Anda di halaman 1dari 132

BUKU I

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2015

1
KATA SAMBUTAN
KETUA DEPARTEMEN THT FKUI/RSCM

Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena Revisi Buku Rancangan
Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 (PPDS Sp-1) Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok FKUI/RSCM telah dapat diselesaikan.

Revisi Buku Rancangan Pengajaran ini perlu dilakukan karena adanya pembaharuan pada
proses pendidikan dokter spesialis (PPDS) atau Sp-1 ilmu kesehatan THT. Selain itu, dengan
perkembangan mutu layanan rumah sakit yang harus terakreditasi nasional maupun internasional
dan sesuai Academic Health System (AHS), serta mencapai visi misi departemen THT, maka disusun
perangkat pendidikan berupa Buku Rancangan Pengajaran sebagai pedoman untuk melaksanakan
pendidikan secara terstruktur dan berkualitas yang dapat meningkatkan kompetensi akademik dan
kompetensi profesional dari masing-masing peserta program.

Pada era globalisasi ini para lulusan Dokter Spesialis THT diharapkan memiliki kompetensi
profesional yang baik dan bertaraf internasional serta memiliki kompetensi sebagai seorang peneliti.

Semoga dengan terbitnya Buku Rancangan Pengajaran (BRP) ini program pendidikan yang telah
berlangsung selama ini dapat berjalan lebih baik lagi.

Akhirnya kepada penyusun BRP PPDS Sp-1 Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/RSCM
saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas dedikasi,usaha serta waktu yang diluangkan
untuk menyelesaikan buku ini.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Ketua Departemen THT FKUI/RSCM

DR.Dr. Trimartani Sp.THT-KL (K)

2
Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT, revisi Buku Rancangan
Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 Ilmu Kesehatan THT-KL
FKUI, untuk peserta PPDS Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/ RSCM
telah dapat diselesaikan.

BRP ini terdiri atas tiga buku sesuai dengan tahapan proses belajar peserta
PPDS-Sp1 Ilmu Kesehatan THT-KL yaitu Buku 1 Tahap Pembekalan, Buku 2 Tahap
Magang dan Buku 3 Tahap Mandiri. Buku ini berisi materi-materi modul
pendidikan sesuai dengan Kolegium THT-KL, kewenangan klinis sesuai dengan
kompetensi setiap tahap pendidikan, sistem penilaian baik pre-asessment
maupun evaluasi akhir serta aktivitas pembelajaran.

BRP ini selalu akan dievaluasi dan diperbaharui setiap 5 tahun untuk
penyempurnaan dan penjaminan mutu sesuai dengan kemajuan dan
perkembangan Ilmu Kesehatan THT-KL.

Kepada para Staf Pengajar dan para Peserta PPDS Ilmu Kesehatan THT
FKUI/ RSCM kami harapkan selalu mengikuti dan melaksanakan apa yang
tercantum dalam Buku Rancangan Pengajaran ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terlaksananya revisi dan penerbitan Buku Rancangan Pengajaran ini.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta. Agustus 2015

Penyusun,

Dr.Nina Irawati, Sp.THT KL (K)


Koordinator Program Studi
Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI/RSCM

3
4
Menghadapi proses globalisasi dan kebutuhan mencetak tenaga ahli
dibidang ilmu kesehatan THT-KL bertaraf internasional serta adanya
tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
lebih baik dan berkualitas khususnya dalam bidang Ilmu Kesehatan THT-
KL, diperlukan tenaga kesehatan professional yang didukung oleh
penguasaan ilmu dan teknologi yang baik.
Penguasaan ilmu teknologi yang baik akan dicapai dengan
meningkatkan kompetensi dari peserta program pendidikan Ilmu
Kesehatan THT-KL FKUI.
Dalam rangka meningkatkan kualitas mutu lulusan Dokter
Spesialis THT-KL FKUI selain Buku Kurikulum Pendidikan juga diperlukan
Buku Rancangan Pengajaran untuk menjabarkan isi kurikulum secara
lebih lengkap dan sistematis agar program pendidikan berlangsung
dengan baik.
Buku Rancangan Pengajaran ini menjelaskan materi
pendidikan yang diberikan kepada peserta PPDS-Sp1 setiap semester
yang diikutinya. Materi Pendidikan diberikan dalam bentuk modul.
Modul tentang materi pendidikan akan dijabarkan secara
terperinci oleh masing-masing divisi terkait yang ada di Departemen Ilmu
Kesehatan THT-KL FKUI pada saat peserta program pendidikan mengikuti
stase pendidikan.
Diharapkan dengan cara pembelajaran dengan bentuk modul
ini akan dapat meningkatkan kompetensi dari pada lulusan spesialisasi
THT-KL FKUI sehingga dapat meningkatkan efektifitas pelayanan serta
mampu menjadi pakar dalam bidang Ilmu Kesehatan THT-KL.

Visi dan Misi


Visi program studi THT-KL adalah menghasilkan lulusan dokter
spesialis THT yang mempunyai kemampuan professional bersifat
internasional dan dapat memberikan pelayanan kesehatan berlandaskan
perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
berdasarkan bukti (evidence based medicine) dengan pengalaman luar
biasa untuk semua melalui Academic Health Systemdi Asia Tenggara
tahun 2019.

Misi program studi THT-KL adalah Menyelenggarakan pendidikan


THT-KL yang berkualitas, berdaya saing, kreatif, inovatif dan berstandar
Internasional dengan para pakar berlandaskan profesionalisme.
Menyelenggarakan pendidikan suasana yang nyaman dan apresiatif serta
pengalaman belajar yang luar biasa. Menyelenggarakanpendidikan yang
meningkatkan pelayanan kesehatan diberbagai setting pelayanan
kesehatan prima.

5
SEMESTER I

 Filsafat Ilmu Pengetahuan


dan Etika Profesi
 Metodologi Penelitian
 Biostatistic dan Komputer
Statistik
 Quality & Safety
 Biologi Molekuler
 Farmakologi Klinik
 Epidemiologi Klinik dan
Evidence Based Medicine

6
1. MATERI DASAR UMUM (MDU) : 8 SKS

Materi Dasar Umum merupakan materi bahasan mengenai pengetahuan untuk menjadi seorang
penggagas dan peneliti.Materi ini tidak berhubungan dengan bidang ilmu kedokteran secara langsung.

Komponen MDU terdiri atas :

 Filsafat Ilmu Pengetahuan, Etika Profesi ( 1 SKS )


 Metodologi Penelitian ( 2 SKS )
 Biostatistik& Komputer Statistik ( 3 SKS )
 Quality and Safety ( 2 SKS )

2. MATERI DASAR KHUSUS (MDK) : 8 SKS

Materi Dasar Khusus merupakan materi bahasan yang merupakan dasar pengetahuan keahlian dalam
bidang kedokteran agar mampu memecahkan masalah, menjadi pengembang ilmu,dan dapat
menerapkan program pendidikan dengan kualitas yang tinggi.

Komponen MDK terdiri atas :

 Biologi Molekuler ( 2 SKS )


 Farmakologi Klinik ( 3 SKS )
 Epidemiologi Klinik & Evidence Based Medicine ( 3 SKS )

TUJUAN DAN URAIAN TOPIK MATA AJAR

1. MDU-1. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Etika Profesi.


Kode Mata Kuliah : MDU-1 UILS801001
Tujuan Mata Ajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami berbagai konsep falsafah
keilmuan, struktur logik keilmuan, etika profesi agar dapat meningkatkan kemampuan merencanakan
dan melaksanakan penelitian dengan baik dan benar, serta mampu mengembangkan ilmu dan teknologi
kedokteran untuk bekerja sebagai dokter spesialis yang profesional.

Uraian Mata Ajaran


Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran peserta diharapkan mampu :
1. Memahami filsafat sebagai suatu disiplin ilmu yang mengupayakan penalaran yang sistematis,
menyeluruh dan kritis terarah.

7
2. Memahami filsafat ilmu pengetahuan sebagai cabang dari ilmu filsafat yang mengkaji ciri-ciri ilmu
pemgetahuan serta cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh penge-tahuan ilmiah dan mampu
mempertanggung jawabkannya
3. Menjelaskan konsep filsafat alamiah (natural) dan filsafat keilmuan
4. Dapat menjelaskan makna suatu metode ilmiah khususnya dalam pengembangan ilmu kedokteran
dan ilmu pengetahuan lain pada umumnya.
5. Mampu menjelaskan dampak dari filsafat keilmuan terhadap pengembangan profesi dan
profesionalisme sebagai dokter.
6. Memahami kaidah-kaidah etika profesi dalam melaksanakan seluruh kegiatan keilmuan dan profesi.

2. MDU-2. Metodologi Penelitian


Kode Mata Kuliah : MDU-2 UILS801002

Tujuan Mata Ajaran


Pada akhir mata ajaran, peserta program diharapkan memahami tentang hubungan antara teori dan
konsep ilmu pengetahuan dan pelaksanaan pengembangan pengetahuan sehingga mampu menerapkan
metodologi penelitian dalam menyusun usulan penelitian.

Uraian Mata Ajaran

Guna mencapai tujuan mata ajar maka disusun strategi pencapaian yaitu :
1. Membahas peran penelitian dalam pengembangan ilmu
2. Membahas teknik perancangan dan pelaksanaan perancangan penelitian kuantitatif dan kualitatif,
termasuk dalam hal ini :
 Disain penelitian
 Konsep dan teknik pengukuran
 Elemen-elemen yang diperlukan dalam usulan penelitian
 Pengumpulan data
 Teknik penulisan hasil penelitian
3. Pencapaian hasil dengan;
 Meminta peserta mempelajari bahan yang dibahas.Walaupun ada kuliah formal, namun
diupayakan agar tatap muka bersifat aktif dan diikuti assignment/latihan yang harus dikerjakan
dan dikumpulkan untuk dinilai.
 Menyajikan dan membuat draft awal, simulasi pra usulan penelitian dengan materi yang dapat
dipilih sendiri atau diberikan Program Studi terkait.Pada akhir semester simulasi tersebut siap
untuk dikembangkan lebih lanjut.

8
3. MDU-3. Biostatistik dan Komputer Statistik
Kode Mata Kuliah : MDU-3 UILS801003

Tujuan Mata Ajaran


Setelah mengikuti kegiatan akademik ini diharapkan bahwa :
1. Bila dihadapkan dengan masalah yang berkaitan dengan penyakit dan penyebarannya di masyarakat
peserta program mampu meninjau dan membahas masalah tersebut dari aspek biostatistik.
2. Bila dihadapkan pada sekumpulan data sekunder,peserta program mampu melakukan pengolahan,
penganalisaan dan pengambilan kesimpulan data statistik secara rasional
3. Bila dihadapkan pada sekumpulan data sekunder indikator kesehatan, peserta program mampu
melakukan perhitungan statistik yang lazim untuk menggambarkan situasi kesehatan masyarakat.
4. Bekerja secara sistematik dalam melakukan aplikasi program statistik menggunakan perangkat
komputer.

Uraian Mata Ajaran


Dalam mata ajaran ini peserta program diajarkan menangani konsep dasar biostatistik, penerapan
metoda pengolahan, penyajian dan analisa data penelitian. Selain itu peserta program akan berlatih
mengenai penggunaan perangkat program statistik komputer dalam proses penganalisaan data
penelitian.

4. MDU-4. Quality and Safety.


Kode Mata Kuliah : MDU-4 UILS801004

Tujuan Mata Ajaran


Setelah menyelesaikan pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami berbagai konsep quality
and safety agar dapat meningkatkan kemampuan merencanakan dan melaksanakan penelitian dengan
baik dan benar, serta mampu mengembangkan ilmu dan teknologi kedokteran untuk bekerja sebagai
dokter spesialis yang profesional.

Uraian Mata Ajaran


Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran peserta diharapkan mampu menerapkan kaidah-kaidah
patients safety dalam setiap aktifitas baik penelitian biomedik maupun pelayanan keprofesiannya.

5. MDK-1. Biologi Molekuler


Kode Mata Kuliah : MDK-3 UILS801101

Tujuan Mata Ajaran


Diharapkan peserta program memahami tentang dasar biomolekuler.

Uraian Mata Ajaran


Biologi molekuler merupakan dasar untuk mengetahui tentang sel, antara lain struktur dari transport
serta organ dalam sel.Setelah itu juga dipelajari tentang bioenergik, oksidasi biologi metabolisme

9
nutrient dan non-nutrien. Disamping itu diajarkan juga tentang membran biologis komunikasi antara sel
dan transduksi, berbagai strategi lokomosi serta replikasi dan ekspresi.

6. MDK-2. Farmakologi Klinik


Kode Mata Kuliah : MDK-2 UILS801102

Tujuan Mata Ajaran


Diharapkan peserta program memahami tentang dasar –dasar farmakologi klinik yang berhubungan
dengan program studi terkait.

Uraian Mata Ajaran


Farmakologi Klinik merupakan salah satu dasar ilmu untuk mengetahui tentang absorpsi dan
biovailabilitas, distribusi, biotransformasi dan ekskresi obat. Selain itu peserta program diharapkan
memahami tentang interaksi obat-reseptor, mekanisme kerja obat, farmakokinetik, pemantauan
terapeutik dan interaksi obat. Setelah itu para peserta diharapkan mengenal prinsip terapi cairan,
farmakoterapi pada syok dan sepsis.Akhirnya peserta harus mengetahui tentang penggunaan obat
secara rasional.

7. MDK-3. Epidemiologi Klinik & Evidence Based Medicine


Kode Mata Kuliah : MDK-3 UILS801103

Tujuan Mata Ajaran


Materi ini meliputi pemahaman pengetahuan epidemiologi klinik yaitu penerapan prinsip-prinsip
epidemiologi dalam masalah yang ditemukan di klinik. Pemahaman akan dilanjutkan dengan
pemanfaatan hasil penelitian yang sahih dan mutakhir untuk memecahkan masalah-masalah yang
ditemukan pada pasien.
Diharapkan peserta program mempunyai kemampuan memformulasikan masalah-masalah klinik dalam
pertanyaan, teknik penelusuran pustaka melaui internet/online journal.

Uraian Mata Ajaran


Mata ajaran ini akan mempelajari telaah kritis terhadap laporan hasil penelitian kualitatif, kuantitatif
serta integrative literature.

STRATEGI PEMBELAJARAN
Dalam rangka mencapai pendidikan strata S2 yang berkualitas, pelaksanaan MDU / MDK
bersama ini disusun secara formal dan terstruktur. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah :

1. Kuliah (tatap muka )


Dilakukan dengan kuliah dua arah dengan cara menjelaskan tentang konsep dan teori serta aplikasi di
dalam klinik.

10
2. Diskusi Kelompok
Dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan melakukan analisis masalah dan akhirnya akan
dicapai kesepakatan bersama.

PENGELOLA
Tim Koordinasi Penyelenggara MDU dan MDK Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

11
SEMESTER II

 Modul Terintegrasi Bidang Keilmuan


Dasar
 Modul Bedah Dasar THT
 Modul Neurotologi 1
 Modul Keterampilan Neurotologi 1
 Modul Otologi 1
 Modul Keterampilan Otologi 1
 Modul Laring Faring 1
 Modul Keterampilan Laring Faring 1
 Modul Rinologi 1
 Modul Keterampilan Rinologi 1
 Modul Keahlian Komprehensif 1
 Modul Pelatihan Kegawatan THT 1

12
MODUL TERINTEGRASI
BIDANG KEILMUAN DASAR THT DAN
MODUL BEDAH DASAR THT

A. Pendahuluan
Modul Terintegrasi Bidang Keilmuan Dasar THT-KL dan Modul
Mata Kuliah : Bedah Dasar THT-KL adalah materi pendidikan yang memberikan
MKU-1 MD22801201 /
MKU-1 MD22801202 pengetahuan keahlian di bidang keilmuan dan bedah dasar THT-

Jumlah SKS : KL agar peserta program semester II tahap pembekalan mampu


 Modul Terintegrasi memberikan pelayanan klinik departemen THT-KL.
Bidang Keilmuan Dasar Tujuan Mata Ajaran
THT (2 SKS)
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
 Modul Bedah Dasar THT
(2 SKS) mampu mencapai kompetensi yang diharapkan berkaitan dengan
bidang keilmuan dan bedah dasar THT-KL. Komponen kompetensi
Lama : yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini:
4 Minggu ( 9 Divisi)
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
Ketua Modul :
Ketua program studi dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional.
Area kompetensi: Profesionalisme
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Memiliki komitmen untuk
belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-
KL.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan dan EBM.

13
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II.
C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu menjelaskan
:
1. Filosofi dan aspek medikolegal keilmuan dan bedah dasar.
2. Keilmuan dan pengetahuan bedah dasar yaitu penyembuhan luka dan tehnik operasi serta
melakukan berbagai tehnik jahitan/simpul.
3. Anatomi organ THT-KL.

C.2 Keterampilan
Peserta didik diharapkan mampu melakukan tindakan bedah dasar.
C.3 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap
pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab
serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik
dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi
patient safety.
D. Metode dan Tahapan Pembelajaran
Metode pengajaran pada modul keilmuan dan bedah dasar meliputi :
a. belajar mandiri
b. diskusi topik dan presentasi
c. praktikum

E. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat
dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak lebih dari 90%.
Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh
kompetensi yang diharapkan di modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL dan modul bedah
dasar THT-KL

F. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Ujian tulis
Berupa ujian essay untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. NBL adalah 75.
2. Logbook
3. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

14
G. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Sikap dan perilaku Presentasi 30%

H. Sumber Daya
Pelaksana modul : Seluruh staf Departemen THT-KL RSCM FKUI.

I. Matriks Kegiatan Modul Terintegrasi Bidang Keilmuan Dasar THT

Hari Waktu Materi Staf Pengajar Teknik

Senin 07.30 - Filosofi dan aspek medikolegal DR.Dr.Trimartani kuliah


s/d Jumat 09.00 Patient safety DR.Dr.Trimartani
Minggu I EBM DR.Dr.Dini Widiarni
Wound Healing DR.Dr. Mirta
Senin 07.30 - Dasar-dasar bedah dasar DR.Dr.Trimartani Kuliah
s/d Jumat 09.00 Persiapan preoperasi dan praktek
Minggu II perawatan pasca operasi Mirta
Anatomi wajah, hidung, anatomi Trimartani
kulit dan jaringan lunak
Prinsip analgesi pada muka materi Dr.Dini W.
dan macam-macam jahitan
Senin 07.30 - Prinsip jabir dan tandur DR.Dr.Trimartani praktek
s/d Jumat 09.00 Wet Lab tehnik basic skill surgery I Trimartani, Dini
Minggu III Wet Lab tehnik basic skill surgery II Widiarni, Mirta
Senin 07.30 - Ujian tulis MCQ & Esai
s/d Jumat 09.00 Ujian ketrampilan basic skill surgery
Minggu IV

15
J. Matriks Kegiatan Modul Terintegrasi Bidang Bedah Dasar THT
Hari Waktu Topik Tutor Tehnik
Senin 07.30-09.00  Introduksi Bedah Dasar di Bidang THT TR Kuliah
12.00-13.30  Filosofi dan perkembangan Ilmu Penyakit THT BH Kuliah
Selasa 07.30-09.00  Cedera sel serta apoptosis dan nekrosisi RDR Kuliah
12.00-13.30  Terapi cairan, elektrolit dan keseimbangan An Kuliah
asam : Prinsip dasar, jenis cairan, cara
penghitungan cairan
Rabu 07.30-09.00  Fisiologi dan biologi sistem hemostasis RW Kuliah
12.00-13.30  Penyembuhan luka DW Kuliah
Kamis 07.30-09.00  Dasar-dasar ketrampilan bedah Tr Kuliah
Jumat 07.30-09.00  Kamar bedah dan tata cara kamar bedah serta H Kuliah
antisepsis
12.00-13.30  Infeksi bedah dan infeksi nosokomial DF Kuliah
Senin 07.30-09.00  Resistensi kuman dan peran biofilm RDR Kuliah
12.00-13.30  Dasar pemeriksaan histopatologi dan MA Kuliah
neoplasma
Selasa 07.30-09.00  Respon imunologik pada trauma dan Systemic NI Kuliah
 Inflamatory Respon Syndrome
12.00-13.30  Perawatan pra dan pasca bedah serta SMH Kuliah
pencegahan dan penangan infeksi pasca
trauma / infeksi
Rabu 07.30-09.00  Pemantauan pengelolaan syok dan nutrisi An Kuliah
12.00-13.30 parental Tr Praktikum
 Tehnik dasar-dasar bedah dan bedah plastik
rekonstruksi
Kamis 07.30-09.00  Persiapan pra, saat dan pasca operasi, pasien An Kuliah
syok akibat perdarahan
12.00-13.30  Tehnik trakeostomi BH Praktikum
Jumat 07.30-09.00  Persiapan pasien : sebelum pembedahan, saat An Kuliah
pembedahan dan pasca pembedahan
Senin 07.30-09.00  Kamar bedah dan tata cara kamar bedah RU Praktikum
12.00-13.30  Dasar-dasar ketrampilan bedah Tr/MA/DW Praktikum
Selasa 07.30-09.00  Persiapan operasi di bidang Otologi Otologi Presentasi
12.00-13.30  Persiapan operasi di bidang Rinologi Rinologi Presentasi
Rabu 07.30-09.00  Persiapan operasi di bidang Laring-Faring Laring- Presentasi
12.00-13.30  Nutrisi pasca bedah Faring Kuliah
An
Kamis 07.30-09.00  Persiapan operasi di bidang Plastik & Plastik- Presentasi
Rekonstruksi Rekonstruksi
12.00-13.30  Persiapan operasi di bidang Onkologi Onkologi Presentasi
Jumat 07.30-09.00  Persiapan operasi di bidang Endoskopi Bronko- Endoskopi Presentasi
Esofagologi BE

16
Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th edition,
Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21

2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007

3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat
Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,

4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-Approaches-


Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004

5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver
Science Publishers, 1989.

6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition
Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014

7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th
edition Lippincott William &wilkins, 2007.

17
MODUL NEUROTOLOGI 1 DAN
MODUL KETERAMPILAN NEUROTOLOGI 1
Mata Kuliah :
MKK-1 MD22801303 / A. Pendahuluan
MPK MD22801504 Modul Neurotologi I merupakan materi pendidikan
yang memberikan pelatihan keprofesian dasar dengan
Jumlah SKS :
menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah
 Materi Keahlian Khusus
khususnya dalam bidang Neurotologi THT-KL.
(MKK) = 1 SKS
Tujuan Pembelajaran
 Materi Penerapan Setelah melewati modul ini, peserta PPDS THT-KL
Keprofesian (MPK) = 1 diharapkan mampu menjelaskan penyakit serta kelainan
SKS dalam bidang Neurotologi THT-KL dan mencapai kompetensi
:
Lama : 1. Mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum
4 Minggu dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan
ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan
Ketua Modul : profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik
Ketua Divisi Neurotologi THT-KL dan Medikolegal.
2. Mampu berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi:
Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan
Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin.
3. Mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area
kompetensi: Kerjasama Tim
4. Mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient
safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada
pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem
Manajemen Mutu.
5. Memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti
perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi:
EBM
6. Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang
tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan
efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan
Dan Keterampilan Klinik.

18
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS.
C. Sasaran Pembelajaran
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk didalam
hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis.
2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf fasialis perifer.
3. Peserta PPDS THT-KL mampu melakukan pemeriksaan dan mengiterpretasi hasil
pemeriksaan audiologi dasar, keseimbangan sederhana dan pemeriksaan fungsi
motorik saraf fasialis perifer.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Neurotologi THT, meliputi:
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi dan fisiologi,
patofisiologi organ pendengaran, organ keseimbangan dan saraf fasialis..
2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding
mengenai penyakit-penyakit yang menimbulkan gangguan pendengaran.
yang disebabkan oleh :
- Atresia liang telinga, mikrotia
- Gangguan fungsi tuba, patolous tuba
- Infeksi (misalnya : OMSK, labirintitis)
- Timpanoskerosis, otosklerosis
- Proses sentral (misalnya :CAPD)
- Vaskuler (misalnya : sudden deafness, stroke)
- Trauma (misalnya: trauma kepala, trauma akustik, barotrauma,
NIHL)

19
- Degenerasi (misalnya: presbikusis, multipel sklerosis)
- Imunologi (misalnya: ALHL)
- Kongenital
- Tinitus
- Tumor (misalnya : neuroma akustik)
- Ototoksik (misalnya : gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)

3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding


mengenai gangguan keseimbangan perifer yang disebabkan oleh :
- Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
- Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
- Trauma (trauma kepala)
- Degenerasi (Presbiastasis)
- Imunologi (Menier’e deseases)
- Kongenital, BPV pada anak
- Tumor
- Ototoksik
- BPPV
- Superior canal dehiscent

4. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding


mengenai gangguan saraf fasialis perifer yang disebabkan oleh :
- Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete)
- Trauma (trauma kepala, karena operasi)
- Kongenital
- Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis)
- Degeneratif
5. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
otoskop, tes penala, tes bisik, audiometri nada murni, dan tes pendengaran
behavioral pada anak

20
6. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
keseimbangan sederhana dan Schellong test untuk hipotensi ortostatik
7. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
fungsi motorik saraf fasialis (system House-Brackmann dan sistem Freyss).

Lingkup Pokokbahasan Tahap


Bahasan Kemampuan
Klinis
Gangguan Embriologi, anatomi C3
Pendengaran, fisiologi dan C3
keseimbangan patofisiologi C3
dan Saraf pendengaran,
Fasialis keseimbangan dan
saraf Fasialis
interpretasi hasil C3
pemeriksaan
Pemeriksaan C3
audiologi, fungsi
keseimbangan dan
fungsi saraf fasialis
dasar
Manajemen pasien C3
Melakukan tahap C3
persiapan
pemeriksaan dasar
dan
menginterpretasikan
hasil serta
mendiagnosis

21
gangguan
pendengaran,
keseimbangan dan
saraf Fasialis

Anatomi, C3
fisiologi,patofisiologi,
diagnosis dan
tatalaksana .
indikasi, dan C3
persiapan, langkah-
langkah pemeriksaan
Gangguan anatomi, fisiologi, C3
pendengaran, patofisiologi
keseimbangan gangguan
dan saraf pendengaran,
fasialis keseimbangan dan
saraf fasialis
Diagnosis C3
komprehensif
indikasi, dan langkah- C3
langkah,
persiapan.pemeriksaa

22
D.2 Keterampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:

Tindakan Tingkat kewenangan


klinis
1. Tes berbisik 1
2. Tes Garpu tala 1
3. Pemeriksaan: 2
- Pemeriksaan Audiometri nada murni &
masking
- Tes SAL (Sensineural Aquity Level) untuk
mengatasi dilema masking
- Tes FIT (Fusion at Inferred Threshold)
4. Pemeriksaan audiometri tutur & masking 2
5. Pemeriksaan Psikoakustik untuk Tinitus dan LDL -
(Loudness Discomfort Level)
2
6. Pemeriksaan penentuan lokasi lesi (site of
lesion) : ABLB, SISI, Tone decay
7. Audiologi pediatric 2
- Behavioural Observsation Audiometry (BOA) 2
- Visual Reinvorcement Audiometry (VRA) 2
- Tes play audiometri 2
- Tes fungsi persepsi 2
8. PemeriksaanTimpanometri 2
9. PemeriksaanTesFungsi Tuba 2
10. Tes keseimbangan sederhana 1
11. Head Impulse Test, Head Shaking Test dan 2
Dynamic Visual Acuity Test

23
12. PemeriksaanTesposisi (Dix Hallpike, side lying, 2
roll test)
13. PemeriksaanTesKalori (dengan air atau udara) 0
14. Pemeriksaan Posturografi 0
15. Tes fungsi motorik saraf fasialis (sistem Freyss 2
atau House-Brackmann)
16. Pemeriksaan Topografi Nervus Fasialis 2
17. Pemeriksaan Elektrofisiologis fungsi saraf 2
Fasialis (NET)
18. Pemeriksaan BERA 0
19. Pemeriksaan ASSR 0
20. Pemeriksaan OAE 0
21. Terapi Reposisi Otolit dan terapi rehabilitasi 2
vestibuler (VRT)
22. Habilitasi dan rehabilitasi fungsi pendengaran 2

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
E. Lingkup Bahasan (Pokok/topik Bahasan)
Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
- Atresia liang telinga, mikrotia
- Gangguan fungsi tuba, patolous tuba
- Infeksi (OMSK, labirintitis)
- Timpanosklerosis, otosklerosis
- Proses sentral (CAPD)

24
- Vaskuler (sudden deafness, stroke)
- Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL)
- Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis)
- Imunologi (ALHL)
- Kongenital
- Tinitus
- Tumor (neuroma akustik)
- Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)
- Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
- Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
- Trauma (trauma kepala)
- Degenerasi (Presbiastasis)
- Imunologi (Menier’e deseases)
- Kongenital, BPV pada anak
- Tumor
- Ototoksik
- BPPV
- Superior canal dehiscent
- Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete)
- Trauma (trauma kepala, karena operasi)
- Kongenital
- Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis)
- Degeneratif

F. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai gangguan
pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf wajah (n. fasialis).
a. belajar mandiri

25
b. diskusi topik
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL.
a. kerja poliklinik
b. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion
G. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasipeserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran
sebanyak 90%.
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Neurotologi.
H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada awal
minggu ke 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis peserta PPDS
THT-KL. NBL adalah 75
2. Minicex
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuanPeserta PPDS THT-KL
mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan
tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien
3. DOPS
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

26
I. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%
J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Prof.Dr.dr.Jenny Endang Bashiruddin, Sp THT-KL(K)
2. Dr. Widayat Alviandi, Sp THT-KL(K)
3. Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT-KL (K)
K. Lokasi Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Ruang rawat Gedung A RSCM
I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Senin s/d 08.00- Cara kerja di Divisi Prof.Dr.dr. Jenny Pengarahan
Jum’at 15.30 Neurotologi E B, Sp THT
Minggu I Embriologi,anatomi, Dr. Widayat Diskusi topic
fisiologi, patofisiologi Alviandi, Sp THT Kerja praktek
organ pendengaran, Dr. Brastho CBD/case based
keseimbangan dan saraf Bramantyo, Sp discussion
fasialis THT
Diagnosis dan diagnosis
banding gangguan
pendengaran,

27
keseimbangan dan saraf
fasialis

Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
pendengaran dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
fungsi keseimbangan
dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi fungsi
motorik saraf fasialis
Evaluasi awal Ujian tulis: Essay
pengetahuan dan
kemampuan pelayanan
klinik di Div Neurotologi
Senin s/d 08.00- Embriologi,anatomi, Prof.Dr.dr. Jenny
Jum’at 15.30 fisiologi, patofisiologi E B, Sp THT
Minggu II organ pendengaran, Dr. Widayat Diskusi topic
keseimbangan dan saraf Alviandi, Sp THT Kerja praktek
fasialis Dr. Brastho CBD/case based
Diagnosis dan diagnosis Bramantyo, Sp discussion
banding gangguan THT
pendengaran,
keseimbangan dan saraf
fasialis

28
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
pendengaran dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
fungsi keseimbangan
dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi fungsi
motorik saraf fasialis
Senin s/d 08.00- Embriologi,anatomi, Prof.Dr.dr. Jenny Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 fisiologi, patofisiologi E B, Sp THT
Minggu III organ pendengaran, Dr. Widayat
keseimbangan dan saraf Alviandi, Sp THT
fasialis Dr. Brastho
Diagnosis dan diagnosis Bramantyo, Sp
banding gangguan THT
pendengaran,
keseimbangan dan saraf
fasialis

Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
pendengaran dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
fungsi keseimbangan
dasar

29
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi fungsi
motorik saraf fasialis

Senin s/d 08.00- Embriologi,anatomi, Prof.Dr.dr. Jenny Diskusi/Praktikum


Jum’at Minggu 15.30 fisiologi, patofisiologi E B, Sp THT
IV organ pendengaran, Dr. Widayat
keseimbangan dan saraf Alviandi, Sp THT
fasialis Dr. Brastho
Diagnosis dan diagnosis Bramantyo, Sp
banding gangguan THT
pendengaran,
keseimbangan dan saraf
fasialis

Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
pendengaran dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi tes
fungsi keseimbangan
dasar
Pelatihan pemeriksaan
dan interpretasi fungsi
motorik saraf fasialis
EVALUASI Ujian Tulis Essay

30
Daftar Pustaka:
1. Jackler RK, Brackmann DE, Neurotology
2. Katz J, Clinical Audiology
3. Gelfand SA, Essentials of Audiology
4. Herdman SJ, Vestibuler Rehabilitation
5. May M, Schaitkin BM, The Facial Nerve

31
MODUL OTOLOGI 1 DAN
MODUL KETERAMPILAN OTOLOGI 1
Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MKK-1 MD22801305 /
Modul otologi-1 adalah materi pendidikan yang
MPK MD22801506
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
Jumlah SKS : pembelajaran penatalaksanaan penyakit-penyakit
 Materi Keahlian Khusus tersering yang dijumpai di bidang otologi ilmu kesehatan
(MKK) = 1 SKS telinga hidung tenggorok bedah kepala leher (THT-KL).
 Materi Penerapan Tujuan Pembelajaran
Keprofesian (MPK) = 1 Setelah melewati modul ini, peserta program
SKS diharapkan mampu memahami patogenesis penyakit,
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding
Lama : dan memberikan terapi penyakit-penyakit telinga di bidang
4 Minggu otologi ilmu kesehatan THT-KL.
Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
Ketua Modul :
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu
Ketua Divisi Otologi THT-KL
menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan
rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme,
Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan
pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif
interprofesi dan multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif
dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan
menjaga prinsip-prinsip patient safety dan
pelayanan berkualitas yang berorientasi pada
pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan
Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk
belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit
THT-KL. Area kompetensi: EBM.

32
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu
penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan
Keterampilan Klinik.

B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) tahap pembekalan
semester II yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL.

C. Sasaran Pembelajaran
1. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi kelainan
kongenital telinga.
2. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi trauma
telinga.
3. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi benda asing
telinga (luar, tengah dan dalam).
4. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit
inflamasi telinga luar.
5. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit
inflamasi telinga tengah.
6. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit
inflamasi telinga dalam.

33
7. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit
tumor jinak dan ganas telinga.

D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan proses pembelajaran PPDS THT-
KLmampumemahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan
diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi:
1. Kelainan-kelainan kongenital telinga, yaitu:
i. Kelainan kongenital telinga herediter.
ii. Kelainan kongenital telinga non-herediter.
2. Jenis trauma telinga, yaitu:
i. Trauma mekanik pada telinga.
ii. Trauma kimia pada telinga.
iii. Trauma akustik pada telinga.
3. Benda asing telinga (luar, tengah dan dalam).
4. Penyakit inflamasi telinga luar, yaitu:
i. Otitis eksterna sirkumskripta.
ii. Otitis eksterna difusa.
5. Penyakit-penyakit inflamasi telinga tengah, yaitu:
i. Otitis media supuratif.
ii. Otitis media non-supuratif.
6. Penyakit-penyakit inflamasi telinga dalam, yaitu:
i. Labirinitis.
ii. Penyakit Meniere.
iii. Neuronitis vestibularis.
iv. Presbiakusis.
v. Ototoksisitas.

34
vi. Sudden deafness.
vii. Tuli akibat bising.

Lingkup Bahasan Topik Bahasan Tingkat


Kemampuan Klinis
Kelainan kongenital  Atresia dan stenosis liang
telinga herediter & telinga.
non-herediter.  Celah brakial 1.

Trauma mekanik,  Laserasi & avulsi kulit


kimia, & akustik. liang telinga.
 Perforasi membran
timpani.
 Dislokasi osikel.
 Fraktur tulang temporal.

Benda asing telinga  Benda asing organik &


luar, tengah & dalam anorganik telinga luar,
tengah & dalam.

Otitis eksterna  Otitis eksterna


sirkumskripta.
 Otitis eksterna difusa.
 Otitis eksterna maligna.
Otitis media  Otitis media supuratif:
otitis media akut
(rekuren)& otitis media
supuratif kronik.
 Otitis media non-
supuratif: otitis media
efusi, glue ear.

35
Labirintitis  Labirintitis purulenta.
 Labirintitis serosa.

Tumor jinak dan  Seruminoma.


ganas:  Adenokarsinoma liang
A. Liang telinga. telinga.
B. Telinga tengah.  Osteoma.
C. CPA.  Exostosis.
 Osteosarkoma.
 Adenokarsinoma telinga
tengah.
 Neuroma akustik.

D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Jenis Keterampilan Tingkat
Kewenangan Klinis
POLIKLINIK

Menggunakan peralatan diagnostik, alat bedah mikro, 5


dan bahan kimia / obat-obatan untuk telinga.
Membaca dan interpretasi hasil pemeriksaan 5
penunjang (fungsi pendengaran, nervus fasialis,
keseimbangan, radiologi).
KAMAR OPERASI

Mampu melakukan persiapan operasi telinga (alat, 5


pasien, dokumen pendukung).
Mampu mengenali dan menyebutkan struktur 5
anatomi telinga dan tulang temporal.

36
Mampu mempraktekkan teknik bedah dasar pada 5
operasi telinga.

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul otologi-1 ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit
yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari di bidang otologi.
a. Belajar mandiri.
b. Diskusi topik.
2. Kerja praktek bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL dengan
cara:
a. Kerja poliklinik.
b. Kerja ruang rawat inap.
c. Kerja instalasi gawat darurat.
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
metode:
a. Tinjauan pustaka/journal reading.
b. CBD/case based discussion.

37
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul otologi-1.
H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
I. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

38
J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Dr.Alfian Farid Hafil, Sp THT-KL(K).
2. DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K).
3. Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K).
K. Lokasi Praktek
1. Poliklinik/ instalasi rawat jalan divisi otologi departemen ilmu kesehatan THT-KL
RS. Cipto Mangunkusumo.
2. Instlasasi rawat inap departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto
Mangunkusumo.
L. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
SENIN 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Dr. Alfian Farid Pengarahan
Otologi Hafil, SpTHT-KL
(K).
DR.Dr. Ratna
D.Restuti, SpTHT-
KL (K).
Dr. Harim Priyono,
SpTHT-KL (K).
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Idem Diskusi/Praktikum
Jum’at  Latihan menggunakan alat
Minggu I diagnostik
 Memahami penyakit di
bidang Otologi
 Bekerja di kamar operasi
IGD/IBP
 Melakukan tatalaksana
pasien rawat inap
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di poli Divisi Idem Diskusi/Praktikum
Jum’at  Memahami penyakit di
Minggu II bidang Otologi
 Bekerja di kamar operasi
IGD/IBP
 Follow up pasien di
bangsal

39
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Senin s/d 08.00-  Bekerja di Poli Divisi Idem Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30  Memahami penyakit di
Minggu III bidang Otologi
 Bekerja di kamar operasi
IGD/IBP
 Follow up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-  Bekerja di Poli Divisi Idem Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30  Memahami penyakit Ujian Tulis Essay
Minggu dibidang Otologi
IV  Bekerja di kamar operasi
IGD/IBP
 Follow up pasien di
bangsal
 Ujian Tulis
Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.

2. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology,
5th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.

3. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13 th Ed, Lea-
Febiger, 1985.

4. Adam GL, Boies LR,Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB


Saunders Co.1989.

40
MODUL LARING FARING 1 DAN
MODUL KETERAMPILAN LARING FARING 1
Mata Kuliah :
MKK-1 MD22801307 / A. Pendahuluan
MPK MD22801508 Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang
Jumlah SKS : memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
 Materi Keahlian Khusus
bidang Laring Faring THT-KL.
(MKK) = 1 SKS
Tujuan Pembelajaran
 Materi Penerapan
Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS
Keprofesian (MPK) = 1
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam
SKS
bidang Laring Faring THT-KLdan mencapai kompetensi yang
diharapkan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-
Lama : KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
4 Minggu melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
Ketua Modul : etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
Ketua Divisi Laring Faring THT-KL jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
kemampuan intelektual dan profesional. Area
kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.

41
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester
II yang sudah melalui MDU dan MDK semester 1.
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
Faring dan laring, termasuk didalamnya tonsil, sistem terbentuknya suara, sistem
vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis bandingdisphonia, Sumbatan Jalan
Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma
laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome

3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia,


Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital
laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea
Syndrome.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program
mampumenjelaskan, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit
serta melakukan tindakan dalam bidang Laring Faring THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-
kembang laring dan faring, termasuk didalamnya tonsil, sistem pembentukan suara,
sistem vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan
Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring,
Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome
3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan
kongenital
4. laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea
Syndrome.

Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kemampuan


Klinis
Trauma Laring Anatomi, Fisiologi C3
Laring
Interpretasi CT- C3
Scan
Handling RFL C3

42
ManajemenPasien C3
Trauma Laring C3
Basic surgical C3
landmark, indikasi,
kontraindikasi,
komplikasi,
persiapan operasi,
alat-alat yang akan
dipakai
Patofisiologi, dan C3
tatalaksana trauma
larig
indikasi, C3
kontraindikasi,
komplikasi,
persiapan, langkah-
langkah tindakan
rekonstruksi laring
Abses leher dalam Anatomi, C3
patofisiologi abses
leher dalam
Tatalaksana C3
komprehensif
Indikasi, C3
kontraindikasi,
komplikasi,
langkah-langkah,
persiapan.
Obructive sleep apnea Anatomi, fisiologi, C3
syndrome (OSAS) patofisiologi
sumbatan
Pemeriksaan RFL, C3
muller
maneuver,ESS, dan
mengintrepetasikan
polisomnografi
Tatalaksana C3
komprehensif
(OSA surgery, C3
edukasi,
Tumor ganas laring Anatomi, fisiologi, C3
patofisiologi laring

43
Indikasi, C3
kontraindikasi dan
komplikasi
laringektomi dan
diseksi leher
Persiapan dan C3
melakukan
trakeostomi
Stenosis laring Patofisiologi C3
stenosis laring
Diagnosis dan C3
komplikasi
Persiapan pre C3
operasi
Alat-alat yang C3
dipersiapkan
Disfonia Fisiologi, etiologi C3
dan patofisiologi
Diagnosis dan C3
diagnosis banding
Tatalaksana C3
komprehensif
Kelainan kongenital Tumbuh kembang C3
(Laryngomalasia, Diagnosis C3
laryngeal web, Tatalaksana C3
laryngeal cleft, hygroma komprehensif
colli,
hemangioma,parese)
Infeksi faring laring Anatomi, histologi, C3
(tonsilitis faringitis, patofisiologi
laringitis) Diagnosis C3
Komplikasi C3
Tatalaksana C3
komprehensif
Lesi jinak laring Patofisiologi C3
(hemangioma, Diagnosis C3
Papiloma Tatalaksana
laring,granuloma,nodul, komprehensif
polyp,

44
D.2 Keterampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:

Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester 2
Penegakan Diagnosis Penyakit Laring Faring Dengan 1
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang,
Inform Consent
Tindakan Laringoskopi Tidak Langsung 1
Tatalaksana Medikamentosa 2
Cricotirotomi 1
Trakeostomi Terintubasi 1
Trakeostomi Primer 0
Melebarkan Stoma 0
Decanulasi 0

Pemasangan NGT 1
Ekstraksi Benda Asing Orofaring 1
Biopsi Lokal Anestesi Tumor Orofaring 2
Perawatan Kanul Trakea 1
Perawatan Luka Pasca Operasi 1
Angkat Jahitan 1
Insisi Abses Peritonsil 1
Insisi Submandibula 0
Insisi Retrofaring 0
Insisi Parafaring 0
Perawatan Abses 1
Penggantian Kanul Trakea 2
Flexible Optik Laringoskopi 2
Muller Manuever 2
Interprestasi Hasil PSG 2
Interpretasi Hasilmct Scan 2
Laringoskopi Diagnostic Dan Biopsi 0
Ekstirpasi Lesi Jinak Laring Non Neoplasma 0
Ekstirpasi Lesi Jinak Laring Neoplasma 0
Insisi Dan Flap Pada Operasi Tiroidektomi 0

45
Insisi Apron Pada Operasi Laringektomi 0
Penutupan Luka Penutupan Luka Pada Operasi 1
Laringektomi
Tonsilekomi Dan Adenoidektomi 0
Diagnosis Dan Tatalaksana LPR 0
Ekstirpasi Kista Leher 0
Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester 3
Penegakan Diagnosis Penyakit Laring Faring Dengan 1
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan
Penunjang
Penegakan Diagnosis Penyakit Laring Faring Dengan 2
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan
Penunjang Kompleks
Tindakan Laringoskopi Tidak Langsung 1
Tatalaksana Medikamentosa 2
Trakeostomi Terintubasi 1
Trakeostomi Primer
Pemasangan NGT 2
Biopsi Lokal Anestesi Tumor Orofaring 1
Perawatan Kanul Trakea 1
Perawatan Luka Pasca Operasi 1
Perawatan Abses 2
Muller Manuever 2
2

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

46
E. Pokok Bahasan
Pada modul ini ditetapkan pokok bahasan sebagai berikut:
1. Infeksi laring faring
2. Dysphonia
3. Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring)
4. Abses leher dalam
5. Kelainan kongenital laring
6. Trauma laring
7. Lesi jinak laring
8. Lesi ganas laring
9. Obtructive Sleep Apnea Syndrome

F. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenaidisphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan
kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive
Sleep Apnea Syndrome.
a. belajar mandiri
b. diskusi topic
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL.
1. kerja poliklinik
2. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan :
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion
G. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk
dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%.
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Laring Faring.

47
H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada awal
minggu ke- 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS.NBL adalah
80.
2. Minicex
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien
3. DOPS
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

I. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Prof. Dr. Bambang Hermani, Sp THT-KL(K) (HBH)
2. Dr. Syahrial MH, Sp THT-KL(K) (SMH)
3. Dr. Arie Cahyono, Sp THT-KL(K) (ARI)
4. Dr. Fauziah Fardizza, Sp THT-KL(K) (FFZ)
Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Instalasi Bedah Pusat RSCM
3. Ruang rawat Gedung A RSCM

48
K. Matriks Kegiatan

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


SENIN 08.00- Cara kerja di Divisi HBH Pengarahan
10.00 Laring Faring SMH
ARI
FFZ
Senin s/d 08.00-  Infeksi laring HBH Diskusi topik
Jum’at 15.30 faring SMH Kerja praktek
Minggu I  Dysphonia ARI CBD/case based
 Sumbatan Jalan FFZ discussion
Napas Atas Ujian tulis: Essay
(Sumbatan laring)
 Abses leher dalam
 Kelainan
kongenital laring
 Trauma laring
 Lesi jinak laring
 Pelatihan
menggunakan
flexible optic
laryngoscop
Senin s/d 08.00-  Infeksi laring HBH
Jum’at 15.30 faring SMH
Minggu II  Dysphonia ARI
 Sumbatan Jalan FFZ
Napas Atas
(Sumbatan laring)
 Abses leher dalam
 Kelainan
kongenital laring
 Trauma laring
 Lesi jinak laring
 Pelatihan
membaca CT-
scan/ PSG

49
Senin s/d 08.00-  Infeksi laring HBH Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 faring SMH
Minggu  Dysphonia ARI
III  Sumbatan Jalan FFZ
Napas Atas
(Sumbatan laring)
 Abses leher dalam
 Kelainan
kongenital laring
 Trauma laring
 Pelatihan
ekstraksi benda
asing
Senin s/d 08.00-  Infeksi laring HBH Ujian Tulis Essay
Jum’at 15.30 faring SMH
Minggu IV  Dysphonia ARI
 Sumbatan Jalan FFZ
Napas Atas
(Sumbatan laring)
 Abses leher dalam
 Kelainan
kongenital laring
 Trauma laring
 Lesi jinak laring

M. Daftar Pustaka:
1. Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and Throat Disorders,
Saunders Company, 152-153., 2001
2. Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006
3. Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat Diseases, Thieme, 299-
387., 1194
4. Koufman JA, Belafsky PC. Infectious and Inflammatory Diseases of the Larynx.
In:Snow Jr JB, Ballenger JJ, editors. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck.
16th ed. Philadelpia: Lea&Febiger;2003.p.1194-214.
5. Postma GN, Amin MR, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands
SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR, editors. Head and neck surgery –
otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p.599-605.

50
6. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck, Philadelphia, Lea &
Febiger, 1993, chapter 26, pp.424-34
7. Bailey BJ and Pillsburry III HC.Head and Neck Surgery – Otolaryngology. Philadelphia,
JB Lippincott Co, 1993, chapter 39, pp.492-500
8. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis of
Otolaryngology.Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter ,pp. 240-59
9. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL. Otolaryngology.
Philadelphia. WB Saunders Co., 1991, chapter 13, pp. 333-42
10. Lee KJ. Essential Otolaryngology.Head & Neck Surgery. New York. McGraw Hill, 8 th Ed,
Chapter 31, pp. 724-92.

51
MODUL RHINOLOGI 1 DAN
MODUL KETERAMPILAN RHINOLOGI 1
Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MKK-1 MD22801309 /
Modul Rinologi adalah materi pendidikan yang
MPK MD22801510
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
Jumlah SKS : penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
 Materi Keahlian Khusus bidang Rinologi THT-KL.
(MKK) = 1 SKS Tujuan Pembelajaran
 Materi Penerapan Setelah melewati modul ini, peserta program
Keprofesian (MPK) = 1 diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam
SKS bidang Rinologi THT-KLdan mencapai kompetensi yang
diharapkan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-
Lama : KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
4 Minggu melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
Ketua Modul :
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
Ketua Divisi Laring Faring THT-KL
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.

52
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh
kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan
komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi 0 derajat dengan baik dan benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik
medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi
operasi serta alat-alat yang diperlukan.

D. Sasaran Pembelajaran
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Rinologi THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan,
tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta
septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan
komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi 0 derajat dengan baik dan
benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara
komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi
operasi serta alat-alat yang diperlukan.

53
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap
Kewenangan
Klinis
Inflamasi dan infeksi Rinosinusitis akut
hidung dan sinus Rinosinusitis
paranasal kronik
Polip nasal
Snusitis dentogen
Infeksi jaringan
lunak (vestibulitis,
selulitis)
Penyakit autoimun
(bersama divisi
alergi imunologi)
Sinusitis Jamur
Abses Septum
Kelainan anatomi kelainan septum
atresia koana
Gangguan penghidu anosmia trauma
anosmia pasca
infeksi
Epistaksis epistaksis anterior
epistaksis
posterior
Benda Asing,

Lesi jinak hidungdan angiofibroma


sinus paranasal papiloma inverted
(angiofibroma,
Papiloma inverted,
bekerjasama dengan
divisi onkologi THT)

54
D.2 Keterampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:

Jenis Tindakan/ Keterampilan Tahapan


Pembekalan
Penegakan diagnosis dengan 3
anamnesis, pemeriksaan fisik,
rinoskopi anterior dan posterior

Evaluasi menggunakan nasal endoskop 2,3


0 derajat
Pembacaan CT-Scan 2
Evaluasi menggunakan nasal endoskop
30,45, 70, 110 derajat
Pemeriksaan fungsi penghidu 2
Tatalaksana medikamentosa 2
Tatalaksana pembedahan : BSEF I 0
(Maksila)
Tatalaksana pembedahan BSEF II 0
(Maksila dan Etmoid)
Tatalaksana pembedahan BSEF III DCR 0
Tatalaksana pembedahan BSEF III 0
(Maksila, etmoid dan frontal atau
sfenoid)
Tatalaksana BSEF IV (Jabir 0
Osteoperiosteal)
Tatalaksana BSEF IV (kebocoran CSS) 0
Tatalaksana BSEF IV (operasi skull base) 0
Tatalaksana BSEF IV (ekstirpasi tumor 0
dengan endoskop)
Tatalaksana pembedahan : Septoplasti 0
Tatalaksana pembedahan: Reduksi 0
Konka Inferior
Melakukan perawatan luka pasca 0
operasi BSEF
Tindakan polipektomi sederhana di 0
poliklinik
Tindakan sinuskopi diagnostik 2

55
Tindakan sinuskopi tindakan
Ekstraksi benda asing 2
Pemasangan tampon anterior 1
Pemasangan tampon posterior 2
Ligasi arteri sfenopalatina 0
Ekstraksi benda asing 2

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
D.4 Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan)
Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
1. Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal
2. Kelainan anatomi
3. Gangguan penghidu
4. Epistaksis
5. Benda asing

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Rinologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai Rinosinusitis, Polip,
Kelainan septum, Epistaksis, Gangguan Penghidu dan Benda asing
a. belajar mandiri
b. diskusi topik
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek
klinis/keterampilan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-KL
a. kerja poliklinik
b. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion

56
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Rinologi.
I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada
awal minggu ke 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS.
NBL adalah 75.
2. Minicex
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik
mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan
tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien .
3. DOPS
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

57
H. Sumber Daya
Pelaksana modul :
5. Dr. Umar Said Dharmabakti, Sp THT-KL(K)
6. Dr. Endang Mangunkusumo, Sp THT-KL(K)
7. DR.Dr. Retno S Wardani, Sp THT-KL (K)
8. Dr. Febriani Endiyarti, Sp THT-KL

Lahan Praktek
4. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
5. Instalasi Bedah Pusat RSCM
6. Ruang rawat Gedung A RSCM

I. Matriks Kegiatan

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


SENIN 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Dr.Umar SD Pengarahan
Rinologi Dr.Endang MK
DR.Dr.Retno SW
Dr.Febriani
Senin 08.00-15.30 Rinosinusitis idem Diskusi topik
s/d
Jum’at Polip Kerja praktek
Minggu kelainan septum CBD/case based
I discussion
gangguan penghidu Ujian tulis: Essay
benda asing
Epistaksis
pelatihan
pemeriksaan fungsi
penghidu
pelatihan
menggunakan nasal
endoskop 0 derajat
08.00-15.30 Rinosinusitis idem idem

58
Senin Polip
s/d kelainan septum
Jum’at gangguan penghidu
Minggu benda asing
II epistaksis
pelatihan septoplasti
lilin dan atau kambing
pelatihan membaca
CT-scan

Senin 08.00-15.30 Rinosinusitis idem Diskusi/Praktikum


s/d
Jum’at Polip
Minggu
III kelainan septum
gangguan penghidu
benda asing
epistaksis
pelatihan sinuskopi,
ekstraksi benda asing
Senin 08.00-15.30 Rinosinusitis idem
s/d Polip Ujian Tulis Essay
Jum’at kelainan septum
Minggu gangguan penghidu
IV benda asing
epistaksis

59
Daftar Pustaka
1. Adam GL, Boies LR, Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders
Co.1989.
2. Iskandar N, Soepardi EA., Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009.
3. Bailey BJ, Johnson JT.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia. Lippincott
Williams & wilkins. 4th Ed. 2006.
4. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea –Febiger,
1985. Scott Brown: Otolaryngology, 6th Ed, JP Lippincont, 1997.
5. Lee KJ.: Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery, New York. McGraw Hill, 8 th
Ed.2003.
6. Kennedy DW, Bolger WE,Zienrech SJ.: Diseases of the Sinuses, diagnosis and
management, 1st Ed.Ontario, BC Decker Inc, 2001.
7. Stammberger H.: Functional Endoscopic Sinus Surgery. The Messerklinger technique,
Philadelphia, BC Decker Inc 1991.
8. Wormald PJ.: Endoscopic Sinus Surgery. Anatomy, Three-Dimensional Reconstruction
and Surgical Technique, New York. Thieme, 2nd Ed.2008.
9. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C et al. European Position Paper on
Rhinosinusitis and Nasal Polyps. 2012.

60
MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 1

Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MPA MD22801411 Modul Keahlian Kompehensif THT 1 adalah materi
pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta
Jumlah SKS : mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan
Modul Keahlian Komprehensif melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam
THT 1 (2 SKS) melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasus-
kasus THT sesuai dengan evidence based medicine.
Tujuan Pembelajaran
Lama : Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
6 Bulan (Selama Periode mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun
Semester II) dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence
based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan
tercapai setelah melewati modul ini:
Ketua Modul :
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
Koordinator Penelitian THT-KL etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area
kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-
prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang
berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety
dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan
Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.

61
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester
II

C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Melakukan penulisan karya ilmiah.
2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar.
3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan sebagai
landasan pembuatan karya ilmiah.
4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar.

C.2 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan
bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat
berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi
etika penulisan karya ilmiah.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 1 meliputi :
a. Menyusun makalah
b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal.
c. Diskusi dengan pembimbing
d. Presentasi Ilmiah

F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan
presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji

I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75.
2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan pembimbing dan
presentasi ilmiah. NBL adalah 85.

62
G. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Form penilaian -Makalah dan 50% pembimbing
Karya Ilmiah Media 30 % penguji
presentasi 20% pembimbing
-Presentasi dan
diskusi

H. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K)
2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)

I. Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 1

Hari Waktu Materi Staf Pengajar Teknik


Senin- 2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan Pembimbing Belajar
Jumat diskusi dengan pembimbing mandiri
diskusi
Selasa/ Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 1 Pembimbing Presentasi
rabu/ yang telah Moderator
jumat ditentukan Penguji
Senin- 2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan Pembimbing Belajar
Jumat diskusi dengan pembimbing mandiri
diskusi
Selasa/ Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 2 Pembimbing Presentasi
rabu/ yang telah Moderator
jumat ditentukan Penguji

Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6 th
edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21
2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and
Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-
Approaches- Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004
5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.

63
6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th
edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti
Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins,

64
MODUL KEGAWATDARURATAN THT I

Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MKK-1 MD22801309 /
MPK MD22801510 Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta
Jumlah SKS :2 SKS kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang
kegawatdaruratan THT-KL.
Lama :
4 Minggu Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu
Ketua Modul : memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Laring Faring THT-KL
Penanggung Jawab IGD THT dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Laring Faring ilmu
kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai
setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika,
disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam
mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan
Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup
sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area
kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-
prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang
berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan
Sistem Manajemen Mutu

D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
65
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program
1. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu
penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM
2. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit
THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat,
dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik

B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester II
yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan
THT.
3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain
dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.

D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami,
menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan
THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.

66
2. Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding:
1. Benda asing di THT
2. Nyeri telinga akut
3. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
4. Trauma telinga dan tulang temporal
5. Tuli mendadak
6. Epistaksis
7. Trauma wajah
8. Trauma jaringan lunak wajah
9. Trauma hidung
10. Abses leher
11. Sumbatan laring
12. Trauma trakea
13. Disfagia
14. Esofagitis korosif

3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif :


1. Benda asing di THT
2. Nyeri telinga akut
3. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
4. Trauma telinga dan tulang temporal
5. Tuli mendadak
6. Epistaksis
7. Trauma wajah
8. Trauma jaringan lunak wajah
9. Trauma hidung
10. Abses leher
11. Sumbatan laring
12. Trauma trakea
13. Disfagia
14. Esofagitis korosif

67
pokok Kewenangan
Lingkup Bahasan bahasan klinis

3c

Anatomi,
Fisiologi Dan
Patofisiologi

3c

Diagnosis dan
Diagnosis
Benda Asing di THT: Banding

 Benda asing di Esofagus


 Benda asing di Laring Rencana 3c
 Benda asing di Trakea tatalaksana
 Benda asing di Bronkus tindakan dan
 Benda asing di Sinus Piriformis medikamentosa
pada kasus
 Benda asing di Dasar Lidah
benda asing di
 Benda asing di Faring/ Tonsil
THT
 Benda asing di Hidung
 Benda asing di Liang Telinga 3c

Manajemen
pasien
Benda Asing di
THT

3c
indikasi, 3c
kontraindikasi,
komplikasi,
persiapan,
langkah-
langkah
pengambilan
benda asing di
THT
Nyeri Telinga Akut 3c
Anatomi,
 Otitis Media Supuratif Akut
patofisiologi
(OMA)
Nyeri Telinga
 Otitis Eksterna Sirkumskrip Akut
(Furunkel)

68
 Otitis Eksterna Difus 3c
 Otitis Eksterna Maligna

3c
Diagnosis

Tatalaksana 3c
Komprehensif
Anatomi, 3c
fisiologi,
patofisiologi
Intrakranial
Otitis Media
Akut/ Otitis
Komplikasi Intrakranial Otitis Media Media
Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis: Supuratif
 Meningitis Otogenik Kronis
 Trombosis Sinus Lateralis 3c
 Abses Ekstradural
 Abses Subdural Diagnosis
 Abses Otak Otogenik
 Hidrosefalus Otikus
3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif

3c
Anatomi,
fisiologi,
Trauma Telinga dan Tulang Temporal; patofisiologi
 Trauma Daun Telinga Telinga
 Keluar Cairan/ Darah dari Liang
Telinga 3c
 Gangguan Pendengaran Diagnosis
 Gangguan Keseimbangan
3c
 Paresis Fasial
 Fraktur Tulang Temporal
Rencana Tata
Laksana

Tuli Mendadak 3c
 Iskemia Koklea
Anatomi dan
 Infeksi Virus
patofisiologi
 Pasca Trauma Kepala
Tuli Mendadak
 Trauma Bising Keras
 Perubahan Tekanan Atmosfir

69
 Obat Ototoksik 3c
 Penyakit Meniere
 Neuroma Akustik Diagnosis dan
komplikasi

3c

Rencana
tatalaksana

3c

Anatomi,
fisiologi dan
patofisiologi

Epistaksis
 Perdarahan Anterior 3c
 Perdarahan Posterior
Diagnosis

3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif
3c
Anatomi,
histologi,
patofisiologi

Trauma Muka 3c
 Fraktur Tulang Hidung
 Fraktur Maksila Diagnosis
 Fraktur Zigoma
 Fraktur Mandibula
 Fraktur Orbita 3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif

70
3c

Anatomi,
histologi,
patofisiologi

3c
Trauma Jaringan Lunak Muka
 Avulsi Total Diagnosis
 Avulsi Sebagian
 H. Laserasi
3c

Komplikasi

3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif
3c

Anatomi,
histologi,
Trauma Hidung patofisiologi
 Trauma Tertutup
 Trauma Terbuka
Diagnosis 3c
3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif

3c
Anatomi,
Abses Leher histologi,
 Abses Peritonsil patofisiologi
 Abses Retrofaring
 Abses Parafaring 3c
 Abses Submandibula
Diagnosis

71
3c
Rencana
Tatalaksana
komprehensif

3c
Anatomi,
histologi,
patofisiologi
Sumbatan Laring
 Radang 3c
 Tumor
Diagnosis
 Kelainan Kongenital
 Paresis Postikus Bilateral
 Trauma 3c
 Benda Asing Rencana
Tatalaksana
komprehensif

Anatomi, 3c
histologi,
patofisiologi
Trauma Trakea 3c
 Trauma Tumpul
 Trauma Tajam Diagnosis
 Trauma Endogen
Rencana 3c
Tatalaksana
komprehensif
3c
Anatomi,
histologi,
patofisiologi

3c
Disfagia Diagnosis dan
 Kelainan Faring diagnosis
 Kelainan Esofagus banding

Rencana
Tatalaksana
komprehensif

3c
Anatomi,
histologi,
patofisiologi
Esofagitis Korosif
3c
Diagnosis

72
3c

Rencana
Tatalaksana
komprehensif

I.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester 2
Ekstraksi Benda Asing:
Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi 0
Benda asing di trakea: Bronkoskopi 0
Benda asing di bronkus : Bronkoskopi 0
Benda asing di esofagus: Esofagoskopi 0
Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi 0
Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak
1
langsung
Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam 1
Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait 2
Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset 1
Nyeri telinga akut
Tatalaksana Medikamentosa 1
Pemasangan tampon telinga 1
Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
Tatalaksana Medikasmentosa 1
Trauma telinga dan tulang temporal
Tuli mendadak
Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa 2
Epistaksis
Pemasangan tampon anterior 1
Pemasangan tampon posterior 2

Trauma muka
Trauma jaringan lunak muka
Bedah minor 0
Trauma hidung
Reduksi tertutup 0
Aspirasi dan insisi hematoma septum 0

73
Abses leher
Aspirasi dan insisi abses peritonsil 1
Aspirasi dan Insisi abses submandibular 0
Aspirasi dan Insisi abses retrofiring 0
Aspirasi dan Insisi abses parafaring 0
Terapi medikamentosa 0
Sumbatan jalan napas atas
Tindakan laringoskopi tidak langsung 1
Tindakan laringoskopi langsung 0
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 1
Trakeostomi primer 0

Trauma trakea
Tindakan laringoskopi langsung 0
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 1
Trakeostomi primer 0
Pemasangan NGT 1
Disfagia
Pemasangan NGT 1
Esofagitis korosif
Esofagoskopi
Pemasangan NGT 1

II.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap
pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung
jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim
dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap :
1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang
2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga.

74
I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu
setelah jaga.

G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan, Form penilaian 40%
Keterampilan Form penilaian 20%
Sikap dan perilaku Form penilaian 40%

H. Sumber Daya
Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek
1. Unit Gawat Darurat RSCM
2. Ruang rawat RSCM

I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Kasus
Senin- 15.00-
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Jumat 07.00
THT
08.00-
Kasus
Sabtu- 20.00
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Minggu 20.00-
THT
08.00

Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung
tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008

75
SEMESTER III

 Modul Endoskopi
Bronkoesofakologi 1
 Modul Keterampilan
Endoskopi
Bronkoesofakologi 1
 Modul Onkologi 1
 Modul Keterampilan
Onkologi 1
 Modul Plastik Rekonstruksi 1
 Modul Keterampilan Plastik
Rekonstruksi 1
 Modul Alergi Imunologi
 Modul Keterampilan Alergi
Imunologi
 Modul Keahlian
Komprehensif 2
 Modul Pelatihan Kegawatan
THT 2

76
MODUL ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI 1
DAN
MODUL KETERAMPILAN ENDOSKOPI BRONKOE SOFAGOLOGI 1

A. Pendahuluan
Mata Kuliah :
MKK-1 MD22801313 / Modul EBE adalah materi pendidikan yang
MPK MD22801514 memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang
Jumlah SKS : ilmu penyakit THT agar peserta program semester III tahap
 Materi Keahlian Khusus
pembekalan mampu memecahkan masalah ilmu penyakit
(MKK) = 1 SKS
 Materi Penerapan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang EBE yaitu
Keprofesian (MPK) = 1 KELAINAN DI TRAKTUS TRAKEOBRONKIAL, ESOFAGUS DAN
SKS KESULITAN MENELAN OROFARING.
Tujuan Pembelajaran
Lama :
Setelah melewati modul ini, peserta program
4 Minggu
diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan

Ketua Modul : di bidang EBE THT-KL. Komponen kompetensi yang


Ketua Divisi Endoskopi diharapkan tercapai setelah melewati modul ini:
Bronkoesofagologi THT-KL
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu
menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan
rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme,
ETIK DAN MEDIKOLEGAL
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara
efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif
interprofesi dan multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL
dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan
memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan , EBM.

77
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik diharapkan mampu untuk :
1. Menjelaskan adanya kelainan di tarktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring dengan tepat dan cepat
2. Menentukan sikap/tindakan terhadap kelainan di traktus trakeobronkial,
esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
3. Mengenal komplikasi kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring
4. Melakukan penatalaksanaan yang tepat dalam mengatasi kelainan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk :
1. Menjelaskan anatomi, topografi, histologi dan fisiologi traktus
tracheobronchial dan esofagus (K3,A3)
2. Menjelaskan kemungkinan kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring
3. Menjelaskan gejala dan tanda kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus
dan masalah kesulitan menelan orofaring
4. Merencanakan pemeriksaan radiologi dan penunjang lainnya pada kelainan
di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
5. Menjelaskan peralatan yang dibutuhkan untuk tindakan esofagoskopi
/bronkoskopi untuk diagnostik dan terapiutik kelainan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
6. Menjelaskan tanda-tanda klinik bila ada
7. Menjelaskan tanda-tanda klinik bila ada komplikasi akibat kelainan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring

B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester III.

C. Sasaran Pembelajaran
(Audience, Behaviour, Condition, Degree)
1. Mampu mendiagnosis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring
2. Mampu menjelaskan patogenesis kelainan di traktus trakeobronkial,
esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring

78
3. Mampu menjelaskan gambaran klinis kelainan di traktus trakeobronkial,
esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
4. Mampu menjelaskan secara lengkap jenis jenis pemeriksaan penunjang
lainnya.pada kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah
kesulitan menelan orofaring
5. Mampu mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk tindakan
esofagoskopi /bronkoskopi untuk diagnosis dan terapiutik kelainan di
traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
menjelaskan dan memahami :
1. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan struktur penting dan fungsi traktus
trakeobronkial esofagus, orofaring serta konsep dasar dan terminologi
anatomi.
2. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan proses fisiologi, dan patogenesis
kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan
orofaring
3. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan pemberian modalitas farmakologi,
penggunaan radiologi.
4. Peserta PPDS THT mampu melakukan dan membuat laporan bronkoskopi
atau esofagoskopi dan pemeriksaan FEES
5. Peserta PPDS THT mampu menguraikan tindakan pembedahan yang
berhubungan dengan kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring.

Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan


Klinis

Trakeobronkial,  Anatomi trakeobronkial,


esofagus, esofagus dan orofaring
orofaring  Persarafan - jaras traktus C3
trakeobronkial, esofagus
dan orofaring
 Vaskularisasi

Kelainan esofagus :  Patofisiologi C3


Benda asing  Diagnosis ( gejala,
esofagus tanda klinis)

79
 Pemeriksaan
penunjang (Radiologi,
CT scan, Esofagoskopi
kaku dan fleksibel)
 Tata laksana
komprehensif
 Komplikasi dan
tatalaksananya.
Stenosis esofagus  Patofisiologi C3
 Diagnosis ( gejala, tanda
klinis)
 Pemeriksaan penunjang
(Radiologi, CT scan, Barium
esofagogram, Esofagoskopi
kaku dan fleksibel)
 Tata laksana komprehensif
 Komplikasi dan
tatalaksananya.
Esofagitis :  Patofisiologi C3
Refluks  Diagnosis ( gejala, tanda
Eosinofilik klinis)
 Pemeriksaan penunjang
(Radiologi, CT scan, Barium
esofagogram, pH metri,
Esofagoskopi kaku dan
fleksibel, biopsy mukosa)
 Tata laksana komprehensif
 Komplikasi dan
tatalaksananya

Gangguan  Patofisiologi dan jenis C3


neuromuscular : kelainan.
spasme difus  Diagnosis ( gejala, tanda
esofagus, klinis)
Nutcracker  Pemeriksaan penunjang
Esofagus (Radiologi, CT scan, Barium
Akalasia, esofagogram, pH metri,
divertikulum Manometri, Esofagoskopi
kaku dan fleksibel, biopsy
mukosa)
 Tata laksana komprehensif
 Komplikasi dan
tatalaksananya

Disfagia fase oral  Patofisiologi dan jenis C3


dan fase faring kelainan.

80
 Diagnosis ( gejala, tanda
klinis)
 Pemeriksaan penunjang
(FEES, Videofluruoskopi,
CT scan
 Tata laksana komprehensif
 Komplikasi dan
tatalaksananya.
Benda asing traktus  Patofisiologi C3
trakeobronkial  Diagnosis ( gejala, tanda
klinis)
 Pemeriksaan penunjang
(Radiologi, CT scan,
Bronkoskopi kaku dan
fleksibel, Virtual
bronkoskopi)
 Tata laksana komprehensif
 Komplikasi dan
tatalaksananya

D.2 Keterampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:

Tindakan Tingkat Kewenangan


Klinis
1 2 3 4 5
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik
Persiapan dan interpretasi pemeriksaan
rhinolaringoskopi serat optic lentur
Persiapan dan interpretasi pemeriksaan
Trakeo - Bronkoskopi Kaku (Bonkoskopi
diagnostik)
Persiapan dan interpretasi pemeriksaan
Trakeo - Bronkoskopi Fleksibel
Persiapan dan interpretasi prosedur
Ekstraksi Benda Asing Trakeo-Bronkus
dengan Bronkoskopi kaku
Persiapan dan interpretasi pemeriksaan
Esofagoskopi kaku

81
Persiapan dan interpretasi prosedur
Ekstraksi Benda Asing Esofagus dengan
Esofagoskopi kaku
Persiapan dan interpretasi prosedur biopsi
tumor trakea-bronkus dengan
Bronkoskopi kaku
Persiapan dan interpretasi prosedur Biopsi
tumor esofagus dengan Esofagoskopi kaku
Persiapan pemeriksaan Trans Nasal
Esophagoscopy (Flexible
Esophagoscopy)
Persiapan dan interpretasi prosedur
Dilatasi Esofagus dengan Esofagoskopi
Rigid (Esophagoscopic Dilation Under
Direct Vision)
Persiapan dan interpretasi pemeriksaan
FEES (Flexible Endoscopic Esophageal of
the Swallowing)

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu
menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non
paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen
medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi
yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient
safety.

82
E. Lingkup Bahasan
E.1 Tingkat Kewenangan Klinis
F. Metode Dan Tahapan Pengajaran
Metode pengajaran pada modul disfagia THT-KL meliputi
a. Belajar mandiri
b. Kuliah interaktif
c. Kerja praktek

G. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebagai
berikut :
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul EBE.

H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal
minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai
batas lulus (NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan
memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
I. Pembobotan
Bentuk Evaluasi Bobot
Pengetahuan Essay 70%
Minicex

83
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Dr. dr Susyana Tamin, Sp THT-KL(K)
2. dr. Elvie Zulka, Sp THT-KL(K)
3. dr. Rahmanofa Yunizaf SpTHT

K. Lokasi Praktek
3. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
4. Ruang rawat Gedung A RSCM

L. Matriks Kegiatan

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


Senin 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Dr. Susyana Pengarahan
Endoskopi-bronkoesofagologi Tamin
Dr.Elvie Zulka
Dr Rahmanofa
Yunizaf
Senin 08.00-15.30  Traktus trakeobronkial dan Idem D. Diskusi topik
s/d esofagus E. Kerja praktek
Jum’at  Benda asing traktus F. CBD/case
trakeobronkial dan esofagus based
Minggu I  ujian pre tes discussion
G. Ujian tulis:
Essay

Senin 08.00-15.30  Esofagitis Idem H. Diskusi topik


s/d  Stenosis esofagus I. Kerja praktek
Jum’at  Pelatihan membaca Skor J. CBD/case
Temuan Refluks based
Minggu II discussion

Senin 08.00-15.30  Kelainan neuromuscular Idem K. Diskusi topik


s/d esofagus L. Kerja praktek
Jum’at  Disfagia fase oral dan fase
faring

84
Minggu III M. CBD/case
based
discussion

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


Senin 08.00-15.30  Review modul Idem N. Diskusi topik
s/d O. Kerja praktek
Jum’at P. CBD/case
based
Minggu IV discussion

Senin 08.00-15.30  Review modul Idem Q. Diskusi topik


s/d R. Kerja praktek
Jum’at S. CBD/case
based
Minggu V discussion

Senin 08.00-15.30  Review modul Idem T. Diskusi topik


s/d  Ujian Tulis U. Kerja praktek
Jum’at V. CBD/case
based
Minggu VI discussion
W. Presentasi
Timjauan
Pustaka
X. Ujian Tulis
Essay

DAFTAR PUSTAKA
1. Griffith P.F, Joel D.C, Jean D : Trauma. Foreign Bodies. Esophageal surgery, 2nd ed. 2002:577-615
2. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esophagus. Archives of Otolaryngology. 1976;102 (4): 238-
40.
3. Ellen MF. Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the Aerodigestive Tract. In: Byron I, Bailey eds. Head
and Neck Surgery Otolaryngology, 2nd edition. Lippincot-Raven.1998
4. Byron J, Bailey, Karen H, Calhoun. In: Byron I, Bailey eds. Atlas of Head and Neck Surgery-
Otolaryngology.2nd edition. Lippincot, Philadelphia 2001: p834-5
5. Leder SB, Sasaki CT, Burrell MI. Fiberoptic endoscopic evaluation of dysphagia to identify silent
aspiration. Dysphagia 1998;13:19-21.

85
6. Tamin S, Ku PK, Cheung D. Assessment and management of dysphagia with fiberoptic endoscopic
examination of swallowing (FEES) and its future implementation in Indonesia. ORLI. 2004; 34(4): 26-33.
7. Kendall K. Head and Neck : Structures, functions, and evaluation in dysphagia. In : Leonard R, Kendall
K,editors. Dysphagia assessment and treatment planning. A team approach,1st ed. San Diego, London:
Singular Publishing Group Inc; 1997. p.7-18.
8. McCulloch TM, Van Daele DJ. Normal anatomy and physiology of the nose, the pharynx, and the larynx.
In: Langmore SE, editors. Endoscopic evaluation and treatment of swallowing Disorder, 1st ed. New York,
Stuttgart: Thieme; 2001. p. 7-36.
9. Eibling DE. Organs of swallowing. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive Management of
swallowing disorders,1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999. p. 11-21.
10. Marks L, Rainbow D. Neuro antomy and anatomy of the normal swallowing process in adults. In: Marks
L, Rainbow D, editors. Working with dysphagia, 1 st ed. United Kingdom: Speechmark Publishing Ltd;
2001.p. 2-6.
11. Aviv JE. The normal swallow. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive management of
swallowing disorders, 1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999.p. 23-9.
12. Adams G.L., Boies L.R, Higler P.A., Buku Ajar Penyakit THT. EGC. Jakarta. Hal 455.

13. Bailey BJ., Johnson JT. Esofageal Disorder, 755-70., 2006


14. Ballantyne J.C, Grove John, Edwards C.H., Downton David. In a Synopsis of otolaryngology.
15. Bristal John wright & sons red. Page 353 – 369

86
MODUL ONKOLOGI 1 DAN
MODUL KETERAMPILAN ONKOLOGI 1
Mata Kuliah :
MKK-1 MD22801315 / A. Pendahuluan
MPK MD22801516 Pada modul ini dipelajari mengenai anatomi, surgical
Jumlah SKS : landmark, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan
 Materi Keahlian Khusus tumor dibidang onkologi THT.
(MKK) = 1 SKS Tujuan Pembelajaran
 Materi Penerapan Setelah melewati modul ini, peserta program
Keprofesian (MPK) = 1 diharapkan mampu memahami penyakit-penyakit tumor
SKS dibidang Onkologi THT, diagnosis dan penatalaksanaannya.
Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
Lama :
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
4 Minggu
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
Ketua Modul : kemampuan intelektual dan profesional. Area
Ketua Divisi Onkologi THT-KL kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.

87
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester III yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi dan surgical landmark tumor dibidang
Onkologi THT dengan lengkap
2. Residen THT mampu menjelaskan patofisiologi tumor dibidang Onkologi THT
3. Residen THT mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang (radiologi,
histopatologi, serologi) tumor dibidang Onkologi THT
4. Residen THT mampu menegakkan diagnosis tumor dibidang Onkologi THT
5. Residen THT mampu merencanakan tatalaksana komprehensif tumor dibidang
Onkologi THT

D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Sesuai dengan modul Kolegium THT-KL diharapkan setelah menyelesaikan
pembelajaran peserta program mampu menjelaskan penegakkan diagnosis dan
tatalaksana tumor dibidang Onkologi THT, yang meliputi:
- Karsinoma nasofaring
- Tumor sinonasal
- Angiofibroma
- Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring
- Tumor kelenjar liur
- Tumor tiroid
- Tumor ganas kulit di kepala leher
- Unknown primary tumor

Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan Klinis


Karsinoma Nasofaring Anatomi C3
Patofisiologi C3
 Diagnosis C3
histopatologi
klasifikasi WHO /WF
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan

88
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis C3
 Tatalaksana
 Informed consent C3
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik C3
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
 Teknik biopsi local C3
dengan endoskopi rigid
(bekerja sama dengan
divisi rinologi)
 Teknik biopsi local
dengan endoskopi
fleksibel.
Tumor Sinonasal Anatomi C3
Patofisiologi C3
 Diagnosis C3
histopatologi
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis C3
 Tatalaksana
 Informed consent C3
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi

89
 Teknik C3
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
 Teknik biopsi local C3
dengan endoskopi rigid
(bekerja sama dengan
divisi rinologi)
 Teknik biopsi local
dengan endoskopi
fleksibel.
Angiofibroma Anatomi C3
Patofisiologi C3
- Diagnosis histopatologi C3
- Interpretasi
imunohistokimia
- CT/MRI scan
 Penegakan Diagnosis C3
 Tatalaksana
 Informed consent C3
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik C3
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
Tumor rongga mulut, Anatomi C3
oropharynx, Patofisiologi C3
hipofaring  Diagnosis C3
histopatologi
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen

90
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis C3
 Tatalaksana
 Informed consent C3
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik C3
rinofaringolaringoskopi
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
C3
Teknik biopsi lokal

Tumor kelenjar liur Anatomi C3

Patofisiologi C3
 Diagnosis C3
histopatologi
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis C3
 Tatalaksana
 Informed consent C3
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
C3
Teknik biopsi lokal

Tumor tiroid Anatomi C3

Patofisiologi C3

91
 Diagnosis C3
histopatologi
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis C3
 Tatalaksana
 Informed consent C3
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
C3
 FNAB

Tumor ganas kulit di Anatomi C3


kepala leher
Patofisiologi C3
 Diagnosis C3
histopatologi
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis C3
 Tatalaksana
 Informed consent C3
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
C3
Teknik biopsi lokal

Unknown primary Anatomi C3


tumor

92
Patofisiologi C3
 Diagnosis C3
histopatologi
 Interpretasi
imunohistokimia
 CT/MRI scan
 Foto thoraks
 USG Abdomen
 Bone scan
 Pet scan
 Penegakan Diagnosis C3
 Tatalaksana
 Informed consent C3
 Komplikasi tindakan
 Cara mengatasi
komplikasi
 Teknik C3
rinofaringolaringoskopi
 Interpretasi hasil
pemeriksaan
C3
Teknik biopsi local
FNAB

93
D2. Keterampilan
Setelah melewati modul ini peserta didik diharapkan mampu:
Keterampilan Tahap Pembekalan
Semester 3
Menegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, 3
pemeriksaan fisik THT, pemeriksaan penunjang
Teknik rinofaringolaringoskopi 3
Interpretasi hasil pemeriksaan 3
Teknik biopsi local dengan endoskopi rigid 3
Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel 3

D3.Sikap dan prilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul karsinoma nasofaring meliputi tahap orientasi,
latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai karsinoma
nasofaring
a. belajar mandiri
b. diskusi topic
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan menjelaskan diagnosis dan tatalaksana karsinoma
nasofaring.
a. kerja poliklinik
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion

F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%.

94
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku
peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul
alergi imunologi.
G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

H. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

95
I. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. dr. Zanil Musa, Sp THT-KL(K)
2. dr. Marlinda Adham, Sp THT-KL(K), PhD
3. dr. Ika Dewi Mayangsari, Sp THT-KL

J. Lahan Praktek
Lokasi praktek peserta program PPDS adalah Poliklinik departemen ilmu kesehatan
THT-KL RSCM
K. Matriks Kegiatan

Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik


Senin 07.30-08.30 Cara kerja di Divisi Dr. Zanil Pengarahan
(Minggu I) Dr.Marlinda
Dr. Mayang

Senin 08.30-15.30  Karsinoma nasofaring idem Y. Diskusi topik


s/d  Tumor sinonasal Z. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu I)  Tumor rongga mulut, AA. CBD
oropharynx, hipofaring BB. DOPS
 Tumor kelenjar liur CC. Ujian tulis:
 Tumor tiroid Essay (pre
 Tumor ganas kulit di kepala test)
leher
 Unknown primary tumor
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi
Senin 08.00-15.30  Karsinoma nasofaring idem DD. Diskusi topik
s/d  Tumor sinonasal EE. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu II)  Tumor rongga mulut, FF. CBD
oropharynx, hipofaring GG. DOPS
 Tumor kelenjar liur
 Tumor tiroid
 Tumor ganas kulit di kepala
leher
 Unknown primary tumor
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi

96
Senin 08.00-15.30  Karsinoma nasofaring Idem HH. Diskusi topik
s/d  Tumor sinonasal II. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu III)  Tumor rongga mulut, JJ. CBD
oropharynx, hipofaring KK. DOPS
 Tumor kelenjar liur
 Tumor tiroid
 Tumor ganas kulit di kepala
leher
 Unknown primary tumor
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi
Senin 08.00-15.30  Karsinoma nasofaring Idem LL. Diskusi topik
s/d  Tumor sinonasal MM. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu IV)  Tumor rongga mulut, NN. CBD
oropharynx, hipofaring OO. DOPS
 Tumor kelenjar liur PP. Literature
 Tumor tiroid review
 Tumor ganas kulit di kepala
leher
 Unknown primary tumor
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi
Senin 08.00-15.30  Karsinoma nasofaring Idem QQ. Diskusi topik
s/d  Tumor sinonasal RR. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu V)  Tumor rongga mulut, SS. CBD
oropharynx, hipofaring TT. DOPS
 Tumor kelenjar liur UU. Ujian tulis:
 Tumor tiroid Essay (post
 Tumor ganas kulit di kepala test)
leher
 Unknown primary tumor
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi
Senin 08.00-15.30  Karsinoma nasofaring idem VV. Diskusi topik
s/d  Tumor sinonasal WW. Kerja
Jum’at  Angiofibroma praktek
(Minggu VI)  Tumor rongga mulut, XX. CBD
oropharynx, hipofaring YY. DOPS

97
 Tumor kelenjar liur ZZ. Ujian tulis:
 Tumor tiroid Essay
 Tumor ganas kulit di kepala
leher
 Unknown primary tumor
 Pemeriksaan RFL
 Biopsi

Daftar Pustaka:
1. AbbasAK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Klinik Dasar. 8th Ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI;2009.
3. Krause JH, Chadwick SJ, Gordon B, Derebery M, editors. Allergy and
Immunology. An Otolaringic Approach. Philadelphia:Lippincott Williams &
Wilkins;2002.
4. King HC, Mabry RL, Mabry CS. Allergy in ENT Practice – A Basic Guide. New
York:Thieme;1998.
5. Bousquet J, et al. WHO Initiative-ARIA . J Allergy Clin Immunol 2001; 108 (5):
147-334
6. Bousquet J, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update
(in collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen).
J Allergy 2008 Apr ; 63 (86):8-160
7. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.
8. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology,
5th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.

98
MODUL PLASTIK REKOSNTRUKSI 1 DAN
MODUL KETERAMPILAN PLASTIK REKONTRUKSI 1
A. Pendahuluan
Mata Kuliah : Modul Plastik Rekonstruksi Iadalah materi
MKK-1 MD22801317 / pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan keahlian
MPK MD22801518 dalam bidang plastik rekonstruksi THT-KL yang berkaitan
dengan ilmu penyakit THT agar peserta program semester
Jumlah SKS :
III tahap pembekalan mampu memecahkan masalah ilmu
 Materi Keahlian Khusus penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang
(MKK) = 1 SKS plastik rekonstruksi.
 Materi Penerapan Tujuan Pembelajaran
Keprofesian (MPK) = 1 Setelah melewati modul ini, peserta program
SKS diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan
berkaitan dengan bidang plastic rekonstruksi THT-KL.
Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
Lama : melewati modul ini:
4 Minggu 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu
menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan
Ketua Modul : rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
Ketua Divisi Plastik Rekonstruksi berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme,
THT-KL
dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara
efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif
dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi
efektif interprofesi dan multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif
dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan
menjaga prinsip-prinsip patient safety dan
pelayanan berkualitas yang berorientasi pada
pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan
Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk
belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit
THT-KL. Area kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL
dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan
memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi
biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan
Dan Keterampilan Klinik.

99
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester II.

C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Menjelaskan dan menerapkan berbagai dasar bedah plastik rekonstruksi THT-
KL dalam penanganan pasien
i. Menjelaskan fisiologi dan patofisiologi penyembuhan luka serta dapat
melakukan perawatan luka yang benar.
ii. Merencanakan dan menjelaskan metode dan jenis tandur dan jabir.
iii. Menjelaskan dan Melakukan analisis wajahdengan cara foto
dokumentasi pre dan post operasi plastik rekonstruksi
2. Menjelaskan patofisiologi kelainan fungsi dan fisik pada maksilofasial termasuk
hidung dan daun telinga.
3. Menjelaskan patofisiologi, etiologi, Menegakkan diagnosis dan merencanakan
tatalaksana serta edukasi tentang kelainan kongenital THT-KL (Celah bibir dan
palatum, deformitas hidung celah bibir, deformitas maksilofasial, mikrotia,
atresia liang telinga, deformitas telinga, dan fistel preaurikuler).

Lingkup Uraian Pokok Bahasan Tahap


Bahasan Kewenangan
Klinis
Plastik Plastik Proses penyembuhan C3
Rekonstruksi rekonstruksi luka
THT-KL Perawatan luka C3
Tandur alih. C3
Jabir C3
analisis dan C3
dokumentasi wajah pre
dan post operasi plastik
rekonstruksi
Kelainan Hidung anatomi dan fisiologi C3
Hidung hidung.
rekonstruksi pada C3
kelainan hidung luar
dan dalam (septoplasti,

100
rinoplasti dan
septorinoplasti),
Trauma dan patofisiologi kelainan C3
fraktur fungsi dan fisik akibat
trauma
gejala dan tanda C3
fraktur hidung
diagnosis dan diagnosis C3
banding trauma hidung
tindakan dan C3
pengelolaan trauma
dan fraktur hidung
pada keadaan akut dan
lanjut
tindakan operasi C3
reposisi tertutup
indikasi, kontraindikasi, C3
dan komplikasi
berbagai tindakan
pengelolaan trauma
hidung
komplikasi trauma C3
hidung
C3
C3
Kelainan kelainan kongenital C3
kongenital hidung
kelainan fisik dan C3
patofisiologi hidung
tindakan dan C3
pengelolaan untuk
kelainan kongenital
hidung
C3
Defek Hidung kelainan defek hidung C3
kelainan fisik dan C3
patofisiologi hidung
tindakan dan C3
pengelolaan untuk
kelainan defek hidung
C3

101
C3
Maksilofasial Facial Plasty anatomi, histologi dan C3
fisiologi wajah
termasuk daun telinga
pada anak dan dewasa
kelainan fisik dan C3
patofisiologi wajah
tata laksana C3
penanganan kelainan
wajah non patologi dan
patologi
Defek kelainan defek C3
maksilofasial maksilofasial
kelainan fisik dan C3
patofisiologi
maksilofasial
tindakan dan C3
pengelolaan untuk
kelainan defek
maksilofasial
Kongenital kelainan kongenital C3
telinga telinga
kelainan fisik dan C3
patofisiologi telinga
Tata laksana untuk C3
kelainan kongenital
telinga (mikrotia,
atresia liang telinga,
deformitas telinga, dan
fistel preaurikuler)
Trauma anatomi, histologi dan C3
maksilofasial fisiologi maksilofacial
pada anak dan dewasa.
patogenesis serta C3
patofisiologi trauma
maksilofasial
komplikasi berbagai C3
fraktur maksilofasial,
fraktur sinus, fraktur
Lefort I, II dan III,

102
fraktur zigoma, serta
mandibula.
indikasi, kontra C3
indikasi, komplikasi
(maloklusi, diplopia)
dan berbagai
pendekatan operasi
terhadap fraktur
maksilofasial
Tata laksana fraktur C3
maksilofasial: fraktur
sinus frontal, fraktur
maksila, fraktur zigoma
dan mandibula
Labiopalatoski Labioskisis embriologi, anatomi C3
sis dan fisiologi rongga
mulut dan bibir
kelainan anatomi dan C3
fisiologi rongga mulut
dan bibir
faktor resiko dan C3
patofiologi terjadinya
berbagai jenis
labioskisis
Tata laksana C3
komprehensif
labioskisis.
Palatoskisis embriologi, anatomi C3
dan fisiologi palatum
dan jaringan sekitar
kelainan anatomi dan C3
fisiologi palatum dan
jaringan sekitar
faktor resiko dan C3
patofisiologi terjadinya
berbagai jenis
palatoskisis
Tata laksana C3
komprehensif
palatoskisis.

103
C.2 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

D. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Ada 3 tahapan pembelajaran: yaitu tahap orientasi, latihan, portfolio, dan umpan
balik. Metode pembelajaran dapat diberikan dalam bentuk : bedah buku, diskusi topik,
belajar mandiri, dan latihan pada pasien. Tiap-tiap topik bahasan akan berada dalam
tahapan yang berbeda dan akan diberikan dengan metode yang berbeda seperti yang
tercantum dalam matriks kegiatan.

E. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
lebih dari 75%.
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan dalam masa rotasi yang sedang berjalan,
bertujuan untuk memonitor perkembangan PPDS
dalam masa rotasi.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk
menilai tercapainya seluruh kompetensi yang
diharapkan di modul Plastik rekonstruksi THT-KL I.

F. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan

1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal
minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai
batas lulus (NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan
memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook

104
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

Waktu Pelaksanaan
1. Ujian pretest dilakukan dalam minggu pertama rotasi
2. Ujian Cased Based Discussion dan post test dilakukan pada selama stase
Ujian Sumatif dilakukan pada minggu ke V (lima)

G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

H. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. DR dr Trimartani SpTHT-KL(K)
2. DR dr Dini Widiarni SpTHT-KL(K) M.Epid
3.DR dr Mirta Hediyati SpTHT-KL(K)

I. Lokasi Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Ruang rawat Gedung A RSCM

J. Matriks Kegiatan
Matrik kegiatan dalam Modul Plastik Rekonstruksi THT-KL adalah :

Hari / Waktu Materi Tutor Teknik


Tanggal
Senin 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Plastik Dr. dr. Dini W.W SpTHT- Pengarahan
Rekonstruksi KL (K)

105
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi DR.dr.Trimartani SpTHT- Diskusi/
Jum’at  Latihan menggunakan KL(K) Praktikum
Minggu I alat diagnostik Dr. dr. Mirta H.R SpTHT-
 Memahami penyakit di KL(K)
bidang Plastik
Rekonstruksi THT
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at  Memahami penyakit di Praktikum
Minggu II bidang Plastik
Rekonstruksi THT
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
 Follow Up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at  Memahami penyakit di Praktikum
Minggu III bidang Plastik
Rekonstruksi THT
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
 Follow Up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at  Memahami penyakit di Praktikum
Minggu IV bidang Plastik
Rekonstruksi THT
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
 Follow Up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at  Memahami penyakit di Praktikum
Minggu V bidang Plastik
Rekonstruksi THT
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
 Follow Up pasien di
bangsal

106
Senin s/d 08.00-15.30  Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at  Memahami penyakit di Praktikum
Minggu VI bidang Plastik Ujian
Rekonstruksi THT Tulis Essay
 Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
 Follow Up pasien di
bangsal
 Ujian Tulis

Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6 th
edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21
2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat
Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-Approaches-
Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004
5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.
6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition
Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery
6th edition Lippincott William &wilkins, 2007.

107
MODUL ALERGI IMUNOLOGI 1 DAN
MODUL KETERAMPILAN ALERGI IMUNOLOGI 1
Mata Kuliah :
MKK-1 MD22801319 / A. Pendahuluan
MPK MD22801520 Modul alergi imunologi adalah materi pendidikan
yang memberikan pelatihan keprofesian dengan
Jumlah SKS :
menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah
 Materi Keahlian Khusus
khususnya dalam bidang alergi imunologi THT-KL.
(MKK) = 1 SKS
Tujuan Pembelajaran
 Materi Penerapan
Setelah melewati modul ini, peserta program
Keprofesian (MPK) = 1
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan
SKS
dalam bidang alergi imunologi THT-KL (united airway
disease) dan mencapai kompetensi yang diharapkan di
Lama : bidang alergi imunologi ilmu kesehatan THT-KL.
4 Minggu Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
Ketua Modul : 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
Ketua Divisi Alergi Imunologi etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
THT-KL jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
kemampuan intelektual dan profesional. Area
kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.

108
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester III yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL.

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan fisiologi sistem imun alami dan adaptif dengan
lengkap
2. Residen THT mampu menjelaskan Mengetahui, dan memahami 4 tipe reaksi
hipersensitifitas
3. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan komplemen
4. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi rinitis
alergi, rinitis non alergi, dan komorbid
5. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan diagnosis rinitis
alergi, rinitis non alergi, dan komorbid
6. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tatalaksana
komperhensif kasus rinitis alergi, rinitis non alergi dan komorbid

D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang alergi imunologi THT, meliputi:
1. Mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi, etiologi, gejala dan
tanda, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan komplikasi rinitis
alergi
2. Mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi, etiologi, gejala dan
tanda, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan komplikasi rinitis non
alergi
3. Mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi, etiologi, gejala dan
tanda, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana komorbid rinitis alergi.

Lingkup Pokok Bahasan Tahap


Bahasan Kewenangan
Klinis
Imunologi  Imunitas alami (innate C3
Dasar immunity)
 Imunitas adaptif
Rinitis Alergi Patofisiologi rinitis alergi C3

109
Diagnosis rinitis alergi C3
(klasifikasi WHO ARIA 2008)
Tatalaksana rinitis alergi C3
(edukasi, kontrol
lingkungan, farmakoterapi,
dan merencanakan
imunoterapi/tindakan
bedah)
Rinitis Non  Rinitis vasomotor C3
Alergi  Rinitis okupasi
C3
 Rinitis hormonal
 Rinitis geriatri C3
 Rinitis idiopatik
 NARES
 Penyakit Sistemik
Penyebab Rinitis
Nonalergi
 Drug Induced Rhinitis
 Rinitis atrofi
Penyakit THT  Rinosinusitis/polip hidung C3
yang  OME
C3
berhubungan  Hipertrofi adenoid
dengan alergi  United Airway Diseases C3
(komorbid)

D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap Pembekalan
Semester 3

Melakukan konseling, persiapan 4


dan prosedur skin prick test
Melakukan konseling, persiapan 4
dan prosedur nasoendoskopi
Melakukan konseling, persiapan 4
dan prosedur PNIF

110
Melakukan konseling, persiapan 3
dan prosedur tes fungsi
penghidu
Menegakan diagnosis rinitis 4
alergi, rinitis non alergi, penyakit
THT yang berhubungan dengan
alergi (komorbid)
Memberikan farmakoterapi kasus 4
rinitis alergi, rinitis non alergi,
penyakit THT yang berhubungan
dengan alergi (komorbid)
Melakukan edukasi kasus rinitis 4
alergi, rinitis non alergi, penyakit
THT yang berhubungan dengan
alergi (komorbid) pada pasien
dan keluarga
Merencanakan imunoterapi 4

Merencanakan tindakan bedah 4

D.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan
bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.

D.4 Bahasan
Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
1. Imunologi dasar

2. Rinitis alergi

3. Rinitis non alergi

4. Penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid)

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul alergi imunologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi
tahap orientasi, latihan, dan umpan balik.

111
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai imunologi dasar,
rinitis alergi, rinitis non alergi, penyakit THT yang berhubungan dengan alergi
(komorbid).
a. belajar mandiri
b. diskusi topik
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
praktek klinis/keterampilan di bidang alergi imunologi ilmu kesehatan THT-KL
a. kerja poliklinik
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion

F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku
peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul
alergi imunologi.
G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.

112
H. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan Essay 70%
Minicex
Sikap dan perilaku 30%

Bentuk Evaluasi Bobot


Keterampilan DOPS 100%

I. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. dr Nina Irawati, Sp THT-KL(K)
2. dr Niken L. Poerbonegoro, Sp THT-KL(K)
J. Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM

K. Matriks Kegiatan
Matrik kegiatan dalam Modul Alergi Imunologi THT-KL adalah :
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
SENIN 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Dr. Nina Pengarahan
Alergi Imunologi Dr.Niken

Senin 08.00-15.30  imunologi dasar Idem 1. Diskusi topik


s/d  rinitis alergi 2. Kerja praktek
Jum’at  rinitis non alergi 3. CBD/case based
 penyakit THT yang discussion
Minggu I berhubungan dengan 4. Ujian tulis:
alergi (komorbid) CBD/Case Based
 ujian pre tes Discussion

Senin 08.00-15.30  rinitis alergi Idem 1. Diskusi topik


s/d  rinitis non alergi 2. Kerja praktek
Jum’at  penyakit THT yang 3. CBD/case based
berhubungan dengan discussion
Minggu II alergi (komorbid)
 Pelatihan melakukan tes
kulit

113
Senin 08.00-15.30  rinitis alergi Idem 1. Diskusi topik
s/d  rinitis non alergi 2. Kerja praktek
Jum’at  penyakit THT yang 3. CBD/case based
berhubungan dengan discussion
Minggu III alergi (komorbid)
 Pelatihan melakukan tes
nasal peak flowmetri.
Senin 08.00-15.30  rinitis alergi Idem 1. Diskusi topik
s/d  rinitis non alergi 2. Kerja praktek
Jum’at  penyakit THT yang 3. CBD/case based
berhubungan dengan discussion.
Minggu IV alergi (komorbid)
 Melakukan tes kulit dan
tes nasal peak flowmetri
Senin 08.00-15.30  rinitis alergi Idem 1. Diskusi topik
s/d  rinitis non alergi 2. Kerja praktek
Jum’at  penyakit THT yang 3. CBD/case based
berhubungan dengan discussion
Minggu V alergi (komorbid)
 Melakukan nasal peak
flowmetri dan tes kulit
 Presentasi journal
reading
Senin 08.00-15.30  rinitis alergi idem 1. Diskusi topik
s/d  rinitis non alergi 2. Kerja praktek
Jum’at  penyakit THT yang 3. CBD/case based
berhubungan dengan discussion
Minggu VI alergi (komorbid) 4. Presentasi
 Melakukan tes kulit dan Timjauan
nasal flowmetri Pustaka
 Ujian Tulis 5. Ujian Tulis:
CBD/Case Based
Discussion

Lampiran:
Penilaian PSP, DOPS,minicex

114
115

Daftar Pustaka:
1. AbbasAK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. 6 th Ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Klinik Dasar. 8th Ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2009.
3. Krause JH, Chadwick SJ, Gordon B, Derebery M, editors. Allergy and Immunology. An
Otolaringic Approach. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins;2002.
4. King HC, Mabry RL, Mabry CS. Allergy in ENT Practice – A Basic Guide. New
York:Thieme;1998.
5. Bousquet J, et al. WHO Initiative-ARIA . J Allergy Clin Immunol 2001; 108 (5): 147-334
6. Bousquet J, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update (in
collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen). J Allergy
2008 Apr ; 63 (86):8-160
7. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.
8. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5th ed,
Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.

115
116

MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 2

Mata Kuliah :
MPA MD22801421 A. Pendahuluan
Modul Keahlian Kompehensif THT 2 adalah materi
Jumlah SKS : pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta
mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan
Modul Keahlian Komprehensif
melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam
THT 2 (2 SKS)
melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasus-
kasus THT sesuai dengan evidence based medicine.
Lama : Tujuan Pembelajaran
6 Bulan (Selama Periode Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
Semester II) mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun
dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence
based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan
Ketua Modul : tercapai setelah melewati modul ini:
Koordinator Penelitian THT-KL 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.

116
117

B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester
III

C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Melakukan penulisan karya ilmiah.
2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar.
3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan
sebagai landasan pembuatan karya ilmiah.
4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar.

C.2 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika
terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan
bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat
berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi
etika penulisan karya ilmiah.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 2 meliputi :
a. Menyusun makalah
b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal.
c. Diskusi dengan pembimbing
d. Presentasi Ilmiah

F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan
presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji

I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75.
2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan
pembimbing dan presentasi ilmiah. NBL adalah 85.

117
118

G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Form penilaian -Makalah dan Media 50% pembimbing
Karya Ilmiah presentasi 30 % penguji
-Presentasi dan 20% pembimbing
diskusi

H. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K)
2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)

I. Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 2

Hari Waktu Materi Staf Pengajar Teknik


Senin- 2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan Pembimbing Belajar
Jumat diskusi dengan pembimbing mandiri
diskusi
Selasa/ Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 3 Pembimbing Presentasi
rabu/ yang telah Moderator
jumat ditentukan Penguji
Senin- 2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan Pembimbing Belajar
Jumat diskusi dengan pembimbing mandiri
diskusi
Selasa/ Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 4 Pembimbing Presentasi
rabu/ yang telah Moderator
jumat ditentukan Penguji

Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6 th
edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21
2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and
Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-
Approaches- Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004

118
119

5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.
6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th
edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti
Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins,

119
120

MODUL KEGAWATDARURATAN 2

Mata Kuliah : A. Pendahuluan


MPK MD22801522
Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi
pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan
Jumlah SKS : menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah
Modul Keahlian Komprehensif khususnya dalam bidang kegawatdaruratan THT-KL.
THT 2 (2 SKS)
Tujuan Pembelajaran

Lama : Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan


6 Bulan (Selama Periode mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang
Semester III) Kegawatdaruratan THT-KL dan mencapai kompetensi yang
diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-
Ketua Modul : KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
Koordinator Penelitian THT-KL
melewati modul ini:

1. Kompetensi dalam memahami dan mampu


menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa
tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional.
Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan
Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan
pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif
interprofesi dan multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif
dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan
berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area
kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen
dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL.
Area kompetensi: EBM 120
5. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
121

3. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu
penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM
4. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit
THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat,
dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik

B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester III
yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS

C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan
THT.
3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain
dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.

D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami,
menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan
THT, meliputi:
1.Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-
kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding:
3. Benda asing di THT
4. Nyeri telinga akut
5. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
6. Trauma telinga dan tulang temporal
7. Tuli mendadak

121
122

8. Epistaksis
9. Trauma wajah
10. Trauma jaringan lunak wajah
11. Trauma hidung
12. Abses leher
13. Sumbatan laring
14. Trauma trakea
15. Disfagia
16. Esofagitis korosif

Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif :

a. Benda asing di THT


b. Nyeri telinga akut
c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
d. Trauma telinga dan tulang temporal
e. Tuli mendadak
f. Epistaksis
g. Trauma wajah
h. Trauma jaringan lunak wajah
i. Trauma hidung
j. Abses leher
k. Sumbatan laring
l. Trauma trakea
m. Disfagia
n. Esofagitis korosif

Kewenangan
Lingkup Bahasan pokok bahasan
klinis

Benda Asing di THT: 3c

 Benda asing di Esofagus


 Benda asing di Laring
 Benda asing di Trakea
 Benda asing di Bronkus
Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi
 Benda asing di Sinus
Piriformis
 Benda asing di Dasar Lidah
 Benda asing di Faring/ Tonsil
 Benda asing di Hidung
 Benda asing di Liang Telinga

122
123

3c

Diagnosis dan Diagnosis Banding

3c

Rencana tatalaksana tindakan dan


medikamentosa pada kasus benda asing di THT

3c

Manajemen pasien
Benda Asing di THT

3c
3c

indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan,


langkah-langkah pengambilan benda asing di
THT

3c

Nyeri Telinga Akut


Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga Akut 3c
 Otitis Media Supuratif Akut
(OMA)
 Otitis Eksterna Sirkumskrip
(Furunkel)
 Otitis Eksterna Difus
 Otitis Eksterna Maligna
3c
Diagnosis
3c
Tatalaksana Komprehensif

3c
Komplikasi Intrakranial Otitis
Media Akut/ Otitis Media Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial
Supuratif Kronis: Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif
 Meningitis Otogenik Kronis
 Trombosis Sinus Lateralis

123
124

 Abses Ekstradural 3c
 Abses Subdural
 Abses Otak Otogenik Diagnosis
 Hidrosefalus Otikus

3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Trauma Telinga dan Tulang Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga


Temporal;
 Trauma Daun Telinga
 Keluar Cairan/ Darah dari
Liang Telinga 3c
Diagnosis
 Gangguan Pendengaran
 Gangguan Keseimbangan 3c
 Paresis Fasial
 Fraktur Tulang Temporal
Rencana Tata Laksana

3c

Anatomi dan patofisiologi Tuli Mendadak

Tuli Mendadak
 Iskemia Koklea 3c
 Infeksi Virus
 Pasca Trauma Kepala
 Trauma Bising Keras Diagnosis dan komplikasi
 Perubahan Tekanan Atmosfir
 Obat Ototoksik
 Penyakit Meniere 3c
 Neuroma Akustik

Rencana tatalaksana

124
125

3c

Anatomi, fisiologi dan patofisiologi

Epistaksis
 Perdarahan Anterior 3c
 Perdarahan Posterior
Diagnosis

3c
Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

Trauma Muka 3c
 Fraktur Tulang Hidung
 Fraktur Maksila Diagnosis
 Fraktur Zigoma
 Fraktur Mandibula
 Fraktur Orbita 3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

Trauma Jaringan Lunak Muka


 Avulsi Total 3c
 Avulsi Sebagian
 H. Laserasi Diagnosis

3c

Komplikasi

125
126

3c
Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi


Trauma Hidung
 Trauma Tertutup
 Trauma Terbuka
Diagnosis 3c
3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

Abses Leher 3c
 Abses Peritonsil
 Abses Retrofaring Diagnosis
 Abses Parafaring
 Abses Submandibula 3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
Sumbatan Laring
 Radang 3c
 Tumor
Diagnosis
 Kelainan Kongenital
 Paresis Postikus Bilateral
 Trauma 3c
 Benda Asing
Rencana Tatalaksana komprehensif

Trauma Trakea 3c
 Trauma Tumpul Anatomi, histologi, patofisiologi
 Trauma Tajam

126
127

 Trauma Endogen 3c
Diagnosis

3c
Rencana Tatalaksana komprehensif

3c

Anatomi, histologi, patofisiologi

3c
Disfagia
 Kelainan Faring Diagnosis dan diagnosis banding
 Kelainan Esofagus

Rencana Tatalaksana komprehensif

3c
Anatomi, histologi, patofisiologi

3c
Diagnosis
Esofagitis Korosif
3c

Rencana Tatalaksana komprehensif

I.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester 3
Ekstraksi Benda Asing:
Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi 0
Benda asing di trakea: persiapan bronkoskopi 1
Benda asing di bronkus : persiapan bronkoskopi 1
Benda asing di esofagus: persiapan esofagoskopi 1

127
128

Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi 0


Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak
1
langsung
Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam 1
Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait 2
Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset 1
Nyeri telinga akut
Tatalaksana Medikamentosa 1
Pemasangan tampon telinga 1
Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
Tatalaksana Medikasmentosa 1
Trauma telinga dan tulang temporal
Tuli mendadak
Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa 2
Epistaksis
Pemasangan tampon anterior 1
Pemasangan tampon posterior 2

Trauma muka
Trauma jaringan lunak muka
Bedah minor 1
Trauma hidung
Reduksi tertutup 0
Aspirasi dan insisi hematoma septum 0
Abses leher
Aspirasi dan insisi abses peritonsil 1
Aspirasi dan Insisi abses submandibular 0
Aspirasi dan Insisi abses retrofiring 0
Aspirasi dan Insisi abses parafaring 0
Terapi medikamentosa 0
Sumbatan jalan napas atas
Tindakan laringoskopi tidak langsung 1
Tindakan laringoskopi langsung 0
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 1
Trakeostomi primer 0

Trauma trakea
Tindakan laringoskopi langsung 0
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 1
Trakeostomi primer 0
Pemasangan NGT 1
Disfagia
Pemasangan NGT 1

128
129

Esofagitis korosif
Persiapan esofagoskopi 1
Pemasangan NGT 1

II.3 Sikap dan Perilaku


Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap
pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung
jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim
dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT.

E. Metode dan Tahapan Pembelajaran


Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap :
1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang
2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga.

I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan


1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu
setelah jaga.

G. Pembobotan

Bentuk Evaluasi Bobot


Pengetahuan, Form penilaian 40%
Keterampilan Form penilaian 20%
Sikap dan perilaku Form penilaian 40%

129
130

H. Sumber Daya
Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek
1. Unit Gawat Darurat RSCM
17. Ruang rawat RSCM

I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Kasus
Senin- 15.00-
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Jumat 07.00
THT
08.00-
Kasus
Sabtu- 20.00
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Minggu 20.00-
THT
08.00

Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung
tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008

130
131

Anda mungkin juga menyukai