Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Program Studi D-IV
Teknik Kimia Produksi Bersih
Oleh :
Penulis:
1. Aisyiyah Rasyidah NIM 161424001
2. Riyanti Alifa NIM 161424028
Proposal tugas akhir ini telah disidangkan pada tanggal 27 Juni 2019 dan disahkan sesuai
ketentuan.
Menyetujui,
Pembimbing I,
Mengetahui,
ii
Proposal Tugas Akhir
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................................3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................4
2.1 Ubi Kayu atau Singkong..........................................................................................................4
2.2 Modified Cassava Flour...........................................................................................................6
2.3 Proses Fermentasi Padat..........................................................................................................8
2.3.1 Faktor Biologis Proses Fermentasi Padat....................................................................8
2.3.2 Faktor Fisiko-kimia.......................................................................................................9
2.4 Mikroorganisme Untuk Fermentasi MOCAF.......................................................................10
2.4.1 Rhizopus oryzae...........................................................................................................10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................................15
3.1 Tahap Persiapan.....................................................................................................................15
3.1.1 Persiapan Peralatan.....................................................................................................15
3.1.2 Persiapan Bahan Baku...............................................................................................15
3.3 Tahap Pengeringan.................................................................................................................18
3.4 Tahap Penepungan.................................................................................................................18
3.5 Tahap Analisa.........................................................................................................................18
3.6 Alat dan Bahan......................................................................................................................19
3.6.1 Peralatan......................................................................................................................19
3.6.2 Bahan...........................................................................................................................20
3. 7 Matriks Rancangan Percobaan..............................................................................................20
BAB IV ANGGARAN BIAYA DAN RENCANA KEGIATAN...................................................21
4.1 Anggaran Biaya.....................................................................................................................21
iii
Proposal Tugas Akhir
4.2 Rencana Kegiatan..................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................24
LAMPIRAN ....................................................................................................................................27
iv
Proposal Tugas Akhir
DAFTAR GAMBAR
v
Proposal Tugas Akhir
DAFTAR TABEL
vi
Proposal Tugas Akhir
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara penghasil utama singkong ketiga di dunia dengan rata-
rata produksi sebesar 23,90 juta ton. Perkembangan produksi singkong di Indonesia periode
1980 sampai 2017 secara umum cenderung meningkat. Peningkatan produksi rata-rata per
tahun sebesar 1,07%, bahkan peningkatan produksi selama lima tahun terakhir cukup tinggi
mencapai 5,53% per tahun (Widaningsih dkk, 2017).
Selama ini produksi singkong Indonesia selain untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri juga diekspor ke luar negeri. Negara tujuan ekspor tersebut antara lain meliputi Cina,
Jepang, dan Korea. Ekspor singkong ke China singkong diolah menjadi gaplek sedangkan
untuk ekspor ke Jepang, singkong diolah dalam bentuk pellet dan chip, dan untuk ekspor ke
Korea, singkong diolah menjadi keripik singkong organik.
Pemasaran singkong dalam bentuk bahan mentah memiliki nilai jual yang rendah. Hal
ini mengakibatkan harga di pasaran menjadi tidak stabil dan petani tidak mendapatkan
insentif ekonomi yang menarik. Salah satu upaya untuk memperbaiki pemasaran produk
singkong adalah dengan memasarkan singkong dalam bentuk olahan. Pengolahan singkong
menjadi produk olahan ini memerlukan inovasi sehingga menghasilkan produk yang
memiliki nilai jual tinggi. Salah satu inovasi pengolahan singkong adalah dengan membuat
singkong menjadi MOCAF.
MOCAF (Modified cassava flour) merupakan tepung singkong yang telah diolah
melalui proses fermentasi. MOCAF dapat berpotensi sebagai subsitusi tepung terigu dalam
rangka meningkatkan nilai jual singkong. Tepung MOCAF merupakan tepung yang lebih
sehat daripada tepung terigu karena mempunyai nilai indeks glikemik yang rendah yaitu
sebesar 46. Batasan angka indeks glikemik dibawah nilai 55 merupakan nilai indeks
glikemik yang rendah (Sholichah dkk, 2017).
Proses fermentasi untuk pembuatan tepung MOCAF dapat dilakukan melalui proses
fermentasi padat. Salah satu keuntungan fermentasi padat dibandingkan dengan fermentasi
cair menurut Soccol dkk (1994) bahwa fermentasi padat mengeluarkan biaya produksi yang
rendah dengan pengolahan bahan baku yang sederhana, memiliki produktivitas yang tinggi,
limbah yang sedikit, serta membutuhkan energi yang lebih kecil. Kadar air pada proses
fermentasi padat berlangsung pada rentang 30% sampai dengan 80% (Oriol dkk, 1988).
Mikroba yang dapat digunakan untuk pembuatan MOCAF adalah dari kelompok
bakteri dan jamur. Mikroba tersebut meliputi Lactobacillus plantarum, Bacillus natto,
Aspergilus oryzae, Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus. Beberapa penelitian tentang
pembuatan MOCAF secara fermentasi telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Zullaikah dkk
(2015) melakukan proses fermentasi padat untuk pembuatan MOCAF menggunakan
Lactobacillus plantarum selama 120 jam pada suhu 300C mampu meningkatkan kadar
protein sebesar 8.58%. Proses fermentasi padat menggunakan Lactobacillus plantarum pada
substrat singkong juga dilakukan oleh Hawashi dkk (2018) dengan jumlah sel 3,5x1012
selama 36 jam menghasilkan peningkatan kadar protein sebesar 3,5%.
Penelitian pembuatan MOCAF yang dilakukan Prasetyo dkk (2018) menggunakan
Rhizopus oligosporus, dengan memvariasikan inokulum pada 0,006%, 0,01%, 0,014%.
Proses fermentasi ini mendapat hasil optimum pada konsentrasi inokulum 0,006% dengan
substrat parut dan waktu fermentasi 72 jam menghasilkan kadar protein sebesar 3,69%
(dalam basis kering).
Sebagai salah satu inovasi deversifikasi produk singkong untuk menaikkan nilai jual
produk tersebut di pasaran, perlu dilakukan inovasi. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan
adalah dengan pembuatan MOCAF yang memiliki kadar protein lebih tinggi. Proses
fermentasi untuk pembuatan MOCAF dapat dilakukan melalui proses fermentasi padat
(Solid State Fermentation/SSF). Proses fermentasi padat dipengaruhi mikroba, konsentrasi
inokulum dan kondisi lungkungan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengkaji pengaruh kadar air yang memenuhi batasan fermentasi padat serta pengaruh
2
Proposal Tugas Akhir
konsentrasi inokulum pada pembuatan MOCAF.
3
Proposal Tugas Akhir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ubi Kayu atau Singkong
Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta) merupakan tanaman khas Indonesia yang
telah dikenal dan dibudidayakan luas. Singkong termasuk jenis tanaman umbi-umbian yang
mengandung karbohidrat tinggi dengan kadar amilosa yang rendah dan amilopektin yang
tinggi sehingga dapat dijadikan sumber karbohidrat pengganti beras. Kandungan
amilopektin yang tinggi tetapi lebih rendah daripada ketan yaitu amilopektin 83% dan
amilosa 17% (Winarno, 2004).
Singkong juga disebut mandioca, manioc, yuca, atau tapioka. Singkong segar
mengandung kadar air tinggi yaitu 60-65% (Trisnanto, 2013). Pada berat keringnya
singkong mengandung 80% sampai 90% karbohidrat, dimana 80% adalah pati dengan
sedikit kandungan sukrosa, glukosa, dan maltosa (Tewe dan Lutalaido, 2014Umur singkong
setelah dipanen adalah 24 jam sampai 72 jam, jika tidak dilakukan upaya pengawetan
(Schnitzler dkk, 2014). Singkong segar akan mudah mengalami kerusakan apabila tidak
mendapatkan penanganan pasca panen dan hanya memiliki masa simpan berkisar 4-5 hari,
senyawa phenol yang terdapat pada singkong akan menyebabkan pencoklatan oleh enzim
phenolase.
Singkong segar mengandung senyawa sianogen glukosida yang dapat melepaskan
asam sianida (HCN). Asam sianida merupakan senyawa beracun yang dapat mengganggu
sistem pencernaan, mengganggu proses penyerapan nutrisi, dan pada sistem pernafasan
akan mengakibatkan terikatnya oksigen dalam darah. Menurut Burns dkk, (2012) total
kandungan asam sianida dari berbagai varietas singkong adalah 1-150 mg HCN/kg
singkong segar. Batas aman sianida total untuk singkong yang di konsumsi adalah 50 ppm
berat singkong segar (FAO dan WHO, 2005). WHO (World Health Organization)
menetapkan batas aman total sianida dalam singkong adalah sebesar 10 ppm berat singkong
segar (FAO dan WHO, 1995).
Tanaman singkong dapat tumbuh pada daerah yang memiliki ketinggian sampai
dengan 2.500 meter dari permukaan laut. Hasil panen singkong terbesar dihasilkan dari
Jawa, Lampung, dan NTT (Sunarto, 2002). Pada saat panen, tanaman singkong tidak
mampu memberikan keuntungan yang banyak bagi petani. Hal ini dikarenakan harga jual
4
Proposal Tugas Akhir
singkong yang sangat rendah.
Di sebagian negara berkembang yang beriklim tropis, singkong dibudidayakan untuk
dijadikan bahan pangan. Produksi singkong dunia pada tahun 2010 diperkirakan sebanyak
230 juta ton. Pada Tabel 2.1 Negara penghasil singkong terbesar adalah Nigeria, Brasil,
Indonesia, dan Thailand. Pada tahun 2016 produksi singkong di dunia meningkat sekitar
8% (8 juta ton) dibandingkan pada tahun 2015 (FAO, 2016.).
Tabel 2.1 Hasil panen singkong di dunia
5
Proposal Tugas Akhir
Tabel 2.2 Perbandingan kandungan nutrisi singkong dan gandum
Tepung terigu
Komposisi (tanpa Singkong (sebelum diproses)
fortifikasi)
Air 11,92 59,68
Protein 10,33 1,36
Total lemak 0,98 0,28
Abu 0,47 0,62
Carbohydrate by
76,31 28,06
difference
Serat pangan 2,7 1,8
Gula 0,27 1,7
(Sumber : Montagnac, dkk, 2009)
Modified cassava flour (MOCAF) adalah produk tepung dari singkong yang diolah
secara fermentasi. MOCAF juga dikenal dengan istilah MOCAL (modified cassva flour).
Dalam beberapa litelatur, MOCAF disebut juga dengan sebutan FERCAF (fermented
cassava flour) untuk lebih menunjukan proses pengolahannya.
Pada saat fermentasi tepung singkong terjadi dekomposisi senyawa-senyawa yang
ada di dalamnya. Karbohidrat dan protein dikonversi melalui reaksi enzimatis oleh aktivitas
mikroorganisme menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga mudah untuk dicerna
(Scmith dkk, 2012) dan menghasilkan peningkatan kadar protein selama proses fermentasi
berlangsung (Zulaikah, 2015).
Standar baku mutu MOCAF berdasarkan SNI ditunjukan pada Tabel 2.3. Tujuan dari
Standar Nasional Indonesia (SNI) MOCAF ini adalah untuk melindungi konsumen,
menjamin perdagangan produk pangan yang aman untuk kesehatan konsumen, mendorong
produsen untuk jujur dan bertanggungjawab, serta mendukung perkembangan industri
MOCAF dan industri pengguna MOCAF.
Tabel 2.3 Standar baku mutu MOCAF
Kriterian Uji Satuan Persyaratan
Keadaan:
Bentuk - Serbuk halus
Bau - Normal
Warna - Putih
Benda asing - Tidak ada
6
Proposal Tugas Akhir
Serangga dalam semua bentuk stadia - Tidak ada
dan potongan-potongannya yang
tampak
Kehalusan :
Lolos ayakan 100 mesh (b/b) % Min. 90
Lolos ayakan 80 mesh (b/b) % 100
Kadar air (b/b) % Maks. 13
Abu (b/b) % Maks. 1,5
Serat kasar (b/b) % Maks. 2,0
Derajat putih (MgO = 100) - Min.87
Belerang dioksida (SO2) µg/g Negatif
Derajat asam mL NaOH Maks. 4,0
1N/100g
HCN mg/kg Maks. 10
Cemaran logam:
Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,3
Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,05
Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 0,5
Cemaran mikroba:
Angka lempeng total (35 oC, 48 jam) Koloni/g Maks. 1 x 106
Escherichia coli APM/g Maks. 10
Bacillus cereus Koloni/g Kurang dari 1 x 104
Kapang Koloni/g Maks. 1 x 104
a. Tipe mikroorganisme
Mikroorganime yang dipilih pada fermentasi padat harus mempunyai
kemampuan untuk mendekomposisi substrat padat. Pemilihan mikroorganisme
didasarkan pada tipe substrat padat, kebutuhuan nutrisi mikroorganisme tersebut, dan
produk yang diinginkan dari proses fermentasi (Krishna, 2005). Pemilihan
8
Proposal Tugas Akhir
mikroorganisme akan mempengaruhi reaktor fermentasi dan tahapan proses fermentasi.
Mikroorganisme yang banyak digunakan pada proses fermentasi padat adalah
jamur berfilamen karena filamen pada jamur dapat menembus pori-pori pada substrat
padat (Mitchell dkk, 2011).
a. Inokulum
Inokulum merupakan sejumlah mikroorgnisme yang ditambahkan pada substrat
proses fermentasi. Jumlah inokulum dapat mempengaruhi proses fermentasi pada fase
lag. Jumlah inokulum yang banyak pada fase lag akan mempersingkat waktu fermentasi.
media yang digunakan untuk pertumbuhan, dan kondisi fisiologisnya adalah yang
paling penting dalam banyak proses fermentasi.
b. Substrat
Substrat padat yang mengandung karbohidrat biasanya didapatkan dari beras,
gandum, bekatul, singkong, dan tepung jagung. Selain itu, sampah buah-buahan jug
adapat digunakan sebagai substrat padat (Mannan dan Colin, 2017). Substrat akan
dikonversi oleh mikroorganisme menjadi produk yang diinginkan.
Fermentasi padat dilakukan pada mikroorganisme yang dapat tumbuh pada rentang
pH yang luas. Hal tersebut dikarenakan pengukuran pH pada substrat padat sulit
dilakukan. Substrat padat memiliki kadar air yang rendah sehingga sulit dilakukan
pengukuran pH.
c. Suhu
Sistem fementasi padat yang heterogen mengakibatkan tidak meratanya suhu di
setiap bagian dari dari sistem tersebut. Salah satu akibatnya adalah terjadi overheating
pada titik tertentu yang menyebabkan sebagian air menjadi teruapkan. Hal ini dapat diatasi
9
Proposal Tugas Akhir
dengan aerasi .
d. Aerasi
Aerasi mempunyai peran penting dalam fermentasi padat, yaitu memenuhi
kebutuhan oksigen dalam fermentasi aerobik (Manan dan Colin, 2017). Aerasi dapat
mempertahankan kadar oksigen dan menurunkan kadar karbon dioksida.
e. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang kecil akan memperbesar luas kontak mikroorganisme dengan
nutrisi. Pada penelitian Scmith dkk, (2012) melakukan proses fermentasi padat dengan
variasi ukuran partikel bekatul. Proses fermentasi padat tersebut menghasilkan kenaikan
kadar protein sebesar 46% pada ukuran partikel tekecil (0,18 mm).
2.4 Mikroorganisme Untuk Fermentasi MOCAF
Mikroorganisme yang dapat digunakan adalah dari kelompok bakteri dan jamur.
Kelompok bakteri mampu mendokomposisi substrat yang memiliki ikatan karbon rantai
pendek sederhana. Kelompok jamur dapat mendekomposisi substrat yang lebih kompleks.
Selain itu, kondisi pertumbuhan alami dari jamur hampir sama dengan kondisi lingkungan
pada proses fermentasi padat. Bakteri yang dipakai adalah Lactobacillus plantarumm.
Sedangkan untuk jamur menggunakan Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus.
Zullaikah, dkk (2015) melakukan fermentasi padat menggunakan Lactobacillus
plantarum dengan substrat singkong yang dipotong dadu dengan ketebalan 0,3 cm
kemudian dimasukan ke dalam erlenmeyer dengan kondisi anaerob yang ditutup dengan
kain kasa. Fermentasi tersebut dilakukan selama 120 jam pada suhu yang dijaga tetap 30 0C
mampu meningkatkan kadar protein sebesar 8.58%. Pembuatan MOCAF secara fermentasi
padat menggunakan Rhizopus oryzae pada substrat bekatul telah dilakukan oleh Sukma
(2018) menghasilkan kenaikan kadar protein sebesar 58,5%. Fermentasi tersebut dilakukan
pada suhu 300C, kadar air 55%, ketebalan substrat 2 cm, berat substrat 100 gram, inokulum
4 x 106 spora/gram, dan lama fermentasi 120 jam. Penelitian dilakukan oleh Prasetyo dkk
(2018) yaitu fermentasi padat menggunakan mikroba Rhizopus oligosporus pada substrat
singkong yang diparut sebanyak 250 gram, konsentrasi inokulum 1,5% dan waktu
fermentasi 72 jam menghasilkan kadar protein tertinggi pada singkong tersebut sebesar
3,69%.
Salah satu jamur yang dapat digunakan adalah Rhizopus oryzae. Kultur murni
10
Proposal Tugas Akhir
Rhizopus oryzae mudah didapatkan dan mudah diperbanyak.
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomicota
Class: Zygomycete
Ordo: Mucorales
Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
11
Proposal Tugas Akhir
12
Proposal Tugas Akhir
Substrat yang diperlukan oleh Rhizopus oryzae dapat merupakan
substrat kompleks seperti pati yang memiliki rantai panjang karbohidrat. Hal
ini dikarenakan Rhizopus oryzae mempunyai enzim-enzim yang dapat memecah
polimer-polimer tersebut.
Amilase Enzim yang memecah pati menjadi gula yang lebih sederhana.
Pertambahan protein pada substrat terjadi karena adanya pertambahan protein sel
tunggal dari Rhizopus oryzae. Semakin banyak sel yang terbentuk, semakin banyak pula
protein yang didapatkan. Oleh karena itu, pada pembuatan fermentasi tepung singkong,
produk fermentasi merupakan substrat dan biomassa yang mengandung protein sel
13
Proposal Tugas Akhir
tunggal. Untuk mendapatkan biomassa yang banyak diperlukan mikroorganisme yang
sedang berada pada fase pertumbuhan dimana pembentukan sel sedang berlangsung cepat.
Pada gambar 2.2 ditampilkan kurva pertumbuhan Rhizopus oryzae dengan media bekatul
selama 120 jam menunjukan pada hari ke-3 kenaikan signifikan. Sedangkan pada gambar
2.3 ditunjukan kenaikan kadar protein yang terjadi.
Waktu (jam)
Waktu
Waktu (jam)
(jam)
14
Proposal Tugas Akhir
Mikroorganisme memerlukan nutrisi untuk proses pertumbuhan. Nutrisi yang
dibutuhkan terdiri dari makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien dibutuhkan pada
konsentrasi lebih dari 10-4 Molar. Secara umum terdiri dari karbon, nitrogen, oksigen,
hidrogen, sulfur, fosfor, Mg2+ dan K+. Mikronutrien dibutuhkan pada konsentrasi kurang
dari 10-4 Molar. Mikronutrien tersebut diantaranya terdiri dari Mo2+, Zn2+, Cu2+, Mn2+, Ca2+ ,
vitamin dan hormon pertumbuhan (Shuler and Kargi, 2002)
Proses pertumbuhan Rhizopus oryzae diperlukan penambahan makronutrien yaitu
karbon, nitrogen, fosfor, magnesium, sulfur, kalium. Sumber karbon digunakan untuk
sumber energi. Sumber nitrogen yang digunakan adalah sumber nitrogen anorganik.
Sumber nitrogen anorganik yang umum digunakan adalah garam-garam ammonium
(NH4Cl, (NH4)2SO4, NH4NO3) dan urea. Fosfor adalah elemen kunci dalam pengendalian
metabolism sel. Garam fosfat yang umum ditemukan adalah garam organik fosfat
seperti KH2PO4 dan K2HPO4. Garam sulfat seperti (NH4)2SO4 merupakan sumber sulfur.
Sulfur yang mengandung asam amino juga dapat digunakan sebagai sumber sulfur.
Potassium berfungsi sebagai kofaktor beberapa enzim dan dibutuhkan pada
metabolisme karbohidrat. Garam potassium yang biasanya digunakan adalah K3PO4,
KH2PO4 dan K2HPO4. Magnesium merupakan kofaktor untuk beberapa enzim dan berada
2+
dalam dinding sel dan membran. Ribosome sangat membutuhkan ion Mg . Magnesium
umumnya digunakan dalam bentuk MgSO4.7H20 atau MgCl2 (Shuler and Kargi, 2002).
15
Proposal Tugas Akhir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Kegiatan penelitian dilakukan dalam 4 tahap yaitu tahap persiapan, percobaan,
dan penyusunan laporan.
Tahap persiapan dilakukan untuk menunjang penelitian meliputi persiapan alat dan
persiapan bahan baku.
3.1.1 Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari alat utama dan alat pendukung. Alat utama
yaitu reaktor berupa erlenmeyer 500 mL sebanyak 4 buah dengan ukuran seragam ditutup
kapas berlemak. Alat pendukung teridiri dari gelas kimia, gelas ukur, botol semprot, batang
pengaduk kaca, lemari asam, shieve shaker, inkubator, pH meter, termometer, dan spatula.
3.1.2 Persiapan Bahan Baku
Persiapan bahan baku meliputi pembuatan tepung singkong dan pembuatan
inokulum.
a. Pembuatan Tepung Singkong
Singkong dikupas kemudian dipotong menjadi bentuk kepingan (chips) untuk
memudahkan proses pengeringan, mencegah perubahan warna dan mencegah bau asam.
Setelah itu singkong dicuci bersih menggunakan air mengalir, kemudian direndam dalam
larutan garam dan buffer (Na2SO3) selama 24 jam pada pH 6 untuk mengurangi kandungan
asam sianida yang bersifat racun. Selanjutnya singkong dikeringkan menggunakan oven
pada suhu 500C selama 20 jam sampai menghasilkan kadar air 12%. Singkong yang
sudah melalui proses pengeringan kemudian dibuat bentuk tepung dengan cara
penggilingan menggunakan blender dan diayak . Tahap lebih lanjut yaitu singkong diayak
sampai mendapat ukuran tepung singkong sesuai SNI yaitu 20-50 mesh. Diagram alir
proses pembuatan tepung singkong ditampilkan paga Gambar 3.1.
16
Proposal Tugas Akhir
Singkong
Pengupasan
Pengecilan
ukuran
Pencucian
Pengeringan
dengan oven
T : 500C
t : 20 jam
Penggilingan
Pengayakan
40 mesh
Tepung singkong
b. Pembutan Inokulum
Inokulum Rhizopus oryzae disiapkan dengan cara memindahkan kultur murni
dalam tabung reaksi ke dalam erlenmeyer 250 mL berisi media cair yaitu PDB (Potato
Dextrose Broth) kemudian diinkubasi selama 72 jam. Erlenmeyer disimpan di inkubator
untuk menjaga suhu yang diinginkan. Skema pembuatan inokulum pada proses fermentasi
padat menggunakan Rhizopus oryzae dapat dilihat pada Gambar 3.2.
17
Proposal Tugas Akhir
Media
PDB
Kultur induk Erlenmeyer 250 mL
Rhizopus oryzae
Inkubasi
T : 30oC
t : 72 jam
18
Proposal Tugas Akhir
3.2 Tahap Fermentasi
Pada tahap fermentasi digunakan reaktor berupa erlenmeyer 500 mL ditutup kapas
berlemak. Reaktor tersebut ditampilkan pada Gambar 3.3.
Erlenmeyer 500 mL
Gambar 3.3 Reaktor erlenmeyer 500 mL yang digunakan pada fermentasi
19
Proposal Tugas Akhir
Nutrisi
100 gram substrat KH2PO4 0,09 g/100 g
(tepung singkong) MgSO4 0,045 g/100 g
(NH4)2SO4 0,36 g/100 g
Erlenmeyer 500 mL
Sterilisasi
T : 121oC, t : 30 menit
20
Proposal Tugas Akhir
3.3 Tahap Pengeringan
Proses pengeringan tepung singkong untuk menghasilkan kadar air sebesar 10% adalah
dikeringkan dengan menggunakan oven 55oC selama 20 jam.
3.4 Tahap Penepungan
Pada tahap ini singkong yang sudah kering diayak menggunakan sieve shaker.
Penepungan tersebut bertujuan untuk mendapatkan tepung berukuran 80-100 messesuai
dengan standar baku mutu MOCAF yang terdapat pada Tabel 2.5.
3.5 Tahap Analisa
Proses analisis dilakukan terhadap produk hasil fermentasi dilakukan setiap 24 jam
selama 72 jam. Analisa yang dilakukan merupakan analisis protein kasar dengan metode
Kjeldahl (AOAC, 2001) :
a. Peralatan Utama
Tabel 3.1 Peralatan utama
No. Daftar Alat Spesifikasi Jumlah
1 Erelenmeyer 250 4
b. Peralatan Pendukung
(Lampiran 1)
c. Peralata Uji
(Lampiran )
22
Proposal Tugas Akhir
23
Proposal Tugas Akhir
3.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu bahan baku
utama dan bahan pendukung.
b. Bahan Pendukung
(Lampiran 1)
c. Larutan Nutrisi
(Lampiran 1)
24
Proposal Tugas Akhir
BAB IV
25
Proposal Tugas Akhir
3 Laporan Lumpsum 100.000 100.000
Subtotal 100.000
Total 5.591.905
26
Proposal Tugas Akhir
4.2 Rencana
Kegiatan
Tabel 4.2 Rencana Kegiatan Pelaksanaan Tugas Akhir
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Proposal
TA
Penyerahan Draft
Proposal TA
Seminar Proposal TA
Revisi proposal TA
Penilitian dan
Pengambilan Data
Pengolahan Data dan
Penyusunan Laporan
TA
Pengumpulan Draft
Laporan TA
Sidang TA
Revisi Laporan TA
Pengumpulan
Laporan TA
Bimbingan TA
Sidang TA
Balagopalan, C., Padmaja, G., Nanda, S. K., & Moorthy, S. N. (1988). Cassava in food, feed
and industry CRC Press. Boca Raton, FL, EU.
Balagopalan, C. 2002. Cassava utilization in food, feed and industry. Cassava: Biology,
production and utilization, 301-318.
Burns, A. E., Bradbury, J. H., Cayagnaro, T. R., & Gleadow, R. M. 2012. Total cyanide
content of cassava food product in Australia. Journal of Food Composition and
Analysis, 25(1), 79-82
FAO., 2016. Food outlook: Biennial report on global food markets. Food and
Agriculture Organization of the United Nations, Rome, Italy.
FAO/WHO., 1995. Codex standard for edible cassava flour. Codex Standard 176-1989.
FAO/WHO., 2005. Codex standard for sweet cassava. Codex Standard 238-2003. Rome:
Food and Agriculture Organisation and World Health Organisation of the United
Nations.
Hawashi, M., Ningsih, T. S., Cahyani, S. B. T., Widjaja, K. T., & Gunawan, S. 2018.
Optimization of the fermentation time and bacteria cell concentration in the starter
culture for cyanide acid removal from wild cassava (Manihot glaziovii). dalam MATEC
Web of Conferences (Vol. 156, p. 01004). EDP Sciences.
Henderson, S.M. dan Perry, R.L. 1976. Agricultural Process Engineering. Diterjemahkan
oleh Moedjijarto Pratomo. Agricultural Process engineering. Direktorat Jendral
Perguruan Tinggi Departemen P & K, Jakarta.
Kargi, F., & Shuler, M. L. 2002. Bioprocess engineering: basic concepts. Prentice-Hall PTR.
Krishna, C. 2005. Solid-state fermentation systems—an overview. Critical reviews in
biotechnology, 25(1-2), 1-30.
Manan, M. A., & Webb, C. 2017. Design aspects of solid state fermentation as
applied to microbial bioprocessing. J Appl Biotechnol Bioeng, 4(1), 91.
Mitchell DA, De Lima Luz LF, Krieger N. 2011. Bioreactors for solid-state fermentation.
In: Moo-Yong M (Ed.), Comprehensive Biotechnology. (2nd edn), Elsevier, UK, pp.
347-360
Montagnac, J. A., Davis, C. R., & Tanumihardjo, S. A. 2009. Nutritional value of cassava for
use as a staple food and recent advances for improvement. Comprehensive reviews
29
Proposal Tugas Akhir
in food science and food safety, 8(3), 181-194.
Nambisan, B., 2011. Strategies for elimination of cyanogens from cassava for
reducing toxicity and improving food safety. Food Chem. Toxicol., 49: 690-693
Nurhadianty, V., Cahyani, C., Nirwana, W. O. C., & Dewi, L. K. (2018). Pengantar
Teknologi Fermentasi Skala Industri. Universitas Brawijaya Press.
Prasetyo, T., Ardhianto, F., Pawitra, M., & Sumardiono, S. 2018. Improvement the
Chemical Properties of Cassava Through Microbial Fermentation Using Rhizopus
Oligosporus. In MATEC Web of Conferences (Vol. 156, p. 01025). EDP Sciences.
Schmidt, C. G., & Furlong, E. B. 2012. Effect of particle size and ammonium sulfate
concentration on rice bran fermentation with the fungus Rhizopus oryzae. Bioresource
Technology, 123, 36-41.
Soccol, C. R., Marin, B., Raimbault, M., & Lebeault, J. M. 1994. Breeding and growth of
Rhizopus in raw cassava by solid state fermentation. Applied Microbiology and
Biotechnology, 41(3), 330-336.
Suismono dan J. Wargiono. 2009. Teknologi proses tepung kasava modifikasi. hlm. 243 –
258.
Dalam J. Wargiono, Hermanto dan Sunihardi. Ubikayu : Inovasi Teknologi dan
Kebijakan Pengembangan. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.
Suismono dan P. Martosuyono. 2007. Perbaikan mutu tepung ubikayu melalui modifikasi
secara biologi. hlm. 511–520. Dalam D. Harnowo, A.A. Rahmianna, Suharsono, M.M.
Adie, F. Rozi, Subandi. A.K. Makarim, A. Winarto, T. Fitriyanto, dan B.S. Kuncoro
(ed). Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung
Kemandirian Pangan. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.
Sunarto, 2002. Membuat Kerupuk Singkong Dan Keripik Kedelai. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Sholichah, A. S., Nafi'ah, A., Widihastuti, I., Putra, A. B., & Ariyantoro, A. R. 2017, July).
Mocaf (Modified Cassava Flour), Cornmeal (Zea mays L.), and Jackbeen Flour
(Canavalia ensiformis)-Based Analogue Rice as a Functional Food to Reduce Rice
Consumption in Indonesia. dalamASEAN/Asian Academic Society International
Conference Proceeding Series.iii
Tewe OO, Lutaladio N., 2004. Cassava for livestock feed in sub-Saharan Africa. Rome.,
Itali :FAO
30
Proposal Tugas Akhir
Trisnanto, A., 2013. Pangan Nusantara dan Kemandirian Bangsa. Kementerian Pertanian
RI. Jakarta.
Winarno, F. G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan ke-XI. PT. Gramedia Pustaka
Utama.Jakarta.
Zullaikah, S., Widjaja, T., Istianah, N., Aparamarta, H. W., Gunawan, S., Prasetyoko,
D., & Ernawati, L. 2015. Effect of fermenting cassava with Lactobacillus
plantarum, Saccharomyces cereviseae, and Rhizopus oryzae on the chemical
composition of their flour.
31
Proposal Tugas Akhir
LAMPIRAN 1 – ALAT DAN BAHAN PENDUKUNG
32
Proposal Tugas Akhir
B. Bahan Pendukung
C. Larutan Nutrisi
33
Proposal Tugas Akhir
LAMPIRAN 2 – PROSEDUR PENELITIAN
Persiapan inokulum
1. Pindahkan kultur murni Rhizopus oryzae ke erlenmeyer 250 mL berisi PDB 100
mL
2. Inkubasi pada suhu 30oC selama 3 hari
b. Tahap Fermentasi
1. Mencampurkan singkong dengan larutan nutrisi pada reaktor erlenmeyer 500 mL
2. Menambahkan inokulum Rhizopus oryzae ke campuran singkong dan nutrisi
3. Menambahkan air steril hingga mencapai variasi kadar air 40%, 50%, 60%
4. Inkubasi selama 120 jam
5. Pengambilan sampel sebanyak 2 gram setiap 24 jam
c. Tahap Pengeringan
1. Menjemur singkong dengan bantuan sinar matahari selama 2 sampai 3 hari
sampai kadar air mencapai 12%
d. Tahap Penepungan
1. Singkong digiling dengan alat pengiling
2. Pengayakan singkong ukuran 80 sampai 100 mesh
3. Penggilingan kembali tepung yang belum lolos ayakan 80 mesh
34
Proposal Tugas Akhir
LAMPIRAN 3 – PROSEDUR ANALISA
35
Proposal Tugas Akhir
BCG-MR 3 tetes untuk menangkap destilat dari hasil destilasi
36
Proposal Tugas Akhir
10. Destilat yang diperoleh dari hasil destilasi dititrasi dengan menggunakan
larutan standar HCl 0,1 N hingga warna larutan berubah menjadi merah muda
muda
11. Lakukan prosedur yang sama untuk menghitung % N
blanko
12. Perhitungan :
37
Proposal Tugas Akhir