Tanggal Terbit : Halaman : UPTD Tanda Tangan Kepala Puskesmas PUSKESMAS TANTI YULIASTUTI KUTASARI 1. Pengertian Definisi: Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38 C) akibat dari suatu proses ekstra kranial. Kejang o
berhubungan dengan demam, tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial
atau penyebab lain. Klasifikasi: 1. Kejang Demam Sederhana (KDS) 1. Kejang generalisata 2. Durasi: < 15 menit 3. Kejang tidak disebabkan oleh adanya meningitis, encephalitis, atau penyakit yang berhubungan dengan gangguan di otak 4. Kejang tidak berulang dalam 24 jam. 2. Kejang Demam Kompleks 1. Kejang fokal 2. Durasi: > 15 menit 3. Dapat terjadi kejang berulang dalam 24 jam. Diagnosis Banding a. Meningitis b. Ensefalitis c. Epilepsi d. Gangguan metabolik, seperti: gangguan elektrolit. Komplikasi a. Kerusakan sel otak b. Risiko kejang atipikal apabila kejang demam sering berulang 2. Tujuan Memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan (Puskesmas) dalam penangan/ penatalaksanaan pertama Kejang Demam 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 445/ SK-10838.b/pkmcgb/2015 tentang Pelayanan Klinis 4. Referensi Permenkes RI No 5/2014,ttg Panduan praktik klinik bagi dokter 5. Prosedur 1. Petugas menyiapkan alat stetoskop, tensimeter, timbangan dewasa, timbangan bayi 2. Petugas mencuci tangan 3. Pasien dipanggil berdasar nomer urut pasien 4. Perawat/ bidan melakukan pemeriksaan TTB dan pengkajian awal klinis sesuai SOP 5. Pasien masuk ke ruang pemeriksaan dokter 6. Pemeriksa melakukan anamnesis Keluhan Keluhan utama adalah kejang. Anamnesis dimulai dari riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang, kemudian mencari kemungkinan adanya faktor pencetus atau penyebab kejang. Umumnya kejang demam pada anak dan berlangsung pada permulaan demam akut, berupa serangan kejang klonik umum atau tonik klonik, singkat dan tidak ada tanda-tanda neurologi post iktal.
Penting untuk ditanyakan riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis
yang berhubungan, obat-obatan, trauma, gejala infeksi, keluhan neurologis, nyeri atau cedera akibat kejang. Faktor risiko a. Demam 1. Demam yang berperan pada KD, akibat: • Infeksi saluran pernafasan • Infeksi saluran pencernaan • Infeksi saluran air seni • Roseola infantum • Paska imunisasi 2. Derajat demam: • 75% dari anak dengan demam ≥ 390C • 25% dari anak dengan demam > 400C b. Usia 1. Umumnya terjadi pada usia 6 bulan – 6 tahun 2. Puncak tertinggi pada usia 17 – 23 bulan 3. Kejang demam sebelum 5 – 6 bulan mungkin disebabkan oleh infeksi SSP 4. Kejang demam diatas umur 6 tahun, perlu dipertimbangkan febrile seizure plus (FS+). c. Gen 1. Risiko meningkat 2 – 3x bila saudara kejang demam 2. Risiko meningkat 5% bila orang tua menderita kejang demam
7. Pemeriksa melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan tanda-tanda vital, mencari tanda- tanda trauma akut kepala, dan adanya kelainan sistemik, terpapar zat toksik, infeksi, atau adanya kelainan neurologis fokal. Bila terjadi penurunan kesadaran diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor penyebab. 8. Pemeriksa melakukan pemeriksaan penunjang bila diperlukan Untuk menentukan faktor penyebab dan komplikasi kejang pada anak, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang antara lain, yaitu: a. Laboratorium darah, seperti: kadar gula darah, elektrolit, dan hitung jenis. Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien dengan kejang pertama. b. Pemeriksaan urin direkomendasikan pada pasien yang tidak memiliki kecurigaan fokus infeksi.
9. Pemeriksa melakukan penatalaksanaan pasien
Penatalaksanaan a. Keluarga pasien diberikan informasi selengkapnya mengenai kejang demam dan prognosisnya. b. Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnya adalah dengan: Diazepam per rektal (0,5mg/kg) atau lorazepam (0,1 mg/kg) harus segera diberikan jika akses intravena tidak dapat dibangun dengan mudah. Konseling dan Edukasi Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu pihak keluarga mengatasi pengalaman menegangkan akibat kejang demam dengan memberikan informasi mengenai: a. Prognosis dari kejang demam. b. Tidak ada peningkatan risiko keterlambatan sekolah atau kesulitan intelektual akibat kejang demam. c. Kejang demam kurang dari 30 menit tidak mengakibatkan kerusakan otak. d. Risiko kekambuhan penyakit yang sama di masa depan. e. Rendahnya risiko terkena epilepsi dan kurangnya manfaat menggunakan terapi obat antiepilepsi dalam mengubah risiko itu.
10. Petugas melakukan rujukan pasien sesuai dengan indikasi
a. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsi. b. Apabila kejang demam sering berulang disarankan EEG. 6. Unit terkait BP, UGD, laboratorium, dan rawat inap 7. Rekaman Tanggal Mulai historis No Yang Diuah Isi Perubahan Diberlakukan.