Anda di halaman 1dari 23

http://bloodyhell18.blogspot.co.id/2016/02/laringitis-tuberkulosis.

html

LARINGITIS TUBERKULOSIS

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman basil tahan

asam atau kuman Mikobakterium Tuberkulosis.TB secara garis besar dikelompokkan menjadi

TB pulmonal, sering disebut dengan TB paru dan TB ekstrapulmonal. Pada TB ekstrapulmonal,

organ yang terlibat diantaranya, kelenjar getah bening, otak, tulang temporal, rongga sinonasal,

hidung, mata, faring, kelenjar liur, dan termasuk salah satunya laring.1TB laring adalah kondisi

yang jarang terjadi dan hanya muncul 1-10% pada kasus TB paru.2,3,4,5,7,8,9,10,14

Pada pertengahan tahun 1900, TB laring memiliki prevalensi yang cukup tinggi di

dunia. Dahulu TB laring terjadi pada kelompok usia muda, namun sekarang terjadi pada usia

50-60 tahun dimana laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan 2:1.1,8

Keluhan utama penderita TB laring paling sering dijumpai yaitu suara serak yang

disertai disfagia dengan atau tanpa odinofagia dan batuk.2,3,13 Diagnosis TB laring dapat

ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan

penunjang. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, radiologis,

bakteriologis, histopatologis, serta pemeriksaan serologis seperti Polimerase Chain Reaction

(PCR) dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan beberapa

diagnosis banding.Biopsi laring tetap menjadi standar baku emas untuk diagnosis pasti dari TB

laring.1

Pada prinsipnya pengobatan TB laring dengan TB paru adalah sama. Isoniazid (H),

Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S), dan Etambutol (E) merupakan kombinasi
obat yang digunakan untuk pengobatan TB laring.11 Dua dekade terakhir terjadi peningkatan

insiden TB laring yang disebabkan peningkatan penyakit imunosupresif, faktor usia,

meningkatnya jumlah imigran dari daerah resiko tinggi TB, dan terjadinya resistensi terhadap

OAT.19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Laring

Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu

rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV –

VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi.Laring pada umumnya

selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan. Lokasi laring

dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya kartilago tiroid yang pada

pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adam’s

apple atau jakun.5

Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang berhubungan

dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan

berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh otot-

otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia,

jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot

sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid.5

Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di

sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya.Os Hyoid dihubungkan dengan laring

oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan ligamenta
serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun.Secara keseluruhan laring dibentuk

oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-otot. 5

Gambar 1. Anatomi laring

Sendi laring terdiri dari dua, yaitu: artikulasio krikotiroid dan krikoaritenoid. Gerakan

laring dilaksanakan oleh kelompok otot intrinsik dan ekstrinsik.Otot intrinsik menyebabkan

gerakan-gerakan di bagian laring sendiri, dan otot ekstrinsik bekerja pada laring secara

keseluruhan. Plika vokalis dan plika ventrikularis terbentuk dari lipatan mukosa pada

ligamentum vokale dan ligamentum ventrikulare. Bidang yang terbentuk antara plika vokalis

kanan dan kiri disebut rima glotis. Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring

dalam 3 bagian yaitu vestibulum laring (supraglotik), daerah glotik, dan daerah infraglotik

(subglotik).5
Gambar 2. Anatomi laring dari laringoskopi

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu nervus laringeus superior

dan inferior.Kedua saraf merupakan campuran motorik dan sensorik.Nervus laringeus inferior

merupakan lanjutan dari nervus rekurens yang merupakan cabang dari nervus vagus. Nervus

rekurens kanan akan menyilang arteri subklavia kanan dibawahnya sedangkan nervus rekuren

kiri akan menyilang arkus aorta.5

Laring terdiri dari dua pasang pembuluh darah diantaranya arteri laringeus superior dan

arteri laringeus inferior. Arteri laringeus inferior cabang arteri tiroid inferior, bersama-sama

nervus laringeus inferior ke belakang sendi krikotiroid dan memasuki laring ke pinggir bawah

otot konstriktor inferior.5

B. Definisi

TB laring adalah infeksi pada laring, yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium

Tuberkulosis sebagai akibat dari TB paru. Pada pasien TB yang diberi pengobatan, biasanya

TB parunya akan sembuh tetapi TB laringnya menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa

laring yang sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru, sehingga bila

infeksi sudah mengenai kartilago, pengobatanya akan lebih lama.6

C. Epidemiologi

Prevalensi TB laring di RS. Yangdong Korea yang ditegakkan dengan gejala klinis dan

pemeriksaan videostroboskopi dari tahun 1996 sampai 2006 sebanyak 60 orang dengan kisaran

usia antara 25 sampai 78 tahun dan perbandingan antara wanita dan laki-laki adalah 1 : 1,9.

Insiden TB laring disertai TB paru aktif sebanyak 46,7%, disertai TB paru inaktif 33,3%, tanpa

kelainan paru 20%.7 Di RSUP Dr. M. Djamil Padang 3 tahun terakhir ditemukan 35 kasus TB
laring, sementara TB paru tercatat sebanyak 473 kasus diantaranya 303 kasus BTA (+), dan

170 kasus BTA (-) dengan perbandingan laki-laki : perempuan 2:1.19

D. Etiologi

Mikobakterium Tuberkulosis merupakan kuman penyebab TB laring yang merupakan

kuman basil tahan asam.Mikobakterium tuberkulosis berukuran 2 sampai 4 mikrometer dan

dapat tumbuh subur pada pO2 140mmHg.Kuman dilepaskan ke udara ketika seseorang

berbicara, bersin, bernyanyi atau batuk. Untuk droplet partikel kuman berukuran yang

berukuran >5-10 mikrometer dapat tersebar dalam radius 1,5 meter. Apabila terhirup, kuman

akan dibersihkan oleh silia saluran pernafasan bagian atas. Pada kuman dengan ukuran

<5mikrometer akan menembus jauh ke dalam bronkiolus, sehingga dapat menimbulkan suatu

proses infeksi.19

E. Patogenesis

TB dapat menular melalui inhalasi droplet yang dihirup seseorang dan dapat menembus

sistem mukosiliar saluran pernafasan atas dan diteruskan ke organ paru.Kuman Mikobakterium

Tuberkulosis dapat menimbulkan gejala pada seseorang berdasarkan beberapa faktor,

diantaranya virulensi dan jumlah kuman dalam tubuh serta daya tahan tubuh manusia itu

sendiri.Terdapat beberapa teori yang menyebabkan terjadinya kontaminasi laring oleh kuman

Mikobakterium Tuberkulosis, diantaranya: 1) Teori bronkogenik, dimana laring mengalami

infeksi melalui kontak langsung dari sekret atau sputum yang kaya kuman Mikobakterium

Tuberkulosis, baik pada cabang bronkus atau pada mukosa laring. Dengan kata lain laring

mengalami gangguan seiring dengan kelainan yang terjadi di paru.2,4 Suatu penelitian

melaporkan lokasi lesi pada laring paling sering terjadi pada bagian posterior laring berupa

edema, granuloma, hiperplasia reaktif, ulserasi, dan tuberkel epiteloid.1 2) Teori hematogenik,
pada teori ini kelainan hanya terjadi di laring dan tidak memperlihatkan kelainan pada paru.

Kuman Mikobakterium Tuberkulosis menyebar melalui darah dan sistim limfatik, dan

beberapa penelitian membuktikan lesi pada laring paling sering ditemukan pada epiglotis dan

bagian anterior laring berupa edema polipoid, hiperplasia, dan ulserasi minimal.2,4

Infeksi awal pada subepitelial berupa gambaran fase inflamasi akut difus seperti

hiperemis, edema, dan infiltrasi sel-sel eksudat.1 Kemudian terbentuknya granuloma tuberkel

yang avaskuler pada jaringan submukosa dengan daerah perkijuan yang dikelilingi sel epiteloid

pada bagian tengah dan sel mononukleus pada bagian perifer. Tuberkel yang berdekatan

bersatu hingga mukosa di atasnya meregang atau pecah dan terjadi ulserasi. Ulkus yang timbul

membesar, biasanya dangkal dan ditutupi oleh perkijuan dan dirasakan nyeri oleh penderita,

dan bila ulkus semakin dalam akan mengenai kartilago laring sehingga terjadi perikondritis

atau kondritis terutama kartilago aritenoid dan epiglotis. Kerusakan tulang rawan yang terjadi

mengakibatkan terbentuknya nanah yang berbau dan selanjutnya akan terbentuk sekuester.

Pada stadium ini keadaan penderita sangat buruk dan dapat berakibat fatal.

F. Gejala Klinis

TB dapat mengenai berbagai organ tubuh, secara sistemik menimbulkan gejala demam,

keringat malam, nafsu makan berkurang, badan lemah, dan berat badan menurun.13Pada TB

laring gejala utama berupa suara serak, terjadi biasanya ringan dan dapat progresif menjadi

disfonia atau afonia.Selain suara serak, keluhan lain seperti disfagia, odinofagia, nyeri alih

otalgia, batuk, dan kadang dapat menyebabkan sesak nafas.3,15,17Odinofagia dapat menjadi

gejala yang menonjol pada TB laring.4

Secara klinis tuberkulosis laring terdiri dari 4 stadium, yaitu:6

1. Stadium infiltrasi
Yang pertama mengalami pembengkakak dan hiperemis ialah mukosalaring bagian

posterior.Kadang-kadang pitasuaraterkena juga.Pada stadium ini mukosalaring berwarna

pucat.Kemudain di daerah submukosa terbentuk turbelkel, sehingga mukosa tidak rata, tampak

bintik-bintik yang berwarna kebiruan.Tuberkel ini makin membesar, serta beberapa turbelkel

yang berdekatan bersatu, sehingga mukosa di atasnya meregang. Pada suatu saat, karena sangat

meregang, maka akan pecah dan timbul ulkus.6

2. Stadium ulserasi

Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar, ulkus ini dangkal, dasarnya ditutupi

oleh perkejuan, serta sangat dirasakan nyeri oleh pasien.6

3. Stadium perikondritis

Ulkus makin dalam,sehingga mengenaikartilagolaring dan yang paling sering terkena ialah

kartilago arytenoid dan epiglottis. Dengandemikian terjadi kerusakan tulang rawan, sehingga

terbentuk nanah berbau, proses ini akan berlanjut dan terbentuk sekuester. Pada stadium ini

keadaanumum pasien sangat buruk dan dapat meninggal dunia. Bila pasien dapat bertahan

maka proses terakhir yaitu stadium fibrotuberkulosis.6

4. Stadium fibrotuberkulosis

Pada stadium initerbentuk fibroturberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.6

Chi Wang, dkk3 melaporkan persentase tertinggi untuk gejala klinis TB laring berupa

suara serak sebesar 84,6%, diikuti gejala batuk 46,2%, odinofagia 8%, dispnea 19,2%, demam

11,5%, limfadenopati 7,7%, stridor 3,85%.

G. Diagnosis

Diagnosis TB laring ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang seperti pemeriksaan laringoskopi, Rontgen toraks, pemeriksaan sputum,


pemeriksaan histopatologi atau biopsi laring yang merupakan standar baku untuk menegakkan

diagnosis TB laring.9Tiga kriteria untuk menegakkan TB ekstrapulmonal, diantaranya:19

1. Hasil kultur yang diambil dari organ ekstrapulmonal yang terinfeksi menunjukkan hasil yang

positif untuk Mikobakterium Tuberkulosis.

2. Hasil biopsi terlihat nekrosis menghasilkan granuloma kavernosa dengan atau tanpa basil tahan

asam dan tes tuberkulin positif.

3. Penderita menunjukkan gejala klinis TB, uji teberkulin positif dan memberikan hasil yang baik

dengan pemberian OAT.

H. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Klinis

Semua bagian dari laring dapat terkena infeksi ini.20Clery dan Batsakis mengatakan, terjadi

perubahan lokasi yang dulu lebih sering terkena pada setengah posterior laring,sekarang sering

pada setengah anterior laring, kemudian diikuti terkenanya pita suara (50-70%), pita suara

palsu (40-50%) dan epiglottis, ariepiglotis, arytenoid, komisura posterior dan/atau subglotis

(10-15%).8TB laring secara makroskopis dibagi menjadi 4 tipe: 1. TB laring dengan lesi

ulserasi berwarna keputihan (40,9%), 2. TB laring dengan lesi inflamasi nonspesifik, 3. TB

laring dengan lesi polipoid (22,7%), dan 4. TB laring dengan lesi massa ulserofungatif (9,1%)

yang sering timbul pada epiglotis.6,7,8,14


Gambar 3.Hasil pemeriksaan laringoskopi pada tuberkulosis laring (A) Tipe ulseratif, pada rongga laring (B)
Tipe granulomatosa, pada bagian posterior glotis (C) Tipe polipoid, pada pita suara palsu kanan (D) Tipe
nonspesifik, pada pita suara kanan

2. Pemeriksaan Radiologis

Menurut Rupa seperti yang dikutip Chen Wang dkk4 melaporkan dari 26 kasus TB laring

ditemukan sebanyak 92,3% dengan kelainan di paru pada Rontgen torak, dan 7,2% dengan

gambaran paru yang normal. Gambaran radiologi berupa infiltrasi pada daerah apikal, lesi

fibrokalsifikasi, terdapat kavitas, adanya gambaran granuloma nodular, atau terdapat gambaran

opak pada lapangan paru.6,11,12,16

Gambar 4.Gambaran radiologis toraks pada tuberkulosis

3. Pemeriksaan Bakteriologis

Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan untuk diagnosis pasti TB, namun tidak

semua penderita TB mempunyai pemeriksaan bakteriologis positif. Bilasan bronkus, jaringan

paru, cairan pleura, cairan serebrospinal, urin, feses, dan jaringan biopsi dapat digunakan untuk

pemeriksaan bakteriologis dengan menggunakan pewarnaan Ziehl Neelson, selain

pemeriksaan pada sputum.11,12,17


4. Pemeriksaan Biakan Kuman

Biakan kuman Mikobakterium Tuberkulosis pada sputum memerlukan waktu beberapa hari

untuk mendapatkan hasil pemeriksaan. Hasil positif pada biakan kuman penderita TB memiliki

tingkat keakuratan yang cukup tinggi 84,6%.9

5. Pemeriksaan Histopatologis

Biopsi laring menjadi standar baku pada TB laring ataupun keganasan laring, walaupun

pemeriksaan sputum dan Rontgen toraks sudah cukup membantu. Gambaran mikroskopis pada

TB memperlihatkan suatu kelompok sel epitel granuloma, sel Giant Langhans dan gambaran

granuloma dengan perkejuan yang merupakan karakteristik dari infeksi ini.Pemeriksaan

histopatologi dapat membedakan laryngitis ini dengan kanker laring.2,6,8,9,11,14

6. Pemeriksaan Uji Tuberkulin

Pemeriksaan uji tuberkulin kurang berarti sebagai alat bantu diagnostik. Dasar dari

pemeriksaan ini adalah timbulnya reaksi hipersensitifitas terhadap tuberkuloprotein akibat

terjadinya suatu proses infeksi di dalam tubuh.11 Uji tuberkulin ini kurang berarti pada orang

dewasa. Pada pasien dengan malnutrisi, infeksi HIV dan yang medapatkan imunisasi BCG

sebelumnya dapat memberikan hasil negatif.20

Gambar 5.Gambaran histopatologi kuman Mikobakterium Tuberkulosa (A) Sel epitel numerous dan sel Giant
Langhans multipel dengan pewarnaan HE (B) Basil tahan asam pada pewarnaan Ziehl Nielsen
7. Pemeriksaan Lain-Lain

Pada TB laring yang disertai pembesaran kelenjar getah bening, dapat dilakukan pemeriksaan

histopatologi biopsi aspirasi. Pemeriksaan serologis juga dapat dilakukan seperti pemeriksaan

PCR(Polymerase Chain Reaction) dan PAP (Peroksidase Anti Peroksidase).11,12

I. Diagnosis Banding

TB laring sulit dibedakan dengan gambaran karsinoma laring, untuk itu perlu ketepatan

diagnosis dan pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis secara pasti. TB laring

sering salah diagnosis dengan keganasan laring (42,9%), polip pita suara (21,4%), papiloma

laring (14,3%), epiglositis akut (14,3%), dan kista pita suara (7,2%). Beberapa diagnosis

banding lainnya yaitu sifilis, sarkoidosis, granulomatosis Wagener’s, laryngitis luetika,

aktinomikosis laring, lupus vulgaris laring dan infeksi jamur.6,9,19

J. Penatalaksanaan

Pemberian OAT pada TB bertujuan menurunkan mata rantai penularan, mengobati

infeksi yang terjadi, mencegah kematian, dan mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap

OAT.Prinsip pengobatan TB ekstrapulmonal tidaklah berbeda dengan TB pulmonal, termasuk

pengobatan untuk TB laring.6,8,14 Pemberian terapi selama 6 bulan merupakan standar yang

dipakai untuk pengobatan TB pulmonal dan TB ekstrapulmonal secara umum. Dosis OAT

adalah dosis individual yang sesuai dengan berat badan.19

Evaluasi keteraturan berobat merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan

dalam pengobatan TB. Ketidakteraturan konsumsi obat akan menyebabkan timbulnya masalah

resisten multi obat (Multi Drug Resistance/MDR)

Tabel 1.Dosis dan efek samping dari obat anti tuberkulosis lini pertama19
Nama Obat Dosis Harian Efek Samping
Isoniazid 4-6 mg/kgBB (max. 300 Hepatitis, neuropati perifer,
mg) kulit memerah, demam,
agranulositosis,
ginekomastia
Rifampisin 8-12 mg/kgBB (max 600 Hepatitis, gangguan
mg) pencernaan, demam, kulit
memerah, trombositopenia,
nefritis interstitial, sindrom
flu
Pirazinamid 20-30 mg/kgBB Hepatitis, hiperurisemia,
muntah, nyeri sendi, kulit
memerah

Streptomisin 15-18 mg/kg Ototoksik, nefrotoksik

Etambutol 15-20 mg/kg Neuritis retrobulbar, nyeri


sendi, hiperurisemia,
neuropati perifer

Respon pengobatan pada TB laring dapat terjadi dalam 2 minggu.Suara serak yang

terjadi karena hipertrofi dapat mengalami perbaikan, namun pergerakan pita suara yang

terbatas akibat fibrosis dapat bersifat menetap.

Pemberian kortikosteroid pada kasus-kasus dengan fiksasi pita suara dapat diberikan

untuk mencegah fibrosis yang dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas atas.18 Kortikosteroid

berperan pada kasus-kasus TB yang disertai faktor-faktor penyulit, seperti pada TB

milier.15,18,19

K. Komplikasi

Penyebaran kuman Mikobakterium Tuberkulosis secara limfogen atau hematogen

dapat terjadi, sehingga dapat menyebabkan timbulnya komplikasi akibat meluasnya

penyebaran fokus primer ke bagian tubuh lain. Komplikasi di paru dapat berupa kelainan paru

yang luas, kavitas, efusi pleura, empiema, endobronkitis, atelektasis, penyebaran milier, dan

bronkiektasis.Selain komplikasi yang terjadi di paru, komplikasi di laring dapat terjadi,

diantaranya stenosis laring, fiksasi dari krikoaritenoid akibat fibrosis, subglotis stenosis,
gangguan otot laring dan pararalisis pita suara ketika krikoaritenoid atau nervus laringeal

rekuren mengalami trauma dan memerlukan tindakan bedah untuk menanggulanginya.17,19,20


BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman

Mikobakterium Tuberkulosis yang menimbulkan efek pada pulmonal, namun juga dapat

meluas ke ekstrapulmonal salah satunya yaitu laring.TB laring terjadi karena penyebaran

kuman melalui hematogen, limfogen dan bronkogenik.Keluhan yang sering muncul pada

penderita TB laring yaitu suara serak, yang diikuti nyeri menelan dan sukar menelan, pada

beberapa kasus disertai batuk dan stridor yang disebabkan obstruksi jalan nafas akibat lesi yang

hipertrofi atau fiksasi dari krikoaritenoid.

Peranan ahli THT sangat penting dalam menegakkan diagnosis pasti dari TB laring

dengan ditemukan kuman Mikobakterium Tuberkulosis pada pemeriksaan histopatologi atau

biopsi laring yang dilakukan dalam bius umum ataupun bius lokal.

Pada prinsipnya pengobatan Tuberkulosis pulmonal dengan Tuberkulosis

ekstrapulmonal khususnyaTB laring tidaklah berbeda, untuk itu perlu penyuluhan dan edukasi

terhadap penderita TB agar rutin dan disiplin dalam mengkonsumsi OAT dengan tujuan

mengatasi infeksi sehingga gejala klinis dapat berkurang secara bermakna.

DAFTAR PUSTAKA

1. Smulders YE, De Bondt BJ, Lacko M, Hodge JAL, Kross KW. Laryngeal Tuberculosis
Presenting as a Supraglottic Carcinoma: A Case Report and Review of the Literature. Journal
of Medical Case Reports. 2009; Vol.3:1-4.
2. Naidoo S, Reddy Y. Review: A Review of the Epidemiologyand an Update of Infection
Control Recommen. South African Dental Journal. 2009; vol 65:1-12.
3. Amiri A, Almasi V. A 67-Year-Old Woman with Laryngeal Tuberculosis. Zahedan Journal of
Research in Medical Sciences.
4. Miller PE, Zurflu E, Jaipaul CK. Return of the Usual Suspect. Lancet. 2011; Vol.377:2150.
5. Sofyan F.Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Laring. Universitas Sumatra Utara. Available
from: www.respiratory.usu.ac.id
6. Soepardi EA dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.
Edisi keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta: 2007.
7. Kiakojuri K, Roushan MR. Larygeal Tuberculosis without Pulmonary Involvement. Caspian J
Intern Med. 2012; Vol.3:397-399.
8. Verma SK. Laryngeal Tuberculosis Clinically Similar To Laryngeal Cancer. Lung India. 2007;
24: 87-89.
9. Mehndiratta A, Bhat P, D’costa L dkk. Primary Tuberculosis of Larynx. Ind J Tub. 1997;
Vol.44:211.
10. Hermani B, Sawitra D. Larygeal Tuberculosis: an Important Issue. Acta Med Indones. 2006;
Vol 38;1.
11. Anonim. Tuberkulosis Paru. Universitas Sumatra Utara. Available from:
www.respiratory.usu.ac.id
12. Anonim. Fudamental of Tuberculosis Handout. Available from:
www.globaltb.njms.rutgers.edu
13. Abdallah HA, Ahmed N. Clinical Manifestation of Laryngeal Tuberculosis. Sudan JMS. 2007;
Vol. 2:4.
14. Rour MR, Moharana PR. Tuberculosis of Larynx: Acase Report. Indian Journal of
Tuberculosis. 2012; 232-234.
15. Sharma SK, Mohan A. Extrapulmonary Tuberculosis. Indian J Med Res. 2004; 316-353.
16. Silva L, Damrose E, Bairao F. Infectious Granulomatous Laryngitis: a Retrospective Studyof
24 Cases. Eur Arch Otorhinolaryngology. 2007.
17. Ansari S, Amanullah MF, Ahmad K dkk. A Rare Case of Laryngeal Tuberculosis Simulating
Malignancy. Nepal Journal of Medical Sciences.2013; Vol. 2;2.
18. Park KH, Park SI. Concurrent Tuberculosis of The Larynx and The Tonsil. Yonsei Medical
Journal. 1998; Vol.29:1.
19. Triola NS. Tuberkulosis Laring. FKU Andalas. Available from: www.respiratory.unand.ac.id
20. Bhatia R, Varshney Sdkk. Tubercular Laryngitis: Case Series. Indian J Otolaryngol Head Neck
Surg. 2008; Vo. 60: 331-334.
Diposting 13th February 2016 oleh Eliot Tiven
1
Lihat komentar

1.

SEO SPECIALIST11 November 2017 01.43

Bagaimana mengobati kencing nanah tanpa obat?

Mengobati kencing nanah tanpa obat mungkin sangat kecil kemungkinan yang bisa
dilakukan dengan cara ini. Karena jika anda menderita penyakit maka anda harus
melakukan pemeriksaan dan pengobatan dengan dokter yang tentunya akan diberikan
obat yang sesuai dengan penyebabnya.
Apa yang anda rasakan jika anda terkena atau terinfeksi penyakit menular seksual ini?

1. Stress, Malu, Takut di Kucilkan


2. Putus asa
3. Malu untuk melakukan pemeriksaan dengan dokter

"Jika anda merasakan gejala atau tanda2 kencing nanah, jangan merasa malu untuk
melakukan pemeriksaan. segera lakukan pengobatan secepat mungkin untuk
membantu anda agar terhindar dari infeksi penyakit lain yang dapat di timbulkan dari
penyakit kencing nanah."
Silahkan konsultasikan keluhan yang anda rasakan pada kami. Klinik apollo
merupakan salah satu klinik sepesialis kulit dan klamin terbaik di jakata. Ditunjang
tekhnologi modern serta dokter yang sudah berpengalaman dibidangnya, kami dapat
membantu memberikan solusi untuk keluhan penyakit kelamin yang anda rasakan.

Kunjungi halaman facebook kami di : Klinik Spesialis Kelamin Apollo

Kulup panjang | Kulup bermasalah tidak usah mau sunat

Ejakulasi dini bisa sembuh | Sunat dewasa di klinik apollo

Chat | Klini chat

Balas

Noted

Kumpulan referat, jurnal dan laporan kasus.


 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

1.

Feb

14

"RESUSITASI JANTUNG PARU"

RESUSITASI JANTUNG PARU

Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan serangkaian usaha penyelamatan hidup


pada kondisi henti jantung dan henti nafas. Hal ini dilakukan untuk mencegah suatu
episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Tanpa bantuan hidup dasar
(Resusitasi Jantung Paru) kemungkinan korban untuk bertahan hidup berkurang antara
7-10% /menit, dengan bantuan hidup dasar (Resusitasi Jantung Paru) kemungkinan
korban untuk bertahan hidup bertambah antara 3-4% /menit sampai dilakukan
defibrilasi. Adapun indikasi dilakukannya RJP yaitu :1,2

1. Henti nafas (apnue)

Bila terjadi henti nafas primer, jantung dapat terus memompa darah selama
beberapa menit, dan sisa O2 yang ada di dalam paru dan darah akan terus beredar
ke otak dan organ vital lain. Penanganan dini pada korban dengan henti nafas atau
sumbatan jalan nafas dapat mencegah henti jantung.

2. Henti jantung (cardiac arrest)

Penyebabnya henti jantung yaitu (5H5T) :Hypovolemi, Hypoxia, Hyidrogen ion


(asidosis), Hypo/Hyperkalemi, Hypothermia, Tension Pneuomothoraks,
Tamponade cardiac, Toxin, Thrombosis pulmonary, Thrombosis Coronary.
Perkembangan terbaru pada Guideline American Heart Asosiation (AHA) untuk
RJP tahun 2010 adalah perubahan urutan langkah Bantuan Hidup Dasar.Fokus
utama RJP 2010 ini adalah kualitas kompresi dada. Berikut ini adalah beberapa
perbedaan antara panduan RJP 2005 dengan RJP 2010 :1,2,3

1. Bukan ABC lagi tapi CAB

1. Sebelumnya dalam pedoman pertolongan pertama, kita mengenal ABC :


airway, breathing dan chest compressions, yaitu buka jalan nafas, bantuan
pernafasan, dan kompresi dada. Saat ini kompresi dada didahulukan, baru
setelah itu kita bisa fokus pada airway dan breathing. alasannya yaitu :

a. Sebagian besar henti jantung terjadi pada dewasa dan angka keberhasilan
tertinggi adalah henti jantung yang terjadi pada pasien henti jantung dengan
irama VF (ventricular fibrillation) atau VT (ventricular tachycardia) tanpa
nadi. Pada pasien-pasien ini elemen awal yang paling penting dari RJP
adalah kompresi dada dan defibrilasi secepatnya dan

b. Pada urutan kompresi dada ABC seringkali terlambat ketika penolong


membuka jalan nafas untuk memberikan bantuan nafas dari mulut ke mulut
atau memasukkan perlengkapan ventilasi. Dengan merubah ke urutan CAB,
kompresi dada dapat dimulai lebih cepat dan ventilasi hanya akan sedikit
memperlambat kompresi dada hingga selesai satu siklus (kompresi 30 kali
diselesaikan dalam waktu 18 detik. Pengecualian satu-satunya adalah hanya
untuk bayi baru lahir. Namun untuk RJP bayi, RJP anak, atau RJP dewasa,
harus menerima kompresi dada sebelum kita berpikir memberikan bantuan
jalan nafas.

2. Tidak ada lagi look, listen dan feel

Kunci utama menyelamatkan seseorang dengan henti jantung adalah dengan


bertindak, bukan menilai. Telepon ambulans segera saat kita melihat korban tidak
sadar dan tidak bernafas dengan baik. Percayalah pada nyali anda, jika anda
mencoba menilai korban bernafas atau tidak dengan mendekatkan pipi anda pada
mulut korban, itu boleh-boleh saja. Tapi tetap saja sang korban tidak bernafaas dan
tindakan look feel listen ini hanya akna menghabiskan waktu

3. Kompresi dada lebih dalam lagi

Seberapa dalam anda harus menekan dada telah berubah pada RJP 2010 ini.
Sebelumnya adalah 1 ½ sampai 2 inchi (4-5 cm), namun sekarang AHA
merekomendasikan untuk menekann setidaknya 2 inchi (5 cm) pada dada.

4. Kompresi dada lebih cepat lagi

AHA mengganti redaksi kalimat disini. Sebelumnya tertulis: tekanan dada


sekitar 100 kompresi per menit. Sekarang AHA merekomndasikan kita untuk
menekan dada minimal 100 kompresi per menit. Pada kecepatan ini, 30 kompresi
membutuhkan waktu 18 detik.

5. Hands only CPR

Ada perbedaan teknik dari yang tahun 2005, namun AHA mendorong RJP
seperti ini pada 2008. AHA masih menginginkan agar penolong yang tidak terlatih
melakukan Hands only CPR pada korban dewasa yang pingsan di depan mereka.
Pertanyaan besarnya adalah: apa yang harus dilakukan penolong tidak terlatih pada
korban yang tidak

http://www.alodokter.com/komunitas/topic/tbc-71

Gejala-gejala pada TB dapat berupa:

 Batuk-batuk (bisa batuk berdahak)


 Batuk yang mengeluarkan darah
 Dada yang terasa sakit saat bernapas atau batuk
 Tidak nafsu makan
 Penurunan berat badan
 Demam dan menggigil
 Berkeringat berlebihan pada malam hari
 Kelelahan
https://halosehat.com/penyakit/tbc/penyeba
b-tbc
Penyebab TBC Paru – Faktor Resiko dan
Pengendaliannya
Penyakit TBC atau tuberkolosis adalah penyakit yang pernah menyerang di beberapa bagian
negara di kawasan timur dan menyebabkan bencana yang sangat besar. Hingga sekarang
penyakit ini memang masih ada dan terus dikendalikan dengan berbagai macam program.
TBC akan menyerang pada bagian tubuh yang banyak mengandung oksigen seperti paru-
paru. Karena itulah penyakit ini ditandai dengan batuk parah yang terjadi dalam waktu yang
lama dan sulit untuk disembuhkan. Penyakit TBC disebabkan oleh infeksi dari sebuah bakteri
yang dinamakan mycobacterium tubercolosis. Ini adalah salah satu agen tuberkolosis yang
menyerang manusia dengan cepat.

Bakteri Penyebab TBC

Infeksi yang terjadi dari mycobacterium tubercolosis memang sangat menular karena itulah
penyakit TBC menjadi penyakit menular yang sangat cepat. Jenis mycobacterium lain seperti
mycobacterium bovis hanya menginfeksi pada sapi, sementara mycobacterium avium banyak
terjadi pada penderita HIV/AIDS. Berikut ini beberapa hal yang bisa dikenali dari
mycobacterium tubercolosis penyebab TBC :

 Mycobacterium tubercolosis adalah jenis bakteri yang berbentuk batang dengan ukuran
sekitar 2-4 micrometer. Ukuran lebar bakteri mycobacterium tubercolocis mencapai 0,2
hingga 0,5 micrometer.
 Bersifat aerob obligat karena itu selalu menginfeksi pada bagian paru-paru.
 Memiliki waktu generasi yang sangat lambat sekitar 15 hingga 20 jam
 Bersifat parasit intraseluler fakultatif
 Rantai sel bakteri memiliki tali dengan bentuk yang sangat khas
 Tidak termasuk dalam gram positif maupun gram negatiF, sehingga tidak memiliki
karakteristik kimia.

Bagaimana Proses Penyebaran TBC?

Proses penyebaran gejala TBC bisa terjadi dengan cara yang sangat mudah. Seseorang yang
terkena penyakit TBC bisa menularkan penyakit secara tidak sengaja karena batuk atau
meludah. Bakteri akan menyebar dengan cepat melalui udara kemudian masuk ke lingkungan
lain seperti lewat air dan tanah. Orang yang terkena penyakit TBC aktif bisa menularkan
infeksi TB ke orang lain. Sementara itu orang yang menderita TB laten tidak bisa menularkan
penyakit ini ke orang lain.

Penyakit TBC akan menginfeksi pada bagian paru-paru. Sistem kekebalan tubuh akan
mempengaruhi penyebaran TBC di dalam tubuh. Sejumlah penyakit lainnya yang bisa terjadi
karena pengaruh sistem kekebalan tubuh yakni :
 penyebab tifus
 gejala lupus
 flek paru-paru

Proses Penyebaran TBC pada Organ Tubuh

Ketika ada bakteri yang masuk ke dalam alveoli atau sebuah ruangan yang dipenuhi dengan
oksigen pada bagian paru-paru maka bakteri akan berkembang dalam paru-paru. Setelah itu,
bakteri akan menyebar ke bagian tubuh lain dengan lewat kelejar limfatik dan aliran darah.
Penyebaran bakteri akan dimulai dari bagian tubuh dengan kandungan oksigen yang sangat
tinggi seperti paru-paru, sum-sum tulang belakang, ginjal, dan selaput otak dan sum-sum
tulang belakang.

Penyakit ini bisa berkembang dengan cepat jika menginfeksi pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah.

Faktor Resiko Terkena TBC

Meskipun penyebaran TBC terjadi dengan cepat, namun kekebalan tubuh dan faktor
lingkungan menjadi salah satu penentu yang sangat pasti. Berikut ini adalah beberapa resiko
atau orang dengan lingkungan tertentu yang mudah terkena infeksi TBC :

 Penderita gejala HIV/AIDS


 Orang yang tinggal dalam lingkungan yang kumuh, kotor dan minim dengan kebutuhan
nutrisi
 Orang yang terbiasa mengkonsumsi bahaya alkohol dalam jumlah yang tinggi
 Orang yang tinggal atau hidup di jalanan dengan resiko polusi dan lingkungan yang kotor
 Orang yang sudah menderita berbagai penyakit dan menyerang sistem kekebalan tubuh.
 Orang yang menangani penderita TBC dan tidak menjaga kesehatan pribadi dan lingkungan.

Penyakit TBC pada awalnya hanya menyerang pada bagian paru-paru saja. Ketika kondisi ini
terus terjadi dan tidak dirawat dengan baik maka penyakit akan berkembang dengan cepat.
Penyakit ini bisa menjadi salah satu penyakit dengan komplikasi sehingga perlu diwaspadai.
Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang sering ditemukan pada penderita TBC yang
terlambat mendapatkan perawatan :

1. Komplikasi TBC yang resisten terhadap obat-obatan – Biasanya penderita TBC diobati
dengan berbagai jenis antibiotik. Namun pada tahap tertentu penyakit aktif yang sudah ada
dalam tubuh tidak mampu dan tidak mengenal obat sehingga bakteri sama sekali tidak akan
mati dengan obat. Biasanya penderita akan disarankan untuk menjalani rehabilitasi atau
perawatan dengan obat dengan jangka waktu yang lebih panjang, misalnya lebih dari satu
tahun.

2. Kerusakan paru-paru – Bakteri yang sudah berkembang dalam paru-paru akan mudah
menyebar ke berbagai organ lain dalam tubuh. Bakteri akan menyebabkan infeksi dalam
waktu yang sangat cepat dan menyebabkan kerusakan jaringan pada bagian paru-paru
biasanya ditandai dengan batuk darah.
3. Komplikasi organ dalam – Komplikasi yang menyerang pada organ tubuh seperti hati,
ginjal, selaput otak dan sum-sum tulang belakang. Kondisi TBC ini bisa menjadi penyakit
yang sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kerusakan hati yang sangat parah.

4. Kehilangan kemampuan – Bakteri bisa menyebar dan menyerang ke bagian sendi tubuh
yang ditandai dengan rasa sakit pada bagian sendi, bengkak, nanah dan kerusakan sendi
parah. Penderita mulai kehilangan kemampuan untuk melakukan berbagai aktivitas dan sulit
untuk bergerak.

5. Kerusakan mata – Komplikasi serius juga bisa menyebabkan kerusakan pada bagian mata
seperti pada organ kornea dan retina. Hal ini dapat menyebabkan retina mengalami
pembengkakan dan merusak kesehatan mata.

Langkah Pengendalian TBC

Penyakit TBC adalah penyakit yang sangat mudah menular dengan cepat. Resiko tertinggi
dari penyakit TBC adalah kematian yang sudah terjadi pada lebih dari 1 miliar penduduk di
dunia. Penyakit ini lebih banyak menyerang pada penduduk yang tinggal di kawasan miskin
dan kurang bersih. Tapi penyakit ini juga bisa ditemukan di negara maju dan berkembang
dalam jumlah yang kecil. Berikut ini adalah beberapa upaya untuk menghentikan penyebaran
TBC :

1- Semua orang yang belum terkena penyakit TBC sebaiknya menghindari kontak langsung
dengan penderita. Jika memang harus melakukan kontak langsung sebaiknya menggunakan
beberapa pelindung seperti masker, kaus tangan dan selalu memelihara kebersihan diri dan
lingkungan.

2- Penderita TBC sebaiknya tidak masuk ke lingkungan umum sebelum benar-benar


dinyatakan sembuh, namun juga bisa masuk ke lingkungan umum dengan memakai masker
dan menjaga untuk tidak batuk di sembarang tempat.

3- Penderita TBC laten sebaiknya segera melakukan tindakan perawatan dengan


mengkonsumsi obat khusus selama waktu tertentu sesuai dengan petunjuk dokter.

4- Penderita TBC aktif harus menjalani perawatan hingga benar-benar sembuh dan terus
memeriksa kondisi kesehatan secara umum.

5- Anak-anak sebaiknya diberikan vaksin BCG untuk mematikan bakteri tuberkolosis yang
bisa menyerang tubuh sewaktu-waktu. Vaksin ini hanya bekerja untuk anak-anak sehingga
orang dewasa tidak bisa mendapatkan vaksin ini.

6- Orang yang mengalami beberapa gejala TBC seperti batuk parah, demam, sulit untuk
bernafas dan berat badan yang turun drastis sebaiknya segera menjalani pemeriksaan TBC.
Hal ini untuk mengantisipasi sebelum penyakit menyerang organ tubuh selain paru-paru.

7- Orang yang sudah menderita TBC dan menjalani perawatan rutin dengan obat selama tiga
atau enam bulan sebaiknya mengkonsumsi obat dengan disiplin dan tidak menghindari obat
agar perawatan bisa dilakukan hingga tuntas.
Penyebaran infeksi TBC memang bisa berlangsung dengan cepat. Jenis mycobacterium
tuberkolosis bisa menyerang dengan cepat sehingga perlu diperhatikan. Terlebih pada
penduduk yang termasuk dalam resiko tinggi penyebab TBC. Jadi, kita bisa menjaga diri dari
bakteri penyebab TBC dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kondisi
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai