Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

AKIBAT KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

Tugas
Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa
semester V prodi keperawatan

Disusun oleh :

M. Aulia Rahman
NIM : 08.20.0998

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA
BANJARMASIN
2010/2011
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH AKIBAT KOPING
INDIVIDU TIDAK EFEKTIF”. Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini
berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan
segala kemampuan dan penggetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan segala
kemampuan dan penggetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tanggan terbuka menerima masukan
saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Banjarmasin, April 2011

PENYUSUN
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………. i


KATA PENGANTAR …………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………. 1
1.2 Tujuan Penulisa …………………………………………………. 1
1.3 Manfaat Penulisan …………………………………………………. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Devinisi …………………………………………………. 3
2.2 Psikopatologi …………………………………………………. 5
2.3 Tanda dan Gejala …………………………………………………. 5
2.4 Penyebab …………………………………………………. 6
2.5 Akibat …………………………………………………. 6
2.6 Penatalaksanaan Medis …………………………………………………. 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian …………………………………………………. 8
3.2 Pohon Masalah …………………………………………………. 8
3.3 Diagnosa Keperawatan …………………………………………………. 9
3.4 Perencanaan …………………………………………………. 9
3.5 Implementasi …………………………………………………. 14
3.6 Evaluasi …………………………………………………. 14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………. 15
4.2 Saran-saran …………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu akan berhadapan dengan masalah baik itu masalah yang ringan atau
yang berat, kemudian bagaimana seorang individu itu dalam menghadapi masalah atau
ancaman atau tekanan dalam hidupnya, individu akan mempergunakan dua tingkatan
dalam merespon masalah/ancaman/tekanan tersebut. Respon pertama adalah ia
mengalami ancaman secara emosional. Pada saat ini individu akan melakukan atau
memilih sebuah strategi untuk merespon masalah tersebut. Respon kedua adalah individu
merubah situasi atau mengendalikan kondisi yang ada disekitarnya sehingga ia akan dapat
mengatasi masalah yang ada.
Respon-respon yang dilakukan saat menghadapi masalah sebagaiman diilustrasikan
diatas disebut koping. Koping merupakan usaha-usaha yang dilakukan individu untuk
mengendalikan, mengurangi, atau belajar bertoleransi dengan permasalahan yang
dihadapinya (Feldman, 1990). Koping dilakukan sebagai strategi mengatasi masalah saat
menghadapi tekanan melalui perilaku tertentu yang dianggp tepat atau sesuai dengan
masalah tersebut. Solomon (dalam Rahayuningrum, 1993) berpendapat bahwa koping
dilakukan untuk menyeimbangkan posisi individu yang tidak menentu karena situasi atau
tekanan hidup yang dihadapinya.
Dari pendapat-pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa koping adalah usaha
yang berupa perilaku atau tindakan (aksi) yang digunakan individu dalam menghadapi
setiap masalah atau situasi yang memberikan tekanan atau stres dalam hidupnya. Respon
koping dilakukan agar individu selalu berada dalam kondisi seimbang (homeostatis)
dalam segala segi kehidupannya.
Tetapi setiap individu seringkali tidak bisa melaksanakan komping mereka sendiri
oleh karena itu sangat berdampak buruk terhadap diri individu itu sendiri, salah satunya
ialah terjadinya harga diri rendah yang sangat berdampak pada kehidupan individu itu.
Oleh karena itu penulisan ini akan membahas tentang harga diri rendah terhadap koping
individu yang tidak efektif.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Umum

 Mengetahui pengertian mekanisme koping individu?


 Dampak dari koping individu yang tidak efektif yaitu harga diri rendah ?
 Bagaimana cara menanggulanginya dan menghindarinya ?

b. Khusus
Kelainan koping individu atau ketidak efektifan koping individu sangat berdampak
buruk terhadap seorang individu, yang berkemungkinan terjadinya harga diri rendah,
di dalam penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apa itu harga diri rendah terhadap
koping individu yang tidak efektif.

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini agar setiap individu menggunakan koping dengan efektif,
sehingga terhindar dari dampak buruk dari ketidak efektifan koping individu tersebut,
oleh karena itu semoga penulisan ini berguna untuk kita menghindari hal yang tak
diinginkan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Devinisi

a. Mekanisme Koping Individu

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan


masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam (Keliat, 1999). Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan
kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan
atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme koping adalah cara yang
digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan
situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan
Sundeen, 1995) yaitu :
1. Mekanisme koping adiptif
Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan
aktivitas konstruktif.
2. Mekanisme koping maladaptive
Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar.
Koping individu dalam pelaksanaan tentu saja akan dipengaruhi atau bahkan
ditentukan oleh berbagai hal. Beberapa ahli menunjukkan ketertarikan untuk meneliti
berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi koping. Brehm & Kassin (1990)
berpendapat bahwa koping dipengaruhi oleh:
a. faktor-faktor internal seperti pikiran, perasaan, genetik, fisiologis, dan/atau tipe
kepribadian
b. faktor-faktor eksternal seperti peristiwa-peristiwa atau fenomena alam yang terjadi
dalam hidup individu, konteks budaya dimana individu berada, dan/atau
hubungan-hubungan sosial yang dihadapinya.
Pervin & John (1997) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
individu dalam melakukan koping adalah kepribadian. Cara individu dengan kepribadian
introver atau ekstrover misalnya, jelas akan berbeda. Pada individu introver, dia akan
lebih memfokuskan pada koping yang mendukung kepribadiannya yang lebih melihat ke
dalam dirinya. Sedangkan individu yang ekstrover akan memilih koping yang lebih
banyak melihat atau melibatkan hal-hal di luar dirinya.
Sment (1984) berpendapat bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana
individu melakukan koping terhadap tekanan. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Kondisi individu yang bersangkutan, seperti berapa umurnya, apa jenis
kelaminnya, bagaimana temperamennya, faktor-faktor genetik yang didapat dari
leluhurnya, tingkat intelegensi, tingkat atau jenis pendidikan, suku asal,
kebudayaan dimana ia tinggal/dibesarkan, status ekonomi, dan/atau kondisi fisik
secara umum
b. Karakteristik kepribadian seperti tipe keribadian A atau B, individu yang optimis
atau pesimis, dan jenis-jenis /tipologi kepribadian lainnya
c. Kondisi sosial kognitif seperti dukungan sosial, jaringan sosial, dan/atau kontrol
pribadi atas diri individu itu sendiri
d. Hubungan yang terjadi antara individu tersebut dengan lingkunga sosial atau
jaringan sosialnya, dan/atau penyatuan diri masing-masing individu dalam sebuah
kelompok pada masyarakat di mana ia tinggal
e. Strategi mengatasi tekanan yang lebih banyak diambil setiap menghadapi situasi
yang membutuhkan pengentasan masalah, seperti berfokus pada emosi, pada
masalah, menghindar dari masalah, atau menganggap masalah tersebut tidak ada.
Berdasarkan beberapa teori yang tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
pada dasarnya ada banyak hal yang mempengaruhi cara individu melakukan koping pada
saat menghadapi tekanan. Faktor tersebut secara garis besar dapat dibagi atas faktor dari
dalam diri individu yang bersangkutan, maupun dari luar diri individu yang bersangkutan.
Faktor dari dalam misalnya intelegensi, kepribadian, temperamen, atau bahkan genetika
individu yang bersangkutan. Faktor yang berasal dari luar antara lain lingkungan sosial,
budaya, atau fenomena yang terjadi disekitar individu.
Tetapi jika koping individu tidak efektif dalam diri seseorang maka akan
menimbulkan masalah pada kejiwaan seseorang tersebut, salah satunya ialah terjadinya
harga diri rendah yang disebabkan oleh koping individu yang tidak efektif.

b. Harga Diri Rendah

Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227).
Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung.
Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah
merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri
atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri
rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri,
dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung,
penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

2.2 Psikopatologi
Menurut Stuart (2005, hal. 186), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan
dalam konsep diri seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung
harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis,
kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran gender, tuuntutan peran
kerja, dan harapan peran budaya. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur
sosial. Sedangkan faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksika kejadian yang megancam
kehidupan dan ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi. Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga
lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien
berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak
mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan
orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha
mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan
sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan
rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta
menyesuaikan diri dengan kenyataan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin
kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain.

2.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri rendah yaitu:
 mengkritik diri sendiri
 hilangnya percaya diri dan harga diri
 merasa gagal mencapai keinginan
 gangguan dalam berhubungan
 penurunan produktivitas
 rasa bersalah
 pandangan hidup yang pesimis
 adanya keluhan fisik
 perasaan tidak mampu
 mudah tersinggung
 menarik diri secara realitas
 penyalahgunaan zat, dan
 menarik diri secara sosial.

2.4 Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif
akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung, kemunduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga
serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C, 1998: 366). Menurut
Carpenito, L.J (1998: 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani
stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-
sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif). Sedangkan menurut Townsend, M.C
(1998: 312) koping individu tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan
kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntunan kehidupan dan
peran.
Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif, koping
merupakan respon pertahanan individu terhadap suatu masalah. Jika koping itu tidak
efektif maka individu tidak bisa mencapai harga dirinya dalam mencapai suatu perilaku.

2.5 Akibat

Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya, individu dengan harga
diri rendah akan merasa tidak mampu , tidak berdaya, pesimis dapat menghadapi
kehidupan, dan tidak percaya pada diri sendiri. Untuk menutup rasa tidak mampu
individu akan banyak diam, menyendiri, tidak berkomunikasi dan menarik diri dari
kehidupan sosial.

2.6 Penatalaksanaan Medis

Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.
2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif
maupun gejala negative skizofrenia.
4) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti.
5) Tidak menyebabkan kantuk
6) Memperbaiki pola tidur
7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasidandependensi.
8) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama
(typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi
pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat
yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine,
Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri
lagi karena bila pasien menarik diri maka dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005,hal.231)
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.
Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis,
2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang
ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan
latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan
memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998,hal.728).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas
kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling
relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah
adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok
(TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi
dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok,
hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat,2005,hal.49)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Data subjektif:
1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
2. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
3. Perasaan tidak mampu
4. Rasa bersalah
5. Sikap negatif pada diri sendiri
6. Sikap pesimis pada kehidupan
7. Keluhan sakit fisik
8. Pandangan hidup yang terpolarisasi
9. Menolak kemampuan diri sendiri
10. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
11. Perasaan cemas dan takut
12. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
13. Mengungkapkan kegagalan pribadi
14. Ketidak mampuan menentukan tujuan
b. Data objektif:
1. Produktivitas menurun
2. Perilaku destruktif pada diri sendiri
3. Perilaku destruktif pada orang lain
4. Penyalahgunaan zat
5. Menarik diri dari hubungan social
6. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
7. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
8. Tampak mudah tersinggung/mudah marah

3.2 Pohon Masalah

Kerusakan interaksi sosial

Harga diri rendah kronis core problem

Tidak efektifnya kopingindividu penyebab

3.3 Diagnosa Keperawatan

1) Kerusakan interaksi social berhubungan dengan koping individu yang tidak efektif
ditandai dengan kurang nya komunikasi antar individu.
2) Harga diri rendah kronis berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak efektif
ditandai dengan klien menghindar dari orang lain.
3) Koping individu tidak efektif

3.4 Perencanaan

4) Harga diri rendah kronis berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak efektif
ditandai dengan klien menghindar dari orang lain.
 TUM: Klien mengalami peningkatan harga diri rendah
 TUK 1 : Klien dapat membina berhubungan saling percaya
 Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan dan menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
 Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik: Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal maupun non verbal,
perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati
janji, tunjukkan sikap menerima klien apa adanya, beri perhatian kepada kllien
dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan interaksi
selanjutnya.
 TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
 Kriteria Evaluasi :
Daftar kemampuan yang dimiliki klien di RS, rumah, sekolah dan tempat
kerja., daftar positif keluarga klien, daftar positif lingkungan klien
 Intervensi :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, Keluarga
dan lingkungan dan buat daftarnya.
Rasional : Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas,
kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan
keperawatannya.
2) Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif
Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien
3) Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek
positif klien.
Rasional : Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan
kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian.
 TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
 Kriteria evaluasi :
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit, klien menilai
kemampuan yang dapat digunakan dirumah
 Intervensi Keperawatan :
1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama sakit
Rasional : Diskusikan pada klien tentang kemampuan yang dimiliki adalah
prasyarat untuk berubah
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan kemampuannya di rumah
sakit
Rasional : Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi
untuk tetap mempertahankan kemampuannya.
3) Berikan pujian
Rasional : Pujian dapat meningkatkan harga diri klien

 TUK 4 : Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki.
 Kriteria Evaluasi :
Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih, klien mencoba, susun jadwal
harian.
 Intervensi Keperawatan :
1) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah
sakit.
Rasional : Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
Rasional : Sebagai motivasi tindakan yang akan dilakukan oleh klien
3) Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah
dilatih.Catatan : ulangi untuk kemampuan lain sampai semuanya selesai
Rasional : Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.
4) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan,
Rasional : Contoh peran yang dilihat klien akan memotovasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.

 TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana, kondisi sakit dan
kemampuanya.
 Kriteria Evaluasi :
Klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri, dengan bantuan atau
tergantung), klien mampu melakukan beberapa kegiatan mandiri

Intervensi Keperawatan :
1) Beri kesempatan pada untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Rasional : Dapat mengetahui perkembangan dan keaktifan klien dengan
keluarga
 TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
 Kriteria Evaluasi :
Keluarga dapat memberi dukungan dan pujian, klien termotivasi untuk
melakukan therapi, keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien.
 Intervensi Keperawatan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien denga
harga diri rendah.
Rasional : Mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam
mempercepat proses penyembuhan klien
2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan
3) Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah
Rasional : Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien
dirumah.
4) Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil
Rasional : memberikan pujian dapat meningkata harga diri klien
5) Kerusakan interaksi social berhubungan dengan koping individu yang tidak efektif
ditandai dengan kurang nya komunikasi antar individu.
 TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain
 TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
 Tindakan keperawatan :
Bina hubungan saling percaya:
 Sikap terbuka dan empati
 Terima klien apa adanya
 Sapa klien dengan ramah
 Tepati janji Jelaskan tujuan pertemuan
 Pertahankan kontak mata selama interaksi
 Penuhi kebutuhan dasar klien saat itu.
Rasional : meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat atau orang
lain.
 TUK 2 : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri.
 Tindakan keperawatan
 Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri
Rasional : untuk mengetahui pengetahuan klien dan alasan menarik diri.
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri
Rasional : mengetahui bagaimana perasaan klien dan penyebab menarik
diri.
 Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik dirinya
Rasional : mengetahui alasan klien enarik diri.
 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya.
Rasional : pujian akan mendorong klien mengungkapkan perasaannya.
 TUK 3 : Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain.
 Tindakan keperawatan :
 Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
Rasional : meningkatkan pemahaman klien tentang berhubungandengan
orang lain.
 Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan
orang lain.
Rasional : mengkaji pengetahuan kliententang manfaat berhubungan
dengan orang lain.
 Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat
berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan mendorong klien mengungkapkan perasaannya.
 TUK 4 : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
 Tindakan keperawatan :
 Dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain.
Rasional : meningkatkan interaksi klien dengan lingkungan.
 Dorong dan bantu klien berhubungan dengan orang lain secara bertahap
antara lain:
o Klien – perawat
o Klien – perawat – perawat lain
o Klien – perawat – perawat lain – klien lain
o Klien – kelompok kecil Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
o Klien – keluarga
Rasional : meningkatkan interaksi klien dengan lingkunan.
 Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien.
Rasional : pujian akan mendorong klien untuk melakukan kegiatannya.
 TUK 5 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam berhubungan dengan orang
lain.
 Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan anggota keluarga.
Rasional : mengeahui kondisi umum klien dalam berhubungan dengan
keluarga atau orang lain.
 Dorong Klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
Rasional : mengetahui perasaan klien tentang hubungan dengan keluarga.
 Dorong klien untuk mengikuti kegiatan bersama keluarga seperti : makan,
ibadah dan rekreasi.
Rasional : untuk menumbuhkan rasa kebersamaan klien dengan keluarga
1) Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
TUM : Klien dapat menyelesaikan masalah dengan koping yang efektif
TUK 1 :Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Kriteria evaluasi :
Mau berjabat tangan dan menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau
duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi
 Intervensi :
 Bina hubungan saling percaya
Rasional : bina hubungan saling percaya sebagai dasar keterbukaan klien
dengan perawat
 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : ungkapan perasaaan sebagai cermin perasaan hati yang dimiliki
oleh klien
 Katakan pada klien bahwa ia orang yang berharga dan mampu
menolong dirinya sendiri
Rasional : meningkatkan semangat klien untuk menolong dirinya dan
mencoba bangkit dari masalahnya.
TUK 2 : Klien dapat menilai koping yang konsruktif
 Kriteria evaluasi :
Mengidentifikasi dan mengembangkan koping yag konstruktif dalam
pemecahan permasalahannya
 Intervensi :
 Diskusikan dengan klien tentang koping yang konstruktif
Rasional : Mempermudah klien dalam menganalisa masalahnya
 Beri reinforcement dalam setiap aspek positif klien
Rasional : Memberi dorongan dan motivasi kepada klien
TUK 3 : Klien mau mengungakapkan permasalahannya
 Kriteria evaluasi :
Klien mampu mengungkapkan secara verbal tentang permasalahannya
 Intervensi :
 Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi therapeutik
Rasional : merupakan dasar keterbukaan antara perawat dengan klien
 Berikan empati pada klien saat mengungkapkan permasalahannya
Rasional : menambah kepercayaan klien pada perawat

 Hindari memberikan penilaian yang negatif pada klien


Rasional : mencegah penilaian negatif dari klien sehingga respon klien
tidak berkurang.

3.5 Implementasi

Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana


keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana
tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata
sering impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum
terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan,
itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat
fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan
masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini. Setelah semua tidak ada
hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan
tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua
tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien ( Keliat, 2002, hal 15).

3.6 Evaluasi

Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan harga direndah kronis
antara lain :
1. Klien tidak menarik diri dan mau berhubungan dengan orang lain
2. Klien dapat menunjukkan peningkatkan rasa harga diri
3. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang konstruktif
( Keliat, 2002, hal. 15).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan


masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam (Keliat, 1999). Oleh karena iti mekanisme koping pada setiap individu
haruslah kuat dan seimbang, karena jika mekanisme koping tersebut tidak berkerja secara
baik atau tidak efektif maka akan menyebabkan seseorang itu akan mengalami stress yang
sangat berat yang mengganggu kejiwaan nya.
Jika mekanisme koping tersebut tidak efektif seseorang individu akan mengalami
misalnya penurunan harga diri atau harga diri rendah, yang sangat memperburuk
kehidupannya dalam beraktifitas maupun berinteraksi kepada orang lain.

4.2 Saran-saran

1. Manfaatkan setiap mekanisme koping yang ada, dan efektifkan untuk mencari jalan
keluar dari setiap permasalahan.
2. Jangan mudah putus asa dari kegagalan, tetapi mencoba untuk kegagalan itu tidak
terulang lagi.
3. Pasien yang mengalami harga diri rendah akan membaik jika dia selalu diberi
dukungan dari keluarga dan juga masyarakat di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

athoenk46.wordpress . 2010. Lp gangguan konsep diri harga diri rendah.


http://athoenk46.wordpress.com/2010/02/27/lp-gangguan-konsep-diri-harga-diri-rendah/

ahyarwahyudi.wordpress . 2010. Konsep diri dan mekanisme koping dalam proses


keperawatan. http://ahyarwahyudi.wordpress.com/2010/02/11/konsep-diri-dan-mekanisme-
koping-dalam-proses-keperawatan/

blog.unil. 2010. Koping. http://blog.unila.ac.id/ratnawidiastuti/2010/11/11/koping/


http://www.koranplus.com/forum/medical-info/13862.html

imron46.blogspot . 2009. Gangguan konep diri harga diri rendah.


http://imron46.blogspot.com/2009/02/gangguan-konsep-diri-harga-diri-rendah.html

meetabied.wordpress . 2010. Mekanisme koping.


http://meetabied.wordpress.com/2010/07/03/mekanisme-koping/

7afainfo.blogspot . 2009. Mekanisme koping.


http://7afainfo.blogspot.com/2009/03/mekanisme-koping-pengertian-mekanisme.html

Anda mungkin juga menyukai