Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
hidayah-Nya sehingga laporan kasus ini dapat kami selesaikan. Pada laporan kasus ini
menyajikan topik mengenai Retensio Plasenta. Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini
adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik stase kebidanan dan kandungan di RSIJ
Pondok Kopi.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada pembimbing kami, yaitu Dr.dr.H.M.Natsir Nugroho, Sp.OG,M.Kes atas kesediaannya
sebagai pembimbing kami dalam penulisan laporan kasus ini dan atas perbaikan dan masukan
dalam kesempurnaan makalah ini. Besar harapan kami melalui makalah ini, pengetahuan dan
pemahaman mengenai penyakit ini semakin bertambah.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, baik dari segi
materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan kasus ini. Atas
bantuan dan segala dukungan dari bebagai pihak , kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 7 Agustus 2019

Penulis

2
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny N
Usia : 34 tahun
Agama : islam
Alamat : pondok kelapa selatan
Status pernikahan : Menikah
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk RS : 30 juli 2019 jam 08:45 WIB

B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Pasien datang atas rujukan dari bidan dengan keluhan Plasenta belum lahir
kurang lebih 30 menit setelah melahirkan spontan

2. Riwayat penyakit sekarang


Pasien G4P3A1 hamil 39 minggu, merupakan pasien rujukan bidan datang ke
rumah sakit Islam Pondok Kopi dengan keluhan plasenta belum lahir 30 menit
SMRS. Keluhan dirasakan mules-mules, pusing, sesak dan terasa lemah. Keluhan
disertai dengan keluar perdarahan dari jalan lahir

3. Riwayat penyakit dahulu


Terdapat riwayat hipertensi, DM (-), asma (-)

4. Riwayat penyakit keluarga


Os menyangkal anggota keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama.
Riwayat gastritis, asma, diabetes melitus disangkal.

5. Riwayat penyakit menstruasi


• Menarche : 12 tahun
• Haid teratur : Teratur
• Nyeri haid : Tidak nyeri
• Siklus haid : 30 hari
• Lama haid : 7 hari

3
• HPHT : 4-10-2018

6. Riwayat pernikahan :
Pernikahan ke-1 dan masih menikah

7. Riwayat persalinan
G4P3A1
Tahun Tempat Umur Jenis Penyulit Anak Keadaan
partus partus hamil Persalinan kel/BB anak skrg

2001 Bidan 9 bulan Spontan - L/3100 Hidup


gram
2005 Bidan 6 bulan Abortus - - Meninggal

2011 Bidan 9 bulan Spontan - L/3000 Hidup


gram
2019 Bidan 9 bulan Spontan - L/3100 Hidup
gram

8. Riwayat psikososial
Pola makan dan pola istirahat os teratur, os ibu rumah tangga dan lebih banyak
menghabiskan waktu dirumah. Os menyangkal mengkonsumsi rokok, obat – obatan
terlarang maupun alkohol.

9. Riwayat alergi
Tidak ada alergi pada obat-obatan, makanan, debu dan cuaca

10. Riwayat pengobatan


tidak ada

C. STATUS GENERALISATA
1. Pemeriksaan umum
a. Tekanan darah : 60/34 mmHg
b. Nadi : 82 x/menit

4
c. Frekuensi pernafasan : 20x/menit
d. Suhu : 35,7 C
e. BB/TB : 45/ 149
2. Pemeriksaan fisik generalis
a. Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-)
b. Mulut : Bibir tampak pucat, Mukosa bibir kering
c. Toraks :
I. Payudara : simetris, papilla mamae menonjol, hiperpigmentasi
pada areola mamae
II. Paru – paru :
 Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
 Palpasi : vokal fremitus simetris
 Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : vesicular (+/+)
III. Jantung : BJ I-II normal
d. Ekstremitas atas : akral dingin, edema (-/-), simetris
e. Ekstremitas bawah : akral dingin, edema (-/-), simetris

D. STATUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


Abdomen
Inspeksi :
Striae gravidarum (+), Tampak tali pusat menjulur, disertai perdarahan >500 cc

Pemeriksaan Luar
Palpasi
 TFU setinggi pusat
 Kontraksi uterus lemah
 Uterus tidak teraba bulat dan keras
 Nyeri tekan di perut bagian bawah
Inspekulo
Tidak dilakukan

5
Pemeriksaan Dalam
Plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau
lengkap menempel didalam uterus

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboraturium
Tanggal Pemeriksaan Nilai Rujukan

30- 07 - 2019 Hematologi rutin


Jam 09.00 WIB • Hemoglobin 4,8 12 – 16 g/dL
• Hematokrit 16 37-47
• Thrombosit 6,384 150-400
• Leukosit 12,4 5.0-10.0

Elektrolit

• Natrium 1371 132-145


• Kalium 2.46 3.50-5.50
• Chloride 103 98-110

Analisa gas darah

• PH 7.469 7.350-7.450
• PC02 28.8 35.0-45.0
• P02 115.0 75.0-100.0
• HC03 20.9 22.0-24.0
• O2 saturation 98.4 94.0-98.0

F. RESUME
Pasien G4P3A1 hamil 39 minggu, merupakan pasien rujukan bidan datang ke
rumah sakit Islam Pondok Kopi dengan keluhan plasenta belum lahir 30 menit SMRS.
Keluhan dirasakan mules-mules, pusing, sesak dan terasa lemah. Keluhan disertai
dengan keluar perdarahan dari jalan lahir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil
konjungtiva anemis, bibir tampak pucat disertai mukosa bibir kering. Pada status
obstetri dan ginekologi tampak tali pusat menjulur disertai perdarahan >500cc.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil HB 4.8, HT 16 dan kalium 2.46.

6
G. DIAGNOSIS
Retensio plasenta post partus dengan syok hipovolemik

H. FOLLOW UP

Tanggal S O A P

30/7/2019 Ibu mengeluh - Ku : baik Retensio - Observasi TTV


09:00 nyeri perut - Kes : somnolen plasenta - Rencana transfusi
bawah, disertai - TD : 56/38 anemia + syok 4 labu
mules-mules mmHg hipovolemik -IUVD RL
- Nadi : Induxin drip
94x/menit -Rencana
- Hb : 4,8 g/dL dilakukan manual
-HT: 16 plasenta

317/2019 Ibu mengeluh - KU : baik Post manual -maltofer 2x1


mules-mules dan - Kes : CM plasenta + Clyndamicyn 3x1
lemas - Konjungtiva anemia + syok Asmef 3x1
anemin : +/+ hipovolemik Inbion 1x1
- TD : 92/51
mmHg
-Nadi:89x/menit
- S : 36,4ºC
- RR: 20 x/menit
HB: 8.9
1/8/2019 Ibu mengeluh - KU : baik Post manual maltofer 2x1
lemas - Kes : CM plasenta Clyndamicyn 3x1
dengan Asmef 3x1
retensio Inbion 1x1
plasenta

7
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Retensio plasenta adalah plasenta tertinggal dalm uterus setengah jam setelah anak
lahir. Retensio plasenta adalah lepasnya plasenta tidak bersamaan sehingga sebagian melekat
pada tempat implantasi, menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus,
sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan. (Manuaba,
2002).

Retensio plasenta yaitu plasenta dianggap retensi bila belum dilahirkan dalam batas
waktu tertentu setelah bayi lahir (dalam waktu 30 menit setelah penatalaksanaan aktif).
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plaaenta hingga melebihi 30 menit
setelah bayi lahir (Sarwantu, 2002).

EPIDEMIOLOGI
Data World Organization (WHO) menunjukan sebanyak 99% kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran yang terjadi di negara–negara berkembang. Jika
dibandingkandengan ratio kematian ibu di negara berkembang merupakan yang tertinggi
dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup. Angka kematian ibu di Indoneai,
khusunya di provinsi Sumatra berjumlah 490/100.000 yang disebabkan oleh perdarahan 30%,
eklamsia 25%, dan infeksi 12%.
Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan penyebab
kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data
kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar
43%. Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan
insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Disbanding dengan resiko-resiko lain dari
ibu bersalin, perdarahan post partym dimana retensio plasenta salah satu penyebab dapat
mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat meninggal jika tidak
mendapat perawatan medis yang tepat.

8
ETIOLOGI
 SEBAB FUNGSIONAL
- Kontraksi uterus/ His kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva )
- Plasenta sukar terlepas karena :
- Tempatnya : insersi di sudut tuba
- Bentuknya : plasenta membranacea, plasenta amularis
- kurannya plasenta sangat kecil

 SEBAB PATOLOGI ANATOMI

• Plasenta adhesiva : plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding Rahim
oleh karena kontraksi Rahim kurang kuat untuk melepas plasenta.
• Plasenta inkreta : Vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.
• Plasenta akreta : plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding Rahim
oleh karena vili korialis menembus desidua sampai myometrium.
• Plasenta perkreta : Vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum
dindingrahim atau perimetrium.
• Plasenta inkarserata : plasenta yang sudah lepas dari dinding Rahim tapi belum lahir
karena terhalang oleh lingkaran konstriksi di bagian bawah Rahim.

9
TANDA DAN GEJALA
Plasenta Plasenta Plasenta
adhesiva inkaserata akreta

Konsistensi kenyal keras cukup


uterus

Tinggi fundus sepusat 2 jari dibawah sepusat


pusat

Bentuk uterus diskoid Agak globuler diskoid

perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/Tidak ada

Tali pusat Terjulur sebagian terjulur Tidak terjulur

Osteum uteri terbuka konstriksi terbuka

Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya

syok sering Jarang Jarang sekali, kecuali


akibat inversio oleh
tarikan kuat pada tali
pusat

PATOFISIOLOGI RETENSIO PLASENTA


Jika plasenta tidak lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika plasenta sebagian
terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk dikeluarkannya. Plasenta belum lepas dari
dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (perekat
plasenta). Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua
sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta). Plasenta yang telah lepas dari dinding
uterus akan tetapi belum keluar, karena tidak memiliki usaha untuk melipatgandakan atau salah
penenganan kala III, sehingga terjadi lingkaran kontraksi pada bagian bawah uterus yang dapat
keluarnya keluar dari plasenta / inkarserasio plasenta.
Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus-sinus maternalis di
tempat insersinya pada dinding uterus terbuka. Jika sebagian plasenta lepas sebagian lagi

10
belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan baik
pada batas antara kedua bagian itu. Lebih lanjut sebagian besar plasenta sudah lepas, tetapi
sebagian besar masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan dalam masa nifas.

FAKTOR RESIKO
1. Plasenta akreta: plasenta previa, bekas SC, pernah kuret berulang, dan multiparitas
2. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomaly dari uterus dan serviks; kelemahan dan
tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksu yang tertarik dari uterus serta pembentukan
constction ring.
3. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak fendah atau plasenta previa, implantasi
di cornu dan adanya plasenta akreta.
4. Kesalahan manajemen kala 3 persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu
sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik,
pemberian uterotonic yang tidak tepat waktunya juga dapat menyebabkan serviks
kontraksi dan menahan plasenta, serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan
kontraksi uterus.

PENATALAKSANAAN RETENSIO PLASENTA


a. Pemberian cairan kristaloid atau ringel laktat, tranfusi darash apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
b. Drips oksitosin 20 UI dalam 500 ml larutan ringer laktat atau NaCl 0,9% sampai uterus
berkontraksi
c. Plasenta dicoba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan
drips oksitosin untuk tunggu kontraksi, lalu coba melahirkan plasenta dengan
menggunakan peregangan tali pusat terkendali
d. Jika plasenta tidak lepas lakukan tindakan manual plasenta

 Teknik Manual Plasenta


Manual plasenta adalah metode pelepasan plasenta yang belum lahir dengan
memasukan tangan ke dalam Rahim dan melepaskan plasenta yang masih lengket
secara manual. Plasenta dan sisa plasenta yang tertinggal harus dikeluarkan karena
dapat menyebabkan komplikasi berupa perdarahan dan infeksi

11
 Indikasi
- Plasenta belum keluar setelah lebih dari 30 menit kelahiran bayi
- Terjadi perdarahan post partum lebih dari 500 cc

Pasien dalam posisi litotomi, keadaan umum pasien dalam batas normal, atau diinfus
NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan jika ada cincin penyempitan dengan
memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini bermanfaat untuk
mengatasi rasa sakit.
Pemeriksa berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu memegang (tangan
kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan
membentuk kerucut. Dengan ujung jari menelusuri pusat sampai plasenta. Jika pada saat
melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan, cincin ini dapat diatasi dengan
mengembangkan jari tangan yang membuat kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan
di atas fundus uteri

dari luar dinding perut ibu sambil memegang atau mendorong fundus itu ke
bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan janin ke arah
tepi plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya ada bagian pinggir plasenta yang terlepas.
Melalui celah tersebut, selipkan bagian dari tangan yang berada di antara dinding uterus dengan
bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis udara,
plasenta dapat dilepaskan seluruhnya, sementara tangan yang di luar tetap memegang fundus
uteri, jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan rahim (perforasi)
dapat dihindarkan.
Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui jika ada
bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang diterima. Pada saat sarung tangan
diganti diganti. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera
berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan

12
inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui tidak ada laserasi pada vagina atau serviks dan
temukan segera ditemukan di jahit.

KOMPLIKASI
1. Perdarahan, terjadi karena retensio plasenta sedikit terlepas sehingga kontraksi
memompa darah
2. Perdarahan menyebabkan syok hemoragik yang berakibat pada kematian.
3. Infeksi, karena dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri
4. Sepsis

PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari lamanya dan jumlah darah yang hilang, keadaan sebelumnya serta
efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting.

13

Anda mungkin juga menyukai