Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ekonomi (JE) Vol .

1(1), April 2016


E-ISSN: 2503-1937
Page: 56-66

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PENYERAPAN TENAGAKERJA


DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
1
Darman dan 2Muhammad Nur Afiat
1
Mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo
2
Staf Pengajar Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo
Email: darmanfekon@gmail.com

ABSTRACT

The agriculture sector contributed in higer proportion on gross domestic product of


South East Sulawesi, but in employment side, there are decreasing trend of agricultural for
some period. This study aims to find out leading sectors in Southeast Sulawesi Province in
term output and employment. Data analysis with Location Quatient (LQ) approach for 2004-
2013 periode was collected from South East Statistics Bureau. The results show that the
leading or basis sector South East Sulawesi are agriculture, transportation and services is
indicated by LQ>1. The agriculture is basis sector also in term labor absorption in overall
period of analysis.

Keywords: leading sector, basiss, employment, output

1. Pendahuluan
Pembangunan ekonomi dapat tercermin dari timbulnya perbaikan dalam
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat dicapai jika
pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan cukup tinggi, akan tetapi jika pertumbuhan
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu bangsa atau Negara itu rendah maka akan
memperlambat penyediaan berbagai sarana laju pembangunan ekonomi itu sendiri.
Pertumbuhan ekonomi modern dapat diartikan sebagai kenaikan dalam produk
perkapita dari penduduk. Pertumbuhan ekonomi yang pesat mendorong prasarana
perekonomian yang dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Dengan
adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi Sulawesi Tenggara salah satunya dicerminkan oleh output
regional Sultra ssebagaiamana Tabel 1 yang menunjukan bahwa dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2014 masih tetap didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini dapat
dilihat dari peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Sulawesi Tenggara atas dasar harga berlaku, serta untuk sektor ekonomi yang lain dari
tahun 2011-2014 selalu mengalami peningkatan.
Sulawesi Tenggara memiliki karateristik struktur penyerapan tenaga kerja
yang identik dengan provinsi yang lain di pulau Sulawesi. Sektor pertanian masih
merupakan sektor yang mempunyai peranan terbesar terhadap penyerapan tenaga kerja
dan PDRB di Provinsi Sulawesi Tenggara, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara baik dari aspek
output (PDRB) maupun tenaga kerja secara dominan ditopang oleh sektor pertanian.
Namun penyerapan tenaga kerja menunjukkan kodisi menurun jika dibandingkan tahun
2011, yang diikiti oleh peningkatan tenaga kerja untuk sektor lain. Dengan melihat
perkembangan masing-masing sektor dalam memberikan kontribusi terhadap

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 56
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......

pembentukan PDRB Sulawesi Tenggara yang mengalami pasang surut, diperlukan


pengkajian terhadap sektor-sektor unggulan di Sulawei Tenggara dalam rangka
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dengan mengetahui dan memahami kinerja
sector unggulan dalam pembangunan maka pemerintah dapat menentukan kebijakan
khususnya yang terkait dengan lapangan pekerjaan pada sektor unggulan dalam upaya
peningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tabel 1 Jumlah PDRB SULTRASektorEkonomi (juta)AtasDasarHargaBerlakuTahun 2011-2014


PDRB 2011 2012 2013 2014
Primer Pertanian 9.41418 10.23458 11.17059 12.17887
Pertambangan 1.39127 1.94832 2.83845 3.16127
Sekunder Industri 2.02606 2.21759 2.32680 2.49512
Listrik, Gas, & Air 26256 29636 35994 43962
Kontruksi 2.34417 2.74211 3.21692 3.63070
Tersier Perdagangan 5.14182 5.96373 6.98544 8.05416
Transportasi & komunikasi 2.63652 2.95008 3.28785 3.60303
Keuangan 1.56923 1.90573 2.18399 2.54640
Jasa-Jasa 3.58577 3.85456 4.23076 4.66403
Sumber : BPS Sultra 2013, 2015

Tabel 2 JumlahTenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan (jiwa) SULTRA Tahun 2011 - 2014

TenagaKerja 2011 2012 2013 2014


Primer Pertanian 467 200 394 225 402 377 442 178
Pertambangan 38 159 31 608 29 818 26 241
Sekunder Industri 51 782 63 469 55 217 53 423
Listrik, Gas,& Air 1 901 1 983 2 533 2 546
Kontruksi 54 277 62 430 53 269 61 169
Tersier Perdagangan 169 917 180 974 176 665 193 476
Transportasi & komunikasi 54 418 47 715 47 501 45 597
Keuangan 11 538 11 749 15 711 16 787
Jasa-Jasa 175 356 176 526 185 858 195 932
Sumber : BPS Sultra 2013, 2015

Terlebih lagi, di era ekonomi saat ini pembangunan ekonomi lokal mesti
dijalankan di atas basis potensi lokal yang ditopang oleh basis pengetahuan (knowlege).
Dalam konteks ekonomi berbasis potensi lokal ini, penentuan sektor unggulan sebagai
prioritas patut dipertimbangkan. Dengan demikian kiranya perlu untuk dilakukan suatu
kajian terhadap sektor unggulan di provinsi Sulawesi Tenggara, sekaligus bagaimana
penyerapan tenaga kerja pada sektor unggulan tersebut.
2. Studi Literatur

Teori Basis Ekonomi


Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan-kegiatan
basis dan kegiatan-kegiatan bukan basis.Kegiatankegiatan basis adalah kegiatan-
kegiatan yang mengekspor barang-barang atau jasa-jasa ke tempat di luar batas-batas
perekonomian masyarakat yang bersangkutan atau yang memasarkan barang-barang

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 57
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......

atau jasa-jasa mereka kepada orang-orang di luar perbatasan perekonomian masyarakat


yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan bukan basis adalah kegiatan-kegiatan yang
menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal
di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan
ini tidak mengekspor barang-barang, jadi luas lingkup produksi mereka dan daerah
pasar mereka yang terutama adalah bersifat lokal (Glasson, 1977). Teori ekonomi
basis menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah
adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga
kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan
penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999).
Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasikan apakah suatu
sektor atau sub sektor ekonomi tergolong kategori basis atau non basis adalah dengan
menggunakan metode Location Quotient (LQ), yaitu dengan membandingkan antara
pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah terhadap
pendapatan total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat
nasional terhadap pendapatan total nasional. Apabila nilai LQ suatu sektor ekonomi ≥1
maka sektor ekonomi tersebut merupakan sektor basis dalam perekonomian daerah yang
bersangkutan, sedangkan bila nilai LQ suatu sektor atau sub sektor ekonomi < 1 maka
sektor atau sub sektor ekonomi tersebut merupakan sektor non basis dalam
perekonomian daerah yang bersangkutan.
Logika dasar LQ adalah teori basis ekonomi yang intinya adalah karena industri
basis menghasilkan barangbarang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah
yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi
daerah tersebut. Selanjutnya, adanya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan
terjadinya kenaikan konsumsi (consumption, C) dan investasi (investment, I) di daerah
tersebut. Hal terebut selanjutnya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan
kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hannya menaikkan
permintaan terhadap industri basis, tetapi juga menaikkan permintaan akan industri non
basis (lokal). Kenaikan permintaan (demand) ini akan mendorong kenaikan investasi
pada industri yang bersangkutan dan juga industri lain (Robinson Tarigan, 2005).
Kelemahan dari metode LQ adalah bahwa kriteria ini bersifat statis karena hanya
memberikan gambaran pada satu titik waktu. Artinya bahwa sektor basis (unggulan)
tahun ini belum tentu akan menjadi unggulan pada masa yang akan datang, sebaliknya
sektor yang belum menjadi basis pada saat ini mungkin akan unggul pada masa yang
akan datang. Untuk mengatasi kelemahan LQ sehingga dapat diketahui reposisi atau
perubahan sektoral digunakan analisis varians dari LQ yang disebut DLQ(Dinamic
Location Quotient) yaitu dengan mengintroduksikan laju pertumbuhan dengan asumsi
bahwa setiap nilai tambah sektoral ataupun PDRB mempunyai rata-rata laju
pertumbuhan pertahun sendiri-sendiri selama kurun waktu tahun awal dan tahun
berjarak. Prinsip DLQ sebenarnya masih sama dengan LQ, hanya untuk
mengintroduksikan laju pertumbuhan digunakan asumsi bahwa nilai tambah sektoral
maupun PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan sendiri-sendiri selama kurun
waktu antara tahun (0) dan tahun (t).
Tafsiran atas DLQ sebenarnya masih sama dengan LQ, kecuali perbandingan ini
lebih menekankan pada laju pertumbuhan. Jika DLQ = 1, berarti laju pertumbuhan
sektor I terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah n sebanding dengan laju pertumbuhan
sektor tersebut terhadap PDB nasional. Jika DLQ < 1, artinya proporsi laju pertumbuhan

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 58
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......

sektor I terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah n lebih rendah dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDB nasional.Sebaliknya, jika DLQ > 1, berarti
proporsi laju pertumbuhan sektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah n lebih
cepat dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDB nasional. Pada masa
depan, kalau keadaan masih tetap sebagaimana adanya saat ini, maka dapat diharapkan
bahwa sektor ini unggul pada masa mendatang (Robinson Tarigan,2005).
Teori dan Konsep Keunggulan Komparatif
Keunggulan adalah kelebihan yang melekat pada suatu komoditi yang dihasilkan
suatu negara dibandingkan dengan komoditi serupa yang diproduksi di negara lain. Ada
beberapa faktor yang dapat menjadikan suatu komoditi mempunyai keunggulan tertentu
yaitu fakyor alam, faktor biaya produksi, dan faktor teknologi. Pada dasarnya
keunggulan komparatif adalah usaha untuk memaksimalkan pendapatan suatu
negara/daerah melalui spesialisasi komoditi-komoditi lain. Jenis komoditas mana yang
seharusnya diutamakan produksinya oleh suatu perekonomian.
Prinsip keunggulan komparatif merupakan salah satu gagasan dalam ilmu
ekonomi yang lahir untuk kemudian menjadi landasan oleh berbagai teori perdagangan
internasional.Teori perdagangan internasional Yang mengacu pada prinsip keunggulan
komparatif mencoba menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pola perdagangan
antara negara yang menyangkut dua aspek. Pertama, aspek normatif, yaitu usaha untuk
mencapai pola perdagangan dan produksi yang optimal dipandang dari sudut masing-
masing negara maupun dunia secara keseluruhan, clan yang kedua, aspek positif yang
menyangkut pertanyaan mengenai pola perdagangan dan produksi yang akan terjadi bila
dibuka perdagangan antara negara dengan kondisi pasar tertentu. Pada dasarnya
konsepnya keunggulan komparatif merupakan cara yang dapat menolong kita untuk
memahami bagaimana perbedaan diantara negara-negara (daerah-daerah) menimbulkan
perdagangan dan mengapa perdagangan ini saling menguntungkan.
Dalam teori ekonomi, keunggulan komparatif mempunyai peran dalam proses
realokasi sumber-sumber, dimana hubungan berdasarkan perbandingan biaya dapat
diperkirakan dalam menentukan sampai tingkat tertentu pola spesialisasi internasional.
Dalam perdagangan yang didasarkan pada keunggulan komparatif ini mekanisme pasar
diharapkan dapat berjalan efektif, sehingga pengendoran dari pembatasan-pembatasan
dalam perdagangan akan mendorong realokasi sumber-sumber, kearah struktur produksi
dan perdagangan yang lebih baik, yang didasarkan pada keunggulan komparatif.
Ricardo, merupakan orang pertama yang menjabarkan keunggulan komparatif
dalam suatu kerangka teori. Disusul oleh Heckscher dan Ohlin dengan faktor
produksinya, teori keunggulan ini selanjutnya terus berkembang (Syafril Hadis, 1996).
Pada mulanya teori perdagangan internasional dikemukakan oleh Adam Smith (aliran
klasik) yang menyebutkan perdagangan internasional berdasarkan spesialisasi dan
opembagian kerja antar negara, akibatnya terdapat keuntungan absolut. Menurut Adam
Smith tiap negara tersebut menghasilkan salah satu saja agar adanya spesialisasi dan
pembagian kerja antar negara, dimana negara A tetap memproduksi barang X karena
biaya produksinya lebih murah daripada biaya produksi barang X di negara B.
Sebaliknya negara B tetapmemproduksi barang Y karena biaya produksinya lebih
murah dibandingkan dengan negara A. Sehingga kedua negara tersebut sama-sama
untung, karena masing-masing mempunyai keuntungan absolut pada satu jenis barang
tertentu.

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 59
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......

Dengan kata lain spesialisasi internasional yang dilakukan dimana masing-


masing akan berusaha untuk menekankan produksinya pada barang-barang tertentu
yang sesuai dengan keuntungan yang dimilikinya, baik itu keuntungan alamiah ataupun
keuntungan yang diperkembangkan. Keuntungan alamiah adalah keuntungan yang
diperoleh karena suatu negara memiliki sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh
negara lain, baik dalam kualitas maupun dalam kuantitas. Keuntungan yang
diperkembangkan adalah keuntungan yang diperoleh karena suatu negara telah mampu
mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam menghasilkan produk-produk
yang diperdagangkan dimana belum dimiliki oleh negara lain. Dengan demikian,
masing-masing negara yang melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang yang
mempunyai keuntungan mutlak. Keuntungan mutllak diartikan sebagai keuntungan
yang dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkanuntuk membuat
barang-barang tersebut, Keuntungan ini akan diperoleh apabila masingmasing negara
mampu memproduksi barang-barang tertentu dengan jam/hari yang lebih sedikit
dibandingkan dengan seandainya barang-barang itu dapat dibuat oleh negara lain.
Spesialisasi menurut Smith, juga memungkinkan terjadi pertukaran barang-
barang yang diproduksikan secara berlebihan (surplus) dengan barang-barang lain yang
dibutuhkan.Spesialisasi dapat menyebabkan produksi suatu barang melampaui jumlah
yang diminta di dalam negeri. Melalui perdagangan luar negeri surplus ini dapat
ditukarkan dengan barang lain yang dihasilkan oleh negara lain juga berada dalam
keadaan surplus, sehingga masing-masing negara dapat memperoleh keuntungan karena
bertambahnya macam barang-barang yang dapat di konsumsi. Teori Adam Smith
memang masih sangat sederhana. Smith tidak mempersoalkan kemungkinan adanya
negara-negara yang sama sekali tidak memiliki keuntungan mutlak dalam produksi
suatu barangpun terhadap negara-negara lain. Demikian pula Smith tidak menjelaskan
berapa besar dasar tukar yang akan terjadi seandainya negara-negara itu jadi melakukan
perdagangan internasional. Serta berapa besamya manfaat yang akan diperolehmasing-
masing negara dari perdagangan tersebut. Dari kelemahan-kelemahan inilah akhirnya
muncul perbaikan-perbaikan yang datang dari beberapa ahli seperti Ricardo dan Mill.
Ricardo memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam analisa Adam Smith dengan
membedakan dua keadaan, yaitu pertama, didalam negeri perdagangan akan dijalankan
atas dasar ongkos tenaga kerja saja. Kedua, perdagangan luar negeri, dilain pihak, tidak
mungkin dilakukan atas dasar keuntungan/ongkos mutlak, menurut Ricardo aturan yang
sama mengatur nilai relatif komoditi-komoditi dalam suatu negara tidaklah mengatur
nilai relatif komoditi-komoditi yang dipertukarkan antara dua negara atau lebih. Teori
keunggulan komparatif yang di kemukakan oleh Ricardo mencoba melihat keuntungan
atau kerugian dalam perbandingan relative. Teori ini berlandaskan pada asumsi
1) Labor Theory Of Value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah
tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, dimana nilai
barang yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan
untuk memproduksinya.
2) Perdagangan internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan barang.
3) Tidak diperhitungkan biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam halpermasaran.
4) Produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal ini berarti skala produksi tidak
berpengaruh.
5) Faktor produksi sama sekali tidak mobile antar negara. Oleh karena itu .suatu
negaraakan melakukan spesialiasi dalam produksi barang-barang dan
mengekspornya bila mana negara tersebut mempunyai keuntungan dan mengimpor

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 60
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......

barang-barang yang dibutuhkanjika mempunyai kerugian dalam memproduksi.

Pada sisi lain, teori proporsi faktor-faktor produksi H-O memiliki konsep bahwa
masing-masing negara memiliki faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal)
dalam perbandingan yang berbeda-beda, sedang untuk menghasilkan suatu barang
tertentu diperlukan kombinasi faktor-faktor produksi yangtertentu pula. Jadi untuk
menghasilkan sesuatu barang macam barang tertentu fungsi produksinya dimanapun
juga sama, namun proporsi masing-masing faktor produksi dapatlah berlainan (karena
adanya kemungkinan penggantian/subtitusi faktor yang satu dengan faktor yang lainnya
dalam batas-batas tertentu). Dengan demikian Ohlin menjelaskan bahwa perbedaan
harga yang terjadi untuk barang yang sama diantara dua/ lebih negara disebabkan
karena perbedaan dalam proporsi serta intensitas faktor-faktor yang digunakan untuk
menghasilkan barang tersebut.

Teori dan Konsep Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif adalah kemampuan suatu komoditi yang memasuki pasar


Luar Negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar itu. Daya saing suatu
komoditi dapat diukur atas dasar perbandingan Pangsa Pasar komoditi itu pada kondisi
pasar yang tetap. Lebih lanjut, faktor keunggulan komparatif dapat dianggap sebagai
faktor yang bersifat alamiah dan faktor keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor
yang bersifat acquired atau dapat dikembangkan/diciptakan (Tambunan, 2001). Selain
dua faktor tersebut, tingkat daya saing suatu negara sesungguhnya juga dipengaruhi
olehapa yang disebut Sustainable Competitive Advantage (SCA) atau keunggulan
kompetitif t berkelanjutan.Ini terutama menghadapi tingkat persaingan global yang
sedemikian lama menjadi sedemikian ketat/keras atau Hyper Competitive. Menurut
(Tambunan, 2001). Daya saing ditentukan oleh faktor langsung dan faktor tidak
langsung. Faktor langsung diantaranya: mutu komoditi, biaya produksi dan penentuan
harga jual, ketepatan waktu penyerahan (delivery time), intensitas promosi, penentuan
saluran pemasaran, dan layanan purna jual. Sementara faktor tidak langsung terdiri dari:
ondisi sarana pendukung ekspor, incentive atau subsidi pemerintah untuk ekspor,
kendala tarif dan non tarif, tingkat efisiensi dan disiplin nasional, dan kondisi ekonomi
global.

Konsep Ketenagakerjaan
Tenaga kerja menurut UU No.13 tahun 2003 adalah setiap orang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.Berdasarkan UU No.25
tahun,1997 tentang ketenagakerjaan yang di tetapkan tanggal 2 oktober 1998 telah
ditentukan bahwa batasan minimal usia seorang tenaga kerja di Indonesia adalah
10 tahun atau lebih. Namun Indonesia tidak menganut batasan maksimal usia
tenaga kerja karena Indonesia belum mempunyai jaminan sosial yang memadai.
Sedangkan BPS membagi tenaga kerja dalam tiga kelompok :
1) tenaga kerja belum bekerja atau sementara tidak bekerja adalah tenaga kerja
yang bekerja dengan jam kerja 0 ≥ 1 jam dalam seminggu. Sedangkan menurut
payaman simanjutak mengatakan bahwa tenaga kerja atau manpower adalah
tenaga kerja yang mencakup penduduk yang sudah atau sedang berkerja, yang
sedang mencari kerja dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 61
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......

disebut terakhir walaupun sedang tidak bekerja dianggap secara fisik


mampu dan sewaktu –waktu dapat ikut bekerja.”
2) Tenaga kerja penuh adalah tenaga yang mempunyai jumlah jam kerja ≥ 35
jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai uraian tugas.
3) Tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran adalah tenaga kerja
dengan jam kerja < 35 jam dalam seminggu.

Secara praktis pengertian tenaga kerja atau bukan tenaga kerja hanya
dibedakan oleh batasan umur. Pada tiap-tiap Negara mempuyai batasan-batasan
umur tertentu bagi setiap tenaga kerja. Tujuan dari penentuan batas umur ini adalah
supaya definisi yang diberikan dapat menggambarkan kenyataan yang
sebenarnya.Tiap Negara memilih batasan umur yang berbeda- beda karena
perbedaan situasi tenaga kerja di masing- masing Negara yang berbeda. Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan Bahwa tenaga kerja di Indonesia
adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang ikut berpartisipasi dalam
proses produksi untuk Menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Selanjutnya,angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua yaitu kelompok
pekerja dan penganggur. Pekerja adalah Orang–orang yang mempunyai pekerjaan,
mencakuporangyangMempunyai pekerjaan, dan memang sedang bekerkja, serta
orang yang Mempuyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang
tidak bekerja. Adapun yang dimaksud penganggur adalah orang yang tidak
mempunyai pekerjaan. Pertumbuhan lapangan kerja relatif lambat menyebabkan
masalah pengangguran di Negara sedang berkembang menjadi semakin serius. Tingkat
Pengangguran terbuka di perkotaan hanya menunjukkan aspek-aspek yang tampak
saja dari masalah kesempatan kerja di Negara sedang Berkembang yang
bagaikan ujung sebuah gunung es. Hasil studi ditunjukkan bahwa sekitar 30
persen dari penduduk perkotaan di Negara sedang berkembang bisa tidak bekerja
secara penuh. Untuk itu dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan yang dihadapi
Negara sedang berkembang perlu adanya solusi yaitu, memberikan upah yang
memadai dan menyediakan kesempatan– kesempatan kerja kelompok orang miskin.
Oleh karena itu, peningkatan kesempatan kerja merupakan unsur yang paling
esensial dalam setiap strategi pembangunan yang menitikberatkan kepada penurunan
pengangguran. (Soebroto, 1996)

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder berciri time series periode 2004-2013
yang diperoleh melalui publikasi Badan Pusat Statistik. Data dianalisis dengan
Location Quotient (LQ) baik dalam menentukan sektor unggulan maupun sektor basis
tenaga kerja. Analisis sektor unggulan dilakukan dengan membandingkan besarnya
peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara
nasional. Variabel yang di gunakan adalah nilai tambah ( tingkat pendapatan), dengan
rumus:

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 62
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......

Keterangan:
xi = Nilai tambah sektor i di suatu daerah
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto daerah tersebut
Xi = Nilai tambah sektor i secara nasional
PNB = Produk Nasional Bruto atau GNP
Inter prestasi rumus adalah sebagai berikut :
1. Apabila LQ> 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih menonjol dari
pada peranan sektor itu secara nasional.
2. Apabila LQ < 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih kecil dari
pada peranan sektor itu secara nasional.
Analisis LQ penyerapan tenaga kerja dengan melakukan membandingkan porsi
lapangan kerja terhadap nilai tambah di suatu daerah dibandingkan dengan porsi
lapangan kerja tambah untuk sektor yang sama secara nasional dengan rumus:

Keterangan :

li = Banyaknya lapangan kerja sektor i di wilayah analisis


e = Banyaknya lapangan kerja di wilayah analisis.
Li = Banyaknya lapangan kerja sektor i secara nasional
E = Banyak lapangan kerja secara nasional
Interprestasi rumus adalah sebagai berikut :
1. Apabila LQ > 1 berarti bahwa penyerapan tenaga kerja sektor i di wilayah lebih
besar di bandingkan dengan penyerapan tenaga lapangan kerja untuk sektor yang
sama secara nasional. Artinya sektor i di wilayah kita melebihi porsi sektor i
secara nasional.
2. Apabila LQ < 1 berarti bahwa penyerapan tenaga kerja sektor i di wilayah lebih
kecil di bandingkan dengan penyerapan tenaga kerja untuk sektor yang sama
secara nasional. Artinya penyerapan tenaga kerja sektor i di wilayah kita kurang
dari sektor i secara nasional.

4. Hasil dan Pembahasan

Sektor Unggulan dan Penyerapan Tenaga Kerja Propinsi Sulawesi Tenggara


Hasil analisis sektor unggulan dengan pendekatan LQ disajikan sebagaimana
Tabel 3 yang menunjukkaan bahwa sektor yang memiliki peranan lebih besar (LQ > 1)
yakni sektor pertanian dan sektor jasa secara umum kecuali sektor keuangan. Sektor
yang memiliki peranan lebih kecil (LQ < 1) di provinsi Sulawesi Tenggara sepanjang
tahun 2004-2013 antara lain: pertambangan, industri, dan keuangan.
Pada sisi lain, penyerapan tenaga kerja provinsi Sulawesi Tenggara disajikan
sebagaimana Tabel 4 menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor dengan
penyerapa tenaga kerja yang lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Kondisi ini terus
konsisten sejak tahun 2004. Sementara sektor industri pengolahan, perdagangan, dan
keuangan merupakan sektor yang secara konsisten memiliki tingkat penyerapan tenaga
kerja selama periode 2004-2013 yang lebih rendah dibanding rata-rata nasional.

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 63
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......

Tabel 3 Nilai LQ Sektor Perekonomian Sulawesi Tenggara Tahun 2004 – 2013


Sektor 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rerata
Pertanian 2,37 2,84 2,79 2,56 2,48 2,30 1,63 2,17 1,90 2,07 2,31
Pertambangan 0,57 0,51 0,46 0,52 0,40 0,41 0,33 0,51 0,59 0,69 0,50
Industri 0,24 0,26 0,32 0,33 0,28 0,24 0,22 0,28 0,24 0,26 0,27
Listrik 0,56 0,73 0,77 0,79 1,04 1,11 0,97 1,22 1,17 1,40 0,98
Kontruksi 1,06 1,09 1,03 1,18 0,94 0,78 0,61 0,84 0,77 0,89 0,92
Perdagangan 0,86 1,00 1,01 1,02 1,13 1,31 1,00 1,35 1,23 1,38 1,13
Pengangkutan 1,08 1,15 1,09 1,11 1,36 1,47 1,06 1,39 1,22 1,26 1,22
Keuangan 0,52 0,59 0,69 0,72 0,07 0,73 0,57 0,82 0,74 0,83 0,63
Jasa-Jasa 1,20 1,35 1,32 1,30 1,30 1,33 0,93 1,13 0,96 1,04 1,19
Sumber : BPS Sultra berbagai tahun, diolah

Tabel 4 Tenaga Kerja Sulawesi Tenggara Tahun 2004 - 2013

Sektor 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pertanian 1,46 1,39 1,62 1,39 1,45 1,34 1,30 1,29 1,17 1,21
Pertambangan 0,75 1,14 1,12 0,77 0,94 0,89 0,98 0,90 0,97 1,12
Industri pengolahan 0,31 0,48 0,65 0,49 0,40 0,43 0,42 0,39 0,47 0,43
Listrik 0,37 0,61 0,60 0,80 0,63 0,73 0,79 0,86 0,91 1,16
Bangunan 0,57 0,43 0,61 0,72 0,68 0,77 0,73 0,93 1,05 0,97
Perdagangan 0,66 0,64 0,10 0,69 0,67 0,68 0,08 0,79 0,89 0,85
Transportasi 0,77 0,78 1,07 0,91 0,83 0,90 0,88 1,20 1,09 1,08
Keuanngan 0,80 0,54 0,42 0,40 0,31 0,50 0,41 0,47 0,50 0,62
Jasa-Jasa 0,99 1,09 0,90 0,95 0,98 0,87 1,19 1,14 1,18 1,17
Lainnya 0,59 0,31 0,95 1,03 1,08 2,13 1,87 1,74 1,84 1,71
Sumber : BPS Sultra berbagai tahun, diolah

Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral


Sektor pertaniandi Sulawesi Tenggara mempunyai peran yang sangat besar, hal
ini terlihat pada kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Sulawesi Tenggara secara
rata-rata selama 10 tahun terakhir yakni dari tahun 2004-2013 sebesar 128.221,4 milyar
rupiah. Peranan sektor pertanian terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan analisis LQ selama 10 tahun terakhir (2004 - 2013), sektor pertanian
menunjukkan nilai rata-rata LQ lebih besar dari satu (atau LQ>1) yaitu sebesar 2.31.
hal ini mengimplikasikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis yang telah
dapat memenuhi kebutuhan mayarakat baik di wilayah Sulawesi tenggara maupun
kebutuhan ekspor. Tingginya nilai LQ sektor pertanian dipengaruhi oleh kekayaan alam
pertaniandi Sulawesi Tenggara, baik aspek lua tanah, jenis tanah, maupun kelimpahan
tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan pula oleh nilai LQ tenaga kerja yang secara konsiten
lebih besar dari satu (atau LQ>1) selama periode tahun yang diamati.
Pada sisi lain, sumbangan sector pertambangan terhadap PDRB pada tahun 2004
sebesar 422,5 milyar rupiah yang menempati urutan ketujuh dalam struktur
ekonomi Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2006 output sektor pertambangan sempat
mengalami penurunan namun meningkat kembali pada tahun 2007 sampai 2013. Hasil
perhitungan LQ selama tahun 2004-2013 terlihat bahwa sektor pertambangan dan
penggalian menunjukkan nilai rata-rata di bawah angka satu yaitu sebesar 0.49 yang

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 64
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......

berarti bahwa sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis atau masih harus
mengimpor untuk memenuhi kebutuhan domestik Sulawesi Tenggara. Sementara
hasil analisis LQ tenaga kerja menunjukkan bahwa sektor pertambangan memiliki rata-
rata nilai LQ sebesar 0.49, ini berarti bahwa sektor tersebut bukan basis dari segi
tenaga kerja sehingga harus mendatangkan tenaga kerja sebesar 0.51 untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerjanya. Namun pada tahun 2005, 2006 dan 2013 nilai LQ tenaga
kerja menunjukkan sektor pertambangan merupakan sektor basiss tenaga kerja.
Sumbangan sektor industri pengolahan terhadap pembentukan PDRB Sulawesi
Tenggara sebesar 562,26 milyar rupiah dan menempati urutan kedelapan dalam
struktur ekonomi Sulawesi Tenggara. Halini menunjukkaan bahwa Sulawesi Tenggara
massih lemah dalam pengembangan industri pengolahan. Konsekwensinya,
masyarakat masih harus mengimpor kebutuhan industri dari luar daerah, sebagaimana
hasil analisis LQ sektor industri baik output maupun tenaga kerja yang menunjukkan
nilai LQ < 1, atau bukan merupakan sektor basis. Bahkan nilai LQ kedua indikator,
masih sangat rendah tidak mencapai 0,3.
Pada sisi lain, sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor penyumbang
urutan ke sembilan dalam struktur PDRB Sulawesi Tenggara, dan merupakan sektor
non basis baik dari aspek output maupun tenaga kerja. Kondisi ini tidak berbeda jauh
dengan sektor konstruksi dan bangunan. Berbeda halnya dengan sektor perdagangan,
hotel dan restoran yang menempati posisi kedua dalam urutan PDRB Sulawesi
Tenggara. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis baik asspek
output maupun tenaga kerja. Hal ini mengimplikasikan bahwa Sulawesi Tenggara
telah dapat memenuhi kebutuhan perdagangan, hotel dan resstoran dan bahkan dapat
mengekspor jasa tersebut ke luar daerah. Sejalan dengan hal tersebut, sektor
pengangkutan dan komunikasi juga telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
daerah dan tidak perlu mendatangkan/mengimpor tenaga kerja maupun output dari
luar.
Namun untuk sektor keuangan tampaknya Sulawesi Tenggara masih harus
mengimpr dari luar daerah baik aspek output maupun tenaga kerja. Berbeda halnya
dengan sektor jasa-jas soial, pemerintahan dan kemasyarakatan yang tampak cukup
berkembang dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sebab merupakan sektor
basis baik aspek output maupun tenaga kerja.

5. Simpulan

Sektor ekonomi yang unggul di Provinsi Sulawesi Tenggara dari aspek output
yaitu sektor Pertanian, pengangkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Sementara dari
aspek tenaga kerja maka sektor yang memiliki penyerapan tenaga kerja yang lebih besar
di Provinsi Sulawesi Tenggara dibanding penyerapan tenaga kerja secara nasional yaitu
sektor pertanian. Dengan demikian pemerintah perlu mempertahankan ssektor pertanian
dalam jangka panjang. Pada sisi lain, perlu menciptakan lapangan kerja khususnya bagi
sektor-sektor yang kurang menyerap tenaga kerja serta meningkatkan kualitas tenaga
kerja untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja pada sektor tertentu guna menghindari
masuknya tenaga kerja terlatih pada sektor-sektor strategis di Sulawesi tenggara.

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 65
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......

Daftar Pustaka

Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.


BPFE, Yogyakarta.
Darmawansyah. 2003. Maksimalisasi Sektor Ekonomi Unggulan untuk Menunjang
Peningkatan Penerimaan Daerah: Kasus Kabupaten Takalar.
Glasson, John. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sitohang.
LPFEUI: Jakarta.Graha Ilmu.
Herisman, Beni. 2007. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor-Sektor
Kepulauan Sangihe. www.detiknes.com
Limbong, Daud Lebok. 2009. Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Tanah
TorajaTahun 1997-2006. Universitas Hasanuddin Makassar.
Mulyadi, S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia: Dalam Perspektif Pembangunan.
Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Nadira, St. 2012. Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan Kabupaten Mamuju
Provinsi Sulawesi Barat Periode 2004-2009. Skripsi, Universitas Hasanuddin
Makassar.
Partadiredja, Ace. 1996. Perhitungan Pendapatan Nasional, LP3ES; Jakarta. Penerbit
FEUI.
Rahardjo, H. Adisasmita. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Robinson Tarigan. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Samuel, LandoSitorus. 2013. Analisis Sektor Basis dan Non-Basis Kabupaten Kutai
Barat. Samarinda: UniversitasMulawarman.
Simanjuntak J. Payaman. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta:
LPFE- UI.
Soebroto,1996. Strategi Pembangunan, dan Perencanaan Tenaga Kerja. Yogyakarta:
UGM Press
BPS Sultra. 2015. Sulawesi Tenggara DalamAngka Tahun 2014. Kendari: BPS Sultra
BPS Sultra. 2013. Sulawesi Tenggara DalamAngka Tahun 2012. Kendari:BPS Sultra
BPS Sultra. 2011. Sulawesi Tenggara DalamAngka Tahun 2010. Kendari:BPS Sultra
BPS Sultra. 2009. Sulawesi Tenggara DalamAngka Tahun 2008. Kendari:BPS Sultra
BPS Sultra. 2007. Sulawesi Tenggara DalamAngka Tahun 2006. Kendari:BPS Sultra
BPS Sultra. 2005. Sulawesi Tenggara DalamAngka Tahun 2004. Kendari:BPS Sultra
Subanti, Sri dan Arif Rahman Hakim. 2009. Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi
Tenggara: Pendekatan Sektor Basis dan Analisis Input-Output. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Supangkat, 2002. Ananlisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan
Pembangunan Daearah Kabupaten Asahan. Tesis. ProgramPascasarjana USU,
Medan.
Suryana,2000. Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta
Syafril, Hadis. 1996. Ekonomi Internasional, Jakarta: Raja GrafindoPersada
Tambunan, Tulus. 2001. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran- Teori
dan Temuan Empiris. Jakarta: LP3ES
Tarigan, Robinson. 2003. Ekonomi Regional. Medan: BumiAksara.
------------ 2007. Ekonomi.Regional, Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 66

Anda mungkin juga menyukai