N
OLEH :
GUSMINIWATI S
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, saya diberikan kesehatan dan kesabaran sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Metodologi Keperawatan tepat waktu.
Dalam penulisan dan penyusunan tugas ini tentunya terdapat kekurangan serta
keterbatasan kemampuan, sehingga mendapatkan hasil penulisan yang masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena hal ini, saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca, sehingga dapat menutupi kekurangan dan kelemahan saya
untuk akhirnya menjadikan sempurnanya penulisan tugas ini.
Akhirnya saya berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Dengan segala
kerendahan hati saya berharap agar pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
bagi kemajuan pengetahuan saya, karena saya sadar bahwa makalah ini masih terdapat
banyak kelemahan dan kekurangan. Akhir kata, tiada suatu hal yang sempurna, semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat dalam menambah pengetahuan bagi saya dan
pembaca.
Jakarta, -08-2019
Penyusun
Gusminiwati Simanjuntak
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam dunia keperawatan dikenal proses keperawatan, langkah ketiga dari proses
keperawatan adalah rencana (intervensi) keperawatan. Intervensi diidentifikasi untuk
memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien. Intervensi mempunyai maksud
mengindividualkan perawatan dengan memenuhi kebutuhan spesifik pasien serta harus
menyertakan kekuatan – kekuatan pasien yang telah diidentifikasi bila memungkinkan.
Perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang
sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan
masalah (Kozier et al 1995).
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN :
TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam
beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994). Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan
atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang diprakarsai oleh perawat, dokter, atau
intervensi kolaboratif (McCloskey & Bulechek, 1994).
Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan
sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin
dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan
melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan untuk klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal.
Tahap perencanaan ini memiliki beberapa tujuan penting, diantaranya sebagai alat
komunikasi antara sesama perawat dan tim kesehatan lainnya; meningkatkan kesinambungan
asuhan keperawatan bagi klien; serta mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan
keperawatan yang ingin dicapai.
Unsur terpenting pada tahap perencanaan ini adalah membuat prioritas urutan diagnosis
keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan.
Tipe intervensi
Terdapat tiga kategori intervensi keperawatan yaitu intervensi yang diprakarsai oleh
perawat, dokter dan intervensi kolaboratif. Kategori pemilihan didasarkan pada kebutuhan
klien. Satu klien mungkin membutuhkan semua dari ketiga kategori, sementara klien lainnya
mungkin hanya membutuhkan intervensi yang diprakarsai oleh perawat dan dokter.
Intervensi Perawat
Intervensi ini tidak membutuhkan supervisi atau arahan dari orang lain. Sebagai
contoh, intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi yang adekuat atau
aktivitas kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan higiene adalah tindakan
keperawatan mandiri.
Intervensi perawat tidak membutuhkan instruksi dokter atau profesi lainnya. Dokter
seringkali dalam instruksi tertulisnya mencakup intervensi keperawatan mandiri. Namun
demikian berdasarkan undang – undang praktik keperawatan di sebagian besar negara bagian,
tindakan keperawatan yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari – hari, penyuluhan
kesehatan, promosi kesehatan, dan konseling berada dalam domain praktik keperawatan.
Intervensi Dokter
Intervensi dokter didasarkan pada respon dokter terhadap dioagnosa medis, dan
perawat menyelesaikan instruksi tertulis dokter (Bulechek & McCloskey, 1994). Memberikan
medikasi, mengimplementasikan suatu prosedur invasif, mengganti balutan dan menyiapkan
klien untuk pemeriksaan diagnostik adalah contoh – contoh dari intervensi tersebut.
Intervensi ini tidak selalu berada dalam praktik legal keperawatan bagi perawat untuk
meresepkan atau menginstruksikan tindakan ini, tetapi intervensi tersebut berada dalam
praktik keperawatan bagi perawat untuk menyelesaikan instruksi tersebut dan untuk
mengkhususkan pendekatan tindakan.
Sebagai contoh, Tn. J adalah pria yang berusia 78 tahun yang mengalami hemiplegia
akibat stroke dan juga mempunyai riwayat demensia lama. Fungsi kognitifnya terbatas, ia
beresiko mengalami masalah yang berhubungan dengan kerusakan sensasi dan mobilitas, dan
tidak mampu secara mandiri menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari. Dengan tujuan
agar Tn. J mempertahankan tingkat kesehatannya saat ini, ia membutuhkan intervensi
keperawatan spesifik untuk mencegah luka dekubitus; intervensi terapi fisik untuk mencegah
perubahan muskuloskeletal akibat imobilitas; dan intervensi terapi okupasi untuk makan dan
kebutuhan higiene. Perawatan klien ini membutuhkan koordinasi intervensi kolaboratif dari
berbagai profesional perawatan kesehatan yang semuanya diarahkan pada tujuan jangka
panjang untuk mempertahankan tingkat kesehatan Tn. J saat ini.
Menurut Carpenito dan Moyet (2007), ada dua tipe intervensi keperaawatan :
Intervensi perawat, yaitu intervensi yang dibuat oleh perawat dan akan dilaksanakan
oleh tim perawat lain.
Intervensi medis / intervensi delegasi, yaitu intervensi yang dibuat oleh medis /
perawat senior dan akan dilaksanakan oleh tim perawat lain. Intruksi dokter bukan
merupakan intruksi untuk perawat, melainkan untuk klien yang akan dibantu oleh perawat
jika ada indikasi.
Sedangkan menurut Potter dan Perry (1997) ada tiga tipe intervensi keperawatan :
a. Intervensi perawat adalah respons perawat terhadap kebutuhan klien terhadap perawatan
kesehatan dan diagnosis keperawatan. Tindakan memiliki otonomi yang berdasarkan pada
rasional ilmiah. Intervensi ini tidak membutuhkan intruksi dokter atau profesi.
b) Mencegah timbulnya masalah.
c) Memonitor kejadian.
Syarat intervensi
Tanggal penulisan rencana penting untuk evaluasi, tinjauan dan rencana yang akan
datang. Tanda tangan perawat menunjukkan tanggung gugat terhadap pasien dan terhadap
profesi keperawatan karena keefektifan tindakan keperawatan dapat dievaluasi. Gunakan
judul katogori “Intervensi Keperawatan” dan sertakan tanggal evaluasi pada tiap
tujuan.Gunakan simbol medis atau bahasa baku dan kata kunci, bukan kalimat lengkap untuk
menyampaikan ide anda. Misalnya, tulis “Ubah posisi dan perbaiki posisi q2h” bukan “Ubah
posisi dan perbaiki posisi pasien setiap 2 jam”.
b) Spesifik
Perawat kini bekerja dalam sif dengan lama waktu yang berbeda, sebagian bekerja dalam
sif 12 jam dan dalam sif 8 jam,sehingga penting untuk menyebutkan dengan spesifik waktu
intervensi diharapkan. Rujuk ke buku prosedur atau sumber informasi lain, bukan
mencantumkan semua langkah pada rencana tertulis. Misalnya “Lihat buku prosedur unit
untuk perawatan trakeostomi”. Sesuaikan rencana dengan karakteristik unit pasien dengan
memastikan bahwa pilihan pasien, seperti pilihan tentang waktu perawatan dan metode yang
digunakan, dicantumkan. Pastikan bahwa rencana keperawatan menggabungkan aspek
pencegahan dan pemeliharaan kesehatan serta aspek pemulihan. Pastikan bahwa rencana
berisi intervensi untuk pengkajian pasien yang bersinambungan (Misal, inspeksi insisi q8h).
Misalnya, perawat dapat menulis program untuk menanyakan ahli gizi atau ahli terapi fisik
tentang aspek khusus perawatan pasien. Sertakan rencana pemulangan pasien dan kebutuhan
perawatan di rumah. Perawat perlu melakukan konsultasi dan membuat pengaturan bersama
perawatan komunitas, petugas dinas sosial, dan lembaga khusus yang menyediakan informasi
dan peralatan yang diperlukan pasien.
Faktor – faktor intervensi
Demikian juga dalam tehnik penulisan rencana intervensi keperawatan, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan oleh perawat antara lain:
1. Kalimat yang ditulis harus berupa kalimat instruksi, berfungsi untuk menjelaskan
tindakan yang akan dilakukan. Instruksi dibuat secara ringkas, tegas, tepat dan kalimat
mudah dimengerti.
2. Dapat dijadikan alat komunikasi antar anggota keperawatan/ tim kesehatan lain untuk
kesinambungan asuhan keperawatan yang akdiberikan kepada klien.
3. Memuat informasi yang selalu baru.
4. Didokumentasikan pada tempat / kolom yang ditentukan sebagai pertanggung-jawaban
dan pertanggunggugatan perawat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan rencana intervensi keperawatan adalah:
KASUS
Kasus
Pasien A datang ke RS mengatakan bahwa sudah lima hari tidak bisa BAB. Pasien tersebut
jarang minum dan makan sayur. TD 140 / 90 mmHg, suhu 38,7 °C, dan denyut nadinya 100 x
/ menit.
PENUTUP
Kesimpulan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam
beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang
diharapkan.
Terdapat tiga kategori intervensi keperawatan yaitu, intervensi yang diprakarsai oleh
perawat, dokter, dan intervensi kolaboratif. Kategori pemilihan didasarkan pada kebutuhan
klien. Satu klien mungkin membutuhkan semua dari ketiga kategori, sementara klien lainnya
mungkin hanya membutuhkan intervensi yang diprakarsai oleh perawat dan dokter.
Saran