Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan izin dan
ridho-Nya makalah ini dapat kami rampungkan. Sholawat dan salam semoga tetap
dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kedamaian dan
rahmat bagi semesta alam.
Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Jasmani Olah Raga Kesehatan
tentang “Pertumbuhan dan pengembangan Remaja”. Kami berharap artikel ini sedikit
banyaknya memberikan manfaat khususnya bagi penyusun sendiri umumnya bagi semuanya.
Akhirnya kepada Allah jua kami memohon maaf, kalau sampai terjadi kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan artikel ini. Besar harapan kami atas masukan guna perbaikan
isi materi dari makalah ini.
Semoga apa yang kami susun bermanfaat.
Amien ya Robbal’alamin.

Pulau Punjung, Maret 2019


Penyusun

Zakiyyah Noffitri Lesmana

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja sering disebut masa transisi. Sebab, di masa ini seseorang beralih dari
masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini terjadi pada usia belasan. Banyak sekali
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang perubahan fisik.
Remaja terlibat dalam jaringan teman sebaya yang sangat kuat selama menggali jati
diri mereka. Di masa ini, selain mengalami perubahan pada diri seseorang yang menginjak
remaja, juga terjadi perkembangan-perkembangan terutama dari sisi psikologis. Pada, tahap
perkembangan remaja ini terdapat beberapa teori perkembangan remaja termasuk konsep,
tahap dan karakteristik remaja. Secara keseluruhan, teori-teori ini membantu untuk melihat
keseluruhan mengenai remaja.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana remaja dalam perkembangan manusia?


2. Apa saja tugas-tugas perkembangan masa remaja?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui remaja dalam perkembangan manusia


2. Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan masa remaja

D. Manfaat
Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam mengenai perkembangan
remaja dan teori-teorinya serta siswa dapat menerapkan teori-teori tersebut dalam dirinya
sendiri maupun orang disekitarnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang dialami oleh remaja
secara kontinue. pertumbuhan dan perkembangan adalah proses yang saling berhubungan tak
bisa dilepaskan dari kehidupan remaja.Pertumbuhan merupakan proses yang berkaitan
dengan dengan perubahan kuantitatf yang mengacu pada jumlah besar serta luas yang bersifat
konkret yang biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah proses
perubahan dari segi fisik yang berlangsung normal dalam perjalanan wakt tertentu. Dalam
setiap pertumbuhan bagian – bagian tubuh memiliki tempo kecepatan yang berbeda – beda.
Misalnya pertumbuhan alama kelamin pria, pada masa anak-anak alat kelamin tumbuh
lambat namun setelah pubertas mengalami percepatan. Sebaliknya pertumbuhan susunan
saraf pusat mengalami percepatan saat masa anak-anak namun setelah masa pubertas relatig
lambat bahkan terhenti. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan yang kurang
normal pada organisme
a. Faktor – faktor yang terjadi sebelum lahir. Misalnya Pada saat masa kehamilan seorang ibu
dan janin mengalami kekurangan nutrisi , Kercaunan, TBC dan sebagainya
b. Faktor ketika lahir. Salah satunya yaitu pendarahan pada otak bayi intracranial
haemorage disebabkan oleh tekanan dinding rahim sewaktu ia dilahirkan dan oleh efek
susunan saraf pusat, karena proses kelahiran bayi dilakukakan dengan bantuan tangver-
lossing
c. Faktor yang dialami bayi setelah lahir antara lain oleh karena pengalaman traumatik pada
kepala, kepala bagian dalam terluka karena kepala bayi / Janin terpukul , atau mengalami
serangan sinar matahari dan sebagainyayayasan perawatan bayi dan lain-lain
d. Faktor Psikologis antara lain oleh karena bayi ditinggalkan bibu, ayah atau kedua orang tuanya
. Sebab lain ialah anak dititipkan pada suatu lembaga seperti rumah sakit, rumah yatim piatu
sehingga mereka kurang sekali mendapatkan perwatan jasmaniah dan cinta kasih sayang
orang tua. Anak – anak tersebut mengalami kehampaan psikis ( innatie psikis )
Spiker (1966) mengumukakan dua macam pengerian yang harus dihubungkan dengan
perkembangan yakni
1. Ortogenetik yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya indivdu yang baru
dan seterusnya sampai dewasa

3
2.Filogenetik yakni perkembangan dari asal usul manusia sampai sekarang ini. Perkembangan
perubahan fungsi sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku dan
perubahan ini juga tersedia sejak permulaan adanya manusia. Jadi perkembangan Ortogenetik
mengarah ke suatu tujuan khusus sejalan dengan perkembangan evolusi yang mengarah
kepada kesempurnaaan manusia
B. karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja
1. Konsep Pengertian Remaja
Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari
anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008).
a. Remaja menurut hukum
Usia minimal untuk perkawinan menurut undang-undang disebutkan 16 tahun untuk
wanita dan 19 tahun untuk pria (pasal 7 undang-undng) no. 1/1974 tentang perkawinan).
Walaupun undang-undang tidak menganggap mereka yang diatas 16 tahun (untuk wanita)
dan 19 tahun (untuk laki-laki) sebagai bukan anak-anak lagi, tetapi mereka juga belum
dianggap dewasa penuh, sehingga masih diperlukan izin dai orang tua untuk mengawinkan
mereka. Waktu antara 16 dan 19 tahunsampai 22 tahun ini disejajarkan dengan pengertian
“remaja” dalam ilmu-ilmu sosial lain.

b. Remaja ditinjau darimsudut perkembangan fisik


Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu
tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya.
Remaja berarti tumbuh kearah kematangan baik secara fisik maupun kematangan sosial
psikologisnya. Dalam hubungan dengan kematangansosial psikologis masih sulit mencari
definisi yang bersifat universal.

c. Batasan remaja menurut WHO


Remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan di mana :
 Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
 Individu mengalamiperkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa.
 Terjadi peralihan ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri (Muangman, yang dikutip oleh Sarlito 1991:9)

4
d. Remaja ditinjau dari faktor sosial psikologis
Salah satu ciri remaja disamping tanda-tanda seksualnya adalah: “perkembangan
psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa”. Puncak perkembangan
jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan kondisi “entropy” ke kondisi “negen-
tropy” (Sarlito,1991: 11)
Entropy adalah keadaan manusia dimana kesadaran manusia masih belum tersusun
rapi. Walaupunisinya sudah banyak (pengetahuan, perasaan, dan sebagiannya), namun isi-isi
tersebut belum saling terkait dengan baik, sehingga belum bisa berfungsi secara maksimal.
Negentropy adalah keadaan dimana isi kesdaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang
satu terkait dengan perasaan atau sikap.
Fisik atau konflik-konflik dalam diri remaja yang seringkali menimbulkan masalah itu,
tergantung sekali pada keadaan masyarakat dimana remaja yang bersangkutan tinggal.
e. Definisi remaja untuk masyarakat Indonesia
Menurut Sarlito (1991), tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan berlaku
secara Nasional.
Sebgai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan kebatasan usia 11-24
tahun dan belum menikah
Bigot, Khonsta, dan Palland mengemukakan bahwa masa pubertas berada dalam usia
antara 15-18 tahun, dan masa adolescence dalam usia 18-21 tahun. Menurut Hurlock (1964)
rentangan usia remaja itu antara 13-21 tahun, yang dibagi pula dalam usia remaja awal 13
atau 14 sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 samapai 21 tahun.
Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya
sudah kelihatan “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa ia gagal
menunjukkan kedewasaannya. Pada remaja sering terlihat adanya
1) Kegelisahan.
2) Pertentangan.
3) Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang ia belum ketahui.
4) Keinginan menjelajah alam sekitar yang lebih luas.
5) Mengkhayal dan berfantasi.
6) Aktivitas berkeompok.

5
2. Tahap Perkembangan Remaja
Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan fase remaja
akhir berdasarkan pendapat Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini terdapat beragam ciri
khas pada masing-masing fase.

1. Fase Praremaja
Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal sebagai
praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry, 2005). Menurut Hall seorang
sarjana psikologi Amerika Serikat, masa muda (youth or preadolescence) adalah masa
perkembangan manusia yang terjadi pada umur 8-12 tahun.
Fase praremaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman
sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan
tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan
dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal balik, sehingga
tidak kesepian (Sunaryo,2004:56).
Tugas perkembangan terpenting dalam fase praremaja yaitu,belajar melakukan
hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi, berkompromi dan kerjasama.
2. Fase Remaja Awal (early adolescence)
Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari praremaja. pada fase ini
ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja mencari suatu pola untuk
memuaskan dorongan genitalnya. Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42)
mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang
tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.
Sunaryo (2004:56) berpendapat bahwa, hal terpenting pada fase ini, antara lain:
 Tantangan utama adalah mengembangkan aktivitas heteroseksual.
 Terjadi perubahan fisiologis.
 Terdapat pemisahan antara hubungan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan
 keintiman denganjenis kelamin yang sama.
 Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan homoseksual.
 Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban.
 Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan
dengan jenis kelamin yang berbeda

6
3. Fase Remaja Akhir
Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktivitas seksual yang sudah
terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan hingga terbentuk pola hubungan
antarpribadi yang sungguh-sungguh matang. Fase ini merupakan inisiasi ke arah hak,
kewajiban, kepuasan, tanggung jawab kehidupan sebagai masyarakat dan warga negara.
Sunaryo (2004:57) mengatakan bahwa tugas perkembangan fase remaja akhir
adalaheconomically, intelectually, dan emotionally self sufficient.
4. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
a. Perkembanang Biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu
meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu,
yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh
(badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-
tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79)
menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan
tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh
payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan
ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting,
menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Potter & Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal
jaringan payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol
oleh hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia
10 tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai
membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara spontan
atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai
tumbuh.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain; pertumbuhan
tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan
suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi
badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah
(kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah

7
bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada. Kadar testosteron yang meningkat sitandai
dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan vesikula seminalis.
Perry&Potter (2005:690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama perubahan fisik
adalah :

 Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera


 Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul
 Perubahan distribusi otot dan lemak
 Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.

Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan
kelenjarhypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya
pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama
dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).
b. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung
antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis
daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong
untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis.
Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka
bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan
cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat
pemahaman lebih mendalam.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional
formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan
dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga
lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang
lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun
berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan
yang terpikirkan.
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini
menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja
c. Perkembangan Sosial

8
Potter&Perry (2005:535) mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas dan
masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai
oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.
Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami
perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam
kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang
tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja
dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses
sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga
menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara
efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial
mereka.
Pencarian identitas diri merupakan tugas utama dalam perkembangan psikososial
adelesens. Remaja arus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara
sosial (Potter&Perry, 2005:693). Pencarian identitas diri ini meliputi identitas seksual,
identitas kelompok, identitas keluarga, identitas pekerjaan, identitas kesehatan dan identitas
moral.
3. Ciri Khas Remaja
a. Hubungan dengan Teman Sebaya
Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja
dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack
Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai
belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi
dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan
pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke
dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa teman
memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan
remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah
kebutuhan sosial dasar, juga termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman
yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.
Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai
membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang lebih
dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat remaja
mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi di rumah dan di

9
sekolah (Potter&Perry, 2010). Namun, dalam beberapa hal, remaja mengalami ketegangan
baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan psikososial. Sehingga remaja
cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi ketegangan tersebut, misalnya
merokok dan memakai obat-obatan.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock
(2003: 206) yaitu :
 Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan
aktivitas favorit.
 Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
 Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
 Menghargai diri sendiri dan orang lain.
 Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk
berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain
dengan memberikan pujian.
Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (2000:
307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
 Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
 Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
 Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat
menimbulkan penyimpangan kepribadian.
 Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses
sosialisasi.
 Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman
sebaya mereka.
 Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan
meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang
mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
 Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan
menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
 Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan
meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang
diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:

10
 Merasa senang dan aman.
 Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
 Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara
sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi
sosial.
 Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh
minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
 Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
b. Hubungan dengan Orang Tua Penuh Konflik
Hubungan dengan orang tua penuh dengan konflik ketika memasuki masa remaja
awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis
pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis,
perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan
pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja.
Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat
remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau
menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua
cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan kepada
remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi
dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock,
(2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik. 2) Mencoba
mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3) Mencoba melakukan corah pendapat
(brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah. 5)
Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan
yang telah dicapai.
 Keingintahuan tentang seks yang tinggi
Seksualitas mengalami perubahan sejalan dengan individu yang terus tumbuh dan
berkembang (Potter&Perry,2010:30). Setiap tahap perkembangan memberikan perubahan
pada fungsi dan peran seksual dalam hubungan. Masa remaja merupakan masa di mana
individu menggali orientasi seksual primer mereka lebih banyak daripada masa
perkembangan manusia lainnya.
Remaja menghadapi banyak keputusan dan memerlukan informasi yang akurat
mengenai topik-topik seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi terhadap

11
hubungan intim seksual, PMS, kontrasepsi, dan kehamilan (Perry&Potter, 2010:31).
Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku atau pun teman sebaya. Bahkan
informasi seperti ini pun,remaja mungkin tidak mengintergrasikan penhgetahuan ini ke dalam
gaya hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat ini dan rasa tidak rentan. Karakteristik ini
dapat menyebabkan mereka percaya bahwa kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada
mereka, dan karenanya tindak kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus
diberikan dalam konteks perkembangan ini (Potter&Perry, 2005:535).
 Mudah stres
Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah
segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons
atau melakukan tindakan.
Stres dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya, seseorang dapat mengadaptasi
stres jangka panjang maupun jangka pendek sampai stres tersebut berlalu. Namun, jika
adaptasi itu gagal dilakukan, stres dapat memicu berbagai penyakit.
Remaja juga sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan memiliki
keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan kegiatan itu
tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan
hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja mudah mengalami stres. Untuk
mengobati itu, remaja menghibur diri atau meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul
atau bersenang-senang dengan teman sebayanya.
C. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
a. Konsep Dasar Tugas-tugas Perkembangan
Manusia dalam menjalani serangkaian proses kehidupannya mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan yang erat kaitannya dengan peningkatan kuantitas pada
fisik manusia terjadi sejak masa konsepsi dan berhenti setelah mencapai maturasi
(kematangan) yang terjadi pada masa remaja atau masa dewasa awal seperti dinyatakan oleh
Tanner (Bee, 1984 : 91) “the final part of the pattern is the leveling of at the beginning of
adulthood, wick remarks the end of growth as we usually thing of it.” Hal ini berbeda dengan
perkembangan yang berjalan terus menerus hingga akhir hayat manusia sebagaimana
dikemukakan Thornburg (1984 : 16) yang menyatakan bahwa “perkembangan berlangsung
secara terus menerus di sepanjang hidup seseorang, mulai dari masa konsepsi sampai
berakhirnya kehidupan orang itu.”
Walaupun dalam proses pertumbuhan dan perkembangan selalu ditandai dengan
adanya perubahan, tidak semua perubahan yang terjadi dapat diartikan sebagai

12
perkembangan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Candida Peterson (1996 : 20) yang
menyatakan “Some permanent changes over the life span are better descried as ageing than
as growth.”Lebih lanjut Peterson juga menyatakan bahwa perubahan yang dapat
dikategorikan sebagai perkembangan harus memenuhi 4 kriteria yaitu
 Permanent : perubahan yang terjadi bersifat permanent, bukan perubahan perubahan
temporer atau yang disebabkan oleh kegiatan incidental.
 Qualitative : perubahan yang terjadi menunjukkan perubahan total dari seseorang,
tidak hanya bersifat peningkatan kemampuan yang sudah dimiliki sebelumnya
 Progressive : perubahan yang terjadi merupakan perwujudan aktualisasi
seseorang. Perubahan ini terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan
diri dengan berbagai situasi/perubahan yang terjadi di lingkungannya.
 Universal :perubahan yang terjadi bersifat umum dan dialami oleh individuindividu
yang lain pada tahapan usia yang hampir sama.

“Proses perkembangan yang berlangsung sepanjang hayat manusia pada hakekatnya


adalah perubahan menuju ke kedewasaan. Pencapaian tujuan perkembangan, yaitu
kedewasaan, tidaklah sekaligus, tetapi setahap demi setahap sesuai dengan masa-masa
perkembangan yang sedang dijalani oleh individu yang bersangkutan hendaklah mencapai
tujuan perkembangan yang sesuai dengan masa perkembangannya itu. Seluruh tujuan
perkembangan, dari masa awal sampai masa lanjut adalah berkesinambungan. Pencapaian
tujuan perkembangan pada masa yang terdahulu menjadi dasar bagi pencapaian tujuan
perkembangan pada masa berikutnya. Atau dengan kata lain, apabila tujuan perkembangan
pada masa terdahulu tidak tercapai dengan baik, dikhawatirkan pencapaian tujuan
perkembangan masa berikutnya terganggu (Tn. 1983 :14)”.
Tugas perkembangan yang harus dijalani oleh setiap individu sesuai dengan masa
perkembangan yang sedang ditempuhnya disebut sebagai tugas perkembangan/developmental
task. Peterson (1996 : 35) dalam hal ini mendefinisikan tugas perkembangan sebagai “age
norm” wick describes an average age or norm for when particular behaviours relikely to
emerge or stabilize or decline.” Robert J. Havigurst (Hurlock, 1980 : 9) menyatakan bahwa
“tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu
dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa
kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal,
menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas tugas berikutnya.”

13
Perkembangan manusia yang terjadi secara bertahap sesuai dengan masa
perkembangannya, dan adanya implikasi bagi setiap individu untuk melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan tahapan usianya, membuat setiap individu harus memahami dan
berusaha untuk dapat melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan usia masing-
masing. Tugas perkembangan ini menurut Havigurst sangat erat kaitannya dengan fungsi
belajar. Dalam hal ini Havigurst (Sunarto, 2002 : 43). Menyatakan bahwa “tugas
perkembangan harus dipelajari, dijalani dan dikuasai oleh setiap individu. Tugas-tugas ini
dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakekatnya perkembangan pada kehidupan
manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat
agar ia mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik dalam kehidupan nyata.”
Sudah diakui secara umum sebagai suatu fakta, perkembangan seseorang sebagian
besar terjadi pada usia di bawah 6 tahun. Pada periode usia ini anak-anak membentuk struktur
kognitif dan kepribadian dirinya yang akan menentukan jalan hidup untuk selanjutnya.
Berdasar hal tersebut maka proses menumbuhkembangkan kreativitas perlu dilakukan sejak
usia dini, karena pada masa ini proses kreativitas sedang mengalami puncak
perkembangannya. Anak-anak pada dasarnya sangat kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang
oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif, misalnya rasa ingin
tahu besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani
menghadapi resiko, senang akan hal-hal baru, dan sebagainya.
b. Tugas-tugas Perkembangan
Secara umum Havigurst (Hurlock, 1980: 10) mendeskripsikan Tugas-tugas
perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak adalah.
Ø belajar memakan makanan padat
Ø belajar berjalan
Ø belajar berbicara
Ø belajar mengendalikan gerakan badan
Ø memperoleh stabilitas fisiolis
Ø belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
Ø mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya
Ø mempersiapkan diri untuk membaca
Ø belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani

Tugas-Tugas perkembangan pada akhir masa kanak-kanak dideskripsikan oleh


Havigurst (Hurlock, 1980: 10), yaitu.

14
 mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan tertentu
 membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang
tumbuh belajar
 menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
 mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
 mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan
berhitung
 mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
 mengembangkan hati nurani, moralitas, dan nilai-nilai
 mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sosial
 mencapai keberhasilan pribadi

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja oleh Havigurst (Hurlock, 1980-10)


mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut :
 mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
 mencapai peran sosial pria atau wanita
 menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
 mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
 mempersiapkan karier ekonomi
 membangun keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai
warga negara yang baik
 memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan secara sosial
 memperoleh seperangkat nilai dan siytem etika sebagai pedoman berperilaku

c. Tahapan-Tahapan dalam Perkembangan Manusia

Pencapaian tujuan perkembangan yaitu proses menuju kedewasaan tidak berjalan


sekaligus, tetapi secara bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan manusia. Pembagian
tahapan dalam perkembangan manusia didasari pada kesamaan karakteristik pada setiap
tingkatan usia.
Havigurst membagi tahapan perkembangan manusia dalam 6 tahap, yaitu :
 Masa bayi dan awal masa kanak-kanak

15
 Akhir masa kanak-kanak
 Masa remaja
 Awal masa dewasa
 Masa usia pertengahan
 Masa Tua
Tahap-tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia dibagi oleh Thornburg
dalam 4 tahap yang terdiri dari beberapa periode umur sebagai berikut :
Ø Masa bayi 0 – 2 tahun
o Periode dalam kandungan : mulai dari terjadinya konsepsi sampai lahir
o Periode baru lahir : lahir sampai umur 4 atau 6 minggu
o Periode bayi : umur 4 atau 6 minggu sampai 2 tahun
Ø Masa Kanak-kanak 2 – 11 tahun
o Periode kanak-kanak permulaan : umur 2 – 5 tahun
o Periode kanak-kanak pertengahan : umur 6 – 8 tahun
o Periode kanak-kanak akhir : umur 9 – 11 tahun
Ø Masa Remaja 11 – 19 tahun
o Remaja permulaan : umur 11 – 13 tahun
o Remaja pertengahan : umur 14 – 16 tahun
o Remaja akhir : umur 17 – 19 tahun
Ø Masa Dewasa 20 – 81 tahun
o Dewasa permulaan : umur 20 – 29 tahun
o Dewasa pertengahan : umur 30 – 49 tahun
o Dewasa : umur 50 – 65 tahun
o Dewasa akhir : umur 66 – 80 tahun
o Tua : umur 81 tahun ke atas
Disamping tahap-tahap perkembangan di atas, Thornburg juga mengemukakan
adanya masa pra remaja yaitu bagi mereka yang berumur 9 – 13 tahun, dan masa pemuda
yang terjadi pada umur 19 – 22 tahun.

Berdasarkan pada beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas


perkembangan tersebut terbagi dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini didasarkan
pada kesamaan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan pada masing-masing usia.
Tahapan-tahapan perkembangan tersebut adalah masa bayi dan awal masa kanak-kanak,
masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa awal dan pertengahan, serta masa tua.

16
d. Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan yang berbeda pada setiap tahapan usia
bermanfaat bagi individu. Hurlock (1980 : 9) menyatakan bahwa “tugas-tugas dalam
perkembangan mempunyai 3 macam tujuan yang sangat
berguna. Pertama sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan
masyarakat pada usia-usia tertentu. Kedua, dalam memberi motivasi kepada setiap individu
untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu
sepanjang kehidupan mereka. Dan ketiga, menunjukkan kepada setiap individu tentang apa
yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada
tingkat perkembangan berikutnya.” Disamping dapat digunakan sebagai pedoman dan
pemberi motivasi bagi individu dalam masyarakat, pemahaman tentang tugas perkembangan
juga dapat digunakan oleh para praktisi yang menangani kelompok usia tertentu dalam
pekerjaannya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Peterson (1996 : 38)” ....they can give
practitioners who work with particular age groups a general idea what to expect. .... Norm
also facilitate social planning and environmental design for particular age groups.”

Namun, pemahaman tentang adanya tugas perkembangan yang berbeda pada setiap
tahapan usia individu juga dapat disalahartikan. Hal ini diungkapkan oleh Hurlock (1980 : 9)
yang menyatakan ada 3 macam bahaya potensial yang umum berhubungan dengan tugas-
tugas perkembangan. Pertama, harapan yang kurang tepat baik individu sendiri maupun
lingkungan sosial. Kedua adalah melangkahi tahap tertentu dalam perkembangan sebagai
akibat dari kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu. Dan yang ketiga muncul dari tugas itu
sendiri. Sekalipun individu berhasil menguasai tugas pada suatu tahap dengan baik, namun
keharusan menguasai sekelompok tugas-tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya akan
membawa ketegangan dan tekanan kondisi yang dapat mengarah pada suatu krisis.
Bagi pendidik, pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan dapat membantu
pendidik untuk memahami anak didiknya dan membantu mereka dalam mengembangkan
potensi yang mereka miliki secara optimal. Dalam hal ini Nana Syaodih (2001 : 18)
menyatakan bahwa “Ada dua alasan mengapa tugas-tugas perkembangan ini penting bagi
pendidik. Pertama, membantu memperjelas tujuan yang akan dicapai sekolah. Pendidikan
dapat dimengerti sebagai usaha masyarakat, melalui sekolah, dalam membantu individu
mencapai tugas-tugas perkembangan tertentu. Kedua, konsep ini dapat dipergunakan sebagai
pedoman waktu untuk melaksanakan usaha-usaha pendidikan. Bila individu telah mencapai
kematangan, siap untuk mencapai tahap tugas tertentu serta sesuai dengan tuntutan

17
masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa saat untuk mengajar individu yang bersangkutan
telah tiba.”
a. Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di dalam
sekolah maupun di luar sekolah, pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal.
b. Beberapa usaha yang perlu dilakukan di dalam penyelenggaraan pendidikan, sehubungan
dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan terhadap cita-cita kehidupannya
antara lain:
 bimbingan karier.
 memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi terhadap
kondisi (tuntutan) lingkungan.
 penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum
muatan lokal.
c. Keberhasilan dalam memilih pasangan, hidup untuk membentuk keluarga benyak
ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa
sebelumnya. Untuk mengembangkan model keluarga yang ideal maka perlu dilakukan
bimbingan dan etika pergaulan, dan bimbingan siswa untuk memahami norma kehidupan
masyarakat.
d. Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan sosial
masyarakat perlu dilakukan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa
kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat
berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat
dibandingkan hubungan dengan orang tua. Teori-teori perkembangan remaja antara lain, teori
psikoanalisa, teori psikososial, teori kognitif serta teori tingkah laku dan belajar sosial. Tahap
perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja, remaja awal, dan remaja akhir.
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja antara lain, perubahan fisik yang
terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat
badan serta kematangan sosial, remaja berfikir secara logis dan transisi sosial remaja
mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain. Sementara itu, ciri
khas remaja adalah hubungan dengan teman sebaya lebih erat, hubungan dengan orang tua
penuh konflik, keingintahuan seks yang tinggi, dan mudah stres.
B. Saran
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai konflik
batin maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi perubahan pada
remaja. Sementara itu, perawat dapat dijadikan tempat konseling untuk remaja sebagaimana
peran perawat dan sebagai perawat yang menghadapi permasalahan remaja senantiasa
memberikan bimbingan atau konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja
tersebut dalam masalah yang dihadapinya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.


Bandung:Refika Aditama.
Dorland, W.A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2005. Fundamental Keperawatan Vol.1. Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta:EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai