Anda di halaman 1dari 32

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM)mendorong harga bahan
bangunan menjadimahal, termasuk naiknya harga kayu sebagaibahan dasar
pembuatan rumah tinggal. Kayuyang berupa balok dan kasau dipakai
untukkonstruksi rumah banyak didatangkan daridaerah luar pulau Jawa, seperti
Kalimantan,Sumatera, dan Sulawesi. Lonjakan harga kayuyang signifikan
mendorong untuk mencaribahan alternatif yang dapat menggantikankayu sehingga
harganya dapat terjangkau olehmasyarakat. Banyak cara dan upaya yang
telahdilakukan di antaranya memanfaatkanpenggunaan kayu lokal, namun
hasilnya belummaksimal.
Bambu sebagai baghan bangunan telah dikenal oleh nenek moyang suku-
suku bangsa di wilayah Tropis terutama di Asia, seperti di daratan Cina, Jepang,
Korea dan Nusantara. Bambu bahkan dapat disebut telah menjadi bagian penting
tradisi kulutural ya ng berlangsung dalam puluhan generasi di sebaran geografis
Nusantara. Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan di Jawa dan Bali hampir
30%, sementara di Indonesia penggunaan bambu sebagai bahan konstruksi hampir
mencapai 80 %, dan 20% selebihnya digunakan untuk bahan-bahan non-
konstruksi.
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa bambu merupakan bahan
bangunan termrah dibanding bahan-bahan lain seprti batu bata, beton, kayu dan
baja, serta menggunakan energi paling kecil dalam proses penggunaanya.
Meskipun demikian, bambu memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah
dalam hal keawetan. Keawetan bambu sangat berhubungan dengan waktu tebang
dan proses pengawetan. Dengan ketepatan waktu dan pengawetan yang benar
keawetan bambu dapat mencapai 10-50 tahun bahkan lebih.
Berbagai keunggulan bambu serta kemudahannya diperoleh hampir di
seluruh wilayah Nusantara menjadikan bambu sebagai bahan penting dalam
berbagai penciptaan bangunan atau ber-arsitektur. Dalam dunia seni rupa visual,
antara lain seni instalasi yang pada dasarnya memiliki pengertian seni menyusun,
merangkai suatu benda (3D) untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu cukup
dekat dengan karakteristik bambu yang cenderung berupa rangkaian susu- nan
benda-benda. Sehingga bahan bambu sering digunakan, lebih-lebih bambu secara
alami memiliki keindahan tersendiri, seperti warna, dimensi, wujud batang yang
tidak sama satu sama lain dan juga kelenturannya.
Oleh karena itu diperlukan penggalian dan pemahaman tentag bahan
bambu guna memperoleh pengetahuan yang dapat dikembangkan menjadi
pengetahuan ber-arsitektur, yang membuka peluang tumbuhnya gagasan-gagasan
baru dalam perancangan arsitektur yang inovatif, imajinatif dan kreatif
berorientasi pada ruang dan seni visual.
Bambu memiliki karakteristikal diantara bahan organik lain yakni sebagai
bahan utuh yang siap pakai yang tidak mudah distandarisasikan denga bentuk
penampang bulat dan licin (lapisan seluloide) menyebabkan bambu memerlukan
kecermatan dengan tingkat kesulitan yang relatif tinggi dalam merangkai,
menyambung dan menyusunnya menjadi karya seni instalasi arsitektur. Hal lain

1
yang dihadapi dalam penggunaan bambu sebagai bahan dasar utama adalah
masalah keawetannya yang juga memerlukan perhatian.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah memperoleh pengetahuan dalam
lingkup arsitektural dalam pengguanaan bambu sebagai bahan dasar untuk
mewujudkan karya seni instalasi arsitektural pada media ynag meruang dengan
tatanan, jalinan, rangkaian dan tatanan benda-benda yang kebanyakan 3
dimensional.

B. RUMUSAN MASALAH
Hal-hal yang dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Bagaimana asal mula pemakaian bambu dalam kehidupan ?
2. Apa yang disebut dengan bambu? Apa saja jenis bambu?
3. Bagaimana morfologi bambu?
4. Apa saja manfaat bambu, baik dalam bidang konstruksi maupun sebagai
material non konstruksi?
5. Apa yang mendasari pemakaian bambu dalam bangunan? Apa kelebihan
dan kekurangannya apabila dibandingkan dengan material lain?
6. Bagaimana cara menggunakan dan mengawetkan bambu sebagai
material bangunan?

C. TUJUAN
Makalah ini disusun dalam rangka mencapai beberapa hal berikut :
1. Mengenal perkembangan penggunaan bahan bangunan terutama bambu
2. Memperkenalkan teknologi pengolahan bambu sebagai bahan kostruksi
dan non-konstruksi
3. Mengajak masyarakat untuk menggunakan bambu sebagai bahan
alternatif kayu maupun beton

2
BAB II : PEMBAHASAN

I. SEJARAH BAMBU
Dua orang peneleliti botani, Lopez dan Shanley di tahun 2004,
menyebutkan bahwa bambu termasuk keluarga rumput-rumputan dan merupakan
tumbuhan paling besar di dunia.Ada lebih dari 1200 spesies bambu dan
kebanyakan terdapat di Asia.Tumbuhan yang indah ini, dengan kekuatan
dankelenturannya, memiliki manfaat yang tidak terbatas.
Di Cina dan Jepang, pisau bambu digunakan untuk memotong tali pusar
bayi pada saat dilahirkan, dan jenazah orang yang meninggal diletakkan diatas
alas yang terbuat dari bambu.Tumbuhan ini sudah mendarah daging dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Tanaman bambu banyak ditemukan di daerah
tropik di Benua Asia, Afrika, dan Amerika. Namun, beberapa spesies ditemukan
pula di Australia. Benua Asia merupakan daerah penyebaran bambu terbesar.
Dari sekitar 75 genus terdiri dari 1.500 spesies bambu di seluruh dunia, 10
genus atau 125 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Berdasarkan system
percabangan rimpang, genus tersebut dikelompokkan menjadi dua
bagian. Pertama, genus yang berakar rimpang dan tumbuh secara simpodial,
termasuk didalamnya genus Bambusa, Dendrocalamus, Gigantochloa, dan
Schizostachyum.
Kedua, genus berakar rimpang dan tumbuh secara monopodial (horizontal)
dan bercabang secara lateral sehingga menghasilkan rumpun tersebar,
diantaranya genus Arundinaria. Sedangkan menurut peneliti asal Indonesia,
Berlian dan Rahayu, Indonesia memiliki lebih kurang 125 jenis bambu.Ada yang
masih tumbuh liar dan masih belum jelas kegunaannya.Beberapa jenis bambu
tertentu mempunyai manfaat atau nilai ekonomis yang tinggi seperti; Bambu
andong, bambu atter, bambu tali, bambu talang, bambu tutul, bambu cendani,
bambu cengkoreh, dan lainnya.
Bambu termasuk dalam ordo Poales; family Poaceae; super family
Bambusoideae;; bangsa Bambuseae. Di dunia ini bambu merupakan salah satu
tanaman dengan pertumbuhan paling cepat .
Dalam bahasa Makassar, bambu disebut Bulo.Leluhur kita sudah sejak
lama memanfaatkan bambu ini sebagai bahan bangunan mereka. Dalam istilah
klasik suku makassar, bahkan bambu sudah lama dikenal. Terbukti dengan prinsip
mereka diambil dari kata bambu yakni Abbulo sibatang (arti harpiahnya:
berbatang bambu; dan maknanya adalah persatuan)
Bambu merupakan sumber bahan bangunan yang dapat diperbaharui dan banyak
tersedia di Indonesia. Dari sekitar 1.250 jenis bambu di dunia, 140 jenis atau 11%
nya adalah spesies asli Indonesia. Orang Indonesia sudah lama memanfaatkan
bambu untuk bangunan rumah, perabotan, alat pertanian, kerajinan, alat musik,
dan makanan.Namun, bambu belum menjadi prioritas pengembangan dan masih

3
dilihat sebagai bahan milik kaum miskin yang cepat rusak.
Pemanfaatan bambu harus didukung oleh upaya reboisasi dan pengelolaan yang
ramah lingkungan.Bambu menghasilkan biomassa tujuh kali lipat dibanding hutan
pepohonan.Selain itu rumpun bambu berperan dalam mencegah erosi karena dapat
memperkuat ikatan partikel dan menahan pengikisan tanah.

II. PENGERTIAN DAN JENIS -JENIS BAMBU

Bambusebenarnya adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga


dan ruas di batangnya.Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah
buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan
pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik,
dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih,
tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam. Jenis Jenis
umum bambu adalah :

A. Bambusa bambos

Nama lokal: bambu ori

Tinggi, diameter dan warna batang:


Tinggi mencapai 30 m (dinding batang sangat tebal dan batang berbulu tebal); 15-
18 cm (jarak buku 20-40 cm); hijau muda.

Tempat tumbuh:
Tanah basah, di sepanjang sungai.

Budidaya:
Jarak tanam 6 m x 6 m. Pemberian pupuk kompos 5-10 kg pada saat penanaman
berguna untuk pertumbuhan awal. Pemupukan dengan NPK akan meningkatkan
biomasa. Jenis ini kurang cocok untuk skala luas karena berduri sehingga
menyulitkan dalam pemanenan.Penebangan dapat dilakukan dengan memotong
setinggi 2 m dari atas tanah.

Pemanenan dan Hasil:


panen dapat mulai dilakukan setelah umur 3-4 tahun. Sisakan 8-10 batang setiap
rumpun untuk mempertahankan tingkat produksi.Hindari pengambilan risoma
untuk perbanyakan karena dapat merusak rumpun.Produktivitas tahunan dapat
mencapai sekitar 5000-8000 batang/ha.

B. Bambusa vulgaris

4
Nama lokal: pring ampel, bambu ampel, haur

Tinggi, diameter dan warna batang:


Tinggi mencapai 10-20 m (batang berbulu sangat tipis dan tebal dinding batang 7-
15 mm); 4-10 cm (jarak buku 20-45 cm); kuning muda bergaris hijau tua.

Tempat tumbuh:
Mulai dataran rendah hingga ketinggian 1200 m, di tanah marjinal atau di
sepanjang sungai, tanah genangan, pH optimal 5-6,5, tumbuh paling baik pada
dataran rendah.

Budidaya:
Jarak tanam 8 m x 4 m (312 rumpun/ha). Pemberian pupuk sangat dianjurkan
untuk meningkatlkan hasil. Dosis pupuk per ha adalah 20-30 kg N,0-15 kg P, 10-
15 kg K dan 20-30 kg Si. Pembersihan cabang berduri dan dasar rumpun tua akan
meningkatkan produksi batang bambu dan mempermudah pemanenan.

Pemanenan dan Hasil:


Pemanenan dapat dimulai setelah tanaman berumur 3 tahun, puncak produksi
mulai umur 6-8 tahun. Rebung dapat dipanen 1 minggu setelah keluar dari
permukaan. Satu rumpun dalam setahun dapat menghasilkan 3-4 batang
baru.Produksi tahunan diperkirakan menghasilkan sekitar 2250 batang atau 20 ton
berat kering/ha.

Manfaat:
Air rebusan rebung muda bambu kuning dimanfaatkan untuk mengobati penyakit
hepatitis. Batangnya banyak digunakan untuk industri mebel, bangunan,
perlengkapan perahu, pagar, tiang bangunan dan juga sangat baik untuk baha baku
kertas.

C. Dendrocalamus asper

Nama lokal: bambu petung, buluh betung, bulu jawa, betho.

Tinggi, diameter dan warna batang:


Tinggi mencapai 20-30 m (batang berbulu tebal dantebal dinding batang 11-36
mm); 8-20 cm (jarak buku 10-20 cm di bagian bawah dan 30-50 cm di bagian
atas); coklat tua.

Tempat tumbuh:
Mulai dataran rendah hingga ketinggian 1500 m, tumbuh terbaik pada ketinggian
antara 400-500 m dengan curah hujan tahunan sekitar 2400 mm. Tumbuh di
semua jenis tanah tetapi paling baik di tanah yang berdrainase baik.

Budidaya:

5
Jarak tanam 8m x 4m (312 rumpun/ha). Pemberian pupuk sangat dianjurkan untuk
meningkatkan hasil.Dosis pupuk setiap tahun adalah 100-300 kg/ha NPK
(15:15:15). Untuk memperbanyak rebung baru sangat dianjurkan untuk memberi
seresah di sekitar rumpun.

Pemanenan dan Hasil:


Pemanenan dapat dimulai setelah tanaman berumur 3 tahun, puncak produksi
mulai umur 5-6 tahun; untuk pemanenan rebung dilakukan satu minggu setelah
rebung muncul ke permukaan. Satu rumpun dewasa dapat menghasilkan 10-12
batang baru per tahun (dengan 400 rumpun menghasilkan sekitar 4500-4800
batang/ha). Produktivitas tahunan rebung dapat menghasilkan 10-11 to rebung/ha
dan untuk 400 rumpun per ha dapat mencapai 20 ton rebung.

Manfaat:
Rebung dari jenis ini adalah rebung yang terbaik dengan rasanya yang manis
dibuat untuk sayuran. Batangnya digunakan untuk bahan bangunan (perumahan
dan jembatan), peralatan memasak, bahkan juga untuk penampung air. Banyak
digunakan untuk konstruksi rumah, atap dengan disusun tumpang-tindih, dan
dinding dengan cara dipecah dibuat plupu.

D. Dendrocalamus strictus

Nama lokal: bambu batu

Tinggi, Diameter dan Warna batang:


Tinggi mencapai 8-16 m (batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 1
cm); 2,5-12,5 cm (jarak buku 30-45 cm); hijau – kekuningan – buram.

Tempat tumbuh:
Di segala jenis tanah, khususnya tanah liat berpasir dengan drainase yang baik
dengan pH 5,5-7,5. Ketinggian dari permukaan laut sampai dengan 1200 dengan
curah hujan optimal per tahun 1000-3000 mm.

Budidaya:
Iklim dan jenis tanah memegang kunci dalam keberhasilan penanaman jenis ini.
Jika tanahnya miskin hara atau terlalu kering atau kena penyakit akan
mempengaruhi elastisitas bambu (mudah patah) dan bisa menyebabkan
kerontokan daun. Suhu haruslah berkisar antara 20-30 derajat C (min 5 derajat C,
maks 45 derajat C).Aplikasi penyubur NPK sangat dianjurkan (misal campuran
15:15:15 untuk 200 kg/ha).Jarak tanam 3-5 m x 3-5 m (400-1000 rumpun/ha).

Pemanenan dan Hasil:


Dilakukan setelah 3-4 tahun. Pemotongan dapat dilakukan kurang dari 30 cm di
atas tanah dan / diatas jarak buku ke dua. Produktivitas tahunan dari penanaman
400 rumpun bisa mencapai sekitar 3,5 ton bamboo atau dengan 200 rumpun bisa
mencapai 2,8 ton bamboo.

Manfaat:

6
Digunakan untuk bahan industri pulp dan kertas, kayu lapis, bangunan, mebel,
anyaman, peralatan pertanian, dan peternakan. Daunnya digunakan untuk
makanan ternak.

E. Gigantochloa apus

Nama lokal: bambu apus, pring apus, peri

Tinggi, Diameter dan Warna batang:


Tinggi mencapai 8-30 m (batang berbulu tebal dan tebal dinding batang 1,5 cm);
4-13 cm (jarak buku 20-75); hijau keabu-abuan cenderung kuning mengkilap.

Tempat tumbuh:
Jenis ini dapat tumbuh di dataran rendah, dataran tinggi (atau berbukit-bukit)
sampai dengan 1500 m. Bahkan juga dapat tumbuh di tanah liat berpasir.

Budidaya:
Penanaman jenis ini sebaiknya dilakukan antara bulan Desember samapai Maret.
Untuk meningkatkan produktivitasnya dapat diberi pupuk kompos atau pupuk
kimia, jarak tanam 5-7 m2.

Pemanenan dan Hasil:


Dilakukan setelah 1-3 tahun pada musim kering (antara April sampai Oktober)
pada batang yang sudah berumur lebih dari 2 tahun. Produktivitas dalam satu
rumpun adalah 6 batang.Produktivitas tahunannya dapat menghasilkan sekitar
1000 batang/ha.

Manfaat:
Biasanya digunakan sebagai tanaman pagar penghias. Batangnya juga dapat
dipakai sebagai alat pembuatan pegangan payung, peralatan memancing,
kerajinan tangan (rak buku), industri pulp dan kertas dan penghalau angin
kencang (wind-break).

F. Gigantochloa atroviolacea widjaja

Nama lokal: bambu hitam, pring wulung, peri laka

Tinggi, Diameter dan Warna batang:


Tinggi mencapai 2 m (batang berbulu tipis/halus dan tebal, dinding batang
hingga 8 mm); 6-8 cm (jarak buku 40-50 cm); Dari hijau-coklat tua-keunguan
atau hitam.

Tempat tumbuh:

7
Ditanah tropis dataran rendah, berlembab, dengan curah hujan per tahun mencapai
1500-3700 mm, dengan kelembaban relatif sekitar 70% dan temperatur 20-32
derajat C. Dapat pula tumbuh di tanah kering berbatu atau tanah (vulkanik) merah.
Jika ditanam di tanah kering berbatu, warna ungu pada batang akan kelihatan
semakin jelas.

Budidaya:
Jarak tanam 8 m x 7 m (200 rumpun/ha). Dianjurkan untuk selalu memperhatikan
tentang pengairan, pembersihan gulma dan penggemburan tanah secara terus-
menerus selama 2-3 tahun setelah awal penanaman. Pembersihan dasar rumpun
tua dan penggalian ulang tanah akan meningkatkan produksi rebung.

Pemanenan dan Hasil:


Pemanenan dapat dimulai setelah tanaman berumur 4-5 tahun dengan hasil
produksi 20 batang per 3 tahun (atau dengan 200 rumpun/ha dapat menghasilkan
sekitar 4000 batang/ha dalam 3 tahun).

Manfaat:
Digunakan untuk bahan pembuatan instrumen musik seperti angklung, calung,
gambang dan celempung. Juga berfungsi untuk bahan industri kerajinan tangan
dan pembuatan mebel.Rebungnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran.

G. Gigantochloa pseudoarundinacea

Nama lokal: bambu andong, gambang surat, peri

Tinggi, Diameter dan warna batang:


Tinggi mencapai 7-30 m (batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 2
cm); 5-13 cm (jarak buku hingga 40- 45 cm); hijau kehijau-kuningan atau hijau
muda.

Tempat tumbuh:
Di tanah liat berpasir/tanah berpasir dengan ketinggian hingga 1200 m di atas
permukaan laut dengan curah hujan per tahun 2350-4200 mm, temperatur 20-32
derajat C dengan tingkat kelembaban relatif sekitar 70%.

Budidaya:
Jarak tanam 8 m x 8 m. Pemberian pupuk organik maupun pupuk kompos pada
awal penanaman sangat berguna sekali bagi peningkatan produksi. Juga
dianjurkan untuk dilakukan
pembersihan gulma, diperhatikan tentang pengairan serta penggemburan tanah.
Pembersihan dasar rumpun tua dan
penggalian ulang tanah akan memacu pertumbuhan batang baru.

Pemanenan dan Hasil:

8
Pemanenan dapat dimulai setelah berumur 3 tahun dengan memotong batang tepat
di atas tanah dan sebaiknya dipilih musim kering untuk memanennya. Untuk
regenerasi batang baru dianjurkan untuk menggali ulang dan menutup dasar
batang sisa panen dengan plastik.Hasil produksi tahunan untuk 275 rumpun/ha
menghasilkan sekitar 1650 batang/ha atau 6 batang/rumpun.

Manfaat:
Digunakan untuk bahan bangunan, pipa air, mebel, peralatan rumah tangga,
sumpit makan, tusuk gigi, dan peralatan musik. Rebungnya dapat dimasak
menjadi sayuran.

III. MORFOLOGI BAMBU

Tanaman bambu yang sering kita kenal umumnya berbentuk


rumpun.Padahal dapat pula bambu tumbuh sebagai batang soliter atau
perdu.Tanaman bambu yang tumbuh subur di Indonesia merupakan tanaman
bambu yang simpodial, yaitu batang-batangnya cenderung mengumpul didalam
rumpun karena percabangan rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul
(Agus dkk. 2006). Batang bambu yang lebih tua berada di tengah rumpun,
sehingga kurang menguntungkan dalam proses penebangannya. Arah
pertumbuhan biasanya tegak, kadang-kadang memanjat dan batangnya
mengayu.Jika sudah tinggi, batang bambu ujungnya agak menjuntai dan daun-
daunya seakan melambai.Tanaman ini dapat mencapai umur panjang dan biasanya
mati tanpa berbunga.

A. Akar rimpang
Akar rimpangnya yang terdapat dibawah tanah membentuk sistem
percabangan, dimana dari ciri percabangan tersebut nantinya akan dapat
membedakan asal dari kelopok bambu tersebut. Bagian pangkal akar ripangnya
lebih sempit dari pada bagian ujungnya dan setiap ruas mempunyai kuncup dan
akar. Kuncup pada akar rimpang ini akan berkembang menjadi rebung yang
kemudian memanjat dan akhirnya menghasilkan buluh.

B. Batang
Batang-batang bambu muncul dari akar-akar rimpang yang menjalar
dibawah lantai.Batang-batang yang sudah tua keras dan umumnya berongga,
berbetuk silinder memanjang dan terbagi dalam ruas-ruas. Tinggi tanaman bambu
sekitar 0,3 m sampai 30 m. Diameter batangnya 0,25-25 cm dan ketebalan
dindingnya sampai 25 mm. Padabagian tanaman terdapat organ-organ daun yang
menyelimuti batang yang disebut dengan pelepahbatang. Biasanya pada batang
yang sudah tua pelepah batangnya mudah gugur.Pada ujung pelepahbatang
terdapat perpanjangan tambahan yang berbetuk segi tiga dan disebut subang yang
biasanya gugur lebih dulu.

9
C. Rebung
Tunas atau batang-batang bambu muda yang baru munculdari permukaan
dasar rumpun dan rhizome disebut rebung. Rebung tumbuh dari kuncup
akarrimpang didalam tanah atau dari pangkal buluh yang tua. Rebung dapat
dibedakan untuk membedakan jenis dari bambu karena menunjukkan ciri khas
warna pada ujungnya dan bulu-bulu yang terdapat pada pepepahnya. Bulu pelepah
rebung umumnya hitam, tetapi ada pula yang coklat atau putih misalnya bambu
cangkreh (Dinochloa scandens), sementara itu pada bambu betung
(Dendrocalamus asper) rebungnya tertutup oleh bulu coklat.

D. Pelepah buluh
Pelepah buluh merupakan hasil modifikasi daun yang menempel pada
setiap ruas, yang terdiri atas daun pelepah buluh, kuping pelepah buluh dan
ligulanya terdapat antara sambungan antara pelepah daun daun pelepah
buluh.Pelepah buluh sangat penting fungsinya yaitu buluh ketika masih muda.
Ketika buluh tumbuh dewasa dan tinggi, pada beberapa jenis bambu pelepahnya
luruh, tetapi pada jenis lain ada pula yang pelepahnya tetap menempel pada buluh
tersebut, seperti pada jenis bambu talang (Schizostachyum brachycladum).

E. Helai daun dan pelepah daun


Helai daun bambu mempunyai tipe pertulangan yang sejajar seperti
rumput, dan setiap daun mempunyai tulang daun utama yang menonjol. Daunnya
biasanya lebar, tetapi ada juga yang kecil dan sempit seperti pada bambu cendani
(Bambusa multiplex) dan bambu siam (Thyrsostachys siamensis). Helai daun
dihubungkan dengan pelepah oleh tangkai daun yang mungkin panjang atau
pendek.Pelepah dilengkapi dengan kuping pelepah daun dan juga ligula.Kuping
pelepah daun umumnya besar tetapi ada juga yang kecil atau tidak tampak.Pada
beberapa jenis bambu, kuping pelepah daunnya mempunyai bulu kejur panjang,
tetapi ada juga yang gundul.

IV. BAMBU SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI

Sifat fisik bambu dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kuat lekat
tulangan bambu (betung) yang dilapisi cat dapat mencapai 1,0 MPa, sedangkan
yang dilapisi aspal banyak terjadi slip (penggelinciran). Dalam satu batang bambu
sifat mekaniknya berbeda-beda maka disarankan bahan tulangan diambilkan
hanya bagian luar (kira-kira 30% tebal dari bambu bagian pangkal dan 50% tebal
dari bambu bagian tengah atau ujung).
Dari berbagai jenis bambu yang telah diteliti kuat lekatnya ternyata bambu
betung

10
mempunyai kuat lekat yang paling tinggi, yaitu sekitar 1,1 MPa (dipilin). Kuat
lekat bambu apus, ori dan wulung hampir sama yaitu sekitar 0,6 MPa. Kalau
dilihat keterkaitannya antara kuat lekat ini dan sifat kembang susut bambu,
ternyata kembang susut bambu betung paling rendah dibandingkan dengan tiga
jenis bambu tersebut.
Penggunaan bambu sebagai material konstruksi selama ini masih ersifat
sekunder seperti perancah, reng, atap, dinding.Kenyataan ini lebih disebabkan
minimnya pengetahuan masyarakat kita mengenai sifatsifat mekanik dan fisik
struktur bambu.
Menurut Ghavani (1998), bagian luar batang bambu relatif lebih kedap air
bila dibandingkan dengan bagian dalam, serta memiliki kekuatan tarik hampir tiga
kalinya bagian dalam. Berdasarkan kenyataan tersebut dibuatlah struktur pilihan
yang dibentuk dengan cara memilin beberapa serat bagian luar menjadi satu
seperti struktur kabel.
Bambu dipotong menjadi tiga bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung.
Masing-masing bagian dibelah memanjang selebar 4 - 5 mm, dari belahan diambil
sepertiga dari sisi luarnya atau kurang lebih 3 - 4 mm. Sebuah tulangan bambu
pilinan diperlukan dua atau tiga serat dengan cara dipilin. Kuat tarik kulit bambu
hampir sama dengan kuat tarik baja tulangan bahkan lebih tinggi. Hasil pengujian
3 spesies bambu, Gigantochloa apus Kurz, Gigantochloa Verticillata Munro, dan
Dendrocalamus asper Backer kuat tarik kisaran 1180-2750 Kg/cm². Berikut
adalah tabel perbandingan daya lentur atu elastisitas bambu dan bahan konstruksi
lainnya :

Selain itu berikut adalah beberapa jenis bambu yang paling sering digunakan
untuk bangunan bambu adalah:
A. Bambu Petung/Betung (Dendrocalamus Asper).
Bambu ini tumbuh subur di hampri semua pulau besar di
Indonesia.Memiliki dinding yang tebal dan kokoh serta diameter yang dapat
mencapai lebih dari 20 cm. Dapat tumbuh hingga lebih 25 meter.Bambu petung

11
banyak digunakan untuk tiang atau penyangga bangunan.Juga sering di belah
untuk keperluan reng/usuk bangunan.Bambu petung yang peling umum ada dua
jenis yakni petung hijau dan petung hitam.
B. Bambu Hitam Atau Bambu Wulung (Gigantochloa Atroviolacea).
Banyak tumbuh di jawa dan sumatra. Jenis bambu ini dapat mencapai
dimeter hingga 14 cm dan tinggi lebih dari 20 meter. Banyak digunakan sebagai
bahan bangunan dan perabot bambu karena relatif lebih tahan terhadap hama.
C. Bambu Apus Atau Tali (Gigantochloa Apus)
Jenis ini banyak digunakan sebagai komponen atap dan dinding pada
bangunan.Diameter antara 4 hingga 10 cm. Juga sangat cocok untuk mebel dan
kerajinan tangan.

Gambar 1b

Gambar 1 adalah bangunan dengan


bamboo sebagai bahan utamanya

Gambar 1a
Sifat-sifat bambu cocok untuk komponen struktural, yaitu :
1. Jika dibandingkan dengan sejumlah kayu konstruksi/bangunan, bambu
memiliki kekuatan yang lebih baik dan demikian cocok digunakan untuk
kepentingan struktural. Karena bentuk fisiknya dengan ruas-ruas dan
dinding penyekat ruas batang bambu memiliki perbandingan kekuatan
terhadap berat yang besar. Dengan demikian, bambu bisa menjadi

12
komponen-komponen struktural yang lebih ringan tetapi lebih kuat untuk
perumahan-perumahan dengan biaya yang relatif murah.
2. Secara alamiah, permukaan bambu halus, bersih dank eras yang
memudahkan pemakaiannya untuk kepentingan khususnya tanpa
pembuangan/pemborosan.
3. Bambu dengan mudah dapat dikeringkan, khususnya dalam bentuk belah
dan bisa diawetkan dengan bahan pengawet guna meningkatkan jagka
pakainya.
4. Panjang, tebal dan berat batang bambu memungkinkan adanya kemudahan
dan pengiritan dalam transportasi, penyimpanan dan pengolahan
(pembelahan batang bamboo menjadi iratan-iratan dengan alat sederhana,
bahkan oleh pekerja biasa yang merupakan hal yang biasa didaerah
pedesaan dan pegunungan).
5. Iratan (belahan) bamboo yang diawetkan dengan ukuran yang sesuai
secara ekonomis telah digunakan untuk tulangan dinding + spesi beton,
juga struktur beton semen seperti kolom, balok, pelat dan sebagainya.
Batang-batang belahan yang dianyam/disusun dalam bentuk/formasi yang
berbeda-beda bisa menghasilkan lembaran tikar atau panel untuk dinding
ringan.
6. Karena ringannya, rumah-rumah bamboo tidak mudah rusak karena gempa
bumi. Pembuatan konstruksi yang sifatnya sementara dan cepat bisa
dilakukan untuk kebutuhan yang mendesak didaerah-daerah yang rawan
bencana.
7. Sifat non magnetik bambu membuatnya cocok untuk pemakaian pada
struktur-struktur anti magnetik.

V. KEKUATAN BAMBU
Kekuatan bambu menunjukkan kemampuan bambu untuk menahan
muatan dari luar.Sedangkan yang dimaksud dengan muatan dari luar yaitu gaya-
gaya dari luar yang mempunyai kecendrungan merubah sifat-sifat dan bentuk dari
bambu tersebut.Kekuatan bambu sebagai bahan bangunan yang perumahan yang
murah.
A. Berat jenis bambu
Berat jenis bambu merupakan perbandingan berat jenis bambu terhadap
berat suatu volume air yang sama dengan volume bambu itu. Berat bambu yang
dipergunakan yaitu berat kering tanur.
Pengetahuan berat jenis bambu diantaranya dapat dipergunakan untuk
menjadi dasar pemilihan jenis, kekuatan rangka dasar bangunan, penentuan untuk
jenis rangka bangunan ataupun sebagai bahan pertimbangan terhadap jenis bahan
bangunan yang lain.

13
Untuk memperjelas, berikut disampaikan tabel berat jenis enam jenis bambu dan
berat jenis dari lima jenis kayu bangunan yang diperdagangkan secara luas (tabel
1 dan 2)
Dari tabel 1 dapat diperoleh bahwa bambu apus mempunyai berat jenis yang
paling kecil kemudian berturut-turut diikuti bambu legi, bambu ulung, bambu
petung, bambu ori dan bambu ampel.
Dengan berat jenis yang kecil seperti jenis bambu apus berarti sebagai bahan
bangunan persatuan pemakaian akan menimbulkan beban yang ringan.

Apabila dibandingkan dengan angka rata-rata berat jenis bambu (tabel 1) dengan
angka rata-rata berat jenis beberapa jenis kayu (tabel 2), angka berat jenis bambu
lebih kecil daripada angka berat jenis kayu.Hal ini berarti konstruksi yang
mempergunakan bahan kayu dipersyaratkan mempunyai rangka dasar yang lebih
kuat apabila dipergunakan bahan konstruksi dari bambu.

B. Kekuatan mekanika bambu


Seperti telah disampaikan didepan, bambu dapat dipergunakan sebagai
bahan bangunan tempat tinggal karena adanya kekuatan pada bambu yang mampu
menahan, baik itu gaya tekan, gaya geser, gaya tarik, dan gaya lengkung/lentur.
Pengujian bambu dengan menggunakan metode dan alat pengujian pada
kayu diperoleh hasil sebagai berikut (gambar 3).

14
Dari tabel 3 diatas dapat diketahui untuk kekuatan lentur maksimum
tertinggi diperoleh pada jenis bambu ampel. selanjutnya berturut-turut diperoleh
pada bambu petung, bambu ori, bambu ulung, bamu apus, bambu legi.
Sedangkan nilai kekuatan tekan dari yang terbesar ke yang terkecil diperoleh dari
bambu petung, bambu ori, bambu ampel, bambu legi, bambu ulung dan bambu
apus.

Memperhatikan angka-angka dalam tabel 3 diperoleh informasi bahwa jenis


bambu selain bambu apus ternyata memiliki kekuatan yang lebih besar. Tetapi
dalam praktek jenis lain tersebut jarang digunakan dengan pertimbangan
keawetannya. Dengan menggunakan pedoman kelas kuat kayu dari buku Atlas
Kayu Indonesia (1981), beberapa jenis bambu yang tercantum dalam tabel 3,
mempunyai kelas kuat hamper sama, sedangkan bila ditinjau kekuatan tekan
maksimum bambu legi, bambu apus, bambu ulung mempunyai kelas kuat II, yang
berarti pemilihan bahan konstruksi untuk tiang, bambu ori, bambu petung dan
ampel akan mampu menahan beban yang lebih besar.
Kekuatan bambu dalam tabel 3 terhadap kekuatan kayu dengan jenis yang
tercantum dalam tabel 2 ternyata masih terletak dalam range yang sama atau dapat
dikatakan kelas kuat jenis bambu tersebut terhadap kayu yang dimaksud tidak
berbeda.

15
Bambu sebagai bahan bangunan dapat di sejajarkan dengan baja, beton,
dan kayu jika dilihat dari segi enersi yang diperlukan untuk memproduksi, segi
keamanan, kekuatan, dan kekakuannya. Hal ini menempatkan bambu pada posisi
yang baik dengan tujuann pembangunan/penelitian(Jannes, 1987).

Keunggulan bambu jika dibandingkan dengan tiga jenis bahan bangunan yang lain
seperti beton, baja dan kayu adalah sebagai berikut:

1. Energi yang diperlukan untuk produksi


Energi yang diperlukan oleh kayu meliputi penebangan, penggergajian dan
transportasi. Sementara energi untuk bambu meliputi penebangan dan
transportasi. Demikian pula energi yang diperlukan untuk bahan bangunan yang
lainnya lebih tinggi dari bambu seperti yang terlihat pada tabel berikut
Bahan Energi Berat/volum Energi Tegangan Perbandingan
yang e yang yang energi
3
dibutuhkan Kg/m dibutuhkan terjadi persatuan
3 3
(1) MJ/kg MJ/m N/mm tegangan
(2) (3) (4) (5) (4/5)
Beton 0,8 2.400 1.920 8 240
Baja 30 7.800 234.000 160 1.500
Kayu 1 600 600 7,5 80
Bambu 0,5 600 300 12 25
Dari kolom terakhir tabel tersebut terlihat bahwa setiap unit kapasitas beban
yang sama, bambu memerlukan energi terkecil untuk produksi. Urutan berikutnya
kayu, kemudian beton bertulang, dan baja. Angka-angka diatas tidak pasti tetapi
untuk merangkaikan saja, baja dan beton memerlukan sebagian besar energi
dibumi berlawanan dengan kayu dan bambu. Karena energi dalam produksi
merupakan suatu komponen penting untuk menentukan harga, dapat dikatakan
bahwa bambu merupakan bahan bangunan yang sangat murah.
2. Keamanan bahan
Bambu secara umum dianggap sebagai suatu bahan bangunan yang aman.
Kekuatannya/ketahanannya terhadap gempa bumi dan angin topan sudah banyak
dikenal. Kekuatan ini berkaitan dengan kedua sifat mekanikanya sebagai berikut:
a. Energi tegangan regangan adalah energi yang tersimpan dalam
material selama menahan/menyangga beban. Menurut Janssen (1987)
energi tegangan/regangan ini dapat dilihat dalam diagram berikut:

16
Suatu pengujian bahan-bahan bangunan menghasilkan suatu diagram yang
menunjukkan hubungan antara bebab yang bekerja dan bahan tersebut dan
perubahan bentuknya. Bagian yang diarsir dibawah garis diangram itu
menunjukkan energi yang tersimpa di dalam material tersebut. Daerah yang
diarsir vertikal menunjukkan energi secara normal dari material sedangkan daerah
yang diarsi horisontal menunjukkan energi yang tersimpan sampai mencapai
keadaan runtuh/roboh. Perbandingan ratio antara kedua daerah ini merupakan
perkiraan keamanan banhan bangunan tgersebut.
Lebih lanjut hasil penelitian jenssen (1990) menyatakan bahwa faktor aman
tersebut adalah sebagai berikut:

Hal ini berarti bahwa ditinjau dari segi keamanannya, baja adalah paling
aman, bambu kedua, kayu ketiga, dan beton terakhir.

b. Deviasi tegangan merupakan penyimpangan data tegangan hasil


pengujian suatu bahan bangunan dari beberapa spesiman bahan
percobaan yang terbesar di sekitar nilai rata-ratanya. Pada “baja
produksi” yang terkontrol dengan baik, persebaran ini sangat kecil dan
tegangan yang di ijinkan sekitar 60% dari kekuatan rata-ratanya.
Sebaliknya pada produk alam seperti kayu dan bambu penyebarannya
sangat luas dan akibatnya untuk menghindari bahaya dalam
penggunaannya, contoh spesimen yang tidak baik pada suatu bahan
bangunan yang diijinkan hanya 15% dari kekuatan rata-rata om
sedangkan untuk beton ada diantara keduanya.

17
Selain ada gempa bumi, angin topan dan bahaya-bahaya lainnya yang serupa,
tegangan dalam bangunan akan naik bergerak dari keadaan normal. Pada diagram
diatas bahwa baja akan roboh/runtuh lebih cepat baru kemudian beton dan yang
terakhir kayu dan bambu (Jenseen, 1985).
3. Kekuatan dan kekakuan per unit bahan.
Dalam konstruksi, kekuatan dan kekuatan bahan adalah sangat penting hal ini
dapat diukur dengan menghitung angka ratio/perbandingan antara tegangan yang
yang diuji dengan masa per volume.
Menurut Jenssen (1985) angka-angka berikut menunjukkan bahwa bambu
merupakan bahan yang baik dalam kaitannya dengan kekuatan

Begitu pula kekerasannya, angka rasio/perbandingan antara modulus


young dan massa per volume yang digunakan dari keempat bahan bangunan ini
tampak bahwa bambu yag terbaik.

4. Kemudahan produksi (kesederhanaan produksi)


a. Bangunan baja dan beton relatif mahal sebaliknya kayu dan bambu
relatif lebih murah. Demikian juga untuk mendapatkan kayu, orang
harus menunggu bertahun-tahun sedangkan banbu dapat ditebang
setiap saat.
b. Keuntungan badi lingkungan, jika menggunakan kayuseluruh pohon
dipotong/ditebang sekaligus tetapi jika memakai bambu, yang tua saja
yang di tebang sedangkan yang masi muda (sebagian di rumpun) tetapi
tidak ditebang. Baik iklim dan lingkungannya tanaman musiman ini
jauh lebih lebih baik.

18
c. Bentuknya bulat dan bertulang, sehingga hanya dibutuhkan alat-alat
sederhana untuk menanam dan memanfaatkannya. Dengan bambu
tidak peerlu memotong/menebang dalam bentuk gelondongan
kemudian menggergaji seperti kayu dan bahan sisa seperti hati serbuk
gergaji tidak pernah ada.
d. Jumlah spesies bambu sangat banyak dan masing-masing memiliki
sifat sendiri. Oleh karena itu orang dapat mencari bambu yang sesuai
untuk tujuan yang bermacam-macam.
e. Struktur anatomi bambu, berpengaruh pada sifat-sifat mekanika batang
bambu yang terdiri dari ruas-ruasdan diafragma-diafragma. Hal ini
mempunyai fungsi struktur dalam menyangga khususnya dua batang
yang menyambung.
Perubahan-perubahan domensional bambu yang disebabkan oleh variasi
air, modulus elastisitas yang rendah dan meningkatnya produksi industri baja
ternyata mengurangi daya tarik pemakaian dalm konstruksi teknik sipil. Namun
karna adanya kekurangan bahan dan enersi dewasa ini, banyak peneliti mulai
meneliti bahan baru dan murah untuk menggantikan baja (Gavami, 1988).
Diantara bahan-bahn konstruksipenggantian yang murah pemakaian bahan
biologis asli yang berlimpah seperti bambu memiliki potensi ekonomi terbesar.
Hal ini terutama sekali di negara-negara berkembang, karena banyak diantara
mereka yang pada dasarnya merupakan masyarakat petani dengan masalah
perumahan yang serius pada saat sekarang. Peningkatan standar hidup di negara-
negara terbelakang, di negara-negara ini memerlukan bahan konstruksi. Bambu
disebut juga poor man’s timber, jatinya orang miskin kekuatannya, kelurusannya,
keringanannya, dan kekerasannya, terdapat dalam berbagai ukuran
diameter(Winarno, 1992).
Dengan meningkatnya penggunaan bambu, berarti pemanfaatan sumber daya alam
yang sangat murah dapat diperoleh, terutama bagi masyarakat berpenghasilan
rendah pada masa-masa krisis ekonomi saat ini.
Bambu mempunyai masa pertumbuhan yang jauh lebih cepat dari pada
kayu, sehingga lebih mudah dan cepat dapat diperoleh. Tumbuhan bambu
hidupnya berumpun-rumpun sehingga dengan menebang batang-batang yang
sudah tua, batang yang lain masih bisa menahan erosi, sehingga dapat mencegah
terjadinya bencana banjir.
Perlindungan kelestarian hutan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah
Indonesia, dapat dibantu dengan adanya pemanfaatan bambu sebagai bahan
pengganti kayu, yang makin lama semakin berkurang jumlahnya.

19
VI. BAMBU SEBAGAI MATERIAL NON KONSTRUKSI

A. Furniture

Perabotan bambu bukanlah barang


baru di negeri ini. Sejak dulu bambu
sudah dijadikan kursi atau lincak di
pulau jawa, mulai dari bentuk paling
sederhanya hingga yang lebih
inovatif dan di desain dengan unik.
Selain di pulau jawa, pemanfaatan bahan bambu sebagai furniture juga
dapat ditemui di Sulawesi Selatan dan Utara, juga di Sumatera.

Saat ini ada banyak jenis perabotan yang dibuat dari bahan bambu, mulai dari
bambu yang bentuknya masih untuk bulat, hingga bambu yang sudah dijadikan
papan atau dibentuk dengan teknologi pres supaya bisa melengkung dan berpola
sesuai dengan kebutuhan. Diantara produk perabotan bambu dapat berupa: set
kursi dan meja tamu, sofa besar, kursi dan meja teras, rak tv, rak buku, lemari
pakaian, bed frame, kursi santai/ kursi malas dan masih banyak lagi. Semua jenis
produk furniture yang dapat dibuat dengan kayu, juga dapat dibuat dengan bahan
bambu.

B. Bambu Laminasi
Bambu dapat dibentuk menyerupai papan kayu dengan proses laminasi.
Menggunakan bahan pengawet dan lem yang bersahabat dengan lingkungan,
bambu dapat diubah menjadi papan yang indah dan kuat. Produk bambu laminasi
cocok digunakan untuk berbagai keperluan seperti lantai, dinding, dek, bahkan
dapat dibentuk menjadi berbagai furniture atau mebel yang indah.

Berikut contoh bambu yang sudah dilaminasi

VII. PENGELOLAAN DAN PENGAWETAN BAMBU


Meskipun bambu sangat baik sebagai bahan bangunan perumahan, tetapi
mempunyai sifat alami yang kurang menguntungkan, khususnya sangat mudah
diserang oleh kumbang bubuk (gambar 4).
Ketahanan terhadap serangan kembang bubuk erat kaitannya dengan masa tebang,
disamping faktor yang lain. Dengan perlakuan pengawetan yang sangat sederhana,
ketahanan bambu terhadap serangan bubuk dapat ditingkatkan.

20
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh
para ahli tingkat serangan bubuk ternyata
erat sekali dengan tingkat kandungan
amilum atau pati yang terkandung di dalam
batang bambu.Hal ini disebabkan pati
merupakan makanan utama bagi bubuk.
Kandungan amilum atau pati dalam
bambu, apabila dipandang sebagai zat
ekstraktif seperti tanaman yang lain sangat
tergantung pada jenis bambu, umur bambu, tanah tempat tumbuh, curah hujan dan
musim saat terbang.
Pemanenan bambu tanpa mempertimbangkan musim terbang, akan
mengakibatkan umur pakai bambu hanya beberapa tahun. Apabila masa tebang
diperhatikan yang selanjutnya dilakukan adalah pengawetan, umur pakai bambu
dapat mencapai 10 tahun.Sedangkan jika masa terbang diperhatikan yang
selanjutnya dilakukan pengawetan, umur pakai bambu dapat mencapai lebih dari
50 tahun.
Didalam masyarakat pedesaan, pemakaian bambu untuk rangka atap
biasanya bambu apus paling banyak digunakan. Sebagai alternatif pemilihan jenis
selanjutnya yaitu bambu petung.Bambu petung dipergunakan hanya sebatas untuk
reng, tiang dan gelagar.
Tinjauan secara ilmiah tentang dasar pemilihan jenis dan penetapan masa
terbang yang dikaitkan dengan keawetan bambu secara rinci telah dikaji dan
diteliti oleh Prof. Dr. Achmad sulthoni pada tahun 1983 dengan hasil penelitian
seperti disajikan dalam tabel 4 sebagai berikut :
Dari tabel 4 diperoleh
keterangan bahwa rata-rata
kandungan pati terendah
adalah bambu apus.
Selanjutnya diikuti oleh
bambu ulung, bambu petung
dan bambu ampel. Data
tersebut memberikan
gambaran bahwa bambu apus
merupakan jenis bambu yang
kurang disukai oleh bubuk
disbanding jenis lain,
meskipun dalam penggunaan
tertentu seperti kebanyakan
untuk tiang/kolom bambu
petung merupakan pilihan pertama karena sesuai persatuan batangnya yang
terbentuk secara alami, bambu petung mampu memikul beban yang lebih besar.
Selanjutnya dari hasil penelitian jumlah tangkapan kumbang bubuk selama
setahun dapat disimpulkan bahwa pada bulan April dan Mei atau menurut
penelitian mongso IX (tanggal 30 April sampai 11 Mei),menimbulkan kwantitas
serangan yang kecil. Untuk itu pemotongan bambu dengan berpedoman pada
masa terbang yang tepat, ternyata hanya meningkatkan keawetan

21
bambu.Sedangkan dengan perlakuan lanjutan berupa pengawetan, keawetan dapat
mencapai lebih lama lagi.
Selain itu telah diteliti pula pengaruh makin lama perendaman
(pengawetan tradisional) angka serangan kumbang bubuk makin berkurang.
(gambar 5)

Bagaimana cara membuat bambu jadi material yang baik, bagaimana


pengolahannya?Berikut tips dari Effan Adhiwira, arsitek, yang telah banyak
berkecimpung mengerjakan proyek bangunan bermaterial bambu.
1. Bambu yang dipilih harus sebaiknya yang sudah matang (4-5 tahun). Dari
segi fisik dapat dilihat dari warna daun, kelopak, dan jika dipukul
terdengar bunyi yang cukup nyaring (tanda sudah tua dan kering).
2. Tanda bambu yang matang bisa juga diukur dengan menggunakan alat
pengukur kepadatan batang (density test ). Alatnya berupa jarum yang
ditembakan ke dalam batang bambu. Cukup akurat, tetapi alatnya masih
sangat mahal.
3. Setelah ditebang, sebaiknya bambu didiamkan beberapa hari diatas sebuah
alas dengan posisi tegak, alas batu, misalnya. Tujuannya untuk
menurunkan semua cairan alami yang terdapat dalam bambu. Alas
berfungsi juga untuk mencegah kelembaban tanah tidak masuk kembali ke
serat batang bambu.
4. Sebaiknya bambu yang sudah dipilih dibersihkan dari kotoran yang
melekat pada permukaan batang bambu
5. Bambu matang mempunyai kerapatan daging batang yang baik, sehingga
tidak menyebabkan kisut jika sudah kering.

22
A. Manfaat dan tujuan pengawetan adalah:
1. Memperpanjang usia komponen bambu,
2. Mencegak kerusakan,
3. Mempertahankan kekuatan dan stabilitas bangunan,
4. Meningkatkan nilai estetis serta,
5. Memberi nilai tambah lain seperti lebih tahan terhadap api (berdasarkan
penelitian, bambu yang diawetkan dengan borates memiliki tingkat "fire
retardant" yang lebih tinggi dari pada yang tidak diawetkan.

B. Tips mencegah bambu dari serangan rayap.


1. Anda bisa mengeluarkan zat glukosa --yang digemari rayap-- ke dalam
bambu dengan cairan garam (acid) yang tidak disukai rayap.
Metodenya dan bahannya bisa bermacam-macam. Orang di zaman
dahulu merendamkan bambu ke dalam lumpur sungai atau pantai.
Proses ini memerlukan waktu yang cukup lama ( 3-6 bulan).

2. Perajin bambu sekarang kebanyakan menggunakan minyak tanah atau


oli bekas sebagai bahas pengawetnya.

3. Metode yang sedang dikembangkan sekarang adalah dengan


menggunakan Borax-boric acid, dengan metode kolam perendaman,
vertical soak diffusion (VSD) atau menggunakan injeksi ke setiap batang
bamboo
.
4. Setelah melalui proses pengawetan, bambu kemudian di keringkan.
Susun bambu secara vertikal dan terlindung dari sinar matahari. Dengan
dikeringkan di luar, kita memanfaatkan aliran udara alami. Proses ini bisa
memakan waktu 2 minggu, tergantung dari cuaca.

5. Setelah kering, bambu bisa digunakan baik untuk konstruksi bangunan


maupun untuk furnitur.

C. Tips merawat furnitur bambu.


1. Sebaiknya bambu tidak diekspos langsung terkena matahari dan air
hujan.
2. Bambu sangat sensitif dengan perubahan suhu mengakibatkan bambu
mudah retak. Keretakan bisa menjalar keseluruh batang bambu karena
seratnya yang lurus.
3. Bambu jangan langsung bersentuhan dengan tanah karena
mengakibatkan masuknya kelembaban ke dalam serat. Kelembapan
tanah bisa menimbulkan jamur pada batang bambu. Hal ini bisa
mengurangi kekuatannya. Tampilan pun jadi jelek.

23
4.Sebaiknya bahan bambu dilapisi cairan finishing (water base ) sebagai
bantuan lapisan proteksi, selain itu jika terkena air atau hujan, segera
diseka sehingga tidak memberi kesempatan air dapat meresap ke
batang.
VIII. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BAMBU

A. Kelebihan bambu
a. Bambu memiliki nilai seni yang tinggi. Adalah sumber daya pariwisata
yang sangat penting.
b. Sebagai pelopor pembuatan rumah tahan gempa
c. Bentuknya yang lentur saat dibelah, dapat digunakan menjadi bahan
laminasi bsa berbentuk kolom, maupun papan sebagai pengganti kayu.
d. Bahan Alami yang dapat diperbaharui
e. Sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap
tebang)
f. Pada berat jenis yang sama, kuat tarik bambu lebih tinggi
dibandingkan kuat tarik baja mutu sedang.
g. Ringan.
h. Bahan konstruksi yang murah.

B. Kelemahan bambu
a. Bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung banyak kanji
yang disukai oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi
cendawan akibat suhu dan kelembaban tinggi di daerah tropis. Bambu
memiliki 50 - 55% lebih banyak selulosa daripada kayu. Tanpa
perhatian pada pengawetan maka konstruksi bambu tahan lama 2- 3
tahun saja. sedangkan dengan pengawetan dan pemeliharaan yang
memadai dapat tahan lama > 15 tahun. Bambu harus tua, berwarna
kuning jernih atau hijau tua, dalam hal terakhi.
b. Memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai
bahan bangunan,terutama untuk bahan konstruksi(perlu proses
laminasi).
c. Proses pengerjaan yang rumit untuk menggabungkan bilah-bilah
bambu menjadi satu kesatuan(berbeda dengan proses pengolahan
kayu).
d. Jarak ruas dan diameter yang tidak sama dari ujung sampai
pangkalnya.

24
BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebutuhan akan ketersediaan kayu sebagai bahan bangunan memang tidak
bisa dielakan lagi. Pemenuhan kebutuhan mulai dari yang paling sederhana seperti
perancah, sampai pemenuhan kebutuhan kayu sebagai konstruksi utama. Namun
dengan kondisi ketersediaan kayu yang semakin menipis yang diakibatkan oleh
perbandingan pemenuhan kebutuhan dengan penyediaan bahan alam ini tidak
sebanding, mengakibatkan diperlukannya solusi lain. Bambu merupakan salah
satu solusi untuk masalah ini, selain murah dan ketersediaannya pun banyak,
bahan alam ini memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri (hasil peninjauan dan
pengujian) dibanding bahan bangunan lainnya.
Bambu memiliki keunggulan tersendiri, antara lain : Bambu memiliki nilai
seni yang tinggi, sehingga berpotensi sebagai sumber daya pariwisata yang sangat
penting; Sebagai pelopor pembuatan rumah tahan gempa; Bentuknya yang lentur
saat dibelah, dapat digunakan menjadi bahan laminasi bisa berbentuk kolom,
maupun papan sebagai pengganti kayu; Bahan Alami yang dapat diperbaharui;
Sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap tebang); Pada
berat jenis yang sama, Kuat tarik bambu lebih tinggi dibandingkan kuat tarik baja
mutu sedang; Ringan; Bahan konstruksi yang murah.
Namun bambu juga memiliki beberapa kekurangan seperti :Bambu biasanya
kurang tahan lama karena mengandung banyak kanji yang disukai oleh;
Memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan
bangunan,terutama untuk bahan konstruksi(perlu proses laminasi); Proses
pengerjaan yang rumit untuk menggabungkan bilah-bilah bambu menjadi satu
kesatuan(berbeda dengan proses pengolahan kayu); Jarak ruas dan diameter yang
tidak sama dari pangkal sampai ujungnya.
Yang paling penting, bahwa bambu sering dimanfaatkan tidak hanya untuk
furniture saja, tapi juga sebagai bahan untuk membuat alat musik, kerajinan seni,
alat olahraga dan juga kebutuhan konstruksi seperti kolom, balok, plat, jembatan
dan lain-lain.

25
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih terdapat kekurangan-
kekurangan baik dalam kata-kata maupun penyajian data karena minimnya
pengetahuan kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ghavami, K., 1998, Application of Bamboo as Low cost Contruction Material, In


Rao, I.V.R., Gnanaharn,R.  Sastri,C.B, Bambooa Cuurrent research, The
Kerala Forest Research Institute India and iDRC Canada.

Hakim,A., 1993, Bambu Sebagai Bahan Bangunan Tempat Tinggi, disusun atas
kerja sama Hotel Pasifik dengan Institut Pertanian Yogyakarta.

Jensen,J.A.A.., 1985 The Mechanical Properthies of Bamboo International


Bamboo Workshop,Hangzhou China.

------------, 1987 Bamboo ang Building Stuctures DesertatieDrukkerij, Vibio


Helmon Einhoven University of Technology, Netherlands.

Sulthoni,A,1983Petunjuk Ilmiah Pengawetan Bambu Tradisional dengan


Perendaman dengan Air, I.D.R.C.Ottawa, Canada.

Widjaja,W.S. 1995 Perilaku Mekanika Batang Struktur Komposisi Lamina Bambu


dan Penol Formaldehida, Tesis Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta.

Winarno,F.G 1992 Rebung,Teknologi Produksi dan Pengelolaan Pustaka SInar


Harapan, Jakarta.

www.sahabatbambu.com

www.wikipedia.com

www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang/teliti/bambu

26
LAMPIRAN

GAMBAR BANGUNAN BAMBU

27
28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai