Anda di halaman 1dari 9

FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No.

PENINGKATAN KESELAMATAN PADA KEGIATAN USAHA


MIGAS MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL
INDONESIA (SNI) DAN STANDAR KOMPETENSI KERJA
NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

Oleh: Ali Supriyadi*)

ABSTRAK

Kegiatan usaha minyak dan gas bumi banyak mengandung resiko-resiko


bahaya terhadap faktor keselamatan umum, keselamatan pekerja, instalasi dan kondisi
lingkungan (keselamatan migas). Untuk mencapai jaminan Keselamatan Migas,
diperlukan adanya kaidah keteknikan yang baik pada semua tahapan kegiatan dimulai
dari tahapan eksplorasi hingga pada kegiatan niaga migas sehingga memenuhi
regulasi dan standar.
Standar yang dimaksud adalah standar yang terkait dengan produk, mutu,
pengukuran, kualitas serta standar yang terkait dengan kompetensi kerja seseorang
dan yang telah ditetapkan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Kata kunci : Keselamatan Migas, Standar Nasional Indonesia (SNI), dan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

I. PENDAHULUAN lainnya serta sekaligus


Sektor energi khususnya mengembangkan penguasaan
minyak dan gas bumi sampai saat ini teknologi yang tepat dengan
masih menjadi penyumbang memperhatikan kelestarian lingkungan.
pendapatan Negara. Karena itu Semua kegiatan ini tidak dapat
disadari betapa pentingnya upaya dipisahkan dari aspek keselamatan
pengelolaan minyak dan gas bumi migas atau dengan kata lain
dengan optimal, efektif dan efisien serta seharusnya tidak ada dikotomi antara
mengacu pada kaidah-kaidah Keselamatan Migas dengan kegiatan
keteknikan yang baik dengan operasi dan produksi itu sendiri.
memperhatikan aspek keselamatan Kegiatan usaha minyak dan gas
migas yang mencakup keselamatan bumi banyak mengandung resiko-
pekerja, keselamatan umum, resiko bahaya terhadap faktor
keselamatan instalasi dan keselamatan keselamatan umum, keselamatan
lingkungan. pekerja, instalasi dan kondisi
Pengusahaan minyak dan gas lingkungan (keselamatan migas).
bumi secara efektif dan efisien, Pelaksanaan pembinaan terhadap
diarahkan untuk peningkatan nilai aspek keselamatan migas selama ini
tambah dengan tujuan untuk terus diupayakan untuk ditingkatkan.
memperluas lapangan kerja dan Ciri-ciri khusus kegiatan usaha minyak
kesempatan berusaha, meningkatkan dan gas bumi antara lain.
ekspor, menunjang pembangunan a. Daerah operasiya ditempat-tempat
daerah dan sector pembangunan terpencil jauh dari sarana umum.

1
FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4

b. Kegiatannya mengandung resiko dari sistim konsesi pada zaman


tinggi oleh karena mengoperasikan penjajahan Belanda menjadi sistim
peralatan dan atau instalasi yang perjanjian karya setelah
berkaitan dengan tekanan, diberlakukannya Undang-undang No.
temperatur, proses dan kondisi 44 tahun 1960 dan kemudian
alam. berkembang menjadi sistem kontrak
c. Menggunakan teknologi yang Production Sharing yang beroperasi
canggih, peralatan-peralatan khusus sejak dimulainya kegiatan di lepas
dan investasi yang sangat besar. pantai Indonesia tahun 1966.
d. Memerlukan tenaga kerja yang Sejarah perkembangan usaha
memiliki kompetensi khusus. pertambangan minyak dan gas bumi di
Potensi resiko bahaya Indonesia sejak masa penjajahan
sebagaimana disebutkan di atas tidak menunjukkan bahwa hal-hal yang
terbatas pada kegiatan di Hulu saja, menyangkut keselamatan dan
namun juga pada kegiatan hilir serta kesehatan kerja serta lingkungan hidup
hasil olahan lainnya (Bahan Bakar telah menjadi masalah utama yang
Minyak dan Gas). Resiko bahaya itu perlu diawasi oleh pemerintah secara
dapat berupa bahaya kebakaran, ketat.
ledakan, catastrophyc pada instalasi Perlu disadari bahwa usaha
dan atau peralatan di kegiatan usaha pertambangan minyak dan gas bumi
migas dan dapat juga berupa adalah kegiatan yang mempunyai
pencemaran di lingkungan sekitar resiko yang cukup besar, sehingga
operasi kegiatan usaha migas yang masalah keselamatan kerja perlu
pada akhirnya akan berdampak pada mendapat perhatian khusus. Oleh
kerugian materiil dan immateriil. karena itu untuk mendorong
peningkatan prestasi dalam bidang
II. DASAR TEORI keselamatan kerja di sub sektor minyak
A. Keselamatan Migas dan gas bumi, pemerintah dalam hal ini
Penemuan lapangan minyak dan diadakan penetapan kebijaksanaan
gas di Indonesia dimulai pada tahun pemberian tanda penghargaan
1871, sedangkan peraturan mengenai keselamatan migas, sertifikasi tenaga
pertambangan minyak dan gas bumi teknik khusus migas serta sertifikasi
pertama kali dikeluarkan pada tahun instalasi dan peralatan.
1899 (Indische Minjwet 1899), yang Dalam kenyataannya kontrol dan
mengatur hak dan kewajiban inspeksi keselamatan dan kesehatan
pemegang konsesi (Wilayah Kuasa kerja telah dilaksanakan oleh
Pertambangan terhadap pemerintah). pemerintah sejak dikeluarkannya
Pada tahun 1930 telah diterbitkan suatu undang–undang Indishe Mijnwet tahun
peratuiran yang mengatur mengenai 1899 tetapi secara hukum,
aspek keselamatan kerja termasuk pengawasan pemerintah dilaksanakan
pengawasannya yakni dengan setelah terbitnya Mijn Ordonanntie dan
diundang-undangkannya Mijn Mijn Politie Reglement pada tahun
Ordonnantie dan Mijn Politie Reglement 1930, yaitu dengan resmi dibentuknya
yang mengatur mengenai keselamatan Kepala Inspeksi Tambang. Undang-
kerja kegiatan tambang. undang yang disebutkan diatas juga
Usaha pertambangan minyak dan berlaku pada penambangan mineral
gas bumi telah mengalami perombakan non migas.

2
FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4

Pada tahun 1960 kedua bentuk dan diduga akan menimbulkan cacat
pertambangan termaksud dipisahkan jasmani dan atau rohani yang akan
dan sebagai penggantinya untuk mengganggu tugas dan
pertambangan minyak dan gas bumi pekerjaannya; dan
diterbitkan undang undang No. 44 d. Mati/Fatal, kecelakaan yang
Prp/1960. Undang-undang ini kemudian menimbulkan kematian segera atau
menjadi dasar dalam pengaturan dalam jangka waktu 24 (dua puluh
pertambangan minyak dan gas bumi empat) jam setelah terjadinya
setelah tahun 1960 di Indonesia. kecelakaan.
Berdasarkan Undang-undang No. 44 Setelah diterbitkannya Undang
tahun 1960 telah diterbitkan undang No. 22 Tahun 2001 tentang
seperangkat perundang-undangan Minyak dan Gas Bumi, pada Pasal 40
yang menjadi dasar hukum untuk mengamanatkan kepada Badan Usaha
mengatur, membina dan mengawasi atau Bentuk Usaha Tetap wajib
masalah keselamatan dan kesehatan menjamin standar dan mutu,
kerja pada Sub Sektor Minyak dan Gas menerapkan kaidah keteknikan yang
Bumi antara lain Peraturan Pemerintah baik, keselamatan dan kesehatan kerja
No. 17 tahun 1974 tentang serta pengelolaan lingkungan hidup,
Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi mengutamakan pemanfaatan tenaga
dan Eksploitasi di Daerah Lepas Pantai kerja setempat dan produk dalam
dan Peraturan Pemerintah No. 11 negeri.
tahun 1979 tentang keselamatan kerja Untuk mewujudkan amanat
pada permunian dan pengolahan dalam Undang undang No. 22 Tahun
minyak dan gas bumi. 2001 tersebut dan dalam rangka
Sebagai pelaksanaan Undang- menyambut era globalisasi maka
undang No. 1 tahun 1970 pada sektor diperlukan suatu standar nasional dan
pertambangan, pemerintah telah kompetensi yang dapat mengakomodir
membuat pengaturan melalui Peraturan hal-hal tersebut, melindungi
Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang kepentingan negara kita serta
Pengaturan dan Pengawasan menunjang keselamatan migas.
Keselamatan Kerja di Bidang Keselamatan Migas adalah
Pertambangan. ketentuan tentang Standardisasi
Pada kegiatan usaha migas peralatan, sumber daya manusia,
dikenal klasifikasi untuk kecelakaan pedoman umum instalasi migas dan
kerja berdasarkan peraturan prosedur kerja agar instalasi migas
perundangan dibagi menjadi empat dapat beroperasi dengan andal, aman,
bagian, yaitu: dan akrab lingkungan agar dapat
a. Ringan, kecelakaan yang tidak menciptakan kondisi :
menimbulkan kehialangan hari kerja; a. Aman dan sehat bagi pekerja (K3)
b. Sedang, kecelakaan yang b. Aman bagi masyarakat umum (KU)
menimbulkan kehilangan hari kerja c. Aman bagi lingkungan (KL)
dan diduga tidak akan menimbulkan d. Aman dan andal bagi instalasi
cacat jasmani dan atau rohani yang migas sendiri (KI)
akan mengganggu tugas Keselamatan pekerja adalah
pekerjaannya; suatu perlindungan bagi keamanan dan
c. Berat, kecelakaan yang kesehatan bagi para pekerja sehingga
menimbulkan kehilangan hari kerja dapat terhindar dari kecelakaan kerja.

3
FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4

Agar tercapainya keselamatan pekerja, kelaikan instalasi dan peralatan;


persyaratan yang harus dipenuhi antara penggunaan standar/SNI; tanda
lain terdapatnya standardisasi kesesuaian SNI; sertifikat kompetensi
kompensi; tempat kerja dan lingkungan bagi pekerja; kesiapan alat pemadam;
kerja yang laik; prosedur kerja; dan prosedur dan latihan tanggap darurat;
menggunakan alat pelindung diri (APD) dan tanda keselamatan produk.
bagi yang bekerja di tempat berbahaya.
Keselamatan umum merupakan B. STANDAR NASIONAL
perlindungan bagi keamanan INDONESIA
masyarakat umum sehingga dapat Pertumbuhan ekonomi nasional
terhindar dari kecelakaan yang perlu didukung oleh peningkatan
disebabkan oleh kegiatan usaha migas. produktivitas dan efisiensi serta
Untuk mengantisipasi hal tersebut sumberdaya manusia yang berkualitas.
dibutuhkan penyuluhan terhadap Untuk itu diperlukan usaha peningkatan
bahaya migas, tanda peringatan atau dan pemantapan program
larangan, sertifikat kelaikan terhadap pembangunan nasional di sektor
instalasi dan peralatan, tanda ekonomi agar dapat menjadi penggerak
keselamatan produk, dan lain-lain. utama ekonomi yang efisien, berdaya
Keselamatan lingkungan saing tinggi, dan mempunyai struktur
berfungsi untuk melindungi lingkungan yang makin mantap.
sekitar kegiatan terhadap pencemaran Keberadaan Sistem
yang disebabkan dari proses yang Standardisasi Nasional (SSN) sangat
pada industri migas. Untuk mencegah diperlukan untuk mendukung produk
hal tersebut maka terdapat beberapa nasional dalam menghadapi era
persyaratan bagi kegiatan usaha perdagangan bebas, guna menjamin
migas, antara lain studi lingkungan; terciptanya perdagangan yang adil dan
bahanbahan jujur serta menunjang pertumbuhan
kimia yang digunakan dalam operasi produk nasional dan perlindungan
telah memenuhi persyaratan; teknologi masyarakat, khususnya dalam hal
yang tepat; terdapat peralatan keselamatan, keamanan, kesehatan
pemantauan, pencegahan dan dan fungsi lingkungan hidup. Selain itu,
pencemaran lingkungan; mengacu dalam meningkatkan keunggulan
pada baku mutu lingkungan; terdapat kompetitif produk nasional, diperlukan
SDM yang berkompeten; sistem pengembangan prasarana teknis
tanggap darurat; dan sistem standardisasi yang meliputi metrologi,
manajemen lingkungan. standar, pengujian, dan penilaian mutu
Keselamatan instalasi/ peralatan dalam rangka meningkatkan dan
merupakan suatu perlindungan bagi menjamin mutu barang dan/atau jasa.
instalasi dan peralatan yang digunakan Pengembangan prasarana teknis
sehingga dapat terhindar dari tersebut diusahakan agar manfaatnya
kerusakan yang dapat membahayakan dapat lebih dirasakan oleh semua
bagi para pekerja, lingkungan, pihak.
masyarakat umum serta kerugian Berkaitan dengan hal tersebut di
investasi. Untuk dapat menghindari hal atas, standardisasi dapat digunakan
tersebut terdapat beberapa sebagai salah satu alat kebijakan
persyaratan, antara lain prosedur pemerintah dalam menata struktur
operasi dan perawatan; sertifikat ekonomi secara lebih baik dan

4
FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4

memberikan perlindungan kepada dalam kegiatan standardisasi regional


masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia dan internasional seperti ISO
memerlukan standar nasional dengan (International Organization for
mutu yang makin meningkat dan dapat Standardization), IEC (International
memenuhi persyaratan internasional, Electrotechnical Commission), CAC
untuk menunjang tercapainya tujuan (Codex Alimentarius Commission),
strategis, antara lain peningkatan ILAC (International Laboratory
efisiensi nasional, dan menunjang Accreditation Cooperation), APLAC
program keterkaitan sektor ekonomi (Asia Pasific Laboratory Accreditation
dengan berbagai sektor lainnya. Cooperation), dan sebagainya. Saat ini
Ruang lingkup Sistem Indonesia duduk menjadi P Member di
Standardisasi Nasional meliputi ISO.
kelembagaan standardisasi, Kegiatan standardisasi di
perumusan standar, penetapan Indonesia dilaksanakan oleh semua
standar, pemberlakuan standar, stakeholders yaitu pemerintah, pelaku
penerapan standar, akreditasi, usaha, konsumen maupun kaum
sertifikasi, metrologi, pembinaan dan profesional (ilmuwan) yang
pengawasan standardisasi, kerja sama, dikoordinasikan oleh Badan
informasi dan dokumentasi, Standardisasi Nasional (BSN).
pemasyarakatan, pendidikan dan Keempat stakeholders tersebut
pelatihan standardisasi serta penelitian diharapkan dapat berpartisipasi aktif
dan pengembangan standardisasi. dengan bebas dan terarah dalam
Dengan semakin banyaknya kegiatan standardisasi. Guna
masuk standar asing khususnya pada menghimpun aspirasi dan
industri migas, untuk menjaga dan mengkoordinasikan kegiatan
melindungi kepentingan domestik maka standardisasi, stakeholders tersebut
diperlukan pemberlakuan standar dan perlu diwadahi dalam suatu bentuk
penilaian kesesuaian. Oleh karenanya, organisasi yang. Dalam melaksanakan
peran standar dan penilaian kegiatannya BSN dibantu oleh simpul-
kesesuaian kini menjadi semakin besar simpul kerja fungsional yang meliputi
dalam kegiatan usaha migas seiring komisi, panitia teknis perumusan SNI,
dengan penggunaan teknologi tinggi Komite Akreditasi Nasional (KAN),
pada instalasi migas. Komite Standar Nasional untuk Satuan
1. Perumusan SNI Ukuran (KSNSU), lembaga sertifikasi,
Peranan standardisasi dalam lembaga inspeksi, laboratorium, dan
perekonomian nasional mengalami lembaga standardisasi lainnya.
perkembangan yang berarti, misalnya
diberlakukannya Undang-undang No. 8
tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen yang secara spesifik
mengamanatkan bahwa pelaku usaha
dilarang memproduksi dan/atau Gb 1 Tahapan Penyusunan SNI
memperdagangkan barang atau jasa Sektor Migas
yang tidak memenuhi standar yang
dipersyaratkan; terbitnya PP 102 tahun Standar Nasional Indonesia (SNI)
2000 tentang Standardisasi Nasional; disusun melalui proses perumusan
meningkatnya peran aktif Indonesia Rancangan Standar Nasional Indonesia
5
FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4

(RSNI) yang dilaksanakan oleh Panitia Kondisi tersebut merupakan aset yang
teknis Perumusan SNI yang sangat mahal dan sekaligus sebagai
dilaksanakan oleh unit standardisasi faktor keunggulan kompetitif yang tidak
pada instansi teknis yang bersangkutan dimiliki oleh negara-negara lain.
melalui konsensus dari semua pihak Potensi SDA tersebut merupakan faktor
yang terkait. RSNI ditetapkan menjadi dominan dalam strategi pembangunan
SNI oleh BSN. Panitia teknis Bangsa dan Negara Indonesia
Perumusan SNI ditetapkan oleh BSN terutama dalam menghadapi era
atas usul dan dikoordinasikan oleh globalisasi dan perdagangan bebas
Instansi teknis sesuai dengan tingkat AFTA dan AFLA.
kewenangannya. Keanggotaan Panitia Memperhatikan aset dan potensi
teknis ditetapkan oleh instansi teknis SDA yang luar biasa tersebut
terkait dengan ketentuan semua diperlukan pengelolaan yang
stakeholders terwakili. Dalam profesional dan kredibel. Karena itu,
melaksanakan tugasnya Panitia teknis untuk pengelolaan SDA diperlukan
dapat dibantu oleh Sub-Panitia teknis Sumber Daya Manusia (SDM) yang
dan/atau Gugus Kerja yang jumlahnya kompeten. Guna mendorong dan
disesuaikan dengan bidang standar merealisasikan SDM yang kompeten
yang akan dirumuskan. tersebut harus dipersiapkan dan
2. Penetapan SNI dirancang secara sistematis antara lain
Ditjen Migas sebagai instansi dalam hal sistem pendidikan dan
teknis di sektor minyak dan gas telah pelatihan (diklat) serta perangkat-
menghasilkan RSNI yang kemudian perangkat pendukungnya. Dengan
telah ditetapkan menjadi SNI sebanyak demikian diharapkan akan dihasilkan
158 SNI, 2 (dua) buah SNI telah SDM yang handal untuk mengelola
diberlakukan Wajib melalui Peraturan kekayaan SDA secara profesional.
Menteri Energi dan Sumber Daya Melalui penyiapan SDM yang memiliki
Mineral No. 15 Tahun 2008 tentang kualifikasi dan kompetensi sesuai
Pemberlakuan Standar Nasional dengan standar, maka bangsa
Indonesia Mengenai Sistem Indonesia akan survive dalam
Transportasi Cairan Untuk Hidrokarbon menghadapi era kompetisi dan
dan Standar Nasional Indonesia perdagangan bebas.
Mengenai Sistem Perpipaan Transmisi Menghadapi hal tersebut, semua
dan Distribusi Gas Sebagai Standar negara termasuk Indonesia, sedang
Wajib. Dua SNI tersebut adalah SNI 13- dan telah berupaya meningkatkan
3473-2002 (ASME/ANSI B.31-4) kualitas sumber daya manusianya
Sistem Transportasi Cairan untuk melalui standardisasi dan sertifikasi
Hidrokarbon dan SNI 13-3474-2002 kompetensi di berbagai sektor. Untuk
(ASME/ANSI B.31-8) Sistem Perpipaan hal ini diperlukan kerjasama dunia
Transmisi dan Distribusi Gas. usaha/industri, pemerintah dan
lembaga diklat baik formal maupun non
C. STANDAR KOMPETENSI formal untuk merumuskan suatu
KERJA NASIONAL INDONESIA standar kompetensi yang bersifat
Sumber Daya Alam (SDA) berupa nasional khususnya pada Sektor
minyak dan gas bumi terbentang luas di Industri Minyak dan Gas Bumi.
bumi nusantara yang merupakan Mengingat kegiatan usaha minyak dan
potensi besar Negara Indonesia. gas bumi yang banyak mengandung

6
FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4

resiko-resiko bahaya terhadap faktor konsorsium yang terdiri dari asosiasi


keselamatan umum, keselamatan profesi (lembaga sertifikasi profesi dll),
pekerja, instalasi dan kondisi asosiasi industri, pengguna (pelaku
lingkungan atau disebut keselamatan industri), pemerintah, dan akademisi
migas, maka dibutuhkan SDM yang (perguruan tinggi) serta masyarakat.
memiliki kompeten pada bidangnya. Tim komite Rancangan SKKNI
Berdasarkan Undang Undang (RSKKNI) disektor migas terdiri dari
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ditjen Migas, BU/BUT, asosiasi profesi,
Ketenagakerjaan ditegaskan bahwa manufacturer dan akademisi.
program pelatihan kerja harus mengacu
kepada standar kompetensi kerja.
Selanjutnya Peraturan Pemerintah KERANGKA PENGEMBANGAN SKKNI
Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem •Industri K/L-KOMITE STANDAR/
NAKER MENAKERTRANS
MENTERI/KA..
LEMBAGA/BADAN
•Profesi TIM PENYUSUN/PERUMUS
Pelatihan Kerja Nasional ditegaskan •Pemerintah Sesuai
Sektor

kembali bahwa program pelatihan dan RSKKNI RSKKNI


sertifikasi tenaga kerja harus mengacu 1 3

kepada Standar Kompetensi Kerja

PRA/KONVENSI
Tuntutan
•PENYUSUNAN

VERIFIKASI
Penerapan
Nasional Indonesia, Standar kebutuhan
SKKNI
•ADAPTASI RSKKNI SKKNI
Kompetensi Kerja Internasional
•ADOPSI
2 SKKNI
Bersifat Bersifat
maupun Standar Kompetensi Khusus. sukarela
(voluntary)
disarankan/
Wajib
•WORKSHOP (advisory/
Standar Kompetensi Kerja Nasional RSKKNI compulsary)

Indonesia (SKKNI) adalah uraian Monitoring & Kaji Ulang


kemampuan yang mencakup (Kemnakertrans dan K/L Teknis)

pengetahuan, keterampilan dan sikap Gb 3 Kerangka Pengembangan SKKNI


kerja minimal yang harus dimiliki Sektor Migas
seseorang untuk menduduki jabatan
tertentu yang berlaku secara nasional. 2. Penetapan SKKNI
Kementerian ESDM c.q Ditjen
Migas sebagai instansi teknis yang
menyusun SKKNI, telah menghasilkan
43 SKKNI di sektor migas dan
Kementerian Tenagakerja telah
menetapkannya. Dan tahun 2015
KESDM telah mewajibkan 35 SKKNI
Gb 2 Tahapan Penyusunan SKKNI tersebut dengan menerbitkan Peraturan
Sektor Migas Menteri ESDM No. 05 Tahun 2015
tentang Pemberlakuan Standar
1. Perumusan SKKNI Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Penyusun SKKNI adalah Di Bidang Kegiatan Usaha Minyak dan
lembaga pengembangan standar Gas Bumi Secara Wajib.
kompetensi yang terdiri atas
Kementerian Tenagakerja, instansi
terkait (KESDM c.q. Ditjen Migas),
komite standar kompetensi, Tim
perumus SKKNI dan Tim Verifikasi
SKKNI. Tim perumus ini bersifat ad
hoc. Tim perumus disebut juga sebagai
Komite Teknis. Komite teknis meliputi
7
FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4

penerapan SKKNI bersifat sukarela,


disarankan dan wajib. SKKNI dapat
diwajibkan pemerintah setelah
mempertimbangkan keperluan
melindungi kepentingan umum,
keamanan Negara, perkembangan
nasional dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Pemberlakuan
SKKNI wajib dilakukan melalui
penerbitan regulasi teknis oleh instansi
pemerintah yang memiliki kewenangan
Gb 4 SKKNI Bidang Kegiatan Usaha untuk meregulasi kompetensi tenaga
Migas kerja.
Saat ini di sektor kegiata usaha
III. PENERAPAN SNI DAN SKKNI migas telah diberlakukan secara wajib
SNI pada dasarnya merupakan 35 SKKNI pada sektor industri migas
standar sukarela (voluntary), yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Energi
penerapannya bersifat sukarela. SNI dan Sumber Daya Mineral No. 5 Tahun
yang berkaitan dengan kepentingan 2015. Pemberlakuan atas ke 35 SKKNI
keselamatan, keamanan, kesehatan, tersebut didasarkan atas pertimbangan
kelestarian fungsi lingkungan hidup, terhadap aspek resiko bahaya
atau atas dasar pertimbangan tertentu kecelakaan kerja, kerusakan barang
dapat diberlakukan secara wajib oleh modal, kerusakan lingkungan,
instansi teknis, yang selanjutnya persaingan tenaga kerja Indonesia di
disebut sebagai SNI wajib. pasar global, kerugian yang diakibatkan
Penerapan standar dimaksudkan oleh rendahnya kualitas tenaga kerja
untuk mendukung terwujudnya jaminan Indonesia serta kesiapan infrastruktur
mutu barang, jasa, proses, sistem atau untuk melaksanakan pendidikan dan
personel sehingga dapat memberikan pelatihan berbasis kompetensi.
kepercayaan kepada pelanggan dan
pihak terkait bahwa suatu organisasi,
individu, barang dan/atau jasa yang
diberikan telah memenuhi persyaratan
yang ditetapkan. Selain itu penerapan
standar juga dimaksudkan untuk
menjamin peningkatan produktivitas,
daya guna dan hasil guna serta
perlindungan terhadap konsumen,
tenaga kerja, dan masyarakat dalam
hal keselamatan, keamanan, kesehatan
dan kelestarian fungsi lingkungan
hidup. Penerapan standar pada
dasarnya sukarela yaitu bukan suatu
keharusan melainkan atas dasar
kebutuhan sendiri. Gb 4 Penerapan SNI dan SKKNI
Penerapan SKKNI diserahkan Kegiatan Usaha Migas
kepada instansi terkait. Pada dasarnya
8
FORUM MANAJEMEN Vol. 06 No. 4

IV. KESIMPULAN kompetensi kerja seseorang dan yang


Untuk mencapai jaminan telah ditetapkan yaitu SNI dan SKKNI.
Keselamatan Migas, diperlukan adanya Standar merupakan inti dari
kaidah keteknikan yang baik pada penerapan kaidah keteknikan untuk
semua tahapan kegiatan dimulai dari menjaga terciptanya keselamatan
tahapan eksplorasi hingga pada migas sehingga dapat terlaksananya
kegiatan niaga migas sehingga kegiatan usaha migas yang aman,
memenuhi regulasi dan standar. Dalam andal dan akrab lingkungan.
pelaksanaannya kaidah keteknikan Penggunaan standar dimulai dari
yang baik harus mengacu kepada kompetensi pekerja, perencanaan
standar yang umum digunakan dan dasar, spesifikasi teknis, pemilihan
telah diakui baik secara internasional material, perhitungan teknis,
dan nasional. Untuk mendukung produk pembuatan, perakitan, pengujian,
nasional menjadi kompetitif dalam operasi, perawatan dan pemeliharaan,
menghadapi era perdagangan bebas serifikasi dan evaluasi teknis.
(globalisasi) maka diperlukan kesiapan Pemahaman terhadap penggunaan
baik dari aspek infrastruktur, sumber standar dan kompetensi pekerja
daya manusianya, standar serta merupakan hal penting. Dengan
regulasi. Standar yang dimaksud penerapan standar pada instalasi
adalah standar yang terkait dengan migas dan pekerja tersebut dapat
produk, mutu, pengukuran, kualitas mewujudkan kegiatan usaha migas
serta standar yang terkait dengan yang optimal, efisien dan aman.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral No. 15 tahun 2008 tentang
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Mengenai Sistem Transportasi Cairan
untuk Hidrokarbon dan Standar Nasional Indonesia Mengenai Sistem Perpipaan
Transmisi dan Distribusi Gas Sebagai Standar Wajib.
Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di Bidang Kegiatan
Usaha Minyak dan Gas Bumi secara Wajib
https://ngsuyasa.wordpress.com/ 2014/01/20/sni-dan-skkni-wajib-di-sektor-migas/
http://www.iatmi.or.id/assets/bulletin /pdf/2008/2008-02.pdf
http://www.kompasiana.com/ johanismalingkas/kiatmempersiapkan-sdm-berkualitas-di-
industri-hulu-migas_552fe96a6ea834505f8b469a
http://migas.esdm.go.id/post/read/2-SNI-Migas-Jadi-Standar-Wajib

*) Ali Supriyadi adalah pejabat fungsional Widyaiswara

Anda mungkin juga menyukai