Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH HUMANIORA


DOSEN MATA KULIAH : Dra. MEITY ALBERTINA, SKM, SST, MPd

KELOMPOK TERDIRI:

RIEZKY FURRY TANJUNG SARI Amd,Keb NIM : PO 7224319066

SHINTA ANGGREANI PUSPA SARI Amd,Keb NIM : PO 7224319071

SRI LESTARI Amd,Keb NIM : PO 7224319072

POLITEKHNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

BALIKPAPAN

TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “ Humaniora “ ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Tujuan dari penyusunan tugas mata kuliah “ Humaniora “ ini adalah untuk membahas tentang
“ Peran Bidan Sebagai Change Agent “.

Keberhasilan penyusunan tugas mata kuliah “ Humaniora “ ini tentunya melibatkan banyak pihak
yang turut membantu dan memberikan dukungan. Sehingga pada kesempatan ini saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara
moril ataupun material sehingga tugas mata kuliah “ Humaniora “ ini berhasil disusun. Dan saya
memohon maaf jika dalam penyusunan tugas mata kuliah “ Humaniora “ ini masih banyak terdapat
kesalahan.

Balikpapan, 14 Agustus 2019


Tim Penyusun,
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1


A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

BAB III. PENUTUP ............................................................................................................. 10


A. KESIMPULAN ................................................................................................
B. SARAN .............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2005 menunjukkan, terdapat 228
kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup dan terdapat 34 bayi meninggal dalam setiap 1.000
kelahiran hidup. Data ini menjadikan Indonesia memiliki AKI dan AKB tertinggi di antara negara-
negara Asia Tenggara (ASEAN).

Pemerintah Indonesia menargetkan perbaikan kondisi kesehatan anak dan ibu secara konkrit
yang tertuang dalam butir Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs)
poin 4 dan 5. Pada 2015, pemerintah menargetkan penurunan AKI hingga sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup. Sebenarnya, AKI dan AKB dapat dicegah
bila ditangani dengan tepat dan cepat oleh tenaga kesehatan yang terampil dan fasilitas yang
memadai.

Permasalahan inilah yang menjadi dasar bahwa bidan dapat menjadi teladan dan tokoh di
masyarakat dalam upaya pembangunan kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak, sehingga
peran bidan dalam hal ini sangat besar.

Program pendidikan alih jenjang Sarjana Terapan Kebidanan adalah program pendidikan
lanjutan bagi para bidan yang ingin mengembangkan potensi diri. Program ini diperuntukkan bagi
para bidan yang telah menempuh pendidikan Diploma III Kebidanan.

Dalam pelaksanaan program pendidikan alih jenjang tersebut maka setiap mahasiswa pada
akhirnya diharapkan mampu menerapkan peran bidan selaku agen perubahan ( Agent of Change )
dalam bidang kesehatan Ibu dan Anak.

Sering kita mendengar kata perubahan (change) terutama ketika kita membahas hal-hal
berkaitan dengan upaya organisasi memperbaharui diri dalam situasi mengahadapi perubahan di
lingkungan strategi organisasi, dan setiap perubahan memerlukan orang/individu yang menjadi
pemandu proses berjalannya perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi maupun dalam
masyarakat, guna mencapai tujuan sebagaimana diharapkan.
Pengertian agen perubahan (The Change Agent) adalah individu atau seseorang yang
bertugas mempengaruhi target/sasaran perubahan agar mereka mengambil keputusan sesuai dengan
arah yang dikehendakinya. Agen perubahan menghubungkan antara sumber perubahan (Inovasi,
Kebijakan Publik dll) dengan sistem masyarakat yang menjadi target perubahan. Dengan demikian
komunikasi adalah alat strategi bagi tercapainya suatu perubahan dalam organisasi maupun sistem
sosial dalam masyarakat. Komunikasi adalah proses berbagi informasi dalam sistem sosial
masyarakat yang menciptakan temuan (innovator) dengan target perubahan (kelompok masyarakat)
dan atau proses berbagi informasi diantara sesama mereka agar mampu membangun situasi saling
pengertian melalui penjelasan/pencerahan dalam menjalin hubungan antara agen perubahan dengan
kelompok masyarakat yang menjadi target perubahan. Dalam menjalankan perannya sebagai agen
perubahan dengan cara memfasilitasi proses menyampaikan Inovasi dari sumber inovasi kepada para
target dari inovasi itu. Adapun tata cara tersebut dijelaskan dalam mata kuliah “ Humaniora “.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pengertian Bidan ?


2. Bagaimana Pengertian Agen Perubahan ?
3. Bagaimana Bidan Sebagai Agen Perubahan ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. TUJUAN UMUM
Seluruh mahasiswa program studi alih jenjang sarjana terapan kebidanan Balikpapan mengetahui
peran bidan sebagai agen perubahan ( Agent of Change ).

2. TUJUAN KHUSUS
a. Setiap mahasiswa memahami dan memaknai pengertian menjadi seorang bidan.
b. Setiap mahasiswa memahami dan memaknai pengertian menjadi seorang agen perubahan.
c. Setiap mahasiswa memahami dan memaknai peranan seorang bidan selaku agen perubahan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BIDAN
Dalam bahasa Inggris, bidan berasal dari kata midwife yang mengandung arti pendamping wanita
atau dukun beranak. Dan dalam bahasa sanksekerta di sebut dengan istilah “wirdhan” yang
berarti wanita bijaksana. Bidan adalah profesi yang diakui di seluruh dunia dalam membantu
kelahiran seseorang. Seperti yang disebutkan di atas bahwa pengertian bidan secara internasional
telah diatur dan diakui oleh Internasional Confederation Of Midwives ( ICM ) pada tahun 1972
dan Internasional Federation Of International Gynaecologist And Obstetritian ( FIGO ) pada tahun
1973, WHO dan badan lainnya.
Kemudian pada tahun 1990, dalam pertemuan dewan internasional yang digelar di kota kobe, icm
menyempurnakan definisi bidan yang kemudian disahkan oleh FIGO ( Federation Of International
Gynecologist Obstetrition) pada tahun 1991 serta WHO tahun 1992.

Definisi bidan dapat dijabarkan sebagai berikut :


1. Definisi Bidan Menurut KBBI
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia Bidan didefinisikan sebagai berikut
Bidan /bi·dan/ n wanita yg mempunyai kepandaian menolong dan merawat orang melahirkan dan
bayinya;
2. Definisi Bidan Menurut IBI
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mendefinisikan bahwa bidan Indonesia adalah :
Seorang perempuan yang sudah lulus dari pendidikan Bidan yang diakui oleh pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia ( NKRI ) serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan
praktik kebidanan.
3. Definisi Bidan Menurut ICM
Menurut International Confederation Of Midwives :
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar
(register) dan atau memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik kebidanan.
4. Definisi Bidan Menurut WHO
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar
(register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
5. Definisi Bidan menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gede Manuaba

Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung
tombak dalam upaya meningkatkan sumber daya menusia melalui kemampuannya untuk
melakukan pengawasan, pertolongan, dan pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu
postpartum.

B. PENGERTIAN AGEN PERUBAHAN


Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), agen perubahan adalah petugas profesional yang
mempengaruhi putusan inovasi para anggota masyarakat menurut arah yang diinginkan oleh
lembaga perubahan. Jadi, semua orang yang bekerja untuk mempelopori, merencanakan, dan
melaksanakan perubahan sosial adalah termasuk agen-agen perubahan.
Dalam rumusan Havelock (1973), agen perubahan adalah orang yang membantu terlaksananya
perubahan sosial atau suatu inovasi yang berencana. (Nasution, 1990).
Agen Perubahan (agen of change) memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial. Dalam
melaksanakannya, agen perubahan langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan untuk mengadakan
perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan pula perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan lainnya. Cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan
direncanakan terlebih dahulu yang dinamakan dengan rekayasa sosial (social engineering) atau
sering pula dinamakan perencanaan sosial (social planning). (Soekanto, 1992).
Fungsi utama agen pembaharu (change agent) adalah sebagai penghubung antara pengusaha
pembaharuan (change agency) dengan klien, tujuannya agar inovasi dapat diterima atau diterapkan
oleh klien sesuai dengan keinginan pengusaha pembaharuan. Kunci keberhasilan diterimanya
inovasi oleh klien terutama terletak pada komunikasi antara agen pembaharu dengan klien. Oleh
karena tugas utama yang harus dilakukan agen pembaharu adalah memantapkan hubungan dengan
klien. Kemantapan hubungan antara agen pembaharu dengan klien, maka komunikasi akan lebih
lancar.
Agen pembaharu (chage agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi klien agar mau
menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change
agency). Tugas utama agen pembaharu adalah melancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha
pembaharuan ke klien

Kualifikasi Agen Perubahan

Menurut Duncan dan Zaltman, agen – agen perubahan harus memiliki tiga ( 3 ) kualifikasi dasar,
yaitu :

A. Kualifikasi Teknis
Yakni kompetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek perubahan yang bersangkutan.
Misalnya pengetahuan dan wawasan tentang tumbuh kembang anak, kesehatan reproduksi, bagi
seorang penyuluh kesehatan terutama bidan.

B. Kemampuan Administratif
Yaitu persyaratan administratif yang paling dasar dan elementer, yakni kemampuan
untuk mengalokasikan waktu untuk persoalan-persoalan yang relatif detail. Maksudnya para agen
perubahan merupakan orang-orang yang menyediakan waktu dan tenaga mereka untuk secara
sepenuh hati menguras masyarakat yang dibinanya.
C. Hubungan Antar-Pribadi
Suatu sifat agen perubahan yang paling penting adalah empati, yaitu kemampuan untuk
menempatkan diri pada kedudukan orang lain, berbagai pandangan dan persoalan dengan mereka
sehingga hal-hal tersebut seakan-akan dialami sendiri.

Peran Agen Of Change


Menurut Rogers dan Shoemaker, agen-agen perubahan berfungsi sebagai mata rantai
komunikasi antara dua (atau lebih) sistem sosial. Yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial
yang mempelopori perubahan dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam usaha
perubahan tersebut. Hal itu tercermin dalam peranan utama seorang agen perubahan, yaitu:
Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan.
1. Sebagai pemberi pemecahan persoalan.
2. Sebagai pembantu proses perubahan, membantu dalam proses pemecahan masalah dan
penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai :
- Mengenali dan merumuskan kebutuhan.
- Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan.
- Mendapatkan sumber-sumber yang relevan.
- Memilih atau menciptakan pemecahan masalah.
- Menyesuaikan dan merencanakan pertahapan pemecahan masalah.
3. Sebagai penghubung ( linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.

Fungsi dan Tugas Agen Pembaharu


a. Memantapkan hubungan pertukaran informasi.
b. Mendiagnosa masalah yang dihadapi
c. Membangkitkan kemauan klien untuk berubah
d. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan.
e. Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berkelanjutannya inovasi
f. Mengakhiri hubungan ketergantungan
Di samping itu, menurut O’Gorman, inti dari peranan agen perubahan dalam proses
pembangunan masyarakat adalah:
a. Mengidentifikasi tujuan
b. Melakukan identifikasi dan pemanfaatan dari:
1) sumber-sumber
2) kepemimpinan
3) organisasi
c. Menetapkan prioritas, rencana dan pelaksanaan, serta evaluasi yang dilakukan menurut urutan
yang teratur agar alternatif yang telah dipilih dapat membawa hasil yang diharapkan.
Peran agen perubahan tersebut kemudian dapat dikelompokkan menjadi peran yang laten dan yang
manifes. Peranan yang manifes adalah peran dalam hubungan antara agen perubahan dengan
masyarakatnya. Peran manifes ini kelak merupakan bukti yang nyata baik bagi si agen maupun
masyarakat. Sedangkan peran yang laten merupakan peran yang timbul dari memberi petunjuk bagi
si agen dalam mengambil tindakan-tindakan yang dilakukannya (Nasution, 1996:115-119).
Agen perubahan akan lebih efektif jika :
1. Merangsang berlangsungnya proses-proses pemecahan masalah di kalangan klien.
2. Cukup pengetahuan mengenai proses penelitian dan pengembangan yang menghasilkan solusi,
sehingga mereka dapat membantu mendorong proses ini agar berfungsi lebih konsisten
dengan kebutuhan klien.
3. Mampu membina komunikasi dan kolaborasi yang mungkin di antara sistem- sistem klien dan
di antara lembaga-lembaga perubahan.
4. Mampu menghubungkan klien tertentu dengan suatu jumlah lembaga-lembaga perubahan
yang optimal, dan menghubungkan lembaga-lembaga perubahan tertentu dengan suatu jumlah
klien yang optimal.
5. Bersedia mendengarkan ide-ide baru dengan telinga yang reseptif, tapi kritis konstruktif.
6. Mampu mengintrodusir sifat keluwesan ke dalam hubungan antara klien dengan lembaga
perubahan.(Nasution, 1990:38)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Agen Perubahan


a. Usaha dari Agen Perubahan itu Sendiri.
Satu faktor dalam kesuksesan agen perubahan adalah dari banyaknya waktu yang
dihabiskan dalam aktivitas komunikasi dengan klien. Pernyataan generalisasi 9-1: Kesuksesan
agen perubahan dalam menjaga adopsi inovasi oleh klien merupakan sesuatu yang positif
berhubungan dengan usaha agen dalam menghubungi/melakukan mengkontak dengan klien.
b. Orientasi Klien
Posisi agen perubahan sosial adalah pertengahan antara agensi perubahan dan sistem
klien. Agen perubahan adalah subjek kebutuhan untuk peran persaingan . seorang agen
perubahan sering diharapkan untuk menjanjikan dalam perilaku pasti oleh agensi perubahan,
dan pada waktu yang sama klien mengharapkan agen perubahan untuk mewujudkan tindakan-
tindakan yang benar-benar berbeda.
c. Kesesuaian inovasi dengan Kebutuhan Klien
Proyek perubahan itu mengabaikan klien dirasakan dibutuhkan sering serba salah atau
membuar tidak diharapkan konsekuensinya. Untuk contoh, suatu perdesaan India telah
disediakan dengan dana perkembangan untuk memperbaiki sumur-sumur irigasi dimana hasil
panen dari lahan-lahan yang ada dapat menjadi berlimpah. Tapi, masyarakat ingin sumur untuk
diminum karena mereka ingin membawa air mereka beberapa mil dari sebuah sungai. Petani
kecil membangun sumur pada pusat desa, lebih baik daripada pada lahan-lahan mereka dan
diminum air, mengganti mengairi lahan mereka. Jika agen perubahan punya dasar programnya
yang sedang berlangsung dirasakan dibutuhkan dari masyarakat, satu sumur mungkin telah
disediakan untuk tujuan diminum. Mungkin sebuah kebutuhan yang lebih kuat untuk irigasi
dapat dijadikan dan dikembangkan oleh pengarah melunasi pembayaran finansial dari
mengadopsi ini.

Seorang agen perubahan dapat mengizinkan para klien untuk mengejar solusi untuk
kebutuhan mereka sangat lengkap bahwa kesalahan komitmen mereka atau prioritas salah arah.

Agen perubahan seharusnya berhati-hati pada para klien, mereka dirasakan dibutuhkan
dan diadaptasi program perubahan mereka. Mereka tidak seharusnya melepaskan peran mereka
pada keadaan kebutuhan mereka, sehingga sebagai untuk optimalkan kesejahteraan para klien
jangka panjang.

d. Empati dari Agen Perubahan


Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ketertarikan fisik”. Sehingga dapat
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan
perasaan orang lain. Empati dapat pula diartikan sebagai derajat untuk individu yang dapat
meletakan dirinya sendiri ke dalam peran dari orang lain. Empati dari agen perubahan dengan
klien adalah ketika klien mengalami kesulitan secara ekstrim yang berbeda dari agen perubahan.
diharapkan agen perubahan lebih sukses jika mereka mendapatkan empati dengan klien mereka.

Agen perubahan secara umum berorientasi untuk mencapai adopsi inovasi klien. Pada
banyak kasus mereka mungkin lebih banyak efekif dalam long run jika mereka dicapai adopsi
berkualitas tinggi, itulah, adopsi oleh klien yang dimana banyak dipuaskan dan yang dilalui
selama sikap positif ini untuk adopter individu lainnya yang berpotensi. Program keluarga
berencana akan diakui jika kualitas servis klien ditingkatkan, kecepatan angka penghentian
akan turun, dan tanggung jawab akan adopsi akan menaik. Salah satu cara mengembangkan
kualitas pelayanan klien telah melatih untuk perawat dan staf klinik lainnya untuk menyambut
klien ketika mereka memasuki klinik, untuk mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan klien
untuk membentuk rencana keluarga, untuk lakukan kontak mata dengan klien, untuk
bersenyum, dan untuk mengembangkan hubungan baik dengan klien. Ketrampilan
interpersonal ini diakarkan untuk staf klinik di Nigeria dalam pelatihan selama tiga hari,
dimana setelah dievaluasi oleh data yang ada dari rekaman klinik.
e. Homofilitasnya dengan klien
Seperti yang telah didefinisikan pada sebelumnya, homophily adalah interaksi yang
terjadi antara individu yang memiliki kesamaan pada pandangan, pengetahuan dan lainnya.
Sedangkan heterophily adalah kebalikan dari homophily yaitu merupakan interaksi antar
individu yang memiliki perbedaan. Agen perubahan memiliki banyak perbedaan dalam banyak
hal dari kliennya dan mereka memiliki kontak dengan kilen yang memiliki lebih banyak
kesamaan pada diri mereka.
Pernyataan umum seperti menimbulkan serangkaian generalisasi mengenai kontak agen
perubahan dengan klien yang memiliki dukungan empiris yang kuat.
f. Kredibilitas Agen Perubahan
Meskipun asisten agen perubahan kurang memiliki kredibilitas kompetensi, yang
didefinisikan sebagai sejauh mana sumber komunikasi atau saluran dianggap berpengetahuan
dan ahli, mereka memiliki keuntungan khusus yaitu kredibilitas keamanan, sejauh mana sumber
komunikasi atau saluran dianggap sebagai dipercaya.
Seorang asisten agen perubahan yang sebelumnya mengadopsi suatu inovasi dia akan
mempromosikan pendekatan dengan menggunakan kombinasi homophily / heterophily dan
kredibilitas kompetensi / kredibilitas sumber.
Salah satu agen perubahan yang diragukan mengenai kredibilitasnya adalah salesman.
Penerapan ide baru selalu mensyaratkan pembelian produk baru. Klien mengganggap bahwa
salesman mempunyai kredibilitas yang rendah. Sebagai contoh, ditemukan bahwa 97% dari
sampel para petani Ohio mereka lebih percaya kepada tetangga mereka daripada kepada
salesman (Rogers, 1961).
g. Sejalan dengan Pemimpin Opini
Pemimpin Opini adalah sejauh mana seorang individu dapat mempengaruhi individu lain
secara informal sikap atau perilaku terbuka cara yang dikehendaki dengan frekuensi yang relatif.
Kampanye difusi akan lebih berhasil jika agen perubahan mengidentifikasi dan memobilisasi
para pemimpin opini.
Waktu dan energi dari agen perubahan adalah sumber daya yang langka. Dengan
memfokuskan kegiatan komunikasi pada pemimpin opini dalam suatu sistem sosial, agen
perubahan dapat memanfaatkan sumber daya yang langka ini dan mempercepat laju difusi suatu
inovasi di antara klien. Upaya ekonomi dicapai karena menghubungi pemimpin opini
membutuhkan jauh lebih sedikit dari sumber daya agen perubahan dibandingkan jika setiap
anggota sistem klien itu harus dikonsultasikan.
Terkadang agen perubahan keliru mengira inovator sebagai pemimpin opini. Pemimpin
opini memiliki pengikut, sedangkan inovator adalah yang pertama mengadopsi ide-ide baru.
Ketika agen perubahan berkonsentrasi pada upaya-upaya komunikasi inovator, bukan pemimpin
pendapat, hasilnya mungkin adalah untuk meningkatkan kesadaran-pengetahuan tentang
inovasi, tetapi hanya sedikit klien yang akan dibujuk untuk mengadopsi. Dengan memusatkan
komunikasi kepada para pemimpin opini dalam sistem sosial klien, seorang agen perubahan
dapat mengendalikan sumberdaya yang terbatas ini, bahkan dapat meningkatkan kecepatan
difusi inovasi. Di sisi lain, dengan memanfaatkan bantuan para pemimpin opini, agen perubahan
mendapatkan perlindungan dari sponsor lokal. Jaringan pesan dari near-peer seperti pemimpin
opini dianggap kredibel dalam meyakinkan perorangan untuk mengadopsi inovasi.
h. Kemampuan Evaluasi Klien
Salah satu masukan unik agen perubahan untuk proses difusi kompetensi teknis. Tetapi
jika agen perubahan membutuhkan pendekatan jangka panjang untuk melakukan perubahan, ia
harus berusaha untuk meningkatkan kompetensi teknis klien dan kemampuan klien untuk
mengevaluasi potensi inovasi sendiri. Kemudian klien dapat menjadi agen perubahan bagi diri
mereka sendiri. Ini menunjukkan Generalisasi 9-12: keberhasilan agen perubahan untuk
mengamankan adopsi inovasi oleh klien terkait dengan meningkatkan kemampuan klien untuk
dapat mengevaluasi inovasi.
Sayangnya, seringkali agen perubahan lebih peduli dengan tujuan-tujuan jangka pendek
seperti peningkatan laju adopsi inovasi. Sebaliknya, dalam banyak kasus, kemandirian klien
harus menjadi tujuan utama dari agen perubahan, sehingga dapat menghentikan ketergantungan
klien terhadap agen perubahan. Tujuan ini, jarang dicapai oleh sebagian besar agen-agen
perubahan, mereka biasanya lebih mementingkan untuk mempromosikan adopsi inovasi,
daripada mencari klien untuk diajarkan keterampilan dasar tentang bagaimana untuk
mengevaluasi inovasi bagi diri mereka sendiri.

C. BIDAN SEBAGAI AGEN PERUBAHAN


1. Peran bidan sebagai agen perubahan
Peran bidan tidak hanya membantu persalinan ibu hamil. Lebih dari itu, bidan dapat berlaku
sebagai garda depan dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan dan bayi serta agen
perubahan (agent of change) bagi pembangunan kesejahteraan nasional. Fungsi bidan saat ini
masih identik dengan membantu kelahiran bayi di desa. Itu tidak salah. Memberikan nasehat
kepada ibu hamil selama masih hamil, persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin
persalinan serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak memang menjadi tugas utama bidan.
Namun lebih luas dari itu, bidan juga harus mampu menjalankan program pemberdayaan
perempuan. Artinya, setiap bidan harus cakap memberikan pengetahuan bagaimana memilih
pelayanan kesehatan terbaik dan hak-hak reproduksi di Indonesia berdasarkan pada :
1. UU No.7 tahun 1984 hasil replikasi CEDAW tahun 1979.
2. UU No.10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera
3. UU No.23 tahun 1992 BAB II Pasal 3 BAB III Pasal 4, BAB V pasal 18:1 dan Pasal 12

Hak – hak reproduksi wanita meliputi :


a) Wanita berhak mempunyai otonomi dan pilihan sendiri tentang fungsi dan proses
reproduksi
b) Wanita berhak menentukan secara bertanggung jawab apakah ingin, bagaimana, kapan,
mempunyai anak, termasuk menentukan berapa jumlahnya, wanita tidak boleh dipaksa
melahirkan atau mencegah kehamilan
c) Keputusan reproduksi yang diambil seorang wanita patut dihormati, wanita perlu diberikan
informasi dan otoritas untuk membuat keputusan sendiri tentang reproduksi yang sesuai
dengan kebutuhan kesehatan reproduksinya. (Hidayat Asri, 2009:112)

Salah satu tugas penting yang dilakukan bidan untuk menyukseskan pembangunan kesehatan
nasional adalah penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di
indonesia. Diketahui, tingginya AKI dan AKB masih menjadi permasalahan penting di
indonesia. Dengan kesabaran dan belajar dari pengalaman para bidan perlahan-lahan mengajak
masyarakat mengubah perilaku menuju gaya hidup lebih rasional.
Dalam konteks pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), bidan sangat berperan
dalam mencapai tujuan keempat MDGs, yaitu menurunkan angka kematian bayi, dan tujuan
kelima, yaitu memperbaiki kesehatan ibu hamil.
Di Jawa dan Bali perbandingan antara bidan dan jumlah penduduk lebih rendah daripada di
luar Jawa-Bali. Di Jawa dan Bali pula rasio bidan dan jumlah penduduk untuk perdesaan
menurun, sementara di perkotaan meningkat. Di luar Jawa, Bali, dan Sumatera, rasionya malah
menurun untuk bidan di perkotaan. Data lain memperlihatkan, meskipun ada peningkatan
signifikan pengetahuan tenaga kesehatan, untuk perawatan prakelahiran pengetahuan yang
dimiliki masih separuh pengetahuan yang dibutuhkan. Padahal, layanan tersebut layanan dasar.

2. Contoh Bidan sebagai Agen Perubahan


a. Cara memasak makanan untuk anak balita
b. Menyediakan air bersih bagi rumah tangga di desa
c. Mengubah pendekatan dari dukun untuk melahirkan, memberi layanan lengkap hingga
pascamelahirkan. Pendekatan dilakukan kepada perangkat desa dan masyarakat untuk
membentuk forum kesehatan desa.
d. Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI)
e. Bidan berperan dalam upaya pemeliharaan dan pencegahan penyakit.

3. Salah satu peran bidan sebagai pelaksana yaitu Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan
Peran bidan dalam pelayanan kesehatan yaitu :
a. sebagai pelaksana,
b. sebagai pengelola,
c. sebagai pendidik,
d. sebagai peneliti.

Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Kampung KB


Memberikan pelatihan kepada kader dan tokoh masyarakat di latih untuk dapat melakukan
hal-hal dibawah ini:
a. KIE Individu atau kunjungan ke rumah-rumah sasaran.
b. KIE Kelompok dengan memanfaatkan forum-forum social (pengajian,pertemuan BKB,
Pertemuan BKR, pertemuan UPPKS, Arisan, Taman Posyandu dll).
c. KIE Massa dengan memanfaatkan media tradisional, Acara-acara hiburan rakyat, dll).
d. KIE Konseling kepada sasaran (Ibu Hamil,BUTEKI,PUS bukan peserta KB, Calon
Peserta KB) untuk menentukan dan memantapkan pilihan kontrasepsi yang digunakan
Ruang lingkup kegiatan Kampung KB
a. Keluarga
b. Remaja
c. Penduduk Lanjut Usia (Lansia)
d. Pasangan Usia Subur (PUS) Commented [ps1]:

e. Keluarga dengan balita


f. Keluarga dengan remaja
g. Keluarga dengan lansia
h. Sasaran sektor sesuai dengan bidang tugas masing masing
.a. Kependudukan
b. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;
c. Ketahanan Keluarga dan Pemberdayaan Keluarga (Pembangunan Keluarga)
d. Kegiatan Lintas Sektor (Bidang Pemukiman, Sosial Ekonomi, Kesehatan,
e. Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan sebagainya
disesuaikan dengan kebutuhan wilayah Kampung KB yaitu tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami isteri untuk :
a. Mengindari kelahiran yang tidak diinginkan
b. Mendapatkan kelahiran yang diinginkan
c. Mengatur interval diantara kelahiran
d. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri,
e. Menetukan jumlah anak dalam keluarga.
Kampung KB
Kampung KB adalah salah satu upaya penguatan Kependudukan, KB dan Pembangunan
Keluarga (KKBPK) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat
dalam memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh
pelayanan total program KB, sebagai upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Sasaran yang merupakan subjek dan objek dalam pelaksanaan program dan kegiatan di
Kampung KB
a. Peserta KB aktif lebih dari rata-rata capaian Desa atauKelurahan
b. Pria ber-KB dari total peserta KB lebih dari rata-rata capaian Desa atau Kelurahan
c. MKJP lebih dari rata-rata capaian Desa atau Kelurahan
d. Unmeet need kurang dari rata-rata capaian Desa atau Kelurahan
e. Peningkatan peserta KB dan metode kontrasepsi,
f. Membentuk sejumlah program pembinaan dan kesejahteraan masyarakat seperti:
1) Posyandu, Bina Keluarga Balita (BKB),
2) Pusat informasi dan konseling remaja,
3) Pelayanan KB,
4) Bina Keluarga Lanjut (BKL),
5) Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) seperti budidaya jamur
tiram dan kerajinan tangan berbahan dasar limbah
Langkah kegiatan change agent menurut Rogers E.M (1995),
a) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu
dan anak serta keluarga berencana (KB) sesuai dengan rencana.
b) Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan lain
dalam melaksanakan program atau kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB.
c) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat hususnya kesehatan
ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan
sektor terkait.
d) Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
e) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang serta kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi.

Indikator Keberhasilan KB dan Kespro


Pertumbuhan penduduk nasional sudah masuk level mengkhawatirkan. Tahun ini, angka
pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,49%. Padahal, idealnya hanya 1,1%. Jika
diperhitungkan 1,49% sama dengan jumlah penduduk Singapura, maka dari itu pemerintah
mencanangkan program kampung KB
Salah satu contoh bidan sebagai change of agent adalah peran serta bidan terlaksana nya
kampung KB di desa Tritih Wetan, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap. Perubahan
yang terjadi secara signifikan dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah pengguna KB
dari tahun 2014-2015 diatas rata-rata cakupan desa atau kelurahan. Hal ini menunjukan bahwa
bidan dapat menjadi cahange of agent dalam program keluarga berencana dengan
menjalankan tugas nya sesuai dengan peran dan fungsi bidan.
Pelayanan KB yang berkualitas dan merata memiliki kedudukan yang strategis, yaitu
sebagai bagian dari upaya komprehensif untuk menurunkan AKI dan sebagai bagian dari
Program KKB. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pada Pasal 78 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan dalam KB dimaksudkan
untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus
yang sehat dan cerdas dan pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga,
fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan Pelayanan KB yang aman, bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat
Bidan sebagai change of agent dalam keluarga berencana (KB) adalah dengan
terlaksananya program kampung KB yang merupakan salahsatu program pemerintah dalam
menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Bidan berada pada daris terdepan dalam
pelanayan KB. Walaupun kampung KB merupakan program pemerintah, namun tanpa
adanya bidan pelayanan KB akan lumpuh. Selain dokter, sebagian besar pelayanan KB
dilakukan oleh bidan. Oleh karena itu, peran bidan tidak bisa diabaikan. Indonesia akan
mengalami pertambahan jumlah penduduk terus menerus
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam bahasa Inggris, bidan berasal dari kata midwife yang mengandung arti pendamping wanita
atau dukun beranak. Dan dalam bahasa sanksekerta di sebut dengan istilah “wirdhan” yang
berarti wanita bijaksana. Bidan adalah profesi yang diakui di seluruh dunia dalam membantu
kelahiran seseorang.
Agen pembaharu (chage of agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi klien agar mau
menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change
agency).
Peran bidan tidak hanya sebatas membantu persalinan ibu hamil. Lebih dari itu, dia dapat berlaku
sebagai garda depan peningkatan kesejahteraan perempuan dan bayi serta agen perubahan (agent of
change) bagi pembangunan kesehatan nasional. Fungsi bidan saat ini masih identik dengan
membantu kelahiran bayi di desa. Itu tidak salah. Memberikan nasihat kepada ibu hamil selama masa
hamil, persalinan dan masa pascapersalinan, memimpin persalinan serta asuhan pada bayi baru lahir
dan anak memang menjadi tugas utama para bidan. Namun lebih luas dari itu, bidan juga harus
mampu menjalankan program pemberdayaan perempuan. Artinya, setiap bidan harus cakap
memberikan pengetahuan bagaimana memilih pelayanan kesehatan terbaik dan hak-hak reproduksi
kepada pasiennya.

B. SARAN
Demikian penyusunan tugas mata kuliah “ Humaniora” ini. Dengan adanya penyusunan tugas
ini diharapkan mampu menerangkan peran bidan selaku agen perubahan, apa saja yang menjadi
hambatan dalam melakoni peran tersebut dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
penilaian tugas mata kuliah ini. Dibharapkan juga bagi pembaca agar dapat mengetahui kunci
sukses dalam pergerakan bidan agen perubahan.

Tidak lepas dari kesalahan dalam penyusunan tugas ini, maka atas saran dan kritik dari ibu
dosen mata kuliah “ Metodologi penelitian “ saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

1. Afrinitakhyiriyah.2017. Bidan sebagai agent of change dan management konflik individu dan
social.[ Internet ].
Tersedia di :
http://afrinitakhoyiriyah08.blogspot.com/2017/12/bidan-sebagai-agent-of-change-dan.htm.
2. Ninuk Mardiana Pambudy. Diunduh tgl 16 april 2010. Bidan, agen perubahan. [ Internet ].
Tersedia di :
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/05/04115762/bidan.agen.perbahan
3. Fenty’s Blog.2017. Bidan sebagai agen perubahan. [ Internet ]
Tersedia di :
https://fenchiey.blogspot.com/2017/bidan-sebagai-agen-perubahan.html
4. Okezone Lifestyle.2010.Agen Perubahan Itu Bernama Bidan. [ Internet ]
Tersedia di :
https://lifestyle.okezone.com > Lifestyle > Kesehatan
5. Syaiful Anwar.2013.Agen Perubahan ( Agent of Change ). [ Internet ]
Tersedia di :
https://bppk.kemenkeu.go.id/images/file/pusbc/2013_AGEN_PERUBAHAN.pdf
6. Tia Rahmawati.2016 Change of Agent Bidan. [ Internet ]
Tersedia si :
https://prezi.com > change-of-agent

3.
2.
2.
https://lifestyle.okez

2.

Anda mungkin juga menyukai