ABSTRACT
1. Pendahuluan
Pembangunan ekonomi dapat tercermin dari timbulnya perbaikan dalam
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat dicapai jika
pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan cukup tinggi, akan tetapi jika pertumbuhan
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu bangsa atau Negara itu rendah maka akan
memperlambat penyediaan berbagai sarana laju pembangunan ekonomi itu sendiri.
Pertumbuhan ekonomi modern dapat diartikan sebagai kenaikan dalam produk
perkapita dari penduduk. Pertumbuhan ekonomi yang pesat mendorong prasarana
perekonomian yang dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Dengan
adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi Sulawesi Tenggara salah satunya dicerminkan oleh output
regional Sultra ssebagaiamana Tabel 1 yang menunjukan bahwa dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2014 masih tetap didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini dapat
dilihat dari peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Sulawesi Tenggara atas dasar harga berlaku, serta untuk sektor ekonomi yang lain dari
tahun 2011-2014 selalu mengalami peningkatan.
Sulawesi Tenggara memiliki karateristik struktur penyerapan tenaga kerja
yang identik dengan provinsi yang lain di pulau Sulawesi. Sektor pertanian masih
merupakan sektor yang mempunyai peranan terbesar terhadap penyerapan tenaga kerja
dan PDRB di Provinsi Sulawesi Tenggara, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara baik dari aspek
output (PDRB) maupun tenaga kerja secara dominan ditopang oleh sektor pertanian.
Namun penyerapan tenaga kerja menunjukkan kodisi menurun jika dibandingkan tahun
2011, yang diikiti oleh peningkatan tenaga kerja untuk sektor lain. Dengan melihat
perkembangan masing-masing sektor dalam memberikan kontribusi terhadap
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 56
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......
Tabel 2 JumlahTenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan (jiwa) SULTRA Tahun 2011 - 2014
Terlebih lagi, di era ekonomi saat ini pembangunan ekonomi lokal mesti
dijalankan di atas basis potensi lokal yang ditopang oleh basis pengetahuan (knowlege).
Dalam konteks ekonomi berbasis potensi lokal ini, penentuan sektor unggulan sebagai
prioritas patut dipertimbangkan. Dengan demikian kiranya perlu untuk dilakukan suatu
kajian terhadap sektor unggulan di provinsi Sulawesi Tenggara, sekaligus bagaimana
penyerapan tenaga kerja pada sektor unggulan tersebut.
2. Studi Literatur
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 57
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 58
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......
sektor I terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah n lebih rendah dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDB nasional.Sebaliknya, jika DLQ > 1, berarti
proporsi laju pertumbuhan sektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah n lebih
cepat dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDB nasional. Pada masa
depan, kalau keadaan masih tetap sebagaimana adanya saat ini, maka dapat diharapkan
bahwa sektor ini unggul pada masa mendatang (Robinson Tarigan,2005).
Teori dan Konsep Keunggulan Komparatif
Keunggulan adalah kelebihan yang melekat pada suatu komoditi yang dihasilkan
suatu negara dibandingkan dengan komoditi serupa yang diproduksi di negara lain. Ada
beberapa faktor yang dapat menjadikan suatu komoditi mempunyai keunggulan tertentu
yaitu fakyor alam, faktor biaya produksi, dan faktor teknologi. Pada dasarnya
keunggulan komparatif adalah usaha untuk memaksimalkan pendapatan suatu
negara/daerah melalui spesialisasi komoditi-komoditi lain. Jenis komoditas mana yang
seharusnya diutamakan produksinya oleh suatu perekonomian.
Prinsip keunggulan komparatif merupakan salah satu gagasan dalam ilmu
ekonomi yang lahir untuk kemudian menjadi landasan oleh berbagai teori perdagangan
internasional.Teori perdagangan internasional Yang mengacu pada prinsip keunggulan
komparatif mencoba menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pola perdagangan
antara negara yang menyangkut dua aspek. Pertama, aspek normatif, yaitu usaha untuk
mencapai pola perdagangan dan produksi yang optimal dipandang dari sudut masing-
masing negara maupun dunia secara keseluruhan, clan yang kedua, aspek positif yang
menyangkut pertanyaan mengenai pola perdagangan dan produksi yang akan terjadi bila
dibuka perdagangan antara negara dengan kondisi pasar tertentu. Pada dasarnya
konsepnya keunggulan komparatif merupakan cara yang dapat menolong kita untuk
memahami bagaimana perbedaan diantara negara-negara (daerah-daerah) menimbulkan
perdagangan dan mengapa perdagangan ini saling menguntungkan.
Dalam teori ekonomi, keunggulan komparatif mempunyai peran dalam proses
realokasi sumber-sumber, dimana hubungan berdasarkan perbandingan biaya dapat
diperkirakan dalam menentukan sampai tingkat tertentu pola spesialisasi internasional.
Dalam perdagangan yang didasarkan pada keunggulan komparatif ini mekanisme pasar
diharapkan dapat berjalan efektif, sehingga pengendoran dari pembatasan-pembatasan
dalam perdagangan akan mendorong realokasi sumber-sumber, kearah struktur produksi
dan perdagangan yang lebih baik, yang didasarkan pada keunggulan komparatif.
Ricardo, merupakan orang pertama yang menjabarkan keunggulan komparatif
dalam suatu kerangka teori. Disusul oleh Heckscher dan Ohlin dengan faktor
produksinya, teori keunggulan ini selanjutnya terus berkembang (Syafril Hadis, 1996).
Pada mulanya teori perdagangan internasional dikemukakan oleh Adam Smith (aliran
klasik) yang menyebutkan perdagangan internasional berdasarkan spesialisasi dan
opembagian kerja antar negara, akibatnya terdapat keuntungan absolut. Menurut Adam
Smith tiap negara tersebut menghasilkan salah satu saja agar adanya spesialisasi dan
pembagian kerja antar negara, dimana negara A tetap memproduksi barang X karena
biaya produksinya lebih murah daripada biaya produksi barang X di negara B.
Sebaliknya negara B tetapmemproduksi barang Y karena biaya produksinya lebih
murah dibandingkan dengan negara A. Sehingga kedua negara tersebut sama-sama
untung, karena masing-masing mempunyai keuntungan absolut pada satu jenis barang
tertentu.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 59
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 60
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......
Pada sisi lain, teori proporsi faktor-faktor produksi H-O memiliki konsep bahwa
masing-masing negara memiliki faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal)
dalam perbandingan yang berbeda-beda, sedang untuk menghasilkan suatu barang
tertentu diperlukan kombinasi faktor-faktor produksi yangtertentu pula. Jadi untuk
menghasilkan sesuatu barang macam barang tertentu fungsi produksinya dimanapun
juga sama, namun proporsi masing-masing faktor produksi dapatlah berlainan (karena
adanya kemungkinan penggantian/subtitusi faktor yang satu dengan faktor yang lainnya
dalam batas-batas tertentu). Dengan demikian Ohlin menjelaskan bahwa perbedaan
harga yang terjadi untuk barang yang sama diantara dua/ lebih negara disebabkan
karena perbedaan dalam proporsi serta intensitas faktor-faktor yang digunakan untuk
menghasilkan barang tersebut.
Konsep Ketenagakerjaan
Tenaga kerja menurut UU No.13 tahun 2003 adalah setiap orang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.Berdasarkan UU No.25
tahun,1997 tentang ketenagakerjaan yang di tetapkan tanggal 2 oktober 1998 telah
ditentukan bahwa batasan minimal usia seorang tenaga kerja di Indonesia adalah
10 tahun atau lebih. Namun Indonesia tidak menganut batasan maksimal usia
tenaga kerja karena Indonesia belum mempunyai jaminan sosial yang memadai.
Sedangkan BPS membagi tenaga kerja dalam tiga kelompok :
1) tenaga kerja belum bekerja atau sementara tidak bekerja adalah tenaga kerja
yang bekerja dengan jam kerja 0 ≥ 1 jam dalam seminggu. Sedangkan menurut
payaman simanjutak mengatakan bahwa tenaga kerja atau manpower adalah
tenaga kerja yang mencakup penduduk yang sudah atau sedang berkerja, yang
sedang mencari kerja dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 61
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......
Secara praktis pengertian tenaga kerja atau bukan tenaga kerja hanya
dibedakan oleh batasan umur. Pada tiap-tiap Negara mempuyai batasan-batasan
umur tertentu bagi setiap tenaga kerja. Tujuan dari penentuan batas umur ini adalah
supaya definisi yang diberikan dapat menggambarkan kenyataan yang
sebenarnya.Tiap Negara memilih batasan umur yang berbeda- beda karena
perbedaan situasi tenaga kerja di masing- masing Negara yang berbeda. Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan Bahwa tenaga kerja di Indonesia
adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang ikut berpartisipasi dalam
proses produksi untuk Menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Selanjutnya,angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua yaitu kelompok
pekerja dan penganggur. Pekerja adalah Orang–orang yang mempunyai pekerjaan,
mencakuporangyangMempunyai pekerjaan, dan memang sedang bekerkja, serta
orang yang Mempuyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang
tidak bekerja. Adapun yang dimaksud penganggur adalah orang yang tidak
mempunyai pekerjaan. Pertumbuhan lapangan kerja relatif lambat menyebabkan
masalah pengangguran di Negara sedang berkembang menjadi semakin serius. Tingkat
Pengangguran terbuka di perkotaan hanya menunjukkan aspek-aspek yang tampak
saja dari masalah kesempatan kerja di Negara sedang Berkembang yang
bagaikan ujung sebuah gunung es. Hasil studi ditunjukkan bahwa sekitar 30
persen dari penduduk perkotaan di Negara sedang berkembang bisa tidak bekerja
secara penuh. Untuk itu dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan yang dihadapi
Negara sedang berkembang perlu adanya solusi yaitu, memberikan upah yang
memadai dan menyediakan kesempatan– kesempatan kerja kelompok orang miskin.
Oleh karena itu, peningkatan kesempatan kerja merupakan unsur yang paling
esensial dalam setiap strategi pembangunan yang menitikberatkan kepada penurunan
pengangguran. (Soebroto, 1996)
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder berciri time series periode 2004-2013
yang diperoleh melalui publikasi Badan Pusat Statistik. Data dianalisis dengan
Location Quotient (LQ) baik dalam menentukan sektor unggulan maupun sektor basis
tenaga kerja. Analisis sektor unggulan dilakukan dengan membandingkan besarnya
peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara
nasional. Variabel yang di gunakan adalah nilai tambah ( tingkat pendapatan), dengan
rumus:
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 62
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......
Keterangan:
xi = Nilai tambah sektor i di suatu daerah
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto daerah tersebut
Xi = Nilai tambah sektor i secara nasional
PNB = Produk Nasional Bruto atau GNP
Inter prestasi rumus adalah sebagai berikut :
1. Apabila LQ> 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih menonjol dari
pada peranan sektor itu secara nasional.
2. Apabila LQ < 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih kecil dari
pada peranan sektor itu secara nasional.
Analisis LQ penyerapan tenaga kerja dengan melakukan membandingkan porsi
lapangan kerja terhadap nilai tambah di suatu daerah dibandingkan dengan porsi
lapangan kerja tambah untuk sektor yang sama secara nasional dengan rumus:
Keterangan :
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 63
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......
Sektor 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pertanian 1,46 1,39 1,62 1,39 1,45 1,34 1,30 1,29 1,17 1,21
Pertambangan 0,75 1,14 1,12 0,77 0,94 0,89 0,98 0,90 0,97 1,12
Industri pengolahan 0,31 0,48 0,65 0,49 0,40 0,43 0,42 0,39 0,47 0,43
Listrik 0,37 0,61 0,60 0,80 0,63 0,73 0,79 0,86 0,91 1,16
Bangunan 0,57 0,43 0,61 0,72 0,68 0,77 0,73 0,93 1,05 0,97
Perdagangan 0,66 0,64 0,10 0,69 0,67 0,68 0,08 0,79 0,89 0,85
Transportasi 0,77 0,78 1,07 0,91 0,83 0,90 0,88 1,20 1,09 1,08
Keuanngan 0,80 0,54 0,42 0,40 0,31 0,50 0,41 0,47 0,50 0,62
Jasa-Jasa 0,99 1,09 0,90 0,95 0,98 0,87 1,19 1,14 1,18 1,17
Lainnya 0,59 0,31 0,95 1,03 1,08 2,13 1,87 1,74 1,84 1,71
Sumber : BPS Sultra berbagai tahun, diolah
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 64
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......
berarti bahwa sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis atau masih harus
mengimpor untuk memenuhi kebutuhan domestik Sulawesi Tenggara. Sementara
hasil analisis LQ tenaga kerja menunjukkan bahwa sektor pertambangan memiliki rata-
rata nilai LQ sebesar 0.49, ini berarti bahwa sektor tersebut bukan basis dari segi
tenaga kerja sehingga harus mendatangkan tenaga kerja sebesar 0.51 untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerjanya. Namun pada tahun 2005, 2006 dan 2013 nilai LQ tenaga
kerja menunjukkan sektor pertambangan merupakan sektor basiss tenaga kerja.
Sumbangan sektor industri pengolahan terhadap pembentukan PDRB Sulawesi
Tenggara sebesar 562,26 milyar rupiah dan menempati urutan kedelapan dalam
struktur ekonomi Sulawesi Tenggara. Halini menunjukkaan bahwa Sulawesi Tenggara
massih lemah dalam pengembangan industri pengolahan. Konsekwensinya,
masyarakat masih harus mengimpor kebutuhan industri dari luar daerah, sebagaimana
hasil analisis LQ sektor industri baik output maupun tenaga kerja yang menunjukkan
nilai LQ < 1, atau bukan merupakan sektor basis. Bahkan nilai LQ kedua indikator,
masih sangat rendah tidak mencapai 0,3.
Pada sisi lain, sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor penyumbang
urutan ke sembilan dalam struktur PDRB Sulawesi Tenggara, dan merupakan sektor
non basis baik dari aspek output maupun tenaga kerja. Kondisi ini tidak berbeda jauh
dengan sektor konstruksi dan bangunan. Berbeda halnya dengan sektor perdagangan,
hotel dan restoran yang menempati posisi kedua dalam urutan PDRB Sulawesi
Tenggara. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis baik asspek
output maupun tenaga kerja. Hal ini mengimplikasikan bahwa Sulawesi Tenggara
telah dapat memenuhi kebutuhan perdagangan, hotel dan resstoran dan bahkan dapat
mengekspor jasa tersebut ke luar daerah. Sejalan dengan hal tersebut, sektor
pengangkutan dan komunikasi juga telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
daerah dan tidak perlu mendatangkan/mengimpor tenaga kerja maupun output dari
luar.
Namun untuk sektor keuangan tampaknya Sulawesi Tenggara masih harus
mengimpr dari luar daerah baik aspek output maupun tenaga kerja. Berbeda halnya
dengan sektor jasa-jas soial, pemerintahan dan kemasyarakatan yang tampak cukup
berkembang dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sebab merupakan sektor
basis baik aspek output maupun tenaga kerja.
5. Simpulan
Sektor ekonomi yang unggul di Provinsi Sulawesi Tenggara dari aspek output
yaitu sektor Pertanian, pengangkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Sementara dari
aspek tenaga kerja maka sektor yang memiliki penyerapan tenaga kerja yang lebih besar
di Provinsi Sulawesi Tenggara dibanding penyerapan tenaga kerja secara nasional yaitu
sektor pertanian. Dengan demikian pemerintah perlu mempertahankan ssektor pertanian
dalam jangka panjang. Pada sisi lain, perlu menciptakan lapangan kerja khususnya bagi
sektor-sektor yang kurang menyerap tenaga kerja serta meningkatkan kualitas tenaga
kerja untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja pada sektor tertentu guna menghindari
masuknya tenaga kerja terlatih pada sektor-sektor strategis di Sulawesi tenggara.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 65
Darman dan Muhammad Nur Afiat: Analisis Sektor Unggulan dan Penyerapan......
Daftar Pustaka
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE 66