BORANG f5
BORANG f5
A. LATAR BELAKANG
1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan akut yang meliputi saluran pernapasan bagian atas, seperti rinitis,
faringitis, dan otitis serta saluran pernapasan bagian bawah, seperti laringitis,
bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia yang dapat berlangsung selama 14 hari.
Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut.
Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli beserta organ
seperti sinus, ruang telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2008).
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernapasan dan sampai menimbulkan kematian. Bila
sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih
rumit, sehingga angka mortalitas menjadi tinggi, maka perlu diusahakan agar
yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat segera diberi
pertolongan yang tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan (Depkes RI,
2008).
Infeksi Saluran Pernapasan Atas disebabkan oleh beberapa golongan
kuman yaitu bakteri, virus, dan ricketsia yang jumlahnya lebih dari 300 macam.
Sekitar 90-95% penyebab ISPA pada saluran pernafasan bagian atas adalah virus.
Di negara berkembang, ISPA pada saluran pernafasan bagian bawah terutama
pneumonia disebabkan oleh bakteri dari genus streptokokus, haemofilus,
pneumokokus, bordetella dan korinebakterium, sedang di negara maju ISPA pada
saluran pernafasan bagian bawah disebabkan oleh virus, miksovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus dan herpesvirus.
1
F.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2
F.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian pula jenis
effloresensinya tidak selalu harus polimorfik, mungkin hanya oligomorfik.
Meskipun penyembuhan dermatitis sangat sulit dilakukan, namun pada
banyak kasus, pasien dapat mengurangi terjadinya kekambuhan dengan
melakukan pengobatan yang tepat dan menghindari iritan/alergen yang
menyebabkan dermatitis. Perlu diingat, penyakit ini tidak menular dan tidak akan
menyebar dari satu orang ke orang yang lain. Karena menghindari alergen/bahan
iritan merupakan hal yang paling penting untuk mencegah terjadinya suatu
dermatitis, maka penyuluhan ini dilakukan untuk mengedukasi masyarakat
setempat mengenai pentingnya menghindari alergen/bahan iritan agar dermatitis
tidak mengalami kekambuhan di kemudian hari.
B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
ISPA mengakibatkan sekitar dua juta kematian per tahun di negara berkembang
dan menempati urutan pertama penyebab kematian. Insidensi ISPA di Sulawesi
Selatan menunjukkan angka berfluktuasi setiap tahun. Insidensi pneumonia pada bayi
dan balita di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 sebanyak 8,5/1000 bayi dan balita
dengan angka Case Fatality Rate (CFR) pneumonia 0,00059, tahun 2011 sebanyak
10,5/1000 bayi dan balita dengan angka CFR 0,001. Adapun insidensi bayi dan balita
penderita batuk bukan pneumonia tahun 2010 sebanyak 30,5/100 bayi dan balita,
tahun 2011 sebanyak 26,7/100 bayi dan balita.
Prevalensi dermatitis atopik pada anak tinggi, yaitu sekitar 80% apabila kedua
orang tuanya menderita dermatitis atopik. Survei di negara berkembang menunjukkan
10-20% anak menderita dermatitis atopik. Sedangkan, pada dermatitis kontak,
insidensi terbanyak ditemukan pada kawasan industri.
C. PEMILIHAN INTERVENSI
3
F.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1. Penyuluhan ISPA, antara lain: pengertian ISPA, gejala dan tanda umum ISPA,
faktor risiko ISPA, gejala dan tanda ISPA pada bayi, dan pengobatan ISPA.
2. Penyuluhan dermatitis, antara lain:pengertian, jenis-jenis, faktor penyebab,gejala
klinis, penanganan dan pencegahan dermatitis.
D. PELAKSANAAN
E. EVALUASI
1. Kesimpulan
4
F.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2. Saran