Lingkungan 1
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
1. Permasalahan
sangat mempengaruhi alam karena manusia adalah bagian alam yang tidak dapat
filsafat dan etika berharap bahwa hukum yang diterima masyarakat akan
mewujudkan beberapa pendapat tentang apa yang secara etis dianggap benar dan
salah dan mendistribusikan hukuman yang sesuai. Ruang lingkup etika jauh lebih
luas daripada ranah hukum. Etika tidak hanya peduli dengan kasus-kasus yang
merugikan secara ekstrim. Etika meluas ke semua tugas dan kewajiban, kebajikan
dan keburukan, sebagaimana manusia berinteraksi satu sama lain (Light, 2007:2-
3).
dihitung secara moral dan mengapa spesies yang terancam punah, hutan tua, hutan
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 1
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dimiliki alam. Apakah alam itu bernilai sejauh alam berguna bagi kepentingan
manusia atau alam mempunyai nilai sendiri terlepas bernilai atau tidaknya bagi
terhadap alam serta hubungan antara semua kehidupan alam semesta. Etika
sehingga semua unsur kehidupan mempunyai nilai dan arti yang sama. Prinsip
etika lingkungan hidup adalah semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan
dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak
terjadi dan salah satunya yaitu melalui film. Film merupakan salah satu media
yang paling ampuh untuk mempengaruhi manusia dengan tujuan yang baik
Film tidak hanya dipahami sebagai suatu karya seni maupun barang
memiliki berbagai macam naluri atau kebutuhan dasar yang tertanam di dalam
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 1
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dirinya dan salah satunya yaitu naluri untuk mengetahui apa yang terjadi di luar
(nyata). Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa namun film ini
memiliki plot namun memiliki suatu struktur yang didasarkan oleh tema atau
argumen dari sineas pembuat film. Objek dari film dokumenter berhubungan
dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi nyata. Penokohan seperti halnya
dalam film fiksi tidak terdapat dalam film dokumenter (Pratista, 2008:4).
The Cove adalah film dokumenter tahun 2009 yang menyoroti praktek
perburuan lumba-lumba di Teluk Taiji, Jepang. Film The Cove adalah sebuah
Lumba-lumba adalah salah satu contoh hewan yang dewasa ini sangat
gencar diberitakan oleh media massa baik di televisi, media cetak, dan media
sosial seperti twitter, blog, dan facebook. Ada banyak sekali berita tentang lumba-
kehilangan fungsinya. Selain kemampuan sonarnya menjadi rusak, satwa ini juga
akan mengalami stres. konservasi sering kali menjadi salah satu alasan yang
pembelajaran. Padahal manusia tetap bisa mempelajari hewan ini dari alam bebas.
manusia tidak akan pernah belajar mencintai lumba-lumba dari cara-cara seperti
bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli, dan
sebagai pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang mempunyai nilai,
sementara alam dan segala isinya sekadar alat bagi pemuasan kepentingan dan
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 1
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kebutuhan hidup manusia. Bahkan manusia dipahami sebagai penguasa atas alam
sengaja ataupun tidak sengaja oleh manusia ini seakan melegalkan untuk
Penulis menjadikan salah satu cabang teori etika lingkungan hidup hak
asasi alam yaitu hak asasi hewan untuk mengkritisi fenomena tersebut. Mengingat
hanya berlaku pada manusia saja, maka konsep mengenai perlakuan etis terhadap
alam, apalagi ide mengenai hak asasi hewan merupakan sesuatu yang dianggap
aneh dan tidak masuk akal. Aneh dan tidak masuk akal bahwa hewan dan
tumbuhan mempunyai hak asasi yang sama dengan manusia (Keraf, 2010: 5).
liberation) adalah ide bahwa hak-hak dasar hewan harus dianggap sederajat
sebagaimana hak-hak dasar manusia. Para pendukung mendekati masalah ini dari
posisi filosofis yang berbeda, mulai dari gerakan proteksionis yang dicetuskan
oleh filsuf Peter Singer dengan fokus utilitarian terhadap penderitaan dan
konsekuensi, daripada konsep hak itu sendiri, sampai gerakan abolisionis yang
dicetuskan Gary Francione yang menyatakan bahwa hewan hanya butuh satu hak,
yaitu hak untuk tidak dijadikan benda atau properti. Pandangan dan pendapat
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 1
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pendekatan, semua setuju bahwa hewan harus dipandang sebagai “orang” non-
manusia dan anggota komunitas moral, serta tidak digunakan sebagai makanan,
berbeda dengan Peter Singer dalam memandang hak asasi hewan. Regan tidak
setuju dengan program utilitarian Peter Singer untuk gerakan kebebasan hewan,
mempunyai derajat yang sama dimana hewan berhak untuk hidup dan inilah dasar
lumba layaknya manusia yang juga mempunyai hak asasi untuk tidak disakiti,
untuk hidup bebas, tidak dibantai, dan tidak untuk diperlakukan sekehendak hati
yang tidak wajar sampai dengan pembantaian ribuan lumba-lumba di Teluk Taiji,
mengkaji permasalahan ini dari sudut pandang teori hak asasi hewan. Bagi
sebagian orang sangat tidak lazim memikirkan hak asasi alam apalagi hewan.
Secara nasional tanggal 15 0ktober diperingati sebagai hari hak asasi hewan akan
tetapi masyarakat tidak banyak tahu akan hal ini, hanya sebatas orang-orang atau
golongan tertentu saja yang mengetahuinya. Tanggal tersebut dipilih karena pada
saat ini masih banyak terjadi kontroversi mengenai hak asasi hewan, banyak yang
rendah dari manusia memiliki hak asasi? Dan masih banyak lagi. Bertitik tolak
hak asasi hewan melalui pandangan dua tokoh besar yaitu Peter Singer dan Tom
Regan. Penulis berharap dapat lebih mempopulerkan teori hak asasi hewan ini
hak asasi hewan melalui film dokumenter “The Cove”. Penulis berharap hak asasi
hewan tidak lagi menjadi suatu teori yang dipandang sebelah mata bagi
2. Perumusan masalah
Jepang dalam film dokumenter The Cove dalam kaitannya dengan hak
asasi hewan?
2. Apa inti teori etika lingkungan hidup hak asasi alam khususnya teori
lingkungan?
3. Keaslian penelitian
Fokus kajian dalam penelitian ini adalah tentang hak asasi hewan dalam
film dokumenter The Cove. Penelitian ini akan memaparkan bagaimana salah satu
cabang teori etika lingkungan hidup hak asasi alam yaitu teori hak asasi hewan
lingkungan Fakultas Filsafat atau di luar fakultas. Penelitian yang membahas dan
mengulas mengenai film dan teori etika lingkungan hidup sudah banyak, namun
penulis tidak menemukan penelitian yang mengkaji film dokumenter The Cove
dari segi teori hak asasi hewan. Penulis menemukan beberapa karya yang
a. Arick Nur Rachman. 2005. Pemaknaan Etika dalam Film Telaah Etika
Politik dan Etika Lingkungan dalam Film The Lord of The Ring. Fakultas
pemaknaan etika politik dan etika lingkungan dalam film The Lord of The
Ring. Konsep etika politik yang terdapat di dalam sebuah film kemudian
b. Muhammad Asa Bakti Ikwanto. 2011. Konsep Etika Lingkungan dalam Film
biosentrisme.
beberapa penelitian lain yang memahami film dari segi makna filosofis khususnya
dalam sebuah film yang mengusung tema lingkungan guna menarik suatu
kesimpulan pesan moral. Hal ini yang menjadikan landasan objek formal yang
digunakan penulis lebih mengerucut terhadap objek material yang dituju. Penulis
4. Manfaat penelitian
Cove. Pengetahuan bahwa tidak hanya manusia yang memiliki hak asasi
akan tetapi hewan dan makhluk hidup selain manusia juga memiliki hak
b. Bagi Filsafat
pemikiran terhadap ilmu filsafat terutama mengenai salah satu teori etika
mempunyai hak asasi akan tetapi hewan. Penelitian ini diharapkan dapat
B. Tujuan Penelitian
2. Memaparkan teori etika lingkungan hidup hak asasi alam khususnya hak
asasi hewan (animal rights) melalui dua pandangan tokoh Peter Singer dan
Tom Regan
C. Tinjauan Pustaka
pertentangan besar dan cakupan luas yang saling berhubungan yaitu pembuatan
film dan subjek, film dan pengamat, tujuan konservatif dan sasaran pembebasan,
psikologi dan politik, gambar dan suara, dialog dan musik, dan susunan lakon,
kepekaan sastra dan kepekaan sistematika, lambang dan arti, kebudayaan dan
masyarakat, bentuk fungsi, desain dan kegunaan, seks dan kekerasan, citra dan
merupakan suatu kelengkapan kode dan sub kode yang menghasilkan pertanyaan-
pertanyaan asasi hubungan antara kehidupan dan seni, realitas dan bahasa
(Monaco, 1985:47-48).
Film atau gambar bergerak (motion picture) termasuk seni yang lahir,
film terwujud dalam sinematografi, yaitu sebuah mesin yang bisa difungsikan
sebagai kamera dan proyektor yang memungkinkan sebuah film dapat ditonton
sebuah film tetaplah kenyataan semu. Persoalan pembuatan film yakni bagaimana
membuat kenyataan semu itu punya makna dan dipahami penonton untuk
2009:49).
suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai makna
khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat pendidikan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Rekaman suatu peristiwa dalam bentuk audio visual yang
tercipta tanpa ada unsur rekayasa. Film dokumenter dapat dibuat oleh perorangan,
(nyata). Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa namun film ini
memiliki plot namun memiliki suatu struktur yang didasarkan oleh tema atau
argumen dari sineas pembuat film. Objek dari film dokumenter berhubungan
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 10
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi nyata. Penokohan seperti halnya
dalam film fiksi tidak terdapat dalam film dokumenter (Pratista, 2008:4)
dokumenter adalah pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Hasil terpenting
dalam proses produksi adalah riset, karena dokumenter membutuhkan data yang
diproduksi tahun 2009. Film ini mengisahkan tentang perburuan dan pembunuhan
Bintang utama film ini adalah Richard O’Barry, seorang mantan angkatan laut
Flipper. Film ini disutradari oleh Louie Psihoyos, seorang mantan fotografer
perjalanan ke Jepang, apa yang dihasilkan oleh Psihoyos dan Timnya sangat
dua milyar dollar per tahun dari lumba-lumba yang ditangkap. Ini merupakan
Richard O'Barry was the man who captured and trained the dolphins
for the television show Flipper (1964). O'Barry's view of cetaceans in
captivity changed from that experience when as the last straw he saw
that one of the dolphins playing Flipper - her name being Kathy -
basically committed suicide in his arms because of the stress of being in
captivity. Since that time, he has become one of the leading advocates
against cetaceans in captivity and for the preservation of cetaceans in
the wild. O'Barry and filmmaker 'Louie Psihoyos go about trying to
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 10
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
expose one of what they see as the most cruel acts against wild dolphins
in the world in Taiji, Japan, where dolphins are routinely corralled,
either to be sold alive to aquariums and marine parks, or slaughtered
for meat. The primary secluded cove where this activity is taking place
is heavily guarded. O'Barry and Psihoyos are well known as enemies by
the authorities in Taiji, the authorities who will use whatever tactic to
expel the two from Japan forever. O'Barry, Psihoyos and their team
covertly try to film as a document of conclusive evidence this cruel
behavior. They employ among others Hollywood cameramen and deep
sea free divers. They also highlight what is considered the dangerous
consumption of dolphin meat (due to its high concentration of mercury)
which is often sold not as dolphin meat, and the Japanese government's
methodical buying off of poorer third world nations for their support of
Japan's whaling industry, that support most specifically at the
International Whaling Commission (Huggo, 2009:1).
The Cove sangat menarik dan mengundang efek emosional yang tidak dapat
diabaikan. Film The Cove adalah sebuah film yang dibuat dengan agenda yang
jelas dan sarat dengan unsur-unsur seperti yang ada dalam film-film pencurian
dan thriller mata-mata. Kengerian dalam film The Cove tidak dapat diragukan dan
terlihat sangat nyata. Pembantaian tiap tahun ribuan lumba-lumba disebuah teluk
terisolasi di Taiji adalah hal yang memuakkan, menyayat hati, dan harusnya tak
akuarium dunia, sisanya dibantai/ dipotong secara brutal dan biadab. Film The
Cove mengaduk banyak emosi dan hal inilah yang dibutuhkan untuk memicu
The campaigning elements of the film may not sit well with some
people, but the facts are the facts, and there's simply no denying the
emotional impact this film has. It is a prime example of constructed
film-making with an overt agenda, filled with elements that at time
make it feel like a heist movie or spy thriller. Having said that, there's
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 10
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
no doubting just how real the horrors are. The annual slaughter of
thousands of dolphins in an isolated cove near Taiji is sickening, heart-
wrenching and unnecessary. After select dolphins are taken for the
world's aquariums, the rest are left for brutal and barbaric butchering.
I'm utterly delighted that this film is stirring up so much emotion, as
this is exactly what is needed to spark change. Most people in Japan
aren't even aware of this atrocity, and had it not been for this film, I
seriously doubt many of them would have ever known. I for one
appreciate the risks taken by the film makers in attempting to get this
story out, and I would place good money on this documentary being a
front-runner for next year's Oscars (Bushido, 2009:1)
dalam film The Cove merasa bahwa lumba-lumba yang berada dalam sebuah Sea
World yang pernah dilatihnya untuk serial televisi Flipper mengalami depresi
berat sehingga lumba-lumba itu memilih bunuh diri. Lumba-lumba adalah hewan
“The thing that turned me around was the death of Flipper, of Cathy.
She was really depressed. I could feel it. I could see it. And she
committed suicide in my arms. That's a very strong word, suicide. But
you have to understand dolphins and other whales are not automatic
air breathers, like we are. Every breath they take is a conscious effort.
And so they can end their life whenever life becomes too unbearable by
not taking the next breath. And it's in that context I use the word
suicide. She did that. She swam into my arms, looked me right in the
eye, and took a breath... and didn't take another one”. (O’Barry,
2009:1)
D. Landasan Teori
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 10
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dengan baik buruk. Perlu dibedakan anatara immoral dan amoral (Bertens, 2007
:7). Amoral sebaiknya diartikan sebagai netral dari sudut moral atau tidak
mempunyai relevansi etis. Itu berarti jika tidak ingin memakai kata Immoral tapi
Etika menyoroti yang baik dan yang buruk dalam tingkah laku manusia.
baik dan buruk merupakan kategori etis yang penting. Manusia memaksudkan
baik atau buruk dalam konteks etika, di sini juga selalu harus ditambah baik atau
buruk secara moral. Di luar konteks etika, ada banyak hal yang baik atau buruk,
tetapi di situ kebaikan atau keburukannya selalu terbatas pada aspek tertentu saja
dan karena itu tidak bersifat moral (Bertens, 2011: 11). Etika juga merupakan
filsafat moral atau ilmu yang membahas dan mengkaji persoalan benar dan salah
secara kritis secara moral bagaimana seseorang harus bertindak dalam situasi
tindakan seseorang dengan menggunakan akal yaitu dengan melakukan apa yang
menyangkut kepentingan tiap individu yang akan dkenai dampak dan akibatnya
dari tindakan yang dilakukan (Rachels, 2004:40). Pola perilaku manusia dalam
terlepas dari pengaruh lingkungan, baik yang datang dari alam sekitarnya,
dan keadaan serta makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
dikenal dengan istilah biotis merupakan semua makhluk hidup yang ada di sekitar
yang ada di sekitar manusia yang berbentuk benda mati (Borrong, 2000: 18-19).
mengenai hubungan antara moral manusia dengan lingkungan. Fokus dari etika
lingkungan, maka etika lingkungan dapat dikatakan sebagai ilmu yang berbicara
mengenai norma dan kaedah moral yang mengatur perilaku manusia dalam
berhubungan dengan alam serta nilai dan prinsip yang menjiwainya. Berbeda dari
itu, etika lingkungan juga dapat difahami sebagai refleksi kritis atas norma-norma
dan prinsip atau nilai moral yang diterapkan dalam lingkungan atau komunitas
perilaku manusia terhadap alam, namun etika lingkungan juga berbicara mengenai
relasi antara kehidupan alam semesta, yaitu hubungan sesama manusia yang
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 10
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
mempunyai dampak pada alam, dan hubungan manusia dengan alam secara
diberlakukan juga bagi komunitas biotis dan ekologis. Etika lingkungan hidup
dipahami sebagai refleksi kritis atas norma-norma dan nilai-nilai moral yang
selama ini hanya untuk komunitas manusia untuk diterapkan pada komunitas
hidup yang dibahas sampai sekarang adalah persoalan mengenai apakah alam
selama ini etika dan paham politik kita sangat antroposentris sehingga hanya
manusia yang dianggap mempunyai hak. Leopold dan semua penganut teori etika
etika tidak hanya berlaku untuk manusia saja akan tetapi juga komunintas biotis
dan ekologis seluruhnya. Etika tidak lagi sebagai wilayah kekuasaan manusia
akan tetapi juga alam termasuk juga hewan dan tumbuhan (Keraf, 2010:122).
Hak asasi hewan dikenal juga sebagai kebebasan hewan adalah sebuah
gagasan bahwa hak-hak dasar hewan harus dianggap sederajat sebagaimana hak-
hak dasar manusia (Taylor, 2003:15). Secara filosofis sejauh ini diterima umum
bahwa manusia mempunyai dua hak asasi, yaitu hak atas hidup dan hak atas
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 10
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kebebasan. Hak atas kehidupan adalah hak asasi yang paling mendasar, karena
hanya dengan memiliki kehidupan dimungkinkan untuk memiliki hak yang lain
(Keraf, 2010:136).
Para pendukung hak asasi hewan mendekati masalah ini dari posisi
filosofis yang berbeda mulai gerakan proteksionis yang dicetuskan oleh Peter
konsep hak itu sendiri sampai gerakan abolisionis yang dicetuskan Gary
Francione menyatakan bahwa hewan hanya butuh satu hak yaitu hak untuk tidak
dijadikan benda atau properti. Meski ada berbagai pendekatan mereka semua
setuju bahwa hewan harus dipandang sebagai makhluk hidup yang sejajar dengan
manusia dan anggota komunitas moral, serta tidak digunakan sebagai makanan,
pakaian, subyek penelitian atau hiburan. Pembela hak asasi hewan menyatakan
bahwa hewan harus dipandang sebagai makhluk hidup buka benda (Scruton,
2000: 1).
pada derajat yang sama dimana mereka sama-sama berhak untuk hidup, dan hal
ini pula yang menjadi dasar perhatiannya. Sebuah kesalahan mendasar adalah
tersebut. Tom Regan adalah seorang revolusioner yang berjuang dalam sebuah
(Pojman, 2008:82-83).
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 10
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
perdebatan mengenai pemberian hak yang satu melebihi yang lain biasanya
memberikan sedikit kemajuan, hal itu dikarenakan hak-hak bukanlah dasar dari
dan kevokalannya tidak menolong secara khas. Peter Singer lebih suka
pada tanggal 15 Oktober 1978 di markas UNESCO dengan teks yang telah
direvisi oleh International League of Animal Rights pada tahun 1989, disebutkan
“ considering that life is one, all living beings having a common origin
and having of diversified in the course of the species, considering that
all living beings possess natural rights, and that any animal with a
nervous system has specific rights, considering that the contempt for,
and even the simple ignorance of, these natural right, cause serious
damage to Nature and lead men to commit crimes against animals,
considering that that coexistence of species implies a recognition by th
human species of other animal species to live, considering that the
respect of animals by humans is inseparable from the respect of men for
each other” (sumber: http://www.cwrl.utexas.edu).
“Mengingat bahwa hidup adalah satu, semua makhluk hidup memiliki
asal mula yang sama dan memiliki diversifikasi dalam perjalanan evolusi spesies,
menimbang bahwa semua makhluk hidup memiliki hak alamiah, dan bahwa setiap
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 10
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
hewan dengan sistem saraf memiliki hak khusus, menimbang bahwa penghinaan
dan penolakan teradap hak alamiah ini menyebabkan kerusakan serius pada alam
spesies hewan lain untuk hidup, menimbang bahwa rasa hormat pada hewan oleh
moral bukan perbedaan antara manusia dan makhluk bukan manusia tetapi
kehidupan dan memiliki kesejahteraan individual yang penting bagi makhluk non
manusia yang tak pernah terpikir oleh manusia, keduanya baik manusia ataupun
E. Metode Penelitian
masalah aktual yang bersumber pada data pustaka. Bahan dan materi penelitian ini
diperoleh melalui penelusuran pustaka yaitu dari film dan buku-buku yang
berkaitan dengan film dokumenter The Cove dan teori hak asasi hewan.
lainnya yang berhubungan dengan tema yang diangkat oleh penulis. Pustaka
1) Buku Etika Lingkungan Hidup Karya Sony Keraf. 2010. Kompas Media
Nusantara: Jakarta
2) Buku Environmental Ethics Karya Louis P. Pojman dan Paul Pojman. 2008.
4) Buku Primat dan Filsuf Merunut Asal usul Moral Karya Frans de Waal.
5) Buku The Case For Animal Rights karya Tom Regan. 2004. University of
6) Buku Animal Liberation Karya Peter Singer. 2002. Harper Collins Publisher
Inc:New York
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 10
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3. Jalan Penelitian
mungkin dan penunjang lainnya yang berkaitan dengan objek material dan
c. Analisis sintetis, yaitu menganalisa data primer dan data sekunder, kemudian
mengeliminasi atau memilah mana data yang tidak perlu dan kemudian
penelitian.
4. Analisis hasil
a. Verstehen
b. Interpretasi
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 10
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
mendalam berdasarkan data yang diperoleh dari film dokumenter The Cove.
c. Hermeneutika
Data yang ada dilihat secara keseluruhan, terutama pembahasan tentang film
dokumenter The Cove. serta menganalisa teori-teori hak asasi hewan yang
dikemukakan oleh Peter Singer dan Tom Regan, sehingga diperoleh hakikat
d. Induktif
tersebut maka akan diperoleh sebuah konstruksi teoritis yag kemudian akan
di kaji dalam pandangan teori etika lingkungan hidup hak asasi alam
e. Heuristika
asasi alam khususnya hak asasi hewan kemudian menunjukkan mana yang
sesuai dan tidak sesuai untuk diterapkan dalam menganalisis film dokumenter
The Cove. Melakukan kritik teoretis yaitu kritik terhadap kasus pembantaian
Hasil yang telah dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut
Hak Asasi Hewan (Animal Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan 10
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Rights) yang terjadi pada lumba-lumba di Teluk Taiji Jepang dalam film
2. Memperoleh penjelasan tentang teori hak asasi alam khususnya hak asasi
3. Analisis kritis terhadap animal rights dalam film dokumenter The Cove dalam
G. Sistematika Penulisan
Rights) dalam Film Dokumenter The Cove Ditinjau dari Perspektif Etika
Lingkungan” ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
landasan teori, metode yang dipakai dalam penelitian, hasil yang ingin dicapai
dokumenter The Cove dan problem-problem hak asasi hewan yang terjadi pada
BAB III berupa uraian yang membahas pengertian etika lingkungan hidup,
macam-macam teori etika lingkungan hidup, dan kemudian menjelaskan teori Hak
dokumenter The Cove ditinjau dari perspektif etika lingkungan hak asasi alam.