Anda di halaman 1dari 23

PERHITUNGAN CULVERT

PADA RUAS JALAN BUKIT BIRU – MARGASARI KEC.


LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Kiki
Istianto A.S 1)

ABSTRAK
Kerusakan jalan lebih sering dihubungkan dengan beban kendaraan yang
melintas, namun dalam fakta di lapangan kerusakan jalan dapat disebabkan oleh
banyak hal diantaranya adalah banjir dan genangan pada badan jalan.
Secara umum badan jalan yang lebih sering mengalami banjir atau lebih sering
tergenang akan mengakibatkan jalan tersebut rentan dan lebih cepat mengalami
kerusakan dari umur rencananya dibandingkan jalan yang jarang atau tidak sering
terendam banjir atau genangan air hujan.
Konstruksi jalan seringkali dibangun tanpa dilengkapi dengan bangunan
pelengkap jalan seperti saluran samping, pematah arus, gorong-gorong atau culvert
dan sebagainya. Kondisi seperti ini seringkali ditunjang dengan kondisi medan jalan
yang berada di daerah cekungan atau lembah sehingga posisi pembuangan air hujan
yang melimpas pada badan jalan tidak dapat dialirkan.
Ruas jalan yang menghubungkan daerah Bukit Biru dengan Margasari yang
berada di Kecamatan Loa Kulu merupakan ruas jalan yang melintasi daerah
perbukitan dengan cekungan-cekungan atau lembah-lembah yang berpotensi
menjadikan badan jalan rentan terendam banjir dan genangan pada saat hujan
terjadi. Selain itu pada ruas ini juga terdapat beberapa anak sungai kecil yang pada
saat kemarau tidak terlihat debitnya, namun pada saat musim hujan maka air akan
melimpas dan menggenangi permukaan badan jalan bahkan pada beberapa titik di
ruas ini akan mengalami banjir setempat.
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan tehadap sistem drainase, dengan
menggunakan jenis box culvert dari konstruksi beton bertulang dan dari hasil
perhitungan didapat kebutuhan dimensi box culvert 300 x 300 cm dengan panjang
1200 cm. Dimensi tersebut mampu menyalurkan debit banir rancangan sebesar 2,288
m3/detik untuk umur rencana 5 tahun. Nilai debit rancangan didapat dari hasil
analisis frekuensi data curah hujan berdasarkan metode Gumbell dari data curah
hujan rata-rata dengan jumlah tahun pengamatan sebanyak 10 tahun.
Dari hasil perhitungan penulangan di dapat untuk penulangan pelat lantai atas
dan bawah menggunakan diameter 19 mm dan untuk diameter penulangan samping
dan sayap menggunakan diameter 16 mm. Selain itu, box culvert direncanakan
terhadap beban kendaraan dengan muatan sumbu terberat sebesar 8 ton, sehingga
tidak disarankan untuk beban lalu lintas yang lebih besar dari 8 ton untuk melintas di
atasnya.

Kata kunci : box culvert, hujan, debit, penulangan, diameter.

1) Karya Siswa Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

590
PENDAHULUAN Sedangkan drainase perkotaan adalah
drainase di wilayah perkotaan yang
Latar Belakang berfungsi mengendalikan kelebihan air
permukaan sehingga tidak mengganggu
Kerusakan jalan lebih sering aktivitas masyarakat dan lingkungan dan
dihubungkan dengan beban kendaraan yang dapat memberikan manfaat bagi
melintas, namun dalam fakta di lapangan masyarakat (Suripin, 2000).
kerusakan jalan dapat disebabkan oleh Dari sudut pandang teknik sumber
banyak hal diantaranya adalah banjir dan daya air, drainase adalah sistem atau sarana
genangan pada badan jalan. dan prasarana dalam penanganan kelebihan
air (Suripin, 2000).
Konstruksi jalan seringkali dibangun
tanpa dilengkapi dengan bangunan Jenis-Jenis Drainase
Berdasarkan definisi tersebut, drainase
pelengkap jalan seperti saluran samping,
dibedakan menjadi:
pematah arus, gorong-gorong atau culvert
1. Drainase hujan daerah pemukiman
dan sebagainya..
yaitu drainase yang berfungsi untuk
Ruas jalan yang menghubungkan mengendalikan kelebihan air hujan
daerah Bukit Biru dengan Margasari yang atau air permukaan dari daerah
berada di Kecamatan Loa Kulu merupakan pemukiman atau perkotaan.
ruas jalan yang melintasi daerah perbukitan 2. Drainase jalan adalah drainase yang
dengan cekungan-cekungan atau lembah- berfungsi untuk mengeringkan
lembah yang berpotensi menjadikan badan permukaan jalan dan mengatur
jalan rentan terendam banjir dan genangan kedudukan muka air tanah
pada saat hujan terjadi. sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kestabilan konstruksi
Tujuan badan jalan atau melemahkan daya
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam dukung tanah dasar dan konstruksi
penelitian ini adalah sebagai berikut: perkerasan jalan.
3. Drainase lahan adalah drainase yang
1. Mengetahui kapasitas debit banjir berfungsi mengatur tinggi genangan
pada ruas jalan Bukit Biru – Margasari. atau tinggi muka air tanah
sedemikian rupa untuk menjamin
2. Mengetahui dimensi culvert,
pertumbuhan tanaman secara
berdasarkan debit banjir yang terjadi.
optimal.
3. Mengetahui perhitungan penulangan
culvert. Sistem Drainase
Sistem drainase adalah sekumpulan
LANDASAN TEORI dari beberapa sarana dan prasarana
drainase yang saling berhubungan
Definisi Drainase
membentuk satu kesatuan (Suripin, 2000).
Drainase adalah prasarana yang
Secara umum, sistem drainase terdiri atas :
berfungsi mengalirkan air permukaan ke
1. Daerah tangkapan (catchment area).
badan air atau bangunan resapan buatan.
2. Saluran.
591
3. Bangunan pelintas seperti gorong-
gorong, box culvert dan lain
sebagainya.
4. Bangunan pelengkap dan fasilitas
penunjang lainnya.

Tujuan Drainase
Adapun tujuan dari drainase dibangun
adalah : Gambar 2.1 Contoh sistem drainase Sumber :
Manual No.01-1-BM-2005
1. Mengendalikan kelebihan air
permukaan di permukaan jalan atau Culvert
dalam wilayah perkotaan. Definisi Culvert
2. Melestarikan atau konservasi sumber Culvert atau gorong-gorong adalah
daya air dan lingkungan pemukiman sistem drainase yang berfungsi untuk
yang sehat. mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi
3. Menambah cadangan air tanah. lainnya. Untuk itu desainnya harus juga
mempertimbangkan faktor hidrolis dan
Konsep Drainase struktur, agar supaya gorong-gorong dapat
Pada masa yang lalu drainase berfungsi mengalirkan air dan mempunyai
perkotaan dirancang untuk membuang daya dukung terhadap beban lalu lintas dan
kelebihan air secepatnya dari daerah timbunan tanah.
pemukiman atau permukaan jalan, tetapi Tipe dan Jenis Konstruksi
sebagai konsekuensinya menimbulkan Culvert merupakan sistem drainase
biaya konstruksi sangat mahal dan jalan, sehingga mengingat fungsinya maka
penggunaan lahan cukup besar. culvert disarankan dibuat dengan tipe
Dalam konsep baru, drainase konstruksi yang permanen seperti pipa
dirancang untuk mengendalikan air (pipe culvert), kotak beton (box culvert)
permukaan agar tidak merugikan, tetapi dan pasangan batu dengan desain umur
sebaliknya memberi manfaat bagi rencana minimal 10 tahun pelayanan.
masyarakat dan lingkungan. Dengan Penentuan tipe culvert permanen pada
konsep baru penanganan drainase lebih umumnya ditentukan oleh tempat yang
bersifat menggunakan metode retensi atau tersedia di lokasi pekerjaan dan tingginya
genangan, metode infiltrasi atau imbuhan timbunan. Tipe culvert ada tiga yaitu :
buatan (artificial recharge), dan
penyaluran serta pembuangan secara 1. Tipe persegi
teratur air kelebihan yang tidak tertangani Tipe persegi (box culvert) sangat
dengan cara retensi dan infiltrasi ke badan berguna dalama keadaan dimana
air penerima seperti sungai, danau, laut dan debit yang harus dilewatkan
sebagainya. melintasi jalan sangat besar dan
permukaan alirannya mendekati
permukaan jalan karena tinggi
timbunan badan jalan sangat terbatas.
a. Keuntungan
592
 Tidak terdapat kendala dalam

593
menampung debit rencan yang berfungsi untuk mengalirkan air.
besar.
 Tidak terdapat kendala terhadap
tinggi timbunan untuk penutup
culvert.
 Pemeliharaan relatif mudah.
 Pengecoran culvert dapat
dilakukan di lokasi pekerjaan atau
insitu atau di tempat lain yang
kemudian diangkut ke lokasi
pekerjaan, dimanahal tersebut
sangat tergantung dari lokasi
kondisi pekerjaan.
 dapat dilewati kendaraan berat.

b. Kerugian
 Pekerjaan harus dilaksanakan oleh
tenaga yang berpengalaman
dengan pengawasan yang ketat.
 Pada lokasi pekerjaan yang
terpencil, terdapat kemungkinan
kesulitan untuk mendapatkan
material box culvert seperti baja
tulangan, aggregat, semen dan
material lain yang dibutuhkan.
 Untuk dapat dilalui kendaraan
harus menunggu proses
pengeringan sesuai dengan
ketentuan umur beton yang
diperlukan.

Komposisi Culvert
Karena berfungsi menyalurkan air
pada permukaan jalan dan dipasang
melintang pada penampang jalan atau
memotong jalan, maka konstruksi culvert
harus direncanakan untuk mampu
menerima beban lalu lintas yang melintas
di atasnya, sehingga bagian-bagian dari
culvert terdiri dari :
1. Kanal air utama
Kanal air merupakan bagian utama
dari konstruksi box culvert yang
594
2. Tembok kepala
Tembok kepala merupakan bagian
dari culvert, yang menopang ujung
dan lereng jalan. Bagian yang serupa
adalah tembok penahan (sayap) yang
dipasang bersudut dengan tembok
kepala, untuk menahan bahu dan
kemiringan jalan.
3. Apron
Apron adalah lantai dasar dari
culvert yang dibuat pada tempat
masuk untuk mencegah terjadinya
erosi dan dapat berfungsi sebagai
dinding penyekat lumpur.

Desain Penampang Culvert


Dalam perencanaan jalan,
penempatan dan penentuan jumlah culvert,
harus diperhatikan terhadap fungsi dan
medan setempat, sehingga agar dapat
berfungsi dengan baik, maka culvert harus
ditempatkan pada :
1. Lokasi jalan yang memotong aliran
air.
2. Daerah cekung yang merupakan
tempat air dapat menggenang.
3. Tempat kemiringan jalan yang cukup
tajam, yang merupakan tempat air
dapat merusak lereng dan badan
jalan.
4. Kedalaman culvert yang aman
terhadap permukaan jalan minimum
60 cm dari permukaan.
Disamping penempatan harus juga
diperhatikan faktor-faktor lain sebagai
bahan pertimbangan, seperti aliran air
alamiah, tempat air masuk, sudut yang
tajam pada hagian pengeluaran (out let).
Dengan memperhatikan faktor tersebut
maka penempatan culvert disarankan untuk
daerah datar dengan jarak maksimum 300
m.

595
Kriteria Perencanaan Culvert METODOLOGI PENELITIAN
Kriteria perencanaan memuat
batasan-batasan atau rambu-rambu yang Lokasi dan Kondisi Lokasi Penelitian
harus dijadikan dasar atau acuan untuk Lokasi Penelitian
perencanaan agar tujuan proyek tercapai. Lokasi penelitian terletak di ruas jalan
Pada dasarnya kriteria perencanaan Bukit Biru dengan Margasari yang berada
drainase atau sistem draianse, mencakup di Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai
aspek teknis dan non teknis, dimana Kartanegara, seperti yang terlihat dalam
kriteria teknis dibagi menjadi 3 kategori, gambar di bawah ini.
yaitu:
1. Kriteria hidrologi.
2. Kriteria hidrolis. Lokasi
3. Kriteria konstruksi. Penelitian

Kriteria Hidrologi
Umum
Secara umum, kriteria hidrologis
menghendaki bahwa sistem drainase harus
mampu mengalirkan debit rancangan dan
untuk mencapai tujuan tersebut, maka
dalam menetapkan debit rancangan harus Gambar 3.1 Lokasi penelitian
diperhitungkan : Kondisi Lokasi Penelitian
1. Sumber air yang akan dibuang Dalam penelitian ini lokasi jalan yang
seperti air hujan, air limbah dan air dijadikan sebagai objek penelitian
tanah. mempunyai kondisi topografi merupakan
2. Letak dan karakteristik badan air daerah hutan berbukit, sehingga pada
penerima yang mencakup kuantitas, beberapa bagian penampang melintang
kualitas dan fluktuasi muka air atau jalan terdapat cekungan dan anak sungai
debit termasuk kemungkinan yang memotong jalan.
adanya banjir kiriman.
3. Karakteristik daerah layanan, Dari hasil pengamatan langsung di
mencakup luas dan kemiringan lapangan, terdapat dua titik cekungan yang
lahan atau jalan, koefisien merupakan titik atau saluran alamiah air,
pengaliran, dan panjang aliran yang yang memotong posisi penampang
terpanjang atau terjauh. melintang jalan, sehingga pada kedua titik
4. Curah hujan yang mencakup, durasi tersebut direncanakan akan di pasang
dan frekuensi curah hujan. Pada sistem drainase jalan dalam bentuk culvert
dasarnya curah hujan bersifat berbentuk persegi.
probabilistik sehingga panjang
rangkaian data harus diambil Sumber Data dan Metodologi
minimal 10 tahun. Penelitian
Sumber Data
Dalam penelitian ini, beberapa data

596
yang digunakan bersifat sebagai data

597
sekunder atau data yang didapat dari pihak curah hujan rata-rata dalam 10
ketiga dalam hal ini Konsultan Perencana tahun
dan instansi terkait lainnya. Adapun data-
data sekunder yang digunakan sebagai
bahan analisis data yaitu, data topografi,
data tanah, dan data curah hujan tahunan.

Metodologi Perencanaan Sistem


Drainase Box Culvert
Untuk merumuskan dan memecahkan
suatu masalah, maka dibutuhkan suatu
pendekatan dengan metode tertentu, hal ini
bertujuan untuk memperoleh data-data
yang akan digunakan, secara terinci dan
mendalam.
Dalam perencanaan sistem drainase
terdapat langkah-langkah yang harus
diterapkan, hal ini bertujuan sebagai
indikator dalam keberhasilan suatu proses,
sehingga setiap kegiatan yang
dilaksanakan dapat menghasilkan data
yang diinginkan. Adapun langkah-langkah
yang harus dilakukan sehubungan dengan
perencanaan sistem drainase tipe box
culvert adalah sebagai berikut :
1. Studi dokumen
2. Peninjauan lapangan
3. Pengukuran topografi
4. Survey hidrologi dan hidrolika
5. Pengujian dan penyelidikan tanah
6. Data bangunan lama
7. Analisa data
8. Perencanaan teknis

Analisa Data dan Perencanaan


Teknis
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam proses analisa data dan
perencanaan teknis sistem drainase adalah
sebagi berikut :
1. Analisa data curah hujan, dimana
data curah hujan rata-rata tahunan
yang digunakan merupakan data
598
terakhir yang diperoleh dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) stasiun pengamatan di Bandara
Temindung, Kota Samarinda.
Penggunaan data dari stasiun hujan
Bandara Temindung didasari oleh
beberapa alasan, antara lain :
a. Faktor kedekatan lokasi penelitian di
Kecamatan Tenggarong
Seberang dengan stasiun pengamatan
hujan di Bandara Temindung.
b. Stasiun pengamatan hujan di
Bandara Temindung, merupakan
stasiun pengamatan terdekat
dengan lokasi penelitian dan
mengingat tidak ada stasiun
pengamatan curah hujan di Kabupaten
Kutai Kartanegara.
2. Dari hasil analisa data topografi,
hidrologi dan hidrolika ditentukan lokasi
penempatan sistem drainase dengan tipe
box culvert, jenis aliran merupakan aliran
permukaan bebas dan panjang rencana
box culvert adalah 12 meter.
3. Dari hasil analisa dan pengujian
tanah di lapangan yang bersumber dari
data sekunder, didapatkan bahwa jenis
tanah adalah tanah lempung dan
lempung berpasir.
4. Pemilihan tipe konstruksi adalah box
culverlt yang terbuat dari beton
bertulang.
5. Analisa data intensitas hujan dengan
menggunakan metode Gumbell dan
analisa untuk menentukan debit banjir
rancangan berdasarkan metode rasional
dan metode Manning.
6. Analisa kriteria hidrolis meliputi
perhitungan bangunan transisi, kecepatan
aliran dan kehilangan tinggi energi.

599
7. Perhitungan dimensi kebutuhan box ANALISA DAN PEMBAHASAN
culvert berdasarkan metode rasional,
metode Manning dan metode Talbot. Perhitungan Kecepatan Aliran
8. Perhitungan penulangan konstruksi Dalam Box Culvert
beton bertulang berdasarkan dimensi Dalam penelitian ini, jenis aliran
dan beban lalu lintas terberat yang yang akan disalurkan adalah aliran
melintas. Dalam penelitian ini permukaan bebas (anak sungai), sehingga
ditentukan kelas jalan sebagai jalan dengan demikian kecepatan aliran di dalam
arteri. culvert dihitung berdasarkan data :
Panjang culvert (L) = 12 meter
Diagram Alir Penelitian Lebar dasar anak sungai (b) = 3 meter
Diagram alir penelitian Kemiringan minimum (m) = 2 meter
menggambarkan urutan atau langkah- Kedalaman anak sungai (d) = 3 meter
langkah penelitan secara grafis. Adapun Kemiringan culvert (S) = 2 persen
diagram alir dalam penelitian ini, dapat Koefisien kekasaran Strickler (Ks) =
3
dilihat dalam gambar-gambar di bawah ini. 70 (m /detik)
Luas penampang basah (A) anak
Mulai sungai :
A = (b + m.d).d
Permasala = (3 + 2.3).3
= 27 m2
Keliling penampang basah anak
Studi
sungai (P) :
P = b + 2. d . 1  m2
Studi
= 3 + 2. 3 . 1  22
= 16,416 m
Pengumpulan Data Pengumpulan Data
Primer :
Jari-jari hidrolis untuk penampang
Sekunder :
- Observasi - Data Topografi dan persegi (R) :
Lapangan Tanah
b.d
R =
b  2.d
Analisis 3.3
=
3  2.3
= 1 meter
Kesimpulan
Kecepatan aliran di dalam culvert
(V) :
Selesai 2.g.S.L

V =
2.g.L
1,5  4
2
ks .R 3
Gambar 3.2 Diagram alir penulisan 2.9,81.0,02.12
=
2.9,81.12
1,5   4
702.13
600
= 1,744 m/detik Kehilangan tinggi energi dengan
1,744.3600 rumus Borda :
Va =
1000 Faktor kehilangan energi  masuk =
= 6,278 km/jam 0,30
Kontrol : Faktor kehilangan energi kelu ar =
Kecepatan aliran dalam culvert harus
0,60
lebih besar dari kecepatan aliran
Kecepatan aliran di inlet (V1) =
perambatan banjir di anak sungai.
2,439 km/jam
Va > V1
Kecepatan aliran di culvert (Va) =
6,278 km/jam > 2,439 km/jam oke
6,278 km/jam
Tinggi jagaan (W)
Kecepatan aliran di inlet (V2) :
W = (0,5h)0,5
V2 = Va – V1
= (0,5.1)0,5
= 6,278 – 2,439
= 0,707 m
= 3,839 km/jam
(V  V1 )2
Kehilangan Energi Hmasuk = masu k a
Kehilangan energi pada lubang 2.g
pemasukan (he) : (6,278 - 2,439) 2
= 0,30.
V2 2.9,81
he = K.
2.g = 0,0587 meter

1,744 2 (V  V2 ) 2
= 0,5. Hkeluar = k elu ar a
2.9,81 2.g
= 0,078 (6,278 - 3,839) 2
= 0,60.
Kehilangan energi akibat gesekan 2.9,81
(hf) : = 0,0379 meter
n 2 .LV 2 Kehilangan tinggi energi akibat
hf = 4
R3 gesekan dapat dihitung dengan persamaan :
0,0102.12.6,2782 C = Ks.R1/6
= 4 = 70.11/6
13
= 70
= 0,0472
V 2 .L
Kehilangan energi akibat tinggi Hf =
kecepatan (hv) : C 2 .R
V2 6,2782.12
hv = =
2g 70 2.1
= 0,09652
6,2782
= Sedangkan untuk total kehilangan
2.9,81
tinggi energi untuk aliran di gorong-gorong
= 2,0088 adalah :
Total kehilangan energi h : H = Hmasuk + Hf + Hkeluar
h = he + hf + hv = 0,0587 + 0,09652 + 0,0379
= 0,078 + 0,0472 + 2,0088 = 0,19312
= 2,134 m
601
Penentuan Dimensi Gorong-gorong = 2,8 – (0,5.0,2) – (0,5.0,2)
Untuk menentukan dimensi gorong- = 2,6 m
gorong dapat dipakai rumus : h2 = h1 + 0,5.ta
Q = 0,1 + (0,5.0,2)
A =
V = 0,2 m
2,288 h3 = h1 + H0 + 0,5.ta
= = 0,1 + 2,8 + (0,5.0,2)
6,278
= 3m
= 0,364 m2
Beban akibat berat kendaraan (P) :
Selanjutnya berdasarkan kebutuhan
2P
luas tampang, maka dapat direncanakan P1 + i = (1  i)
dimensi culvert dengan metode coba-coba, L
dimana luas culvert coba-coba harus lebih 2.8
= (1  0,2)
besar dari luas berdasarkan debit dan 5
kecepatan aliran. Dicoba dengan dimensi = 3,84 ton/m2
awal : w1 = 2. h1 + L1
Tinggi culvert (H) = 300 cm = 2. 0,1 + 0,2
Lebar culvert (B) = 300 cm = 0,40 m
Tebal plat atas (ta) = 20 cm P
PV1 = Vi
Tebal plat samping (ts) = 20 cm wi
Tebal plat bawah (td) = 20 cm 3,84
=
Tebal timbunan tanah (h1) = 10 cm 0,40
Lebar tempat kendaraan (L) = 500 cm = 9,6 ton/m2
Lebar pijakan ban (L1) = 20 cm Beban tekanan tanah samping (PVD1)
Berat jenis tanah ( s) = 2,536 ton/m3 :
Berat jenis beton bertulang ( c) = 2,500 PVD1 = . s . h1
ton/m3 = 1 . 2,536 . 0,10
Sudut geser dalam ( ) = 4,940 = 0,254 ton/m2
(Data direct shear terlampir) D1 = B . ta . c
Koefisien kepadatan tanah ( ) = 1 = 3. 0,2 . 25
Koefisien bentur muatan hidup (i) = 0,2 = 1,5 ton
Beban kendaraan (P) = 8 ton D2 = 2 . H1. ts . c
Lebar as gorong-gorong (B0) : = 2. 2,6 . 0,2 .2,5
B0 = B – ts = 2,6 ton
= 3 – 0,2 D1 1,5
= 2,8 m =
B0 2,8
Tingi as gorong-gorong (H0) :
= 0,5357 ton/m2
H0 = H – 0,5.ta – 0,5.tb
= 3 – (0,5.020) – (0,5.0,2) PVD1  D1
= 0,254 + 0,5357
= 2,8 m B0
B1 = B0 - ts = 0,7890 ton/m2
= 2,8 – 0,2 Tekanan tanah aktif (Ka) :
= 2,6 m  4,94 
Ka = tg2  45  
H1 = H0 – 0,5.ta – 05.td  2 
602
= 0,841 = 277,794 KN
Tekanan tanah (Phd) pada bagian Kemampuan beton menerima geser (Vc)
samping gorong-gorong :  f ' 
: Vc =  c bw .d
Phd1 = Ka . s . h2  6 
= 0,841 . 2,536 . 0,2  
= 0,427 ton/m2  24,9 

= 0,6 1000.170
Phd2 = Ka . s . h3
 6 
 = 0,841 . 2,536. 3
= 84829,829 N < 277794 N
= 6,399 ton/m2
Perlu tulangan geser
Tekanan tanah pada (Ph) pada bagian
Gaya geser yang disumbangkan oleh
bawah gorong-gorong :
tulangan geser (Vs) :
Ph = Phd1 + Phd2
Vu
= 0,427 + 6,399 Vs =  Vc

= 6,825 ton/m2
277,794
Perhitungan Penulangan Culverlt =  84,829
Mutu beton = K-300 0,60
Mutu baja = 400 MPa
= 378,161 KN
Tegangan leleh baja (fy) = 390 MPa
Lebar tinjauan 1 meter = 1000 mm Menentukan jarak x :
Tebal selimut beton = 30 mm Vc
Kuat tekan yang diisyaratkan (f’c) : x = 0,50.L.
Vu / 
f’c = 300 . 0,083
84,829
= 24,90 MPa = 1500.
462,99
Tinggi efektif plat (d) :
d = h–p = 274,82 mm ~ 275 mm
= 200 – 30 Perhitungan daerah geser I :
= 170 mm I = 1500 – 275
Perhitungan Penulangan Plat Atas = 1225 mm
Berat sendiri plat : 0,20 . 2,5 = 0,50 ton/m2 Perhitungan daerah geser I I :
Berat sendiri aspal : 0,05 . 2,2 = 0,11 ton/m2 I = 1225/2
Berat sendiri tanah = 0,73 ton/m2
= 612,5 mm
Total beban mati (WDL) = 1,34 ton/m2 Kontrol syarat jarak sengkang :
Beban kendaraan pada plat (WLL) = 9,60 ton/m2 d 400
s <  = 200 mm
2 2
Kombinasi pembebanan :
s < 600 mm
Wu = 1,2.WLL + 1,6.WLL
Luasan tulangan geser (As) :
= 1,2. 1,34 + 1,6.9,06
As = 0,25..d2
= 16,104 ton/m2
= 161,04 KN/m2 = 0,25..102
Kontrol terhadap persyaratan geser : = 78,50 mm 2
Gaya geser ultimit (Vu) : Luasan tulangan geser total :

 W .l 
Av = 2.As
Vu = 1,15 u n  = 2.78,50
 2 
 = 157 mm2
 161,04.3   2 
= 1,15 
603
Jarak antar tulangan geser :
Daerah I :

604
A v .f y .d 3,1344 = 312. – 2561,407.2
Vs =
s  = 2561,407.2 – 312 + 3,1344
A v . fy . d Dengan menggunakan persamaan
s = polinomial pangkat dua, maka nilai 
Vs
didapat :
157.400.400
= 1 = 0,11075
66970
2 = 0,01104
= 375 mm
Diambil nilai yang kecil sebagai dasar
Digunakan 200 mm
perhitungan.
Daerah II :
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan
b .s
Av = minimum (min) :
3.f y
1,4
min =
3.A v .f y fy
s =
b 1,4
3.157.400 =
= 390
200 = 0,00358
= 942 mm Kontrol terhadap nilai rasio penulangan
Digunakan 200 mm maksimum (maks) :
Perhitungan momen tumpuan :
maks = 0,75.b
1  
MTA = .Wu .L2 0,85.f 'c  600 
16 b = 1.
1 f y 600  f y 
= .161,04.32
16 0,85.24,9  600 
= 0,85.  
= 90,585 kNm 390  600  390 
Momen lapangan pelat : = 0,02795
1 maks = 0,75.b
MLAB = .Wu .L2
14 = 0,75.0,02795
1 = 0,02096
= .161,04.32
14 Kontrol terhadap rasio penulangan :
= 103,525 kNm min    maks
Penentuan nilai rasio penulangan pelat 0,00358  0,01104  0,02096
pada daerah tumpuan () : Syarat rasio penulangan terpenuhi
MTA = 90,585 kNm AS = .b.d
Mu 90,585 10 6 = 0,01104.1000.170
=
bd 2 1000.(170)2 = 1876,80 mm2
= 3,1344 N/mm2 Dicoba dengan diameter D19 mm
 ASD = 0,25..D2
Mu   f y  
= ..f y .1  0,588. .  = 0,25..192
bd 2   f 'c  
= 283,528 mm2
3,1344 = Jarak antar tulangan (s) :
  390   A SD .b
0,8..390.1  0,588. .  s =
  24,9   AS
605
283,528.1000 maks = 0,75.b
=
1876,80 = 0,75.0,02795
= 151,069 mm  100 mm = 0,02096
Pada daerah tumpuan dipasang Kontrol terhadap rasio penulangan :
tulangan D19 – 100 mm. min    maks
Penentuan nilai rasio penulangan pelat 0,00358  0,01283  0,02096
pada daerah lapangan () : Syarat rasio penulangan terpenuhi
MLAB = 103,525 kNm AS = .b.d
Mu 103,525 106 = 0,01283.1000.170
= = 2181,10 mm2
bd 2 1000.(170) 2
Dicoba dengan diameter D19 mm
= 3,5821 N/mm2
ASD = 0,25..D2
Mu   f  
= ..f y .1  0,588. y .  = 0,25..192
bd 2   f 'c   = 283,528 mm2
3,5821 = Jarak antar tulangan (s) :
  390   ASD .b
0,8..390.1  0,588. .  s =
   AS
 24,9
3,5821 = 312. – 2561,407.2 283,528.1000
=
 = 2561,407.2 – 312 + 3,5821 2181,10
Dengan menggunakan persamaan = 129,993 mm  100 mm
polinomial pangkat dua, maka nilai  Pada daerah lapangan dipasang
didapat : tulangan D19 – 100 mm.
1 = 0,10897 Perhitungan Penulangan Plat
2 = 0,01283 Samping
Berat sendiri plat : 0,20 . 2,5 = 0,50 ton/m2
Diambil nilai yang kecil sebagai dasar
Beban tekanan tanah bagian atas = 0,19 ton/m2
perhitungan. Beban tekanan tanah bagian bawah = 6,82 ton/m2
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan Beban tekanan tanah rata-rata = 3,50 ton/m2
minimum (min) : Kombinasi pembebanan :
1,4 Wu = 1,2.WLL + 1,6.WLL
min =
fy = 1,2. 0,50 + 1,6. 3,50
= 6,200 ton/m2
1,4
= = 62,00 KN/m2
390
Kontrol terhadap persyaratan geser :
= 0,00358
Gaya geser ultimit (Vu) :
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan
 W .l 
maksimum (maks) : Vu = 1,15 u n 
maks = 0,75.b  2 

 62.3 
0,85.f 'c  600  = 1,15 
b = 1.   2 
f y  600  f y  
 = 106,950 KN
0,85.24,9  600  Kemampuan beton menerima geser (Vc)
= 0,85.  
= 0,02795

606
390 
600

390


607

 f 'c  Mu 17,055 106


: Vc 
=  b .d 
=
 6  w bd 2 1000.(170) 2
 
= 0,5901 N/mm2
 24,9 
= 0,6 1000.170

 Mu   f y  
 6  = ..f y .1  0,588. . 

 bd 2   f 'c  
= 84829,829 N < 106950 N 
0,5901 = 
Perlu tulangan geser minimum
Kontrol syarat jarak sengkang :   390  
0,8..390.1  0,588. . 
d 400   24,9  
s <  = 200 mm
2 2 0,5901 = 312. – 2561,407.2
s < 600 mm  = 2561,407.2 – 312 + 0,5901
Luasan tulangan geser (As) : Dengan menggunakan persamaan
As = 0,25..d2 polinomial pangkat dua, maka nilai 
= 0,25..102 didapat :
= 78,50 mm2 1 = 0,11988
Luasan tulangan geser total : 2 = 0,00192
Av = 2.As Diambil nilai yang kecil sebagai dasar
= 2.78,50 perhitungan.
= 157 mm2 Kontrol terhadap nilai rasio penulangan
Jarak antar tulangan geser : minimum (min) :
3.A v .f y 1,4
s = min =
b fy
3.157 .390
= 1,4
1000 =
390
= 183,69 mm = 0,00358
Digunakan 150 mm Kontrol terhadap nilai rasio penulangan
Perhitungan momen tumpuan : maksimum (maks) :
1
MTA = .Wu .L2 maks = 0,75.b 

16  
0,85.f 'c  600 

1 b = 1.
= .30,32.32 f y 600  f y 
16
= 17,055 kNm 0,85.24,9  600 
= 0,85.  
Momen lapangan pelat : 390  600  390 
1 = 0,02795
MLAB = .Wu .L2
14 maks = 0,75.b
1 = 0,75.0,02795
= .30,32.32
14 = 0,02096
= 19,491 kNm Kontrol terhadap rasio penulangan :
Penentuan nilai rasio penulangan pelat min    maks
pada daerah tumpuan () : 0,00358  0,00192  0,02096
MTA = 17,055 kNm Syarat rasio penulangan tidak terpenuhi
608
Digunakan nilai rasio penulangan

609
minimum sebagai dasar perhitungan 1,4
=
kebutuhan penulangan. 390
AS = .b.d = 0,00358
= 0,00192.1000.170 Kontrol terhadap nilai rasio penulangan
= 326,40 mm2 maksimum (maks) :
Dicoba dengan diameter D16 mm maks = 0,75.b
ASD = 0,25..D2 

0,85.f 'c  600 
= 0,25..162 b = . 
 
f y  600  f y 
1

= 201,061 mm2
0,85.24,9  600 
Jarak antar tulangan (s) : = 0,85.  
ASD .b 390  600  390 
s =
AS = 0,02795
201,061.1000 maks = 0,75.b
= = 0,75.0,02795
326,40
= 0,02096
= 615,995 mm  200 mm
Kontrol terhadap rasio penulangan :
Pada daerah tumpuan dipasang
min    maks
tulangan D16 – 200 mm.
0,00358  0,22013  0,02096
Penentuan nilai rasio penulangan pelat
Syarat rasio penulangan tidak terpenuhi
pada daerah tumpuan () :
Digunakan nilai rasio penulangan
MTA = 19,491 KNm
minimum sebagai dasar perhitungan
Mu 19,49110 6 kebutuhan penulangan.
=
bd 2 1000.(170) 2 AS = .b.d
= 0,6744 N/mm2 = 0,00192.1000.170

Mu   f y   = 326,40 mm2
= ..f y .1  0,588. . 
bd 2  f 'c   Dicoba dengan diameter D16 mm

 ASD = 0,25..D2
0,6744 = 
= 0,25..162
  390  
0,8..390.1  0,588. .  = 201,061 mm2
  24,9   Jarak antar tulangan (s) :
0,6744 = 312. – 2561,407.2 ASD .b
s =
 = 2561,407.2 – 312 + 0,6744 AS
Dengan menggunakan persamaan 201,061.1000
polinomial pangkat dua, maka nilai  =
326,40
didapat :
= 615,995 mm  200 mm
1 = 0,11960
Pada daerah tumpuan dipasang
2 = 0,22013
tulangan D16 – 200 mm.
Diambil nilai yang kecil sebagai dasar
Untuk perhitungan penulangan pelat
perhitungan.
bawah dan sayap disajikan dalam bentuk
Kontrol terhadap nilai rasio penulangan
tabel di bawah ini.
minimum (min) :
1,4
min =
610
fy

611
KESIMPULAN DAN SARAN lintas, yang melintas di atasnya,
Kesimpulan sehingga harus direncanakan sesuai
Dari hasil analisi dan pembahasan untuk dengan kelas jalan berdasarkan
perhitungan box culvert dapat disimpulkan muatan sumbu terberat.
bahwa :
1. Kebutuhan penampang box culvert DAFTAR PUSTAKA
untuk menyalurkan air dengan debit
banjir rancangan sebesar 2,285 Asdak C., (1995) Hidrologi Dan pengelolaan
m3/detik adalah tinggi 300 cm, lebar Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada
University Prees, Yogyakarta.
300 cm dan panjang 1200 cm.
2. Penulangan untuk box culvert Manual No.01-1/BM/2005, Tentang Hidrolika
disajikan pada tabel di bawah ini. Untuk Jalan Dan Jembatan, Depertemen
Pekerjaaan Umum
Saran
Manual No.01-2/BM/2005, Tentang Hidrolika
Adapun saran-saran yang ingin
Untuk Jalan Dan Jembatan, Depertemen
disampaikan sehubungan dengan Pekerjaaan Umum
perhitungan box culvert adalah sebagai
berikut : SNI 03-3424-1994, Tata Cara Perencanaan
1. Perhitungan kebutuhan luas Drainase Permukaan Jalan, Depertemen
penampang box culvert, sebaiknya Pekerjaaan Umum
didasarkan pada debit banjir Sri Harto Br., 2000, Hidrologi Teknik,
maksimum dan hasil perhitungan Garamedia Pustaka Utama, Jakarta
kehilangan energi.
2. Penampang box culvert rencana
harus mampu menahan beban lalu

612

Anda mungkin juga menyukai