Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR TULANG

(By: Alfeus M.)

Neoplasma sistem muskuloskeletal bisa berbentuk bermacam-macam, seperti tumor osteogenik,


konrogenik, fibrogenik, otot (rabdomiogenik), dan sel sumsum (retikulum) bisa juga tumor saraf,
vaskuler dan sel lemak. Biasanya merupakan tumor primer atau tumor metastatik dari kanker
primer di tempat lain (mis. payudara, paru, prostat, ginjal). Tumor tulang metastatik lebih sering
dibanding tumor tulang primer.

Tumor Tulang Benigna


Tumor tulang benigna biasanya tumbuh lambat dan berbatas tegas, gejalanya sedikit, dan tidak
menyebabkan kematian. Neoplasma primer benigna sistem muskuloskeletal meliputi osteoma
osteoid, osteokondroma, enkondroma, kista tulang (mis. kista tulang aneurisma), rabdomioma,
dan fibroma. Tumor benigna tulang dan jaringan lunak lebih sering daripada tumor maligna.
Beberapa tumor benigna, seperti tumor sel raksasa, mempunyai potensial mengalami
transformasi maligna.
Kista tulang merupakan lesi yang invasif dalam tulang. Kista tulang aneurisma sering
terlihat pada dewasa muda dan ditandai dengan terabanya massa yang nyeri pada tulang panjang,
vertebra, atau tulang pipih. Kista tulang unikamera terjadi pada anak-anak dan menyebabkan rasa
tak nyaman ringan dan kemungkinan fraktur patologis pada humerus dan femur atas. Kadang
dapat sembuh spontan. Osteokondroma merupakan tumor tulang benigna yang paling sering,
biasanya terjadi sebagai tonjolan tulang besar pada ujung panjang (pada lutut atau bahu). Terjadi
selama pertumbuhan dan kemudian menjadi massa tulang statis. Lapisan kartilago pada
osteokondroma dapat mengalami transformasi maligna setelah trauma, dan dapat terjadi
kondrosarkoma. Enkondroma merupakan tumor tulang yang sering pada kartilago hialin yang
tumbuh di tangan, rusuk, femur, tibia, humerus atau pelvis. Umumnya satu-satunya gejala adalah
linu yang ringan. Dapat terjadi fraktur patologis.
Tumor nyeri yang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda adalah osteoid osteoma.
Jaringan neoplastik ini dikelilingi oleh pembentukan tulang reaktif yang membantu pada
identifikasi radiologis. Tumor sel raksasa (osteoklastoma) adalah tumor benigna selama beberapa
waktu tetapi dapat menginvasi jaringan lokal dan menyebabkan destruksi. Terjadi pada dewasa
muda dan bersifat lunak dan hemoragis. Kadang tumor sel raksasa dapat mengalami transformasi
maligna dan bermetastatis.

Tumor Tulang Maligna


Tumor tulang maligna primer relatif jarang dan tumbuh dari sel jaringan ikat dan penyokong
(sarkoma) atau dari sumsum tulang (mieloma). Tumor tulang primer maligna meliputi
osteosarkoma, kondrosarkoma, sarkoma Ewing, dan fibrosarkoma. Sarkoma jaringan lunak
meliputi liposarkoma, fibrosarkoma jaringan lunak, dan rabdomiosarkoma. Tumor tulang
biasanya bermetastasis ke tulang. Sarkoma osteogenik (osteosarkoma) merupakan tumor tulang
primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal
ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke
paru ketika pasien pertama kali berobat. Osteosarkoma lebih sering pada pria pada kelompok
umur 10 sampai 25 tahun (pada tulang yang sedang tumbuh cepat) dan pada kelompok lebih tua
yang menderita penyakit Paget atau akibat pajanan radiasi. Bermanifestasi sebagai nyeri,
pembengkakan, keterbatasan gerak, dan kehilangan berat badan. Masa tulang dapat teraba, nyeri
1
tekan dan tak bisa digerakkan, dengan peningkatan suhu kulit di atas massa dan ketegangan
vena. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering adalah distal
femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus.
Tumor maligna kartilago hialin dinamakan kondrosarkoma dan merupakan tumor tulang
maligna primer kedua tersering. Tumor ini merupakan tumor besar, tumbuh lambat yang
mengenai orang dewasa (pria lebih sering dari wanita). Tempat tumor tersering adalah pelvis,
rusuk, femur, humerus, vertebra, skapula, dan tibia. Metastasis ke tulang jarang, hanya terjadi
kurang dari separo pasien. Tumor ini dapat kambuh.

Kanker Tulang Metastatik


Tumor tulang metastatik (tumor tulang sekunder) lebih sering daripada tumor tulang maligna
primer. Tumor yang muncul dari jaringan tubuh mana saja bisa menginvasi tulang dan
menyebabkan destruksi tulang lokal, dengan gejala yang mirip dengan yang terjadi pada tumor
tulang primer. Tumor yang bermetastasis ke tulang paling sering adalah karsinoma ginjal,
prostat, paru, payudara, ovarium, dan tiroid. Tumor metastatik paling sering menyerang kranium,
vertebra, pelvis, femur dan humerus.

Patofisiologi
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi
tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan
lainnya sangat jarang. Beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang segera
mengancam jiwa.

Manifestasi Klinis
Pasien dengan tumor tulang datang dengan masalah yang berhubungan dengan tumor tulang
yang sangat bervariasi. Dapat tanpa gejala atau dapat juga nyeri (ringan dan kadang-kadang
sampai konstan dan berat), kecacatan yang bervariasi, dan pada suatu saat adanya pertumbuhan
tulang yang jelas. Kehilangan berat badan, malaise, dan demam dapat terjadi. Tumor kadang
baru terdiagnosis saat terjadinya fraktur patologis.
Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat berkembang lambat atau cepat. Defisit
neurologik (mis. nyeri progresif, kelemahan, parestesia, paraplegia, retensi urine) harus
diidentifikasi awal dan ditangani dengan laminektomi dekompresi untuk mencegah cedera korda
spinalis permanen.

Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis diferensial didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnostik
seperti CT, pemindaian tulang, mielogram, arteriografi, MRI, biopsi, dan essai biokimia darah
dan urine. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan dengan
sangat hati-hati untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah
eksisi tumor. Foto sinar-x dada dilakukan untuk menentukan adanya metastasis paru.
Selama periode diagnostik, perawat harus menjelaskan uji diagnostik yang akan
dilakukan dan memberikan dukungan psikologik dan emosional kepada pasien dan keluarganya.
Dikaji kemampuan mengatasi masalah dan didorong untuk memanfaatkan sistem pendukung.

Penatalaksanaan

2
Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor. Ini dapat dilakukan
dengan eksisi bedah (berkisar dari eksisi lokal sampai amputasi dan disartikulasi), radiasi bila
tumor bersifat radiosensitif, dan kemoterapi (preoperatif, pascaoperatif, dan ajuvan untuk
mencegah mikrometastatis). Sasaran utama dapat dilakukan dengan eksisi luas dengan teknik
grafting restoratif. Ketahanan dan kualitas hidup merupakan pertimbangan penting pada prosedur
yang mengupayakan mempertahankan ekstremitas yang sakit.
Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi ekstremitas yang sakit,
dengan tinggi amputasi di atas tumor agar dapat mengontrol lokal lesi primer.
Prosedur mempertahankan ekstremitas hanya mengangkat tumor dan jaringan di
sekitarnya. Bagian yang direseksi diganti dengan protesa yang telah diukur, artroplasti sendi
total, atau jaringan tulang dari pasien sendiri (autograft) atau dari donor kadaver (alograft).
Jaringan lunak dan pembuluh darah mungkin memerlukan grafting akibat luasnya eksisi.
Komplikasi yang mungkin timbul termasuk infeksi, pelonggaran atau dislokasi prostesis, non-
union alograft, fraktur, devitalisasi kulit dan jaringan lunak, fibrosis sendi, dan kambuhan tumor.
Fungsi dan rehabilitasi setelah pertahanan ekstremitas bergantung pada kemampuan
memperkecil komplikasi dan dorongan positif.
Karena adanya bahaya metastasis pada tumor maligna, maka kombinasi kemoterapi
dimulai sebelum dan dilanjutkan setelah pembedahan sebagai usaha mengeradikasi lesi
mikrometastasis. Harapannya adalah kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang lebih tinggi
dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil menurunkan kemungkinan resistensi terhadap obat.
Sarkoma jaringan lunak diatasi dengan radiasi, eksisi dengan mempertahankan ekstremitas, dan
kemoterapi ajuvan.
Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif, dan sasaran terapeutiknya adalah
mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan pasien sebanyak mungkin. Fiksasi interna fraktur
patologik dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul. Bila perlu, tulang besar dengan
lesi metastasis dapat diperkuat dengan fiksasi interna profilaksis. Pembedahan dapat
diindikasikan pada fraktur tulang panjang.

Proses Keperawatan Pasien Tumor Tulang


Pengkajian
Pasien didorong untuk mendiskusikan awitan dan perjalanan gejala. Selama wawancara, perawat
mencatat pemahaman pasien mengenai proses penyakit, bagaimana pasien dan keluarganya
mengatasi masalah, dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dirasakannya. Pada pemeriksaan
fisik, massa dipalpasi dengan lembut; ukuran dan pembengkakan jaringan lunak yang
diakibatkannya, dan nyeri tekan dicatat. Pengkajian status neurovaskuler dan rentang gerak
ekstremitas merupakan data dasar sebagai pembanding kelak. Mobilitas dan kemampuan pasien
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dievaluasi.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronik yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
2. Risiko cedera: fraktur patologik yang berhubungan dengan tumor
3. Koping tidak efektif yang berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan, persepsi
tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
4. Harga diri rendah kronis/situasional yang berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau
perubahan kinerja peran
5. Defisit pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapeutik
3
Intervensi Keperawatan
Sasaran utama pasien meliputi pemahaman mengenai proses penyakit dan program terapi,
pengontrolan nyeri, tidak ada fraktur patologik, pola penyesuaian masalah yang efektif,
peningkatan harga diri dan tidak ada komplikasi.
Pengontrolan Nyeri. Teknik penatalaksanaan nyeri psikologik dan farmakologik dapat
digunakan untuk mengontrol nyeri dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien. Perawat
bekerja sama dengan pasien dalam merancang program manajemen nyeri yang paling efektif,
sehingga akan meningkatkan pengontrolan pasien terhadap nyeri. Perawat mempersiapkan
pasien dan memberikan dukungan selama prosedur yang menyakitkan. Setelah pembedahan,
pasien akan merasakan nyeri baik di bagian yang dibedah maupun tempat donor. Analgetika
opioid sesuai resep dapat digunakan selama periode pascaoperasi awal. Kemudian, setelah itu
analgetika non-opioid oral sudah memadai untuk mengurangi nyeri.
Mencegah Fraktur Patologik. Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ke titik
dimana aktivitas normal atau perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur. Selama asuhan
keperawatan tulang yang sakit harus disangga dan ditangani dengan lembut. Penyangga luar
(mis. bidai) dapat dipakai untuk perlindungan tambahan. Pembatasan beban berat badan yang
dianjurkan harus diikuti. Pasien diajar bagaimana mempergunakan alat bantu dengan aman dan
bagaimana memperkuat ekstremitas yang sehat.
Koping Efektif. Pasien dan keluarganya didorong untuk mengungkapkan rasa takut,
keprihatinan, dan perasaan mereka. Mereka membutuhkan dukungan dan perasaan diterima agar
mereka mampu menerima dampak tumor tulang maligna. Perasaan terkejut, putus asa, dan sedih
pasti akan terjadi. Maka rujukan ke perawat psikiatri, ahli psikologi, konselor, atau rohaniawan
perlu diindikasikan untuk bantuan psikologik khusus.
Meningkatkan Harga Diri. Keluarga harus didukung dalam menjalankan penyesuaian
yang harus dilakukan. Perubahan citra diri akibat pembedahan dan kemungkinan amputasi harus
diketahui. Peyakinan yang masuk akal mengenai masa depan dan penyesuaian aktivitas yang
berhubungan dengan peran harus dilakukan. Perawatan diri dan sosialisasi harus didorong.
Pasien harus berpartisipasi dalam perencanaan aktivitas harian. Keterlibatan pasien dan
keluarganya sepanjang terapi dapat mendorong kepercayaan diri, pengembalian konsep diri, dan
perasaan dapat mengontrol hidupnya sendiri.
Memahami Proses Penyakit dan Program Terapi. Pendidikan pasien dan keluarganya
mengenai proses dan diagnosis penyakit serta program penanganan sangat penting. Penjelasan
mengenai uji diagnostik, penanganan (mis. perawatan luka), dan hasil yang mungkin terjadi (mis.
penurunan rentang gerak, kebas, perubahan kontur tubuh) dapat membantu pasien menyesuaikan
diri dengan prosedur dan perubahan yang terjadi. Kerja sama dan kepatuhan terhadap program
terapi harus didorong melalui pemahaman. Perawat dapat menekankan dan menjelaskan
informasi yang diberikan oleh dokter paling efektif bila perawat hadir selama diskusi antara
dokter dan pasien. Pasien didorong agar bisa sedapat mungkin mandiri.

Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
1. Mampu mengontrol nyeri
a. Memanfaatkan teknik pengontrolan nyeri, termasuk obat yang diresepkan
4
b. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama
menjalankan aktivitas hidup sehari-hari, atau tempat operasi
2. Tidak mengalami patah tulang patologik
a. Menghindari stres pada tulang yang lemah
b. Mempergunakan alat bantu dengan aman
c. Memperkuat ekstremitas yang sehat
3. Memperlihatkan pola penyesuaian masalah yang efektif
a. Mengemukakan perasaannya dengan kata-kata
b. Mengidentifikasi kekakuan dan kemampuannya
c. Membuat keputusan
d. Meminta bantuan bila perlu
4. Memperlihatkan konsep diri yang positif
a. Mengidentifikasi tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang mampu ditanggungnya
b. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuannya
c. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
d. Memperlihatkan kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari
5. Menerangkan proses penyakit dan program terapi
a. Menerangkan proses patologik
b. Menentukan sasaran program terapeutik
c. Mencari penjelasan informasi

Anda mungkin juga menyukai