Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KIEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN FRAKTUR


EKSTREMITAS

Disusun Oleh : Liza Ika Wulandari ( 1032161002 )

A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung,' gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan
sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan
ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupiur tendo, kerusakan saraf, dan kerusakan
pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan
oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Brunner & Suddarth, 2002).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa, setiap retak atau patah pada
tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat
tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).

B. ETIOLOGI
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Trauma : Kecelakaan lalulintas, jatuh dari ketinggian, dengan posisi
berdiri atau duduk sehingga terjadi fraktur.
2. Patolog : Akibat metastase dari tumor.
3. Degenerasi : Proses kemunduran fisiologi dari jaringan.
4. Spontan : Terjadi karena tarikan otot yang sangat kuat

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis Fraktur Ekstremitas :
1. Riwayat Trauma.
2. Nyeri pembengkakan dan nyeri tekanan pada daerah fraktur.
3. Hilangnya fungsi anggota badan.
4. Deformitas.
5. Gerakan-gerakan abnormal.
6. Krepitus.
7. Perubahan warna.

D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang
rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah
putih.
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. X-Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang
cidera.
2. Bone Scans, Tomogram, atau MRI Scans.
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
Lekosit turun atau meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb, hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca meningkat
di dalam darah, traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.
Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multiple, atau cederah hati.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi Awal :
1. Kerusakan Arteri.
2. Kompartement Syndrom.
3. Fat Emboli Syndrom.
4. Infeksi.
5. Avaskuler Nekrosis (AVN).
6. Shock.
7. Osteomyelitis.

Komplikasi Dalam Waktu Lama :


1. Delayed Union (penyatuan tertunda).
2. Non Union (tak menyatu).
3. Malunion.

H. PENATALAKSANAAN
1. Teknik imobilisasi dengan cara pembidaian atau pemasangan gips.
2. Metode pemasangan traksi.
3. Fiksasi internal.
4. Fiksasi eksternal.
5. Dilakukannya pembedahan.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Airway
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
2. Breaathing
Kelemahan menelan atau batuk atau melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan tidak teratur, suara napas terdengar ronchi atau
aspirasi.
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
4. Disability
Kaji kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak, kehilangan
sensasi, kelemahan otot.
5. Exposure
Adanya deformitas pada tulang belakang.

J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keluhan Utama
a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
b. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c. Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d. Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh
rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
2. Keadaan Lokal
a. Look (inspeksi)
1) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi).
2) Cape au lait spot (birth mark).
3) Fistulae.
4) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
5) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang
tidak biasa (abnormal).
6) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas).
7) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa).
b. Feel (palpasi)
1) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban
kulit. Capillary refill time Normal > 3 detik.
2) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau
oedema terutama disekitar persendian.
3) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal, tengah, atau distal).
c. Move (pengerakan terutama lingkup gerak).

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti).
3. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi).

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.
Intervensi :
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien.

2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah, emboli,


perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti).
Intervensi :
a) Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu.
b) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi.
c) Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.

3. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,


terapi restriktif (imobilisasi).
Intervensi :
Latihan Kekuatan
a) Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program
latihan secara rutin
Latihan untuk ambulasi
b) Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan
keluarga.
c) Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
d) Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang
aman.

L. DAFTAR PUSTAKA
1. NANDA NIC-NOC 2016
2. Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta
3. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai