PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan
dengan atau tanpa nyeri abdomen ketika kondisi serviks masih tertutup
(Deevaselan, 2012)
menyebabkan beban emosional serius, terjadi satu dari lima kasus dan
meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah
(KPD), namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Diagnosis abortus
ostium uteri eksternum, disertai nyaeri perut sedikit atau tida sama sekali, serviks
direkomendasikan, satu dari tiga kasus abortus imminens mendapatkan resep obat
meskipun dua dari tiga dokter umum yang merekomendasikan hal tersebut tida
B. Tujuan Pembelajaran
1
1. Mendefinisikan dan menjelaskan mengenai abortus imminens.
2
BAB II
STATUS PASIEN
A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 5 Juni 2016 pukul 09.05 WIB terhadap
pasien.
1. Identitas Pasien
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Paritas : G3P2A0
UK : 8+5 minggu
No.CM : 01-32-xx-xx
Berat badan : 60 Kg
3
2. Keluhan Utama
dengan keluhan keluar flek dari jalan lahir sejak 3 jam SMRS. Pasien
merasa hamil 2 bulan lebih. Riwayat demam (-), binatang peliharaan (-),
6. Riwayat Fertilitas
Baik
4
7. Riwayat Obstetri
9. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 360 C
c. Kepala : Mesocephal
5
d. Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
e. THT : Discharge (-/-)
f. Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar
g. Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), aerola mammae
hiperpigmentasi (+)
1) Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
2) Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor // sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara napas tambahan
(-/-), wheezing (-)
h. Abdomen :
- Inspeksi : Dinding perut lebih tinggi dinding dada,
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), TFU tidak teraba, massa (-)
- Perkusi : timpani
i. Genital eksterna:
- Inspeksi : v/u tenang, dinding vagina dalam
batas normal,
portio livide, OUE tertutup darah (-), discharge (-)
C. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi rutin
6
Kimia Klinik
a. GDS : 89 mg/dL
D. Diagnosis Awal
Abortus imminens
E. Prognosis
Dubia
1. Mondok bangsal
2. Konservatif pertahankan kehamilan
3. Bedrest total
4. Asam folat 1 x 400 mg
5. SF 1 x 1
6. Didrogesteron 3 x 10 mg
G. FOLLOW UP
1. Evaluasi tanggal 6 Juni 2016 pukul 06.00 WIB
7
Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), TFU tidak teraba
Genital : darah (-), discharge (-)
Diagnosis : Abortus Imminens (bebas flek hari I)
Terapi :
- Konservatif (pertahankan kehamilan)
- Bed rest total
- Didrogesteron 3 x 10 mg
- Asam folat 1 x 400 mg
- SF 1 x 1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Abortus imminens disebut juga abortus membakat, dimana terjadi
8
kontraksi uterus tanpa disertai dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil
namun hal tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu. Dapat atau
tanpa disertai rasa mulas ringan, sama dengan pada waktu menstruasi atau
jantung janin berdenyut, dan kantong amnion kosong, servik tertutup, dan
masih terdapat janin utuh. Keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan
B. Faktor Resiko
Angka kejadian abortus imminens dipengaruhi oleh berbagai
faktor:
1. Usia Ibu
2. Faktor yang berkaitan dengan kehamilan
a. Jumlah kehamilan dengan janin aterm sebelumnya
b. Kejadian abortus sebelumnya
c. Riwayat hamil dengan janin yang mengalami kelainan
C. Epidemiologi
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya
9
diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua kehamilan. Namun, frekuensi
angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian
pertolongan medis dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid yang
D. Etiologi Abortus
pertama, lalu insiden menurun pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan
5-10 % pada trimester ketiga. Penyebab yang lain dari aborsi dengan
factor immunologi, dan penyakit sistemik pada ibu. Dan ada banyak pula
2007)
10
Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului oleh
sebagai berikut :
1. Hasil konsepsi.
Kelainan perkembangan dapat dipengaruhi oleh faktor endogen
E. Mekanisme Abortus
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat
diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan
11
cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau
masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan
banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas
bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan
F. Klasifikasi Abortus
1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak
12
dalam waktu kehamilan trimester pertama. Perdarahan pada
kematian prenatal
b. Abortus insipiens (inivitable)
Merupakan suatu abortus yang sedang berlangsung,
juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang
kerokan.
c. Abortus inkomplit
13
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia
(Sastrawinata, 2008).
2. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum
2007).
14
Abortus complete dan abortus incomplete 5
G. Gejala
1. Amenorea
2. Perdarahan pervaginam sedikit
3. Sakit perut dan mulas sedikit atau tidak sama sekali
4. Pada pemeriksaan dalam tampak ostium uteri tertutup, ukuran uterus
15
H. Diagnosis
Diagnosis abortus imminens ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
a. Adanya amenore pada masa reproduksi
b. Perdarahan pervaginam sedikit
c. Rasa sakit atau mulas sedikit daerah atas simpisis
d. Perlu juga ditanyakan: riwayat menstruasi, riwayat pemakaian obat-
hipovolemik
b. Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan, bila ditemukan
hasil nyeri goyang porsio (-). Selain itu didapatkan ostium uteri
ukuran, konsistensi, dan ada tidaknya massa pada uterus dan adneksa.
16
e. Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak,
I. Diagnosis Banding
bagian bawah perut dan pembesaran di belakang uterus. Tetapi nyerri pada
yang belum terganggu. Pada keadaan ini yang ditemui berupa gejala-gejala
2. Mola Hidatidosa
17
yang tinggi di dalam darah. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan
3. Kelainan serviks
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan abortus imminens adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan
Abortus imminens yang memburuk dapat menyebabkan perdarahan
sisa hasil konsepsi. Jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
waktunya.
2. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
18
Perubahan keadaan sekitar genitalia dan migrasi flora pada abortus dapat
4. Perforasi
dan vesica urinaria. Jika ditemukan tanda – tanda abdomen akut perlu
K. Prognosis
kehamilan. Prognosis abortus adalah dubia ad malam. Hal ini menjadi kurang
buruk Prognosis buruk bila dijumpai pada pemeriksaan USG adanya kantong
kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan tidak adanya kutub
L. Penanganan
19
Jika perdarahan (pervaginam) sudah sampai menimbulkan gejala klinis
menuju keadaan yang lebih balk. Dengan keadaan umum yang lebih baik
(stabil), tindakan tahap kedua umumnya akan berjalan dengan baik pula.
Pada penanganan tahap pertama dilakukan berbagai kegiatan, berupa :
a. Memantau tanda-tanda vital (mengukur tekanan darah, frekuensi denyut
Trendelenburg.
d. Pemberian infus cairan (darah) intravena (campuran Dekstrose 5%
infus cairan diganti dengan transfusi darah atau infus cairan bersamaan
20
segar. Jika sudah timbul tanda-tanda asidosis harus segera dikoreksi
(Schorge, 2008).
2. Tahap kedua :
Setelah keadaan umum penderita stabil, penanganan tahap kedua
konsepsi, dan pada beberapa pasien dengan aborsi tidak ditemukan kadar
aktivitas sel Natural Killer (NK). Pada abortus spontan yang terjadi pada
bersifat sitotoksik yang dihasilkan oleh sel T helper (Th)1 yaitu interleukin
(IL)-2 dan Interferon (IFN) dan Tumour necrosis factor (TNF)-ß yang
21
oleh Th2 yaitu IL-4, IL-6, IL-5 dan IL-10 yang bermanfaat dalam menjaga
perkembangan otak janin diberikan asam folat sebanyak 400 mcq sehari.
22
BAB IV
ANALISIS KASUS
A. Analisa Kasus
yang buruk, serta riwayat obstetri dimana anak kedua lahir meninggal
tidak terlihat jaringan keluar, ukuran uterus sesuai umur kehamilan, janin
mrongkol-mrongkol.
tertutup
karena kurangnya ANC yang dilakukan oleh ibu, juga faktor resiko ibu
23
yang memiliki riwayat bayi meninggal yang mungkin disebabkan adanya
B. Analisis Terapi
kehamilan. Hal ini dilakukan agar tidak timbul perdarahan yang lebih
dan spinal cord janin dan mengurangi resiko janin lahir cacat. Sulfo
24
membantu mengurangi perdarahan pada pasien dengan mekanisme
fibrinogen.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ross PJ, Jennings JC (2010) Obstetics & Gynecology. 3rd ed. Ohio: McGraw-Hill
Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,
Cunningham FG (2008). Williams Gynecology. New York: The McGraw-
Hill Companies Inc.
26
Speroff (2005). Female Infertility. In: Clinical Gynaecologic Endocrinology and
Infertility. 7th edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
27