PERILAKU ORGANISASI
2019
0
KATA PENGANTAR
Makalah ini kami susun dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak
yang dengan sabar membantu proses penulisan, terutama kepada Ibu Cut Edwina
Safia Oebit, SE, MM selaku Dosen Mata Kuliah Perilaku Organisasi Universitas
Mercu Buana.
Meski kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal, namun tidak
menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 6
2
BAB III Pembahasan
5.1 Study Kasus Pengambilan keputusan ............................................. 23
5.2 Study Kasus Konflik Dinamika Kelompok ..................................... 24
BAB IV Penutup
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 27
6.2 Saran.............................................................................................. 28
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
saling mempengaruhi satu dengan lainnya, dan dibentuk bersama berdasarkan
pada interest atau tujuan yang sama. Perilaku kelompok merupakan suatu respon
anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang
diadopsinya. Perilaku kolektif merupakan tindakan seseorang pada saat yang sama
berada pada tempat dan berperilaku yang sama, Secara umum kelompok diartikan
sebagai kumpulan orang-orang, sementara sosiolog melihat kelompok sebagai dua
atau lebih orang yang mengembangkan perasaan kebersatuan dan yang terikat
bersama-sama oleh pola interaksi sosial yang relatif stabil.
4
Konflik organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih anggota
organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka, atau
aktivitas kerja dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, penilaian atau
pandangan yang berbeda. Perbedaan antara konflik dengan persaingan (kompetisi)
terletak pada apakah salah satu pihak dapat mencegah pihak lain dalam
pencapaian tujuan. Kompetisi terjadi apabila tujuan kedua pihak tidak sesuai, akan
tetapi kedua belah pihak tidak dapat saling menggangu. Sebagai contoh dua
bagian pemasaran komputer yang saling bersaing dalam satu organisasi, dimana
kedua bagian tersebut siapakah yang pertama-tama mencapai atau memenuhi
kuota penjualan yang paling banyak. Jika dalam hal ini tidak ada kemungkinan
untuk mencampuri usaha pihak lain dalam mencapai tujuannya, maka terjadilah
kompetisi, akan tetapi apabila ada kemungkinan untuk mencampuri itu dan
memang dilakukan,terjadilah konflik.
5
1.3Tujuan penulisan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.2 Tipe-tipe pengambilan keputusan
Tipe Pengambilan keputusan ( Decision making) adalah tindakan
manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi menjadi 3 tipe:
1. Keputusan Terstruktur (structured decision) adalah keputusan yang
berulang-ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram.Keputusan terstruktur
terjadi dan dilakukan terutama pada manajemen tingkat bawah.Contoh
kasus: Manajer produksi dari PT. Langit selalu melakukan kegiatan rutin
disetiap awal bulan,yaitu dengan melakukan pembelian bahan baku untuk
persediaan.
8
Ia harus selalu bisa mengambil keputusan dengan cepat demi
kelangsungan perusahaannya. Pengambilan keputusan yang dia ambil
berdasarkan informasi pasar yang harus selalu ia dengan dan ketahui.
Contohnya adalah harga saham yang selalu berubah. Dia harus bisa
menyesuaikan keuangan perusahaan agar harga saham perusahaan pada
bursa efek bisa selalu stabil.
9
D. Wewenang
Keputusan dengar dasar wewenang akan memunculkan sifat rutin dan
mengasosiasikan dengan praktik diktatorial, keputusan dengan dasar
wewenang kadang sering membuat pembuatan keputusan melewati
permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau
kurang jelas.
E. Rasional
Keputusan yang sifatnya rasional berhubungan dengan daya guna, masalah
yang dihadapi memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat
dengan dasar pertimbangan rasional lebih bersifat objektif.
B. Intuitive “Intuisi”
Gaya pengambilan keputusan ini ditandai dengan ketergantungan terhadap
pengalaman batin, fantasi dan kecenderungan untuk mengambil keputusan
dengan cepat tanpa banyak pertimbangan atau pengumpulan informasi.
C. Dependent “Dependen”
Gaya pengambilan keputusan ini, menolak tanggung jawab terhadap
pilihan mereka dan melibatkan tanggung jawab kepada orang lain. Dengan
bahasa lain, gaya ini cenderung pada keputusan orag lain yang mereka
anggap sebagai figur otoritas seperti orang tua, keluarga dan teman.
D. Indecisiveness “Keraguan”
Gaya pengambilan keputusan ini lebih mengarah kepada menghindari
situasi pengambilan keputusan atau tanggung jawab terhadap orang lain.
10
2.4 Faktor Pengambilan Keputusan dan Proses Pengambilan
keputusan.
A.Syamsi menyatakan terdapat beberapa factor yang menjadi pengaruh dalam
pengambilan keputusan antara lain :
• Keadaan internal
• Tersedianya informasi dibutuhkan
• Kondisi ekstrem
• Kepribadian dan kecakapan pengambilan keputusan
• Identifikasi masalah
• Pengumpulan alternatif-alternatif kebijakan
• Pemilihan salah satu alternatif terbaik
• Pelaksanaan keputusan
11
yang bermanfaat dan terkenal senbagai kerangka dasar proses pengambilan
keputusan yang dikemukakan oleh Herbert A.Simon terdiri atas tiga tahap, yaitu :
1. Pemahaman Menyelidiki lingkungan kondisi yang memerlukan keputusan.
Data mentah yang diperoleh diolah dan diperiksa untuk dijadikan petunjuk
yang dapat menemukan masalahnya.
2. Perancangan Menemukan, mengembangkan dan menganalisis arah
tindakan yang mungkin dapat digunakan. Hal ini mengandung proses
untuk memahami masalah untuk menghasilkan cara pemecahan dan
menguji apakah cara pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.
3. Pemilihan Memilih arah tindakan tertentu dari semua arah tindakan yang
ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan. Model Simon ada hubungannya
dengan sisten informasi manajemen.
12
A. JENIS – JENIS KELOMPOK.
Secara umum kelompok diartikan sebagai kumpulan orang-orang,
sementara sosiolog melihat kelompok sebagai dua atau lebih orang yang
mengembangkan perasaan kebersatuan dan yang terikat bersama-sama
oleh pola interaksi sosial yang relatif stabil. Terdapat sejumlah kriteria
yang mencirikan apakah sekumpulan orang bisa disebut sebagai kelompok
atau tidak, tetapi pada dasarnya terdapat dua karakteristik pokok dari
kelompok, yaitu :
13
B.HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
Hubungan antar kelompok adalah interaksi sosial antara dua
kelompok atau lebih. Kelompok yang saling berhubungan ini
diklasifikasikan berdasarkan kriteria fisiologis dan kebudayaan. Hubungan
antar kelompok bukanlah hubungan yang tiba-tiba terbentuk. Hubungan
ini merupakan akumulasi dari serangkaian hubungan-hubungan sosial
yang ada. Hubungan ini mengandung sejumlah dimensi, antara lain
dimensi sejarah, sikap, perilaku, gerakan sosial, dan institusi. Di samping
itu terdapat pula sejumlah faktor yang mempengaruhi terbentuknya
hubungan antar kelompok ini, yaitu rasialis, etnisitas, seksisme, dan
ageisme.
1. Komposisi kelompok.
Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok :
a. Penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar
informasi.
b. Pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas
dapat dibagi.
c. Komunikasi dan status struktur; biasanya yang posisinya
tertinggi paling mendominasi dalam kelompok.
14
3. Kesamaan anggota kelompok.
4. Keputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila anggota kelompok
sama satu dengan yang lain.
15
4. Teori Kedekatan (Propinguity Theory)
Merupakan teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok, yang
menjelaskan bahwa kelompok terbentuk karena adanya afiliasi
(perkenalan) di antara orang-orang tertentu.
5. Teori Keseimbangan
Salah satu teori yang agak menyeluruh. (comprehensive) penjelasannya
tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance
theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb.
Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik pada yang lain karena ada
kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan.
6. Teori Alasan Praktis (Practical Theory).
Teori ini menyatakan bahwa kelompok terbentuk karena kelompok
cenderung memberikan kepuasan atas kebutuhan-kebutuhan sosial yang
mendasar dari orang-orang yang berkelompok. Kebutuhan- kebutuhan
sosial praktis tersebut dapat berupa alasan ekonomi, status sosial,
keamanan, politis dan alasan sosial lainnya.
Berdasarkan teori- teori diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok dibedakan atas
sifat sifat yang merupakan pengaruh dari faktor faktor seperti kepribadian
individu individu yang membentuk, hakikat hubungan hubungan antar individu
dalam kelompok dan peranan kelompok dalam organisasi.
16
4.1 Manajemen Konflik
Konflik organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih
anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang
langka, atau aktivitas kerja dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan,
penilaian atau pandangan yang berbeda. Perbedaan antara konflik dengan
persaingan (kompetisi) terletak pada apakah salah satu pihak dapat mencegah
pihak lain dalam pencapaian tujuan.
Kompetisi terjadi apabila tujuan kedua pihak tidak sesuai, akan tetapi kedua belah
pihak tidak dapat saling menggangu. Sebagai contoh dua bagian pemasaran
komputer yang saling bersaing dalam satu organisasi, dimana kedua bagian
tersebut siapakah yang pertama-tama mencapai atau memenuhi kuota penjualan
yang paling banyak. Jika dalam hal ini tidak ada kemungkinan untuk mencampuri
usaha pihak lain dalam mencapai tujuannya, maka terjadilah kompetisi, akan
tetapi apabila ada kemungkinan untuk mencampuri itu dan memang
dilakukan,terjadilah konflik.
Secara definitif Konflik dapat diartikan sebagai suatu pertentangan yang terjadi
antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain organisasi
dengan kenyataan apa yang diharapkannya.
17
Menurut Webster (1966) dalam Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin,
istilah “conflict” dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan,
atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Arti kata
itu kemudian berkembang menjadi “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi
atas berbagai kepentingan”.
18
4.2 Jenis – Jenis Konflik
19
4.3 Metode – Metode Pengendalian Konflik
20
4.4 Faktor-faktor Penyebab Konflik dan Tingkatan Konflik
1.Faktor Penyebab Konflik
a. Perbedaan Individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan;
b. Perbedaan latar belakang Kebudayaan sehingga membentuk pribadi-
pribadi yang berbeda pula. seseorang sedikit banyak akan terpengaruh
dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya;
c. Perbedaan Kepentingan antara individu atau kelompok, diantaranya
menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial; dan
d. Perubahan-Perubahan Nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.\
21
2.Tingkatan Konflik
Konflik Intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri
seseorang. Konflik intrapersonal akan terjadi ketika individu harus
memilih dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan, dan bimbang
mana yang harus dipilih untuk dilakukan.
Konflik Interpersonal, yaitu konflik yang terjadi antar individu. Konflik
yang terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan
tujuan dimana hasil bersama sangat menentuan.
Konflik Intragrup, yaitu konflik antara angota dalam satu kelompok. Setiap
kelompok dapat mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik
substantif terjadi karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda,
ketika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda
atas data yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tangapan
emosional terhadap suatu situasi tertentu.
Konflik Intergrup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik
intergrup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbedaan persepsi,
perbedaan tujuan, da meningkatkatnya tuntutan akan keahlian.
Konflik Interorganisasi, yang terjadi antar organisasi. Konflik inter
organisasi terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu
sama lain, konflik terjadi bergantung pada tindakan suatu organisasi yang
menyebabkan dampak negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik
yang terjadi antara lembaga pendidikan dengan salah satu organisasi
masyarakat.
Konflik Intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu
organisasi
22
BAB III
PEMBAHASAN
PT.Tiberg Company
Kasus Tiberg Company menceritakan proses manajemen perusahaan yang
dilakukan oleh Mr. Porter. Ia baru saja diberi kewenangan baru untuk memimpin
perusahaan yang sedang mengalami masalah dengan pemesanan bahan baku
untuk produksi. Tiberg Company memiliki 20 pabrik yang tersebar di Eropa dan
Asia. Hampir setiap saat secara tidak terduga, perusahaan cabang/pabrik
mengajukan pesanan bahan baku tambahan, sementara perusahaan induk sudah
membuat kontrak pesanan untuk jangka waktu satu tahun. Penambahan mendadak
tentu akan sangat menyulitkan. Porter kemudian mengambil inisiatif untuk
melakukan sentralisasi pemesanan. Pabrik diminta untuk menghitung dengan
cermat keperluan seluruh bahan baku dan hal tersebut harus disampaikan kepada
perusahaan induk sebelum perusahaan induk melakukan pemesanan kepada
pemasok. Ide tersebut disampaikan kepada pimpinan tertinggi. Pimpinan
menyetujui dan meminta agar Porter juga mengunjungi setiap pabrik untuk
mengambil sendiri pesanan jika sampai batas waktu mereka tidak melaporkan
pesanan. Porter merasa hal tersebut tidak perlu. Ia cukup mengirimkan surat
kepada manajer setiap pabrik untuk hal itu. Ia melakukannya dan hasilnya setiap
manajer pabrik menyambut baik gagasannya dan menjalankan sistem tersebut
dengan baik.
23
5.2 Study Kasus Konflik Dinamika Kelompok.
Pertanyaan:
5. Apa yang harus di lakukan perusahaan agar kedepannya tidak lagi terjadi
penolakan bahkan hingga PHK besar – besaran kepada karyawan?
24
Jawaban:
1.Penyelesaian konflik dalam perusahaan tersebut tentunya harus melibatkan 2
belah pihak, yaitu pihak perusahaan dan perwakilan dari karyawan yang merasa
tidak menerima kebijakan tersebut, hal yang harus di lakukan adalah:
A. Kedua belah pihak harus mengenali terlebih dahulu konflik apa yang
sedang terjadi sehingga bisa menentukan sikap yang harus di ambil
B. Kedua belah pihak harus mengindentifikasikan apa penyebab munculnya
konflik tersebut
C. mencari jalan keluar atau solusi melalui negosisasi, dimana hasil dari
negosiasi tersebut tidak merugikan kedua belah pihak
25
5.Untuk kedepannya perusahaan harus lebih transparan lagi terhadap kebijakan
yang di buat apalagi itu terkait perhitungan gaji/upah karyawan, perusahaan
seharusnya lebih banyak memberikan informasi tentang keadaan perusahaan agar
para karyawan juga bisa mengerti situasi perusahaan. Selalu adanya komunikasi
antara pimpinan dan karyawan akan membuat karyawan merasa di hargai, apalagi
karyawan merupakan aset perusahaan
26
BAB IV
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
27
6.2.Saran
Pengambilan keputusan yang dibuat dilingkungan organisasi haruslah
memperhitungkan situasi dan kondisi di luar organisasi tersebut karena
situasi dan kondisi di luar organisasi juga turut mempengaruhi kehidupan
dan kegiatan suatu organisasi. Pengambilan keputusan yang hanya
melihat ke dalam organisasi akan membuat keputusan tersebut hanya
memiliki dampak positif yang berjangka pendek saja namun juga harus
memikirkan dampak negatif berjangka yang cukup panjang.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
8. Thcha,Miftah.2011. Perilaku Organisasi:Konsep dasar dan aplikasinya.
Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada
30