khususnya pada bayi
kurang bulan); gangguan fungsi hati (kolestasis); kurangnya asupan vitamin K dapat
terjadi pada bayi yang mendapat ASI eksklusif, karena ASI memiliki kandungan
vitamin K yang rendah yaitu <20 ug/L bila dibandingkan dengan susu sapi yang
memiliki kandungan vitamin K 3 kali lipat lebih banyak (60 ug/L). Selain itu asupan
vitamin K yang kurang juga disebabkan sindrom malabsorpsi dan diare kronik.
D. Klasifikasi
HDN dibagi menjadi early, clasiccal dan late berdasarkan pada umur saat
kelainan tersebut bermanifestasi.
Early HDN, timbul pada hari pertama kehidupan. Kelainan ini jarang sekali
dan biasanya terjadi pada bayi dari ibu yang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat
mengganggu metabolisme vitamin K. Insidens yang dilaporkan atas bayi dari ibu
yang tidak mendapat suplementasi vitamin K adalah antara 6-12% .
Classical HDN, timbul pada hari ke 1 sampai 7 setelah lahir dan lebih sering
terjadi pada bayi yang kondisinya tidak optimal pada waktu lahir atau yang terlambat
mendapatkan suplementasi makanan. Insidens dilaporkan bervariasi, antara 0 sampai
0,44% kelahiran. Tidak adanya angka rata-rata kejadian HDN klasik yang pasti
karena jarang ditemukan kriteria diagnosis yang menyeluruh.
Late HDN, timbul pada hari ke 8 sampai 6 bulan setelah lahir, sebagian besar
timbul pada umur 1 sampai 3 bulan. Kira-kira setengah dari pasien ini mempunyai
kelainan hati sebagai penyakit dasar atau kelainan malabsorpsi. Perdarahan
intrakranial yang serius timbul pada 30-50%. Pada bayi berisiko mungkin ditemukan
tanda-tanda penyakit hati atau kolestasis seperti ikterus yang memanjang, warna feses
pucat, dan hepatosplenomegali. Angka rata-rata kejadian HDN pada bayi yang tidak
mendapatkan profilaksis vitamin K adalah 5-20 per 100.000 kelahiran dengan angka
mortalitas sebesar 30% .
HDN dibagi menjadi early, clasiccal dan late berdasarkan pada umur saat
kelainan tersebut bermanifestasi, gejala dari tipe-tipe HDN seperti pada tabel 2 di
bawah ini.
Tabel 2. Gejala tipe HDN
Sindrom umur Tempat Perdarahan Faktor resiko
Early HDN 0 sampai 24 jam Cephalhaematoma Obat-obatan maternal
Scalp monitor
Intracranial
Intrathoracic
Intra-abdominal
Classic HDN 1 sampai 7 hari Gastrointestinal ASI
Skin
Obat-obatan Maternal
Nasal
Circumcision
Umbilicus
Late HDN 1 to 12 1sampai 12 bulan Intracranial ASI
Skin
(2sampai 12 minggu) Diare
Gastrointestinal
Malabsorbsi
Penggunaan Antibiotik

E. Patofisiologi
Brinkhous dkk, membuktikan bahwa HDN ditandai dengan
hipoprotrombinemia. Pemberian vitamin K dapat mengkoreksi menurunnya aktifitas
protombin pada neonates yang mengalami keadaang ini, hal ini menunjukkan peranan
vitamin K dalam sentesis protrombin ( factor II).
Molekul-molekul factor II, VII, dan X disentesis dalam sel hati dan disimpan
dalam bentuk precursor tidak aktif. Vitamin K dibutuhkan untuk konversi prekursor
tidak aktif menjadi factor pembekuan yang aktif. Proses konversi ini terjadi pada
tahap postribosomal, dimana radikal karboksil dengan vitamin K sebagai katalis akan
menempel pada residu asam glutamat untuk mengikat Ca2+.
Mekanisme pembekuan darah dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Mekanisme Pembekuan Darah
Sedangkan peranan Vitamin K pada mekanisme pembekuan darah dapat
dilihat pada gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Peranan Vitamin K Pada Mekanisme Pembekuan Darah

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah perdarahan, pucat dan
hepatomegali ringan. Perdarahan dapat terjadi spontan atau akibat trauma, terutama
trauma lahir. Pada kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan
saluran cerna. Perdarahan kulit sering berupa purpura, ekimosis atau perdarahan
melalui bekas tusukan jarum suntik.
Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi tersering (63%), 80-100%
berupa perdarahan subdural dan subaraknoid. Pada perdarahan intrakranial
didapatkan gejala peningkatan tekanan intrakranial (TIK) bahkan kadang-kadang
tidak menunjukkan gejala ataupun tanda. Pada sebagian besar kasus (60%)
didapatkan sakit kepala, muntah, anak menjadi cengeng, ubun-ubun besar
membonjol, pucat dan kejang. Kejang yang terjadi dapat bersifat fokal atau umum.
Gejala lain yang dapat ditemukan adalah fotofobia, edema papil, penurunan
kesadaran, perubahan tekanan nadi, pupil anisokor serta kelainan neurologis fokal.
Gejala dari HDN dapat di bagi menurut klasifikasinya, dapat dilihat pada tabel
3 dibawah ini.

Tabel 3. Gejala Menurut Klasifikasi HDN


G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Penurunan kompleks protombin (faktor II,VII,IX,X) ditandai
oleh pemanjangan masa pembekuan, masa protrombin dan masa tromboplastin
parsial. Masa perdarahan, jumlah leukosit dan trombosit biasanya normal.
Kebanyakan kasus disertai anemia normokromik normositik.
Pemeriksaan yang lebih spesifik yaitu pemeriksaan dekarboksilasi kompleks
protrombin (protein induced by vitamin K absence = PIVKA-II), pengukuran kadar
vitamin K1 plasma atau pengukuran areptilase time yang menggunakan bisa ular
Echis crinatum.12,15-16 Pemeriksaan tersebut saat ini belum dapat dilakukan di
Indonesia. Perdarahan intrakranial dapat terlihat jelas dengan pemeriksaan USG
kepala, CT-Scan, atau MRI. Pemeriksaan ini selain untuk diagnostik, juga digunakan
untuk menentukan prognosis.

H. Penatalaksanaan
Secara garis besar pengelolan HDN dibagi atas penatalaksanaan antenatal untuk
mencegah terjadinya penyakit ini dan penatalaksanaan setelah lahir untuk
mencegah dan mengobati bila terjadi perdarhan.
1. Umum
 Hentikan perdarahan
 Naikkan kecepatan infus cairan RL atau NaCl fisiologis IV dengan 20
ml/kg selama satu jam pertama.
 Berikan vitamin K1 MG IM sekali pada saat masuk tanpa memandang
apakah bayi telah diberikan pada saat lahir.
 Bila ada tanda syok, berikan tranfusi darah segera menggunakan darah
golongan O, rhesus negative
 Periksa tanda vital, bila bayi sudah stabil, selanjutnya berikan cairan
sesuai kebutuhan cairan.
 Bila syok belum teratasi
 Berikan Oksigen
 Berikan infus RL atau NaCl 0.9% dengan tetesan cepat
(10ml/kg) dalam 10 menit, bila tidak ada perbaikan dapat di
ulang sekali lagi
2. Khusus
 Bila perdarahan tidak berhenti dalam tiga jam, tangani sebagai kasus
sepsis
 Ambil sampel darah dan periksa Hb /hematokrit tiap hari. Bila Hb
kurang dari 12 g/dl atau hematokrit kurang dari 36% berikan tranfusi
3. Suportif
 Oksigenasi
 Pemberian cairan dan nutrisi
 Jaga suhu tubuh dalam batas normal
 Pertahankan kadar gula darah dalam batas normal.
I. Profilaksis
Hampir semua negara di dunia merekomendasikan pemberian profilaksis
vitamin K1 pada bayi baru lahir. Di Australia profilaksis dengan mengguna-kan
Konakion® 1 mg, IM dosis tunggal sudah diperkenalkan sejak awal tahun 1970-an.
Tindakan tersebut mula-mula diberikan kepada bayi sakit, yaitu bayi kurang bulan,
atau yang mengalami asfiksia perinatal, dan akhirnya menjadi rutin untuk semua bayi
baru lahir. Pada tahun 2000, National Health and Medical Research Council
(NHMRC) Australia menyusun rekomendasi pemberian profilaksis vitamin K pada
bayi baru lahir.
Health Technology Assessment (HTA) Departemen Kesehatan RI (2003)
mengajukan rekomendasi sebagai berikut:
 Semua bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis vitamin K1
 Jenis vitamin K digunakan adalah vitamin K1
 Cara pemberian vitamin K1 secara IM atau Oral
 Dosis yang di berikan untuk semua bayi baru lahir adalah
 IM 1 mg dosis tunggal atau
 Oral 3 kali @ 2 mg, diberikan pada waktu bayi baru lahir umur
3-7 hari, dan pada saat bayi berumur 1-2 tahun
 Untuk bayi lahir yang ditolong oleh dukun bayi maka diwajibkan
pemberian profilaksis vitamin K1 secara oral
Hasil penelitian terakhir menunjukkan, bahwa dalam mencegah terjadinya
HDN bentuk klasik pemberian vitamin K peroral dama efektif, lebih murah dan lebih
aman dari pada pemberian secara intramuskular (IM), namun untuk mencegah HDN
bentuk lambat pemberian vitamin K oral tidak seefektif IM. Efikasi profilaksis oral
meningkat dengan pemberian berulang 3 kali disbanding dosis tunggal, dan efikasi
lebih tinggi bila siberikan dalam dosis 2 mg dari pada dosis 1 mg. Pemberiam vitamin
K oral yang diberikan tiap hari atau tiap minggu sama efektifnya dengan profilaksis
vitamin K IM.
American Academy of Pediatricians (AAP) (tahun 2003) merekomendasikan
bahwa Vitamin K harus diberikan kepada semua bayi baru lahir secara IM dengan
dosis 0,5-1 mg.25 Canadian Paediatric Society (1997) juga merekomendasikan
pemberian vitamin K secara IM. Metode ini lebih disukai di Amerika Utara karena
efikasi dan tingkat kepatuhan yang tinggi.
AAP juga menyatakan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efikasi,
keamanan, bioavailabilitas dan dosis optimal vitamin K oral sediaan baru (KMM)
untuk mencegah HDN lambat.25 Cara pemberian oral merupakan alternatif pada
kasus-kasus bila orangtua pasien menolak cara pemberian IM untuk melindungi bayi
mereka dari nyeri karena injeksi IM.3,5 Di samping itu untuk keamanan, bayi yang
ditolong oleh dukun bayi, sebaiknya diberikan secara oral.
Cara pemberian vitamin K secara IM lebih disukai dengan alasan berikut ini:
• Absorpsi Vitamin K1 oral tidak sebaik vitamin K1 IM, terutama pada bayi yang
menderita diare.
• Beberapa dosis vitamin K1 oral diperlukan selama beberapa minggu. Sebagai
konsekuensinya, tingkat kepatuhan orang tua pasien merupakan suatu masalah
tersendiri.
• Mungkin terdapat asupan vitamin K1 oral yang tidak adekuat karena absorpsinya
atau adanya regurgitasi.
• Efektivitas vitamin K1 oral belum diakui secara penuh.
Bayi-bayi yang di curigai mengalamin HDN berdasarkan konfirmasi
laboratorium, harus segera mendapatkan pengobatan vitamin K. Vitamin K tidak
boleh diberikan secara IM karena dari tempat suntikan akan terbentuk hematoma
yang besar. Sebaiknya diberikan suntikan secara subkutan karena absorbsinya cepat,
dan efeknya hanya sedikit kebih lambat dibandingkan cara pemberian sistemik.
J. Diagnosis Banding
HDN merupakan salah satu penyakit gangguan hemostasis yang didapat,
sehingga harus dibedakan dengan penyakit gangguan hemostasis lain dan juga yang
bersifat congenital. Gangguan fungsi hati dapat menyebabkan timbulnya perdarahan
akibat ketidak mampuan hati dalam mensintesis factor-faktor pembekuan, sedangkan
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan gangguan perdarhan yang
didapat akibat koagulopati konsumtif. Tabel 4 dibawah ini memperlihatkan gambaran
laboratorium dari ketiga kelainan tersebut.

Tabel 4. Gambaran Laboratorim dari HDN, Penyakit Hati, DIC

K. Komplikasi
Komplikasi pemberian vitamin K antara lain reaksi anafilaksis (bila diberikan
secara IV), anemia hemolitik, hiperbilirubinemia (dosis tinggi) dan hematoma pada
lokasi suntikan.
L. Prognosis
HDN ringan prognosisnya baik, biasanya sembuh sendiri atau membaik setelah
mendapatka vitamin K1 dalam waktu lebih kurang 24 jam. HDN dengan
manifestasi perdarahan intrakranial, intratorakal, dan intrabdominal dapat
mengancam jiwa, 27% kasus HDN dengan manifestasi perdarahan itrakranial
meninggal.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Pemberian Injeksi Vitamin K 1 Profilaksis
Pada Bayi Baru Lahir. Jakarta

Permono, H. Bambang, Sutaryo, dkk. 2006. Buku Ajar Hematologi* Onkologi Anak.
Jakarta. Perpustakaan Nasional : Ktalog dalam Terbitan (KDT).

Pusponegoro, Hardiono D, Hadinegoro, Sri Rejeki S, dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI

Rahayu, Imbang Dwi. Staf Pengajar Jurusan Peternakan. Vitamin K. Malang. Fakultas
Pertanian- Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai