Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERILAKU ORGANISASI

“Langkah-langkah dalam Pengambilan Keputusan


Dan Konflik Dinamika Kelompok ”
Dosen : Cut Edwina Safia Oebit, SE, MM

Disusun oleh kelompok 6 :


1. Andri Guntur Prasetyo (43116110125 )
2. Singgih Febriyansah (43116110013)
3. Yuli Maharsi Widodo (43116110218)
4. Handy Prayoga (43114120165)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JAKARTA

2019

0
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Langkah-langkah dalam Pengambilan Keputusan Dan
Konflik Dinamika Kelompok”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Perilaku Organisasi pada Universitas Mercu Buana Jakarta
Semester Genap Tahun Akademik 2018.

Makalah ini kami susun dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak
yang dengan sabar membantu proses penulisan, terutama kepada Ibu Cut Edwina
Safia Oebit, SE, MM selaku Dosen Mata Kuliah Perilaku Organisasi Universitas
Mercu Buana.

Meski kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal, namun tidak
menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak.

Jakarta, 08 Juli 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ 1


DAFTAR ISI ...................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengambilan Keputusan ................................................................. 7
2.2 Tipe-tipe pengambilan keputusan ................................................... 8
2.3 Dasar Pengambilan Keputusan dan Gaya Pengambilan Keputusan… 9
2.4 Faktor Pengambilan Keputusan dan Proses Pengambilan keputusan… 11
2.5 Manajer Sebagai Pengambilan Keputusan ...................................... 11

3.1 Definis Kelompok .......................................................................... 12


A. Jenis-Jenis Kelompok ............................................................... 13
B. Hubungan Antar Kelompok ………………………………... 14

3.2 FaktorYang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Kelompok …. 14


3.3 Teori terbentuknya kelompok......................................................... 15

4.1 Manajemen Konflik ....................................................................... 17


4.2 Jenis – Jenis Konflik ...................................................................... 19
4.3 Metode – Metode Pengendalian Konflik ........................................ 20
4.4 Faktor-faktor Penyebab Konflik dan Tingkatan Konflik ................. 21 - 22

2
BAB III Pembahasan
5.1 Study Kasus Pengambilan keputusan ............................................. 23
5.2 Study Kasus Konflik Dinamika Kelompok ..................................... 24

BAB IV Penutup
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 27
6.2 Saran.............................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 29 - 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengambilan keputusan merupakan tindakan manajemen dalam mencapai


sasaran. Teori pengambilan keputusan memiliki unsur-unsur utama berupa
pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat
diperbandingkan satu sama lain; Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang
mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan tingkatannya
sesuai dengan urutan pentingnya. Berbagai alternatif untuk memecahkan masalah
tersebut diteliti secara seksama. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh setiap
alternatif yang dipilih dengan teliti. Setiap alternatif dan masing-masing akibat
yang menyertainya dapat dibandingkan dengan alternatifalternatif lainnya serta
pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat-akibatnya yang dapat
memungkinkan tercapainya tujuan, nilai atau sasaran.

Pengambilan keputusan merupakan peristiwa yang sering dialami dalam


kehidupan manusia. Pengambilan keputusan menjadi konsekuensi yang logis
dalam kehidupan manusia yang selalu berubah dan mengalami peningkatan.
Proses pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk respon manusia
terhadap lingkungan. Keputusan yang diambil oleh manusia akan menjadi awal
bagi penentuan kehidupan selanjutnya. Demikian seterusnya terjalin hubungan
antara proses pengambilan keputusan dengan kehidupan manusia.

Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
saling mempengaruhi satu dengan lainnya, dan dibentuk bersama berdasarkan
pada interest atau tujuan yang sama. Perilaku kelompok merupakan suatu respon
anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang
diadopsinya. Perilaku kolektif merupakan tindakan seseorang pada saat yang sama
berada pada tempat dan berperilaku yang sama, Secara umum kelompok diartikan
sebagai kumpulan orang-orang, sementara sosiolog melihat kelompok sebagai dua
atau lebih orang yang mengembangkan perasaan kebersatuan dan yang terikat
bersama-sama oleh pola interaksi sosial yang relatif stabil.

4
Konflik organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih anggota
organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka, atau
aktivitas kerja dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, penilaian atau
pandangan yang berbeda. Perbedaan antara konflik dengan persaingan (kompetisi)
terletak pada apakah salah satu pihak dapat mencegah pihak lain dalam
pencapaian tujuan. Kompetisi terjadi apabila tujuan kedua pihak tidak sesuai, akan
tetapi kedua belah pihak tidak dapat saling menggangu. Sebagai contoh dua
bagian pemasaran komputer yang saling bersaing dalam satu organisasi, dimana
kedua bagian tersebut siapakah yang pertama-tama mencapai atau memenuhi
kuota penjualan yang paling banyak. Jika dalam hal ini tidak ada kemungkinan
untuk mencampuri usaha pihak lain dalam mencapai tujuannya, maka terjadilah
kompetisi, akan tetapi apabila ada kemungkinan untuk mencampuri itu dan
memang dilakukan,terjadilah konflik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Pengambilan Keputusan,Kelompok Dan Konflik?


2. Apa saja jenis-jenis pengambilan keputusan dan tipe-tipe kelompok
konflik ?
3. Bagaimana dasar-dasar pengambilan keputusan dan gaya pengambilan
keputusan ?

4. Apa saja Faktor-Faktor pengambilan keputusan dan Faktor – Faktor yang


mempengaruhi Pengambilan Keputusan Kelompok?

5. Bagaimana proses pengambilan keputusan dan Proses Terjadinya Konflik?

5
1.3Tujuan penulisan

1) Untuk memahami pengertian dari Pengambilan Keputusan,Kelompok Dan


Konflik.
2) Memahami proses pengambilan keputusan , Kelompok Dan Konflik.
3) Mengetahui Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan,Kelompok
dan Konflik.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran
dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur
tindakan di antara beberapa alternative yang tersedia.Setiap proses pengambilan
keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan ini dibuat untuk
melalui pelaksanaan atau tindakan.Definisi Pengambilan Keputusan Menurut Para
Ahli:
A. Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang
ada.
B. Menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang
paling cepat.
C. Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang
digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu


adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat
menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih
diterima oleh semua pihak.

7
2.2 Tipe-tipe pengambilan keputusan
Tipe Pengambilan keputusan ( Decision making) adalah tindakan
manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi menjadi 3 tipe:
1. Keputusan Terstruktur (structured decision) adalah keputusan yang
berulang-ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram.Keputusan terstruktur
terjadi dan dilakukan terutama pada manajemen tingkat bawah.Contoh
kasus: Manajer produksi dari PT. Langit selalu melakukan kegiatan rutin
disetiap awal bulan,yaitu dengan melakukan pembelian bahan baku untuk
persediaan.

2. Keputusan Setengah Terstruktur (semi-structured decision) adalah


keputusan yang sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan
rutin dan sebagian tidak tersruktur.Keputusan tipe ini seringnya bersifat
rumit dan membutuhkan perhitungan-perhitungan serta analisis yang
terperinci.Contoh kasus: Pak Darwin adalah seorang Menejer Keuangan
pada PT. Arta. Pekerjaan pada devisi keuangan mengharuskan Pak Darwin
harus cermat dalam menginvestasikan serta mengolah keuangan pada PT.
Arta. Pada saat itu diharuskan penggantian mesin di pabrik dan harus
menghitungan dengan cermat sebelum melakukan investasi pada mesin
yang akan dibeli agar investasi yang dilakukan tidak merugikan
perusahaan. Maka Pak Darwin harus melakukan keputusan untuk
menginvestasikan keuangan perushaan secara cermat.

3. Keputusan Tidak Terstruktur (unstructured decision) adalah keputusan


yang tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi.Keputusan ini
terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan
tidak terstruktur tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia
dan biasanya berasal dari lingkungan luar.Pengalaman manajer merupakan
hal yang sangat penting di dalam pengambilan keputusan tidak terstruktur.
Contoh kasus: Pak Budi adalah seorang Presiden Direktur PT. Sejahtera.

8
Ia harus selalu bisa mengambil keputusan dengan cepat demi
kelangsungan perusahaannya. Pengambilan keputusan yang dia ambil
berdasarkan informasi pasar yang harus selalu ia dengan dan ketahui.
Contohnya adalah harga saham yang selalu berubah. Dia harus bisa
menyesuaikan keuangan perusahaan agar harga saham perusahaan pada
bursa efek bisa selalu stabil.

2.3 Dasar Pengambilan Keputusan dan Gaya Pengambilan


Keputusan.
Menurut Terry dalam Sanusi “2000:16” menyatakan pada umumnya
pengambilan keputusan seseorang memiliki dasar antara lain yaitu:
A. Intuisi
Keputusan yang diambil dengan dasar intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar dan faktor kejiwaan
lainnya. Pengambilan keputusan menurut intuisi memerlukan waktu yang
singkat untuk masalah yang mempunyai dampak terbatas.
B. Pengalaman
Pengalaman dan kemampuan untuk memprediksi apa yang menjadi latar
belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu
mempermudah pemecahan masalah.
C. Fakta
Keputusan dengan dasar fakta data atau informasi yang cukup ialah
keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang
cukup sangat sulit.

9
D. Wewenang
Keputusan dengar dasar wewenang akan memunculkan sifat rutin dan
mengasosiasikan dengan praktik diktatorial, keputusan dengan dasar
wewenang kadang sering membuat pembuatan keputusan melewati
permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau
kurang jelas.

E. Rasional
Keputusan yang sifatnya rasional berhubungan dengan daya guna, masalah
yang dihadapi memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat
dengan dasar pertimbangan rasional lebih bersifat objektif.

Gaya pengambilan keputusan ialah bagaimana seseorang melakukan


intepretasi, merespon dan juga cara seseorang bereaksi kepada situasi yang
dihadapinya, menurut Kuzgun, terdapat empat gaya pengambilan keputusan
antara lain:
A. Rational “Rasional”
Gaya pengambilan keputusan ini ditandai dengan strategi yang sistematis
dan berencana dengan orientasi masa depan yang jelas.

B. Intuitive “Intuisi”
Gaya pengambilan keputusan ini ditandai dengan ketergantungan terhadap
pengalaman batin, fantasi dan kecenderungan untuk mengambil keputusan
dengan cepat tanpa banyak pertimbangan atau pengumpulan informasi.

C. Dependent “Dependen”
Gaya pengambilan keputusan ini, menolak tanggung jawab terhadap
pilihan mereka dan melibatkan tanggung jawab kepada orang lain. Dengan
bahasa lain, gaya ini cenderung pada keputusan orag lain yang mereka
anggap sebagai figur otoritas seperti orang tua, keluarga dan teman.

D. Indecisiveness “Keraguan”
Gaya pengambilan keputusan ini lebih mengarah kepada menghindari
situasi pengambilan keputusan atau tanggung jawab terhadap orang lain.

10
2.4 Faktor Pengambilan Keputusan dan Proses Pengambilan
keputusan.
A.Syamsi menyatakan terdapat beberapa factor yang menjadi pengaruh dalam
pengambilan keputusan antara lain :
• Keadaan internal
• Tersedianya informasi dibutuhkan
• Kondisi ekstrem
• Kepribadian dan kecakapan pengambilan keputusan

B.Kotler “2000:223”, tahapan proses pengambilan keputusan ialah :

• Identifikasi masalah
• Pengumpulan alternatif-alternatif kebijakan
• Pemilihan salah satu alternatif terbaik
• Pelaksanaan keputusan

2.5 Manajer Sebagai Pengambilan Keputusan.


Pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting dari manajer, yang
dihubungkan dengan pelaksanaan perencanaan, dalam hal memutuskan tujuan
yang akan dicapai, sumber daya yang akan dipakai, siapa yang melaksanakan,
siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan yang diserahkannya dll.
Pengambilan keputusan (decision making) memegang peranan penting karena
keputusan yang diambil oleh manajer merupakan hasil pemikiran akhir yang harus
dilaksanakan oleh bawahannya atau organisasi yang ia pimpin.
Keputusan manajer sangat penting karena menyangkut semua
aspek,kesalahan dalam mengambil keputusan bisa merugikan organisasi, mulai
dari kerugian citra sampai pada kerugian uang.Pengambilan keputusan adalh suatu
prosespemikiran dalam pemecahan masalah untuk memperoleh hasil yang akan
dilaksanakan.Ada masalah yang mudah diselesaikan ada pula masalah yang
sulit,tergantung besarnya masalah dan luasnya dengan beberapa faktor.Model

11
yang bermanfaat dan terkenal senbagai kerangka dasar proses pengambilan
keputusan yang dikemukakan oleh Herbert A.Simon terdiri atas tiga tahap, yaitu :
1. Pemahaman Menyelidiki lingkungan kondisi yang memerlukan keputusan.
Data mentah yang diperoleh diolah dan diperiksa untuk dijadikan petunjuk
yang dapat menemukan masalahnya.
2. Perancangan Menemukan, mengembangkan dan menganalisis arah
tindakan yang mungkin dapat digunakan. Hal ini mengandung proses
untuk memahami masalah untuk menghasilkan cara pemecahan dan
menguji apakah cara pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.
3. Pemilihan Memilih arah tindakan tertentu dari semua arah tindakan yang
ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan. Model Simon ada hubungannya
dengan sisten informasi manajemen.

3.1 Definis Kelompok


Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi
dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, dan dibentuk bersama berdasarkan
pada interest atau tujuan yang sama. Perilaku kelompok merupakan suatu respon
anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang
diadopsinya. Perilaku kolektif merupakan tindakan seseorang pada saat yang sama
berada pada tempat dan berperilaku yang sama.

12
A. JENIS – JENIS KELOMPOK.
Secara umum kelompok diartikan sebagai kumpulan orang-orang,
sementara sosiolog melihat kelompok sebagai dua atau lebih orang yang
mengembangkan perasaan kebersatuan dan yang terikat bersama-sama
oleh pola interaksi sosial yang relatif stabil. Terdapat sejumlah kriteria
yang mencirikan apakah sekumpulan orang bisa disebut sebagai kelompok
atau tidak, tetapi pada dasarnya terdapat dua karakteristik pokok dari
kelompok, yaitu :

1. Adanya interaksi yang terpola dan


2. Adanya kesadaran akan identitas Bersama

Terdapat berbagai macam jenis kelompok. Bierstedt


mengklasifikasikan kelompok ke dalam kelompok statistik, kelompok
kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi. Sedangkan
Emille Durkheim membaginya dalam kelompok yang didasarkan pada
solidaritas mekanik dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas
organik. Ferdinand Tonnies mengklasifikasikannya menjadi gemeinschaft
dan gesselschaft. C.H. Cooley membagi kelompok ke dalam kelompok
primer dan kelompok sekunder. Sementara W.G. Sumner
mengklasifikannya ke dalam in-group dan out-group. K. Merton
menguraikan tentang kelompok acuan. Sementara itu jenis kelompok
lainnya adalah kelompok sukarela nonsukarela, kelompok vertikal-
horisontal, kelompok terbuka-tertutup, serta kelompok mayoritas-
minoritas.

13
B.HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK
Hubungan antar kelompok adalah interaksi sosial antara dua
kelompok atau lebih. Kelompok yang saling berhubungan ini
diklasifikasikan berdasarkan kriteria fisiologis dan kebudayaan. Hubungan
antar kelompok bukanlah hubungan yang tiba-tiba terbentuk. Hubungan
ini merupakan akumulasi dari serangkaian hubungan-hubungan sosial
yang ada. Hubungan ini mengandung sejumlah dimensi, antara lain
dimensi sejarah, sikap, perilaku, gerakan sosial, dan institusi. Di samping
itu terdapat pula sejumlah faktor yang mempengaruhi terbentuknya
hubungan antar kelompok ini, yaitu rasialis, etnisitas, seksisme, dan
ageisme.

3.2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


Kelompok.

1. Komposisi kelompok.
Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok :
a. Penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar
informasi.
b. Pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas
dapat dibagi.
c. Komunikasi dan status struktur; biasanya yang posisinya
tertinggi paling mendominasi dalam kelompok.

2. Ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar opini,


konsekuensinya adalah semakin lemah partisipasi individu dalam
kelompok tersebut.

14
3. Kesamaan anggota kelompok.
4. Keputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila anggota kelompok
sama satu dengan yang lain.

5. Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali keputusan yang


dibuat kelompok lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu
disebabkan karena adanya perbadingan sosial. Tidak semua orang berada
di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk mengimbanginya perlu dibuat
keputusan.

3.3 Teori terbentuknya kelompok


Thomas (2005) mengemukakan beberapa teori tentang terbentuknya
kelompok, antara lain :
1. Teori Kontrak Sosial/Perjanjian Sosial
Teori yang berangkat dari sebuah pemikiran awal yang menyatakan bahwa
terbentuknya sebuah negara adalah karena adanya kesepakatan dari
masyarakat atau individu-individu dalam masyarakat untuk melakukan
kesepakatan atau perjanjian. Mereka sama-sama mendasarkan analisis-
analisis mereka pada anggapan dasar bahwa manusialah sebagai sumber
dari kewenangan sebuah negara.
2. Teori Hasrat Sosial
Teori ini berpendapat, manusia yang tadinya hidup terpisah-pisah
kemudian hidup dalam pergaulan antarmanusia disebabkan karena pada
diri tiap individu terdapat hasrat sosial yang senantiasa mendorong untuk
bergaul dengan sesamanya.
3. Teori Tenaga yang Menggabungkan
Kelompok terbentuk karena manusia senantiasa hidup bersama dalam
suatu pergaulan yang didorong oleh tenaga-tenaga yang menggabungkan
atau mengintegrasikan individu ke dalam suatu pergaulan.

15
4. Teori Kedekatan (Propinguity Theory)
Merupakan teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok, yang
menjelaskan bahwa kelompok terbentuk karena adanya afiliasi
(perkenalan) di antara orang-orang tertentu.

5. Teori Keseimbangan
Salah satu teori yang agak menyeluruh. (comprehensive) penjelasannya
tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance
theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb.
Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik pada yang lain karena ada
kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan.
6. Teori Alasan Praktis (Practical Theory).
Teori ini menyatakan bahwa kelompok terbentuk karena kelompok
cenderung memberikan kepuasan atas kebutuhan-kebutuhan sosial yang
mendasar dari orang-orang yang berkelompok. Kebutuhan- kebutuhan
sosial praktis tersebut dapat berupa alasan ekonomi, status sosial,
keamanan, politis dan alasan sosial lainnya.

Berdasarkan teori- teori diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok dibedakan atas
sifat sifat yang merupakan pengaruh dari faktor faktor seperti kepribadian
individu individu yang membentuk, hakikat hubungan hubungan antar individu
dalam kelompok dan peranan kelompok dalam organisasi.

16
4.1 Manajemen Konflik
Konflik organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih
anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang
langka, atau aktivitas kerja dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan,
penilaian atau pandangan yang berbeda. Perbedaan antara konflik dengan
persaingan (kompetisi) terletak pada apakah salah satu pihak dapat mencegah
pihak lain dalam pencapaian tujuan.

Kompetisi terjadi apabila tujuan kedua pihak tidak sesuai, akan tetapi kedua belah
pihak tidak dapat saling menggangu. Sebagai contoh dua bagian pemasaran
komputer yang saling bersaing dalam satu organisasi, dimana kedua bagian
tersebut siapakah yang pertama-tama mencapai atau memenuhi kuota penjualan
yang paling banyak. Jika dalam hal ini tidak ada kemungkinan untuk mencampuri
usaha pihak lain dalam mencapai tujuannya, maka terjadilah kompetisi, akan
tetapi apabila ada kemungkinan untuk mencampuri itu dan memang
dilakukan,terjadilah konflik.

Secara definitif Konflik dapat diartikan sebagai suatu pertentangan yang terjadi
antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain organisasi
dengan kenyataan apa yang diharapkannya.

17
Menurut Webster (1966) dalam Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin,
istilah “conflict” dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan,
atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Arti kata
itu kemudian berkembang menjadi “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi
atas berbagai kepentingan”.

Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang


diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke
arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir
berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan
ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik
dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah
(dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak
ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik
menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana
mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.

18
4.2 Jenis – Jenis Konflik

A. Konflik didalam individu


Konflik ini timbul apabila individu merasa bimbang terhadap pekerjaan
mana yang harus dilakukannya, bila berbagai permintaan pekerjaan saling
bertentangan atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari
kemampuannya.
B. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama.
Konflik ini timbul akibat tekanan yang berhubungan dengan kedudukan
atau perbedaan-perbedaan kepribadian.
C. Konflik antar individu dan kelompok.
Konflik ini berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk
keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka, contohnya
seseorang yang dihukum karena melanggar norma-norma kelompok.
D. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Adanya pertentangan kepentingan antar kelompok.
E. Konflik antar organisasi

19
4.3 Metode – Metode Pengendalian Konflik

A. Metode stimulasi konflik


Metode ini digunakan untuk menimbulkan rangsangan karyawan,karena
karyawan pasif yang disebabkan oleh situasi dimana konflik terlalu
rendah.rintangan semacam itu harus diatasi oleh manajer untuk
merangsang konflik yang produktif.
Metode stimulasi konflik meliputi :
 Memasukan atau penempatan orang luar ke dalam kelompok
 Penyusunan kembali organisasi
 Penawaran bonus,pembayaran insentif dan penghargaan untuk
mendorong persaingan.
 Pemilihan manajer-manajer yang tepat dan
 Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan.

B. Metode pengurangan konflik


Metode ini mengurangi permusuhan (antagonis) yang ditimbulkan oleh
konflik, dengan mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan suasana”,
akan tetapi tidak berurusan dengan masalah yang pada awalnya
menimbulkan konflik itu. Metode pertama adalah mengganti tujuan yang
menimbulkan persaingan dengan tujuan yang lebih bias diterima, kedua
kelompok, metode kedua mempersatukan kelompok tersebut untuk
menghadapi “ancaman” atau “musuh” yang sama.

C. Metode penyelesaian konflik


Metode ini dipusatkan pada tindakan para manajer yang dapat secara
langsung mempengaruhi pihak-pihak yang bertentangan.

20
4.4 Faktor-faktor Penyebab Konflik dan Tingkatan Konflik
1.Faktor Penyebab Konflik
a. Perbedaan Individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan;
b. Perbedaan latar belakang Kebudayaan sehingga membentuk pribadi-
pribadi yang berbeda pula. seseorang sedikit banyak akan terpengaruh
dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya;
c. Perbedaan Kepentingan antara individu atau kelompok, diantaranya
menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial; dan
d. Perubahan-Perubahan Nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.\

21
2.Tingkatan Konflik
 Konflik Intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri
seseorang. Konflik intrapersonal akan terjadi ketika individu harus
memilih dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan, dan bimbang
mana yang harus dipilih untuk dilakukan.
 Konflik Interpersonal, yaitu konflik yang terjadi antar individu. Konflik
yang terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan
tujuan dimana hasil bersama sangat menentuan.
 Konflik Intragrup, yaitu konflik antara angota dalam satu kelompok. Setiap
kelompok dapat mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik
substantif terjadi karena adanya latar belakang keahlian yang berbeda,
ketika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda
atas data yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tangapan
emosional terhadap suatu situasi tertentu.
 Konflik Intergrup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik
intergrup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbedaan persepsi,
perbedaan tujuan, da meningkatkatnya tuntutan akan keahlian.
 Konflik Interorganisasi, yang terjadi antar organisasi. Konflik inter
organisasi terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu
sama lain, konflik terjadi bergantung pada tindakan suatu organisasi yang
menyebabkan dampak negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik
yang terjadi antara lembaga pendidikan dengan salah satu organisasi
masyarakat.
 Konflik Intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu
organisasi

22
BAB III
PEMBAHASAN

5.1 Study Kasus Pengambilan keputusan

PT.Tiberg Company
Kasus Tiberg Company menceritakan proses manajemen perusahaan yang
dilakukan oleh Mr. Porter. Ia baru saja diberi kewenangan baru untuk memimpin
perusahaan yang sedang mengalami masalah dengan pemesanan bahan baku
untuk produksi. Tiberg Company memiliki 20 pabrik yang tersebar di Eropa dan
Asia. Hampir setiap saat secara tidak terduga, perusahaan cabang/pabrik
mengajukan pesanan bahan baku tambahan, sementara perusahaan induk sudah
membuat kontrak pesanan untuk jangka waktu satu tahun. Penambahan mendadak
tentu akan sangat menyulitkan. Porter kemudian mengambil inisiatif untuk
melakukan sentralisasi pemesanan. Pabrik diminta untuk menghitung dengan
cermat keperluan seluruh bahan baku dan hal tersebut harus disampaikan kepada
perusahaan induk sebelum perusahaan induk melakukan pemesanan kepada
pemasok. Ide tersebut disampaikan kepada pimpinan tertinggi. Pimpinan
menyetujui dan meminta agar Porter juga mengunjungi setiap pabrik untuk
mengambil sendiri pesanan jika sampai batas waktu mereka tidak melaporkan
pesanan. Porter merasa hal tersebut tidak perlu. Ia cukup mengirimkan surat
kepada manajer setiap pabrik untuk hal itu. Ia melakukannya dan hasilnya setiap
manajer pabrik menyambut baik gagasannya dan menjalankan sistem tersebut
dengan baik.

23
5.2 Study Kasus Konflik Dinamika Kelompok.

PT YOUNG MACHINE, bergerak dalam bidang konveksi atau textil,


mengalami konflik antara perusahaan dengan karyawan. Konflik ini terjadi
disebabkan oleh adanya miss communication antara atasan dengan karyawan.
Adanya perubahan kebijakan dalam perusahaan mengenai penghitungan gaji atau
upah kerja karyawan , namun pihak perusahaan belum memberitahukan para
karyawan, sehingga karyawan merasa diperlakukan semena-mena oleh pihak
perusahaan. Para karyawan mengambil tindakan yaitu dengan mendemo
perusahaan, Namun tindakan ini berujung pada PHK besar-besaran yang
dilakukan oleh perusahaan. Perubahan kebijakan dalam perusahaan di tenggarai
karena turunnya jumlah produktivitas perusahaan.

Pertanyaan:

1. Bagaimanakah penyelesaian konflik perusahaan tersebut?

2. Bagaimana cara agar tidak terjadi miss communication antara pimpinan


dengan karyawan ?

3. Kebijakan apa yang seharusnya di ambil perusahaan untuk mejaga


stabilitas perusahaan?

4. Bagaimana cara meningkatkan kinerja karyawan guna meningkatkan


produktivitas perusahaan?

5. Apa yang harus di lakukan perusahaan agar kedepannya tidak lagi terjadi
penolakan bahkan hingga PHK besar – besaran kepada karyawan?

24
Jawaban:
1.Penyelesaian konflik dalam perusahaan tersebut tentunya harus melibatkan 2
belah pihak, yaitu pihak perusahaan dan perwakilan dari karyawan yang merasa
tidak menerima kebijakan tersebut, hal yang harus di lakukan adalah:

A. Kedua belah pihak harus mengenali terlebih dahulu konflik apa yang
sedang terjadi sehingga bisa menentukan sikap yang harus di ambil
B. Kedua belah pihak harus mengindentifikasikan apa penyebab munculnya
konflik tersebut
C. mencari jalan keluar atau solusi melalui negosisasi, dimana hasil dari
negosiasi tersebut tidak merugikan kedua belah pihak

2. Komunikasi antara pimpinan dengan karyawannya harus mampu terjalin


dengan baik. Ini bukan hanya akan berpengaruh terhadap setiap proses bisnis yang
dijalankan, tetapi juga pada hubungan pribadi antara Anda dengan karyawan
Anda. Namun yang namanya komunikasi tentu akan ada miss-nya. Dan inilah
yang harus dicari solusinya oleh setiap atasan.

3. Kebijakan yang harusnya di ambil oleh perusahaan adalah melakukan upaya


peningkatan efisiensi, produktifitas, dan kapasitas produksi untuk memenuhi
kebutuhan pasar.
Dalam kasus ini contohnya perusahaan harus merumahkan karyawan yang di
anggap tidak efektif sehingga cost perusahaa tidak tinggi, merekrut karyawan baru
yang lebih produktif, dan memberikan motivasi baik berupa pengarahan dan
bonus sehingga produktifitas karyawan menjadi meningkat,

4.Cara meningkatkan produktifitas karyawan:


A. Memberikan motivasi penyegaran kepada karyawan
B. Membuat lingkungan kerja menjadi kondusif
C. Mengintegrasi manajemen waktu dengan sistem perusahaan
D. Memberikan reward dan punishment

25
5.Untuk kedepannya perusahaan harus lebih transparan lagi terhadap kebijakan
yang di buat apalagi itu terkait perhitungan gaji/upah karyawan, perusahaan
seharusnya lebih banyak memberikan informasi tentang keadaan perusahaan agar
para karyawan juga bisa mengerti situasi perusahaan. Selalu adanya komunikasi
antara pimpinan dan karyawan akan membuat karyawan merasa di hargai, apalagi
karyawan merupakan aset perusahaan

26
BAB IV
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

 Pengambilan keputusan merupakan tindakan manajemen dalam mencapai


sasaran. Teori pengambilan keputusan memiliki unsur-unsur utama berupa
pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat
diperbandingkan satu sama lain; Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran
yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan
tingkatannya sesuai dengan urutan pentingnya. Berbagai alternatif untuk
memecahkan masalah tersebut diteliti secara seksama. Akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh setiap alternatif yang dipilih dengan teliti. Setiap
alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya dapat
dibandingkan dengan alternatifalternatif lainnya serta pembuat keputusan
akan memilih alternatif dan akibat-akibatnya yang dapat memungkinkan
tercapainya tujuan, nilai atau sasaran.
 Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi
dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, dan dibentuk bersama
berdasarkan pada interest atau tujuan yang sama.
 Konflik organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih
anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya
yang langka, atau aktivitas kerja dan atau karena mereka mempunyai
status, tujuan, penilaian atau pandangan yang berbeda.

27
6.2.Saran
 Pengambilan keputusan yang dibuat dilingkungan organisasi haruslah
memperhitungkan situasi dan kondisi di luar organisasi tersebut karena
situasi dan kondisi di luar organisasi juga turut mempengaruhi kehidupan
dan kegiatan suatu organisasi. Pengambilan keputusan yang hanya
melihat ke dalam organisasi akan membuat keputusan tersebut hanya
memiliki dampak positif yang berjangka pendek saja namun juga harus
memikirkan dampak negatif berjangka yang cukup panjang.

 Konflik dapat dikatakan sebagai suatu oposisi atau pertentangan pendapat


antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi, yang
disebabkan oleh adanya berbagai macam perkembangan dan perubahan
dalam bidang manajemen serta menimbulkan perbedaan pendapat,
keyakinan, dan ide.Dalam pada itu, ketika individu bekerja sama satu
sama lain dalam rangka mewujudkan tujuannya, maka wajar seandainya
dalam waktu yang cukup lama terjadi perbedaan-perbedaan pendapat di
antara mereka. Ibarat piring, banyak yang pecah atau retak, hanya karena
bersentuhan dengan piring lainnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Ariely, D. Dan Zauberman, G. 2006. “Hedonic versus Informational


Evaluations: Task Dependent Preferences for Sequences of Outcomes”.
Journal ofBehavioral Decision Making, 19, 191-211. Dipublikasikan
online 21 Juni 2006 di Wiley InteScience (www.interscences.wiley.com).

2. Jones, Kevin Lance. 2008. Introduction to Consumer Behavior. New York


City: New York University.

3. Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Buku 2. Diadaptasi


oleh
a. A.B. Susanto. 2001. Jakarta: Salemba Empat.

4. Sopiah dan Etta Mamang, S. 2013. Perilaku Konsumen. Yogyakarta:


ANDI OFFSET

5. Rivai,Veitzhal dan Mulyadi. Deddy. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku


Organisasi. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada

6. Robbins,P.Stephen dan Judge, A.Thimoty. 2008. Perilaku Organisasi.


Jakarta:Salemba Empat

7. Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta:C.V.Andi Of Set

29
8. Thcha,Miftah.2011. Perilaku Organisasi:Konsep dasar dan aplikasinya.
Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada

9. Torang,Syamsiar.2013. Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur,


Budaya

30

Anda mungkin juga menyukai