Anda di halaman 1dari 21

FOTOTERAPI PADA BAYI

A. PENGERTIAN FOTOTERAPI

Fototerapi merupakan terapi yang dilakukan menggunakan cahaya dari

lampu fluorescent khusus dengan integritas tinggi, secara umum metode ini

efektif untuk mengurangi serum bilirubin dan mencegah icterus. Sedangkan

menurut Wong dan Hockenberry, fototerapi adalah terapi dengan

menggunakan cahaya dari lampu fluorescent yang dipaparkan pada kulit bayi.

Cahaya dari lampu fluorescent mampu meningkatkan ekskresi bilirubin

dengan fotoisomerisasi, yakni mengubah struktur bilirubin menjadi lumirubin,

yaitu zat yang larut dalam air agar lebih mudah untuk diekskresikan melalui

feses dan urin. 1,2

Fototerapi rumah sakit merupakan tindakan yang efektif untuk

mencegah kadar Total Bilirubin Serum (TSB) meningkat. Uji klinis telah

divalidasi mengenai kemanjuran fototerapi dalam mengurangi

hiperbilirubinemia tak terkonjugasi yang berlebihan, dan implementasinya

telah secara Drastis membatasi penggunaan transfusi tukar. Penelitian

menunjukkan bahwa ketika fototerapi belum dilakukan, 36% bayi dengan

berat kelahiran kurang dari 1500 gram memerlukan transfusi tukar. 2

Pemantauan bilirubin secara klinis ini adalah langkah awal agar dapat

dilakukan intervensi selanjutnya, apakah ada indikasi bayi dilakukan

fototerapi atau tidak. Cara ini dianggap lebih mudah dan murah sebagai

deteksi awal dilakukannya fototerapi. Menurut Prosedur Tetap Perinatal

1
Resiko Tinggi (PTPRT) RSUD Dr.Moewardi Surakarta, bayi yang dilakukan

fototerapi diletakkan dibawah lampu terapi sinar dengan penutup mata dan

diusahakan permukaan tubuh seluas - luasnya terpapar sinar, ubah posisi

setiap 3 jam, perhatikan intake dan output cairan. Ketika orang tua

mengunjungi bayinya, fototerapi dihentikan sementara dan membuka

pelindung mata untuk memudahkan interaksi alami bayi dan orangtuanya. 4

B. ALAT FOTOTERAPI

Alat fototerapi menggunakan bola lampu yang berkisar antara 6-8 buah,

terdiri dari cahaya biru (F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau

daylight fluorescent. Berdasarkan American Academy of Pediatrics, spectrum

cahaya yang dikirim oleh unit fototerapi ditentukan oleh tipe sumber cahaya

dan filter yang digunakan. Biasanya terdiri dari daylight, cool white, blue,

atau special blue fluorescent tubes. Special blue fluorescent tubes diberi label

F20T12/BB atau TL52/20W. 2,4

Gambar 1. Jenis cahaya Blue Fluoroscent 2

Jenis Lampu

2
Beberapa studi menunjukkan bahwa lampu flouresen biru lebih efektif

dalam menurunkan bilirubin. Akan tetapi karena cahaya biru dapat mengubah

warna bayi, maka yang lebih disukai adalah lampu flouresen cahaya normal

dengan spektrum 420 – 460 nm sehingga asuhan kulit bayi dapat diobservasi

baik mengenai warnanya (jaundice, palor, sianosis) atau kondisi lainnya.

Agar fototerapi efektif, kulit bayi harus terpajan penuh terhadap

sumber cahaya dengan jumlah yang adekuat. Bila kadar bilirubin serum

meningkat sangat cepat atau mencapai kadar kritis, dianjurkan untuk

menggunakan fototerapi dosis ganda atau intensif, teknik ini melibatkan

dengan menggunakan lampu overhead konvensional sementara itu bayi

berbaring dalam selimut fiberoptik. Warna kulit bayi tidak mempengaruhi

efisiensi pemberian fototerapi. Hasil terbaik terjadi dalam 24 sampai 48 jam

pertama fototerapi. 3,4

Fototerapi intensif adalah fototerapi dengan menggunakan sinar

bluegreen spectrum (panjang gelombang 430-490 nm) dengan kekuatan paling

kurang 30 uW/cm2 (diperiksa dengan radio meter, atau diperkirakan

denganmenempatkan bayi langsung di bawah sumber sinar dan kulit bayi yang

terpajan lebih luas. Bila konsentrasi bilirubin tidak menurun atau cenderung

naik pada bayi – bayi yang mendapat fototerapi intensif, kemungkinan besar

terjadi proses hemolysis. 5

Jenis-jenis lampu yang digunakan untuk fototerapi menurut adalah: 2

3
a. Tabung neon biru, dapat bekerja dengan baik jika digunakan untuk

fototerapi namun dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada

anggota staf rumah sakit

b. Tabung neon putih, kurang efisien daripada lampu biru, namun,

mengurangi jarak antara bayi dan lampu dapat mengkompensasi

efisiensi yang lebih rendah

c. Lampu kuarsa putih merupakan bagian tidak terpisahkan dari

beberapa penghangat cerah dan inkubator. Mereka memiliki

komponen biru signifikan dalam spektrum cahaya.

d. Lampu kuarsa ganda, lampu 3-4 melekat pada sumber panas

overhead dari beberapa penghangat bercahaya.

e. Light-emitting diode (LED), konsumsi daya rendah, produksi panas

rendah, dan masa hidup lebih lama

f. Cahaya serat optik, memberikan tingkat energy yang tinggi, tetapi

untuk luas permukaan terbatas.

Gambar 2. Lampu Fototerapi

4
Jarak antara Kulit Bayi dan Sumber Cahaya

Dosis dan kemanjuran dari fototerapi biasanya dipengaruhi oleh

jarak antara lampu (semakin dekat sumber cahaya, semakin besar

irradiasinya) dan permukaan kulit yang terkena cahaya, karena itu

dibutuhkan sumber cahaya di bawah bayi pada fototerapi intensif

(Maisels,et al, 2008). Dengan lampu neon, jarak harus tidak lebih besar

dari 50 cm (20 in). Jarak ini dapat dikurangi sampai 10-20 cm jika

homeostasis suhu dipantau untuk mengurangi resiko overheating. 4,6

C. INDIKASI

Indikasi Fototerapi diantaranya yaitu 3,7,8 :

- Sebagai patokan gunakan kadar bilirubin total

- Faktor resiko : isoimune hemolytic disease, defisiensi G6PD, asfiksia,

letargis,suhu tubuh yang tidak stabil, sepsis, asidosis, atau kadar

albumin < 3g/dL

- Pada bayi dengan usia kehamilan 35-37 diperbolehkan untuk

melakukan fototerapi pada kadar bilirubin total sekitar medium risk

line. Merupakan pilihan untuk melakukan intervensi pada kadar

bilirubin total serum yang lebih rendah untuk bayi- bayi yang

mendekati usia 35 minggu dan dengan kadar bilirubin total serum

yang lebih tinggi untuk bayi- bayi yang mendekati usia 37 minggu.

- Diperbolehkan melakukan fototerapi baik di rumah sakit atau

dirumah pada kadar bilirubin total 2-3 mg/dl dibawah garis yang

5
ditunjukkan, namun pada bayi-bayi yang memiliki faktor resiko

fototerapi sebaiknya tidak dilakukan dirumah.1

- Penelitian di Turki mendapatkan 10,5% bayi cukup bulan dan 25,3%

bayi hampir cukup bulan menderita hiperbilirubinemia yang

signifikan dan memerlukan terapi sinar.12 Fototerapi diindikasikan

pada kadar bilirubin yang meningkat sesuai dengan umur pada

neonatus cukup bulan atau berdasarkan berat badan pada neonatus

prematur (sesuai dengan American Academy of Pediatrics).15

Rekomendasi ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Rekomendasi “American Academy of Pediatrics” (AAP)

untuk penanganan hiperbilirubinemia pada neonatus sehat dan

cukup bulan 5

Tabel 2. Rekomendasi “American Academy of Pediatrcs” (AAP) untuk

penanganan hiperbilirubinemi pada neonatus prematur (sehat dan

sakit) 5

6
Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia Berdasarkan Berat Badan Dan

Usia:

1) Penatalaksanaan hiperbilirubinemia bayi baru lahir yang relative sehat

Tabel.3 Petunjuk penatalaksanaan hiperbilirubinemia bayi baru lahir

yang relative sehat 8

Untuk bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram, memulai

fototerapi sebesar 5 - 6 mg / dL pada usia 24 jam, kemudian meningkat secara

bertahap sampai usia 4 hari. Efisiensi fototerapi tergantung pada jumlah

bilirubin yang diradiasi. Penyinaran area kulit permukaan besar lebih efisien

daripada penyinaran daerah kecil, dan efisiensi meningkat fototerapi dengan

konsentrasi bilirubin serum.

7
2) Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia Pada Bayi Sehat Cukup Bulan

Tabel. 4. Petunjuk Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia Bayi Sehat

Cukup Bulan 8

Ikterus yang timbul pada usia 25- 48 jam pasca kelahiran,

fototerapi dianjurkan bila kadar bilirubin serum total > 12 mg/dl

(170mmol/L). Fototerapi harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum

total ≥ 15 mg/dl (260mmol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal

menurunkan kadar bilirubin serum total < 20 mg/dl (340 mmol/L),

dianjurkan untuk dilakukan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total

20 mg/dl (> 340 mmol/L) dilakukan fototerapi dan mempersiapkan

tindakan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum total > 15 mg/dl (> 260

mmol/L) pada 25-48 jam pasca kelahiran, mengindikasikan perlunya

pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit hemolisis.

Usia 49-72 jam pasca kelahiran, fototerapi dianjurkan bila kadar

bilirubin serum total > 15 mg/dl (260mmol/L). Fototerapi harus

dilaksanakan bila kadar bilirubin serum total 18 mg/dl (310mmol/L). Bila

8
fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar bilirubin serum total < 25

mg/dl (430 mmol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi tukar. Bila kadar

bilirubin serum total > 18 mg/dl (> 310 mmol/L) fototerapi dilakukan

sambil mempersiapkan tindakan tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin serum

total > 25 mg/dl (> 430 mmol/L) pada 49-72 jam pasca kelahiran,

mengindikasikan perlunya pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit

hemolisis. Selanjutnya pada usia > 72 jam pasca kelahiran, fototerapi

harus dilaksanakan bila kadar bilirubin serum total > 17 mg/dl

(290mmol/L). Bila fototerapi 2 x 24 jam gagal menurunkan kadar bilirubin

serum total < 20 mg/dl (340 mmol/L), dianjurkan untuk dilakukan tranfusi

tukar.

Bila kadar bilirubin serum total sudah mencapai > 20 mg/dl (> 340

mmol/L) dilakukan fototerapi sambil mempersiapkan tindakan tranfusi

tukar. Bila kadar bilirubin serum total > 25 mg/dl (> 430 mmol/L) pada

usia > 72 jam pasca kelahiran, masih dianjurkan untuk pemeriksaan

laboratorium ke arah penyakit hemolysis.

3) Penatalaksanaan hiperbilirubinemia pada bayi berat lahir rendah

9
Gambar. 3. Panduan Fototerapi Pada Bayi Dengan Usia Kehamilan >35

Minggu 8

a. Sebagai patokan gunakan kadar bilirubin total

b. Faktor resiko : isoimune hemolytic disease, defisiensi G6PD,

asfiksia, letargi, suhu tubuh yang tidak stabil, sepsis, asidosis, atau

kadar albumin <3mg/dL.

c. Pada bayi dengan usia kehamilan 35 – 37 6/7 minggu

diperbolehkan untuk melakukan fototerapi pada kadar bilirubin

total sekitar medium risk line. Merupakan pilihan untuk melakukan

intervensi pada kadar bilirubin totak serum yang lebih rendah

untuk bayi – bayi yang mendekati usia 35 minggu dan dengan

kadar bilirubin total serum yang lebih tinggi untuk bayi yang

berusia mendekati 37 6/7 minggu.

d. Diperbolehkan melakukan fototerapi baik dirumah sakit atau

dirumah pada kadar bilirubin total 2 -3 mg/dL dibawah garis yang

ditunjukan, namun pada bayi – bayi yang memiliki faktor resiko

fototerapi sebaiknya tidak dilakukan dirumah (Kosim,dkk,2012)

D. PROSEDUR FOTOTERAPI

Prosedur fototerapi berdasarkan hasil rapat tim Health Technology

Assessment Indonesia (2004) adalah memulai fototerapi, bila icterus

diklasifikasikan sebagai ikterus berat, kemudian tentukan apakah bayinya

memiliki factor resiko seperti : berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu, hemolysis atau sepsis dengan mengambil sampel

10
darah, memeriksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, menentukan

golongan darah bayi dan melakukan tes coombs. Bila kadar bilirubin srum

dibawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan fototerapi. Akan tetapi

bila kadar serum bilirubin berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya

terapi sinar, lakukan fototerapi. 2,9

E. LUAS PERMUKAAN FOTOTERAPI

Hal penting dalam pelaksanaan praktis dari fototerapi termasuk

pengiriman energi dan memaksimalkan luas permukaan yang tersedia

harus mempertimbangkan bahwa bayi harus telanjang kecuali popok dan

mata harus ditutup untuk mengurangi resiko kerusakan retina. Bila

menggunakan lampu sorot, pastikan bahwa bayi ditempatkan di pusat

lingkaran cahaya, karena photoenergy tetes dari arah perimeter lingkaran.

Amati bayi erat untuk memastikan bahwa bayi tidak bergerak jauh dari

daerah energi tinggi. Lampu sorot mungkin lebih tepat untuk bayi

prematur kecil daripada yang lebih besar jangka dekat bayi (Judarwanto,

2012).

F. MEKANISME KERJA FOTOTERAPI

Bilirubin tidak larut dalam air. Cara kerja terapi sinar adalah

dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk

dieksresikan melalui empedu atau urin. Ketika bilirubin mengabsorbsi

cahaya, terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi. Juga terdapat konversi

11
ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan

cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu.

a. Metabolisme Bilirubin

Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus

dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari

degradasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari hem bebas atau proses

eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin dimulai dengan

proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain.

Biliverdin mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas. Zat ini sulit

larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karenanya mempunyai sifat

lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui membran biologik

seperti plasenta dan sawar darah otak.3,9,10,12

Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin

dan dibawa ke hati. Mekanisme pengambilan terjadi di dalam hati,

sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hati dan masuk ke

dalam hati. Segera setelah ada dalam sel hati terjadi persenyawaan

ligandin (protein Y), protein Z dan glutation hati lain yang membawanya

ke retikulum endoplasma hati, tempat terjadinya konjugasi. Proses ini

timbul berkat adanya enzim glukoronil transferase yang kemudian

menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam

air dan pada kadar tertentu dapat diekskresi melalui ginjal. Sebagian besar

bilirubin yang terkonjugasi ini diekskresi melalui duktus hepatikus ke

dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan

12
keluar dengan tinja sebagai sterkobilin. Pada saat di dalam usus, sebagian

diabsorbsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorpsi

enterohepatik.3,10,12. 13

Pada bayi prematur kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau

sedikit lebih lambat daripada kenaikan bilirubin pada bayi cukup bulan,

tetapi jangka waktunya lebih lama yang biasanya mengakibatkan kadar

yang lebih tinggi. Puncaknya dicapai antara hari ke-4 dan ke-7,

gambarannya bergantung pada waktu yang diperlukan bayi kurang bulan

untuk mencapai mekanisme matur dalam metabolisme dan eksresi

bilirubin.6

Salah satu hipotesis menyatakan warna kuning pada kulit

merupakan prediktor penilaian yang baik untuk menilai kerusakan otak

dibandingkan konsentrasi bilirubin. Penilaian warna kuning pada kulit ini ,

masih kontroversi.14

b. Pengaruh Sinar Fototerapi terhadap Bilirubin

Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama sekali diperkenalkan oleh

Cremer, sejak tahun 1958.2-6 Molekul-molekul bilirubin pada kulit yang

terpapar sinar akan mengalami reaksi fotokimia yang relatif cepat menjadi

isomer konfigurasi, dimana sinar akan merubah bentuk molekul bilirubin

dan bukan mengubah struktur bilirubin. Bentuk bilirubin 4Z, 15Z akan

berubah menjadi bentuk 4Z,15E yaitu bentuk isomer nontoksik yang bisa

diekskresikan. Isomer bilirubin ini mempunyai bentuk yang berbeda dari

isomer asli, lebih polar dan bisa diekskresikan dari hati ke dalam empedu

13
tanpa mengalami konjugasi atau membutuhkan pengangkutan khusus

untuk ekskresinya. Bentuk isomer ini mengandung 20% dari jumlah

bilirubin serum. Eliminasi melalui urin dan saluran cerna sama-sama

penting dalam mengurangi muatan bilirubin.

Reaksi fototerapi menghasilkan suatu fotooksidasi melalui proses

yang cepat. Produk fotooksidasi ini lebih sedikit jumlahnya dibandingkan

dengan pembentukan isomer konfigurasi (4Z,15E). Fototerapi juga

menghasilkan lumirubin, dimana lumirubin ini mengandung 2% sampai

6% dari total bilirubin serum. Lumirubin diekskresikan melalui empedu

dan urin.4,5,9,10

Gambar 2. Mekanisme fototerapi 4

14
G. DURASI FOTOTERAPI

Durasi fototerapi dihitung berdasarkan waktu dimulainya fototerapi

sampai fototerapi diberikan. Pencatatan durasi fototerapi harus

dipertanggungjawabkan dengan benar mengingat berhubungan dengan

penggantian tabung dan lama penggunaan tabung fototerapi. Tabung

diganti setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun

tabung masih bisa berfungsi.

Fototerapi diulang bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin

serum berada di atas nilai untuk memulai fototerapi sampai bilirubin

serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada

di bawah nilai untuk memulai fototerapi. Bila bayi sudah bias minum

dengan baik, tidak ada masalah selama perawatan, maka fototerapi tidak

lagi diperlukan dan bayi dapat dipulangkan.

H. EFEK SAMPING FOTOTERAPI

Efek Samping Terapi Sinar 3,5:


Penghentian Terapi Sinar 3,5:
- Enteritis
- Bayi cukup bulan bilirubin ≤ 12
- Hipertermia
mg/dL (205μmol/dL)
- Dehidrasi
- Bayi kurang bulan bilirubin ≤ 10
- Kelainan kulit
mg/dL (171μmol/dL)
- Gangguan minum
- Bila timbul efek samping.8
- Bronze baby syndrome

- Kerusakan retina8

15
I. PENGGUNAAN FOTOTERAPI GANDA

Fototerapi tunggal merupakan terapi sinar dengan menggunakan

satu alat fototerapi sedangkan fototerapi ganda merupakan terapi sinar

dengan menggunakan dua alat fototerapi. Kadar bilirubin yang tinggi pada

bayi harus segera diturunkan, untuk mencegah terjadinya toksisitas. AAP

merekomendasikan fototerapi ganda dalam menurunkan kadar bilirubin

yang tinggi untuk mencapai efesiensi yang maksimal. Sinar biru lebih

efektif dalam menurunkan bilirubin karena panjang gelombang, sinar yang

menembus kulit dapat diabsorbsi secara maksimal oleh bilirubin.

Intensitas sinar dapat ditingkatkan dengan pemberian fototerapi ganda.1,5

Penurunan kadar bilirubin ditentukan oleh beberapa faktor, antara

lain spektrum sinar yang dihasilkan, besar irradiasi, luasnya permukaan

tubuh yang terpapar, penyebab dari ikterus dan kadar serum bilirubin pada

saat fototerapi dimulai. Pada saat kadar bilirubin yang tinggi (lebih dari 30

mg/dL) dengan menggunakan fototerapi ganda, kadar bilirubin akan

mengalami penurunan sekitar 10 mg/dL dapat terjadi dalam beberapa jam.

Penurunan kurang dari 0,5 sampai 1 mg/dL perjam dapat terjadi pada 4

sampai 8 jam pertama. Bayi dengan usia gestasi 35 minggu yang kembali

dirawat untuk dilakukan fototerapi, dengan menggunakan fototerapi ganda

dapat menurunkan 30% sampai 40% dari kadar bilirubin awal dalam 24

jam setelah fototerapi pertama dilakukan. Penurunan yang lebih signifikan

akan terjadi dalam 4 sampai 6 jam pertama. Dengan standar fototerapi,

16
penurunan kadar serum bilirubin 6% sampai 20% dari kadar awal dapat

terjadi dalam 24 jam pertama.2

Intensitas sinar berbanding terbalik dengan jarak antara sinar dan

permukaan tubuh. Cara mudah untuk meningkatkan irradiansi adalah

menggeser sinar lebih dekat pada bayi. Penelitian uji acak sederhana di

India dengan menggunakan sinar biru jarak yang terbaik untuk

menurunkan kadar bilirubin adalah jarak 10 cm. Penurunan kadar bilirubin

dengan jarak ini terjadi sekitar 58% dibandingkan dengan jarak 30 cm

dengan penurunan kadar bilirubin sekitar 45% dan 50 cm dengan

penurunan kadar bilirubin sekitar 13%.

Penelitian di Saudi Arabia menyatakan fototerapi ganda lebih cepat

menurunkan kadar bilirubin dibandingkan dengan menggunakan fototerapi

tunggal, selain mudah dilakukan dan lebih efektif. Suatu studi di Thailand

ternyata fototerapi ganda lebih efektif menurunkan kadar bilirubin dalam

24 jam pertama, dibandingkan dengan fototerapi tunggal. Beberapa efek

samping yang terjadi selama penyinaran perlu diperhatikan, antara

lain:hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit dan iritabilitas. Efek samping ini

hanya bersifat sementara. 3,7

Suatu uji klinis yang membandingkan pemberian fototerapi ganda

dengan tunggal ternyata didapati hasil, pemberian fototerapi ganda tidak

signifikan menurunkan angka kematian ataupun gangguan neurologis. Hal

ini disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di otak, baik pada bayi

kurang bulan ataupun cukup bulan. Fototerapi ganda lebih efektif daripada

17
fototerapi tunggal. Neonatus yang mendapat fototerapi ganda permukaan

tubuh yang terpapar oleh sinar lebih luas, dan kekuatan sinar yang

dipancarkan lebih besar. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi

lumirubin.

Pemberian cairan berlebih tidak terbukti dapat mempengaruhi

konsentrasi serum bilirubin. Bayi yang dirawat dengan kadar bilirubin

yang tinggi juga mengalami dehidrasi ringan dan mungkin membutuhkan

tambahan asupan cairan untuk memperbaiki keadaan dehidrasi. Cairan

terbaik yang digunakan untuk ini adalah susu formula karena dapat

menghambat sirkulasi enterohepatik dan menurunkan kadar serum

bilirubin. Hasil dari fototerapi dapat menurunkan kadar serum bilirubin

yang dieksresikan melalui urin dan empedu, hal ini menyebabkan cairan

tubuh dan urin output yang adekuat sehingga dapat membantu efikasi dari

fototerapi. Pemberian cairan secara intravena atau jenis cairan yang lain

(dextrose) pada bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan pada saat

fototerapi tidak begitu penting, kecuali jika terbukti dehidrasi. 2,8,10

18
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Pediatrics.

Subcomittee on Hyperbilirubinemia. Management of

Hyperbilirubinemia in the Newborn 35 or more weeks of Gestation‖.

[online 2012]. [cited 2017 Apr 14]. Available from:

http://pediatrics.aappublications.org/content/114/1/297.

2. Bhutani, V. 2011.

Phototherapy to Prevent Severe Neonatal Hyperbilirubinemia in

the Newborn Infant 35 or More Weeks of Gestation‖. [online 2014]. [cited

2017 Apr 15]. Available from:

http://pediatrics.aappublications.org/content/128/4/e1046.

3. Ali Rehan, Shakeel A, Maqbool Q, Khalil A.

Icterus Neonatorum in Near-Term and Term Infants [online 2012].

[cited 2015 Aug 20]. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3327561/

4. Behrman RE, Robert MK, Arvin AM.

Ilmu Kesehatan Anak. Ed. 15. Vol. 1. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 1999. hal 610-6

19
5. Newman, T., Kuzniewicz, M., Liljestrand, P.,Soora Wi, McCulloch, C.,

Escobar, G.

Numbers Needed to Treat With Phototherapy According to

American Academy of Pediatrics Guidelines‖. [online 2014]. [cited 2017

Apr 17]. Available from:

http://pediatrics.aappublications.org/content/123/5/1352.

6. Hansen Thor WR.

Neonatal Jaundice [online 2014]. [cited 2015 Aug 20]. Available

from: http://emedicine.medscape.com/article/974786-overview

7. Jospe Nicholas.

Neonatal Hyperbilirubinemia [online 2009]. [cited 2015 Aug 20].

Available from:

http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/metabolic-

electrolyte-and-toxic-disorders-in-neonates/neonatal-

hyperbilirubinemia

8. Juffrie M, Sri Supar YS, dkk.

Ikterus dalam Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi. Jilid 1.

Jakarta; UKK-Gastroenterologi-hepatologi IDAI,2011;p 263-81

9. Kaneshiro Neil.

20
Newborn Jaundice [online 2014]. [cited 2015 Aug 20]. Available

from:

https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001559.htm

10. Kosim MS, Ari Yunanto, dkk

Hiperbilirubinemia dalam Buku Ajar Neonatologi. Edisi Keempat

IDAI, 2012, hal.147-68

21

Anda mungkin juga menyukai