Rancangan Penelitian
Posted on February 8, 2016 by Moudy E.U Djami
Jenis Penelitian
Penelitian bertitik tolak pada pertanyaan, bukan pernyataan. Jawaban dari suatu pertanyaan
akan dipertanyakan lagi, sehingga akan sampai pada pertanyaan yang mendasar. Pertanyaan
mendasar tersebut akan menentukan tipe penelitian yang akan digunakan. Pertanyaan
mendasar tersebut terdiri dari : (1) apa, (2) bagaimana, dan (3) mengapa.1
Menurut Sugiyono, jenis penelitian jika dilihat dari landasan filsafat dapat dikelompokan
menjadi tiga jenis penelitian, baik data maupun analisisnya, yaitu metode penelitian
kuantitatif, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kombinasi. Pembagian
secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini.2
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian (research designs) atau yang disebut juga model penelitian merupakan
suatu hal yang penting dalam penelitian kesehatan, terutama pada jenis penelitian analisis.
Validitas penelitian terutama pada validitas Internal/dalam maupun validitas eksternal/luar
dapat ditentukan oleh seberapa jauh rancangan penelitian dipilih secara tepat. Untuk itu maka
perlu dipahami terlebih dahulu tentang hakekat penelitian, mengapa penelitian perlu
didisain/dirancang, dan apakah esensi atau fungsi rancangan penelitian?3
Rancangan/disain penelitian adalah suatu kerangka acuan bagi peneliti untuk mengkaji
hubungan antar variabel dalam suatu penelitian. Disain penelitian dapat menjadi petunjuk
bagi peneliti untuk mencapai tujuan penelitian dan juga sebagai penuntun bagi peneliti dalam
seluruh proses penelitian.4
Dari penjelasan tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa ada lima kriteria yang melatar
belakangi perlunya rancangan penelitian di buat. Kriteria tersebut adalah:3
1. Ketergayutan / relevansi
2. Objektivitas
3. Validitas
4. Reliabilitas
5. Teknis pelaksanaan yang efektif dan efisien
1. Dapat menjawab masalah penelitian yang dihadapi atau secara adekuat dapat menguji
kebenaran hipotesis
2. Sejauh mungkin dapat mengendalikan atau mengontrol varians. Varians adalah salah
satu parameter dari distribusi normal suatu data, yang merupakan salah satu
pengukuran penyebaran sejumlah skor yang menunjukkan berapa jauh skor itu
menyebar dan seberapa besar derajat perbedaan antara satu skor dengan skor lainnya.
Pengendalian varians adalah upaya metodologik yang dilakukan seorang peneliti untuk
meningkatkan validitas dalam suatu penelitian. Dalam hal ini upaya pengendalian varians
dalam suatu penelitian bukan sekedar meniadakan pengaruh variable-variabel luar saja, tetapi
juga meliputi upaya mengaktualkan secara nyata pengaruh variabel yang diteliti dan
meniadakan kesalahan-kesalahan yang terjadi berkaitan dengan kegiatan pengukuran.
Ada tiga cara peneliti melakukan pengendalian varians penelitian yang disingkat MAKOMIN
yaitu:
Jenis penelitian dalam bidang kesehatan secara umum terdiri dari dua jenis penelitian yaitu
penelitian observasional dan penelitian eksperimental. Namun secara rinci, jenis penelitian
dapat dibagi menurut beberapa klasifikasi yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
· Penelitian Klinis
· Penelitian Lapangan
Berdasarkan Ruang
1.
Lingkup Penelitian
· Penelitian Laboratorium
· Penelitian Dasar
Berdasarkan pada
3. · Penelitian Terapan
substansi
· Uji Diagnostik
Pembagian jenis penelitian menurut sudut pandang penamaan disain penelitian dikemukakan
oleh Dahlah (2012) dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
· Longitudinal Retrospektif
· Deskriptif
2. Statistik
· Analitik
Analisis untuk · Insiden
3. Penelitian
Longitudinal · Insiden rate (Survival)
· Ekperimen
4. Intervensi
· Observasional
· Eksperimen
· Kohort
Cara Mencari
5.
Kausalitas
· Kasus Kontrol
· Potong Lintang
· Ada variabel utama
Kerangka
6.
Konsep
· Tidak ada variabel utama
· Mencari Besar Masalah
· Diagnostik
· Etiologik
7 Substansi
· Terapetik
· Prognostik
· Patofisiologi
Yang paling sering dibahas adalah jenis penelitian menurut ada atau tidaknya jenis variabel
yaitu penelitian deskriptif dan penelitian analisis. Dari kedua jenis penelitian ini sering
terdapat kerancuan pada penulisan karya tulis mahasiswa (KTI/SKRIPSI) di berbagai
perguruan tinggi.
Pada naskah penelitian ditulis penelitian deskriptif, tetapi tetap melakukan uji statistik seperti
uji chi square, hanya saja hasil p value tidak ditampilkan. Praktik seperti ini sebenarnya
salah, seharusnya penelitian deskriptif hanya memaparkan tentang fenomena yang
ditemukan, dan hasil penelitian tidak diperoleh dari uji statistik untuk melihat hubungan atau
menguji hipotesis.5 Cukup dengan mencari persentase untuk data katagorik dan nilai mean,
median, modus untuk data numerik.
Penelitian analitik dilakukan untuk menguji hipotesis yaitu melihat apakan ada
hubungan/beda/korelasi antara variabel dependen dan independen. Untuk membuktikan ada
atau tidak ada hubungan maka dilakukan uji statistik. Uji statistik dipilih sesuai dengan :7
Untuk membahas tentang uji statistik akan dipelajari pada pertemuan mendatang. Pemilihan
disain penelitian harus konsisten dengan masalah penelitian. Berikut ini adalah tabel yang
menjelaskan pemilihan disain penelitian berdasarkan maslah penelelitian.
· Kohort
· Kasus Kontrol
Hubungan antar
3.
Variabel
· Potong Lintang
· Serial Kasus
· Laporan Kasus
· Uji Klinis acak tersamar
4. Uji Klinis
ganda
· Uji klinis acak tersamar
ganda
Selanjutnya jenis penelitian yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah penelitian
observasional dan penelitian eksperimen yang dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.
Disain Survei
Rancangan penelitian survei hanya melihat perubahan pada variabel yang diamati, tanpa
memberikan perlakuan (kuasi eksperimen/eksperimen murni). Disain survei dapat digunakan
pada penelitian deskriptif maupun penelitian analitik yang akan dijelaskan lebih lanjut.
Penelitian Survei Diskriptif
Survei deskriptif dilakukan pada sekelompok objek yang biasanya bertujuan untuk melihat
gambaran atau fenomena yang terjadi dalam suatu populasi tertentu.
Disain penelitian survei diskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan dan menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.8
Survey analitik adalah penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau
antara faktor risiko dengan faktor efek. Contoh faktor risiko misalnya merokok, dan contoh
faktor efek adalah kanker paru-paru.8
Sama halnya dengan disain survei, disain cross sectional atau disain potong lintang dapat
digunakan untuk penelitian deskriptif maupun penelitian analitik.5 Dalam literatur lainnya,
disain cross sectional/potong lintang, case control/kasus kontrol dan cohort/kohort
digolongkan termasuk pada penelitian survey analitik.8 Namun pada tulisan ini akan
menjelaskan masing-masing disain secara terpisah.
Rancangan/disain cross sectional adalah disain penelitian yang digunakan untuk mencari
hubungan atau perbedaan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan cara
melakukan observasi variabel yang diteliti pada waktu yang bersamaan (point time). Artinya
semua subyek penelitian hanya diobservasi satu kali, dan pengukuran variabel tersebut
dilakukan pada saat pengambilan data. Perlu diperhatikan bahwa penelitian yang
menggunakan disain potong lintang hanya mengukur prevalensi, bukan insiden, maka studi
potong lintang disebut juga studi prevalens. Penyajian data pada penelitian potong lintang
biasanya disajikan dalam table 2 x 2.5
Contoh :
(1). Pertanyaan penelitian : Apakah ada hubungan ibu hamil yang merokok dengan
kejadian BBLR?
(2). Hipotesis : ada hubungan ibu hamil yang merokok dengan kejadian BBLR
Gambar 3. Skema Studi Cross Sectional. Faktor Risiko Dan Efek Diperiksa Pada Saat
Yang Sama
Hasil analisis data pada disain cross sectional dapat di lihat pada tabel 2 x 2 berikut ini.
Faktor Efek
Jumlah
Risiko Ya Tidak
Ya a b a+b
Tidak c d c+d
a+b+c
Jumlah a+c b+d
+d
Keterangan:
Semua variable penelitian baik dependen maupun independen harus dapat diidentifikasi dan
dibuat definisi operasional. Variabel lain yang diduga dapat berpengaruh tetapi tidak diteliti
hendaknya diidentifikasi juga agar dapat disingkirkan atau paling tidak dikurangi pada waktu
pemiihan subyek penelitian.
Pada tahap ini peneliti menetapkan subyek penelitian yang dipilih dari populasi, yang
kemudian ditentukan sampelnya siapa saja dan berapa besar sampel yang diperlukan sesuai
dengan disain penelitian yang digunakan. Penjelasan selanjutnya dapat dilihat di bawah ini.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka ditentukan populasi terjangkau di mana subyek
penelitian akan dipilih, apakah dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan, ataukah dari
komunitas. Yang perlu menjadi perhatian adalah apakah populasi yang dipilih
memungkinkan peneliti memperoleh besar sampel yang dibutuhkan. Misalnya untuk meneliti
kasus HIV/AIDS, populasi yang paling cocok adalah kelompok subyek yang sering terpajan
virus jenis ini seperti homoseksual, atau penyalah guna narkotik.
Dalam menentukan besar sampel, yang harus di perhatikan adalah menggunakan rumus yang
sesuai dengan disain yang dipilih, apakah jenis penelitian diskriptif, analitik, jenis data
numerik, katagorik, dan lain sebagainya. Penetapan besar sampel untuk menguji hipotesis
(analitik) pada disain cross sectional sama dengan penetapan besar sampel pada penelitian
dengan menggunakan disain kohort. Sedangkan pada penelitian deskriptif besar sampel harus
melihat jenis data apakah katagorik atau numerik pada rumus besar sampel untuk satu
populasi /kelompok.
4. Melaksanakan pengukuran
Pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung variable yang diteliti. Sebagai
contoh misalnya untuk variabel pengetahuan digunakan kuesioner yang berisi pertanyaan
tentang pengetahuan yang akan diukur, untuk mengukur berat badan bayi, digunakan alat
timbangan berat badan bayi (digital/jarum), dan lain sebagainya. Cara apapunyang digunakan
harus ditetapkan dalam definisi operasional (DO) yang jelas, dan harus diperhatikan hal – hal
yang dapat mengurangi validitas penelitian. Misalnya kuesioner telah dirancang dan diuji
serta telah terbukti valid dan reliabel, tetapi pada saat pengambilan data tidak dilakujkan
dengan baik.
5. Melakukan analisis
Pada saat melakukan analisis statistik, peneliti harus dapat memilih uji statistik yang sesuai
dengan disain penelitian, hipotesis, jenis data, dan apakah memenuhi syarat untuk
menggunakan uji statistik tersebut.
Pada saat peneliti akan menyimpulkan dan mempublikasikan hasil penelitian yang sudah
dilakukan, perlu diperhatikan untuk menganalisis temuan tersebut secara menyeluruh dari
berbagai faktor seperti sosial, budaya, kebijakan, dan faktor lain yang memungkinkan
masalah tersebut dapat terjadi. Misalnya masalah ASI eksklusif masih belum tercapai karena
faktor pengetahuan ibu yang masih rendah tentang pentingnya ASI eksklusif. Peneliti harus
menganalisis secara mendalam mengapa faktor pengetahuan mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif dari segi sosial budaya, keyakinan, kebijakan dan lain sebagainya.
Adapun kelebuhan dan kekurangan disain penelitian cross sectional dapat di lihat pada tabel
berikut ini.
KEKURANGAN
NO KELEBIHAN
Memungkinkan terjadinya
salah interpretasi pada
Memungkinkan menggunakan penelitian kasus penyakit yang
populasi dari masyarakat mempunyai masa sakit yang
umum, tidak hanya pasien panjang dari pada masa sakit
2.
yang mencari pengobatan, yang pendek, karena subyek
sehingga generalisasinya dengan masa sakit yang
cukup memadai pendek mempunyai
kesempatan lebih sedikit untuk
terjaring.
Dibutuhkan jumlah subyek
Dapat digunakan untuk
yang cukup banyak, terutama
meneliti banyak variabel
jika variabel yang dipelajari
3. sekaligus
banyak.
Tidak menggambarkan
Jarang terjadi loss to follow up
perjalanan penyakit, insidens
karena melihat pajanan dan
4. maupun prognosis.
efek secara bersamaan /point
time
Tidak dapat digunakan untuk
meneliti kasus yang sangat
Dapat dimasukan ke tahapan
jarang.
pertama suatu penelitian
5.
kohort atau eksperimen, tanpa
atau sedikit menambah biaya
Penelitian case control / kasus kotrol adalah suatu penelitian analitik yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan retrospektif yang dimulai dari efek atau suatu penyakit tertentu
pada subyek penelitian. Pada studi kasus kontrol subyek yang mengalami efek/penyakit
tertentu dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami efek atau kelompok kontrol.
Dalam studi ini di teliti apakah faktor risiko tertentu berpengaruh terhadap terjadinya
efek/penyakit yang diteliti, dengan membandingkan kekerapan pajanan faktor risiko tersebut
pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Skema penelitian kasus kontrol dapat di lihat
pada gambar 4 berikut ini.5, 8
Gambar 4. Skema Penelitian Kasus Kontol
Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi subyek dengan efek (kelompok kasus), dan
mencari subyek yang tidak terkena efek (kelompok kontrol), kemudian mencari penyebab
efek tersebut secara retrospektif kemudian dibandingkan. Perhatikan arah anak panah yang
dimulai dari efek/penyakit ke arah faktor risiko.
Dibawah ini adalah hasil penelitian disain kasus kontrol yang disajikan dalam table 2 x 2.
Faktor
Kasus Kontrol Jumlah
Risiko
(+) a b a+b
(-) c d c+d
a+b+c
Jumlah a+c b+d
+d
Keterangan:
Contoh lain pada masalah kesehatan berdasarkan tabel di atas dapat di lihat pada table 7
berikut ini.
Risko relatif yang dinyatakan dalam Odds Ratio (OR) Rumusnya adalah sebagai berikut:
Studi kasus kontrol sering digunakan karena dibandingkan dengan studi kohort studi ini lebih
murah, lebih cepat memberi hasil dan tidak memerlukan jumlah subyek yang banyak. Studi
ini paling cocol untuk meneliti kasus yang jarang serta mencari faktor risiko kasus tersebut.5
Sebagai contoh misalnya penelitian di bidang kedokteran seperti kasus bayi lahir dengan
kelainan bawaan spina bifida, penyakit jantung bawaan dan lain sebagainya.
Langkah – langkah melakukan penelitian menggunakan disain kasus kontrol adalah sebagai
berikut:5, 8
Intensitas pajanan factor risiko diukur dengan melihat apa yang dialami seperti lama pajanan,
dosis obat atau frekuensi. Ukuran pajanan pada factor risiko yang berhubungan dengan
frekuensi dapat bersifat:
(1) Dikotom : apabila hanya terdapat dua kategori : minum obat atau tidak
(2) Polikotom : pajanan diukur pada lebih dari dua tingkat, misalnya tidak pernah,
kadang-kadang, sering, sering sekali.
(3) Kontinyu : pajanan diukur dalam skala kontinyu atau numerik, misalnya umur
dalam tahun, tekanan darah, kadar Hb dan sebagainya.
Untuk menentukan efek khususnya kasus penyakit harus sudah jelas didiagnosa oleh dokter
yang merawatnya, karena efek atau outcome pada penelitian kasus kontrol adalah merupakan
hal yang utama.
Kontrol
Cara yang harus diperhatikan dalam memilih kontrol untuk mengurangi bias adalah:
Untuk menentukan kasus, cara terbaik adalah diambil secara random. Tetapi karena pada
disain kasus kontrol dilakukan pada kasus yang sangat jarang, maka pengambilan subyek
penelitian secara acak sukar untuk dilakukan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
mengambil kasus yang baru untuk membatasi bias karena harus menggambarkan populasi
(masa sakit singkat atau mortalitas yang tinggi). Selain itu tempat pengumpulan kasus jika di
komunitas, maka pilih daerah dengan pencatatan yang baik (registrasi yang baik, data base
yang baik), tetapi di Indonesia sangat sulit ditemukan pencatatan yang baik. Hal lain adalah
saat diagnosis perlu memperhatikan pajanan faktor risiko sebelum terjadinya efek, bukan
setelah timbulnya efek atau penyakit yang sedang dipelajari.
Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus dan kontrol), dan cara
untuk pemilihan subyek
Besar sampel perlu ditentukan sebelum memulai suatu penelitian. Pada dasarnya, untuk
melakukan penelitian kasus kontrol jumlah subyek yang perlu diteliti bergantung pada:
Karena penelitian disain kasus kontrol melihat kebelakang dari efek yang telah terjadi,
pengukuran dilakukan secara retrospektif, maka keterangan yang diperlukan hanya
berdasarkan ingatan responden/subyek penelitian sehingga dapat menyebabkan recall bias.
Recall bias adalah kesalahan sistematika akibat perbedaan upaya untuk mengingat hal yang
telah terjadi pada masa lampau antara kelompok kasus dan kontrol, bukan sekedar kesalahan
mengingat saja. Bias ini merupakan kelemahan utama studi kasus kontrol, jadi peneliti harus
mempunyai strategi untuk dapat meminimasi bias tersebut.
Menganalisis data
Analisis disain kasus kontrol disesuaikan dengan jenis data untuk dapat mengetahui OR yang
telah disebutkan di atas. Uji statistik yang dipilih juga harus menuruti kaidah yang berlaku
seperti jenis data numerik atau katagorik, kelompok data berpasangan atau tidak, lebih dari
dua kelompok atau tidak dan lain sebagainya.
Tidak berbeda dengan analisis pada studi potong lintang, hasil penelitian harus dapat
dianalisis secara mendalam dan komprehensif dari berbagai faktor seperti sosial, budaya,
kebijakan, dan faktor lain yang memungkinkan masalah tersebut dapat terjadi.
Kelebihan dan kekurangan studi kasus control dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.
KEKURANGAN
NO KELEBIHAN
Disain Cohort
Penelitian kohort adalah penelitian yang digunakan untuk mempelajari hubungan antara
faktor risiko dengan efek. Asal kata kohort berasal dari bahasa Romawi “cohort” yang
berarti sekelompok tentara yang berbaris maju ke medan perang. Model pendekatan yang
digunakan dalam studi kohort adalah pendekatan waktu secara longitudinal atau time – period
approach.5, 8
Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi subyek tanpa efek dan tanpa risiko. Kemudian
diikuti secara alamiah akan terpajan faktor risiko atau tidak. Risiko relative dihitung dengan
cara membandingkan insiden efek pada kelompok dengan risiko dengan insiden pada
kelompok tanpa risiko.
Dibawah ini adalah hasil penelitian disain kasus kontrol yang disajikan dalam table 2 x 2.
Faktor
Efek (+) Efek (-) Jumlah
Risiko
(+) a b a+b
(-) c d c+d
a+b+c
Jumlah a+c b+d
+d
Keterangan:
Disain Eksperimen
Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab
akibat dengan cara mengadakan perlakukan / intervensi / percobaan kemudian hasil / akibat
dari intervensi tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan.
Didunia kesehatan, penelitian eksperimen terdiri dari tiga jenis yaitu : 8
R : Randomisasi / Randomizations
01 : Pengukuran pertama
02 : Pengukuran kedua
1. Rancangan Praeksperimen
Terdiri dari :
Perlakukan (X) telah diberikan kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau posttest (0
2). Selama tidak ada kelompok control, hasil 0 2 tidak mungkin dibandingkan dengan yang
lain. Rancangan ini sering juga disebut The one shot case study.
1. Kelebihan : Cepat, mudah, sering digunakan dalam penelitian inovatif dalam bidang
pendidikan kesehatan
2. Kelemahan : Rancangan praeksperimen tidak ada kontrol dan tidak ada internal
validitas.
Rancangan eksperimen One Group Pretest Posttest juga tidak ada kelompok pembanding,
tetapi observasi dilakukan sebanyak dua kali, pada awal dengan pretest dan di akhir dengan
posttest untuk mengetahui ada tidaknya perubahan setelah diberikan perlakuan. Bentuk
rancangan adalah sebagai berikut.8
Rancangan kelompok statis adalah rancangan yang telah diberi perlakukan dan kemudian
dilakukan pengukuran dan membandingkan dengan kelompok pembanding. Kelompok
eksperimen menerima intervensi (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua (0 2). Hasil
observasi ini kemudian dikontrol dan dibandingkan dengan hasil observasi pada
kelompok/kontrol, yang tidak menerima program atau intervensi. Rancangan ini dapat
diilustrasikan seperti berikut ini.
Perlakukan Posttest
Kelompok
X O2
Eksperimen
Kelompok Kontrol 02
Dalam rancangan ini beberapa factor pengganggu seperti history maturation dan
instrumentation dapat dikontrol walaupun dapat diperhitungkan efeknya.
1. Kelebihan :
Randomisasi memungkinkan kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum
melakukan intervensi
Perbedaan hasil posttest ) 2 pada kedua kelompok tersebut merupakan hasil intervensi
yang diberikan karena kedua kelompok sama pada awalnya.
Rancangan eksperimen yang terkuat dalam mengontrol ancaman –ancaman terehadap
validitas.
1. Kelemahan :
Dapat mengatasi kelemahan validitas eksternalyang ada pada rancangan randomized control
group posttest.
Rancangan ini mirip dengan rancangan eksperimen sebelumnya, tetapi tidak ada pretest. Hal
ini disebabkan karena kasus-kasus telah dirandominasi pada kelompok eksperimen maupun
control. Kelompok-kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan perlakuan. Ilustrasi
rancangan dapat dilihat di bawah ini.
Perlakukan Posttest
R. Kel.
X 02
Eksperimen
R. Kel. Kontrol 02
Kelemahan : Tidak memungkinkan peneliti untuk menentukan sejauh mana atau seberapa
besar perubahan karena intervensi terjadi, karena tidak melakukan pretest.
Disain ini tidak mempunyai pembataasn terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama
dapat mengontrol ancaman – ancaman validitas. Disebut eksperimen semu karena disain ini
tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena variable – variable yang
seharusnya dikontrol atau di manipulasi sulit dilakukan, validitas penelitian menjadi kurang
untuk disebut eksperimen yang sebenarnya.
Sama dengan rancangan eksperimen pretest posttest, tetapi pengukuran dilakukan secara
berulang seperti ilustrasi di bawah ini.
Merupakan rancangan rangkaian waktu yang ditambahkan kelompok control, seperti ilustrasi
dibawah ini.
Daftar Pustaka