Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah somatoform berasal dari bahasa Yunani, soma yang artinya
tubuh. Gangguan ini merupakan kelompok besar dari berbagai
gangguan yang komponen utama dari tanda dan gejalanya adalah
tubuh. Gangguan ini mencakup interaksi tubuh-pikiran (body-mind).
Pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak menunjukkan adanya
kaitan dengan keluhan pasien. Gangguan ini meliputi gangguan
somatisasi, gangguan konversi, hipokondriasis, body dysmophic
disorder dan gangguan nyeri.

Gangguan Somatisasi
Gangguan somatisasi dicirikan dengan gejala-gejala somatik yang
banyak yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan pemeriksaan fisik
maupun laboratorium. Keluhan yang diutarakan pasien sangat
melimpah dan meliputi berbagai system organ seperti gastrointestinal,
seksual, saraf dan bercampur dengan keluhan nyeri. Gangguan ini
bersifat kronis, berkaitan dengan stressor psikologis yang bermakna,
menimbulkan hendaya di bidang sosial dan okupasi, serta adanya
perilaku mencari pertolongan medis yang berlebihan. Dikenal juga
dengan Briquet’s syndrome.
Prevalensi sepanjang hidup 0,2-2% pada wanita dan 0,2% pada
pria. Wanita lebih banyak menderita gangguan somatisasi
dibandingkan pria dengan rasio 5 berbanding 1. Awitan gangguan ini
sebelum usia 30 tahun dan biasanya dimulai ketika usia remaja.

Etiologi
Faktor psikososial
Penyebab gangguan somatisasi tidak diketahui. Secara psikososial,
gejala-gejala gangguan ini merupakan bentuk komunikasi sosial yang
bertujuan untuk menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi, atau
menyimbolkan perasaan.
Aspek pembelajaran (learning behavior) menekankan bahwa
pengajaran dari orangtua, contoh orangtua, dan budaya mengajarkan pada
anak untuk menggunakan somatisasi. Faktor sosial, kultur dan etnik juga
ikut terlibat dalam pengembangan gejala-gejala somatisasi.
Faktor biologis
Data genetik mengindikasikan adanya transmisi genetik pada
gangguan kepribadian antisosial. Pada kembar monozigot terjadi 29% dan
dizigot 10%.
Gambaran Klinis
Pasien dengan gangguan somatisasi memiliki banyak keluhan
somatik dan riwayat medik yang panjang dan rumit. Gejala-gejala umum yang
sering dikeluhkan adalah mual, muntah (bukan karena kehamilan), sulit menelan,
sakit pada lengan dan tungkai, nafas pendek (bukan karena olahraga), amnesia,
komplikasi kehamilan dan menstruasi. Sering kali pasien beranggapan dirinya
menderita sakit sepanjang hidupnya. Gejala pseudoneurologik sering dianggap
gangguan neurologik namun tidak patognomonik. Misalnya gangguan koordinasi
atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan local, sulit menelan atau merasa ada
gumpalan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi raba
atau sakit, penglihatan kabur, buta, tuli, bangkitan atau hilang kesadaran bukan
karena pingsan.
Penderitaan psikologik dan masalah interpersonal menonjol, dengan
cemas dan depresi merupakan gejala psikiatri yang paling sering muncul.
Ancaman akan bunuh diri sering dilakukan, namun bunuh diri aktual sangat
jarang. Biasanya pasien mengungkapkan keluhannya secara dramatik, dengan
muatan emosi dan berlebihan. Pasien-pasien ini biasanya tampak mandiri, terpusat
pada dirinya, haus penghargaan dan pujian, dan manipulative.

Diagnosis
Diagnosis gangguan somatisasi menurut DSM-IV-TR memberi syarat
awitan gejala sebelum usia 30 tahun. Selama perjalanan gangguan, keluhan pasien
harus memenuhi minimal 4 gejala nyeri, 2 gejala gastrointestinal, 1 gejala seksual,
dan 1 gejala pseudoneurologik, serta tak satupun dapat dijelaskan melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorik. Berikut kriteria diagnosis gangguan somatisasi
menurut DSM-IIV-TR.
A. Riwayat banyak keluhan fisik, yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang
terjadi selama periode lebih dari beberapa tahun dana menyebabkan
pencarian pengobatan atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan dan
fungsi penting lainnya.
B. Tiap kriteria berikut harus memenuhi, dengan gejala individual yang
terjadi kapanpun selama perjalanan dari gangguan:
a. Empat gejala nyeri : riwayat nyeri berkaitan dengan sedikitnya 4
tempat atau fungsi yang berbeda (mis: kepala, abdomen,
punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum, selama menstruasi,
selama berhubungan seksual, atau selama buang air kecil).
b. Dua gejala gastrointestinal : sedikitnya 2 riwayat gejala
gastrointestinal selain nyeri (mis: mual, kembung, muntah bukan
karena kehamilan, diare, atau intoleransi beberapa makanan
berbeda).
c. Satu gejala seksual : sedikitnya 1 riwayat gejala seksual atau
reproduktif selain nyeri (mis : indiferens seksual, disfungsi ereksi
atau ejakulasi, haid tak teratur, perdarahan haid berlebihan, muntah
sepanjang kehamilan).
d. Satu gejala pseudoneurologik : sekurangnya 1 riwayat gejala atau
defisit pseudoneurologik yang memberikan kesan adanya kondisi
neurologik tak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti
gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan
local, sulit menelan atau merasa ada gumpalan tenggorokan,
afonia, retensi urin, halusinasi, kehilangan sensasi rasa sakit dan
raba, penglihatan kabur, buta, tuli, bangkitan; gejala disosiatif
seperti amnesia, hilang kesadaran bukan karena pingsan).
C. Salah satu dari 1) atau 2):
a. Setelah penelusuran yang sesuai, tiap gejala pada kriteria B tak
dapat sepenuhnya dijelaskan sebagai akibat kondisi medik umum
atau merupakan efek langsung dari zat (mis: penyalahgunaan zat,
karena medikasi)
b. Apabila terdapat kondisi medik umum terkait, keluhan fisik atau
hendaya sosial atau pekerjaan yang diakibatkannya melebihi
daripada yang diharapkan berdasarkan riwayat, penemuan fisik dan
laboratorium.
D. Gejala-gejalanya tidak dibuat secara sengaja atau berpura-pura (seperti
pada gangguan buatan atau berpura-pura).

Perjalanan Penyakit dan Prognosis


Perjalanan penyakit gangguan somatisasi bersifat kronik.
Diagnosis biasanya ditegakkan sebelum usia 25 tahun, namun gejala awal
sudah dimulai saat remaja. Masalah menstruasi biasanya merupakan
keluhan paling dini yang muncul pada wanita. Keluhan seksual sering kali
berkaitan dengan perselisihan dalam perkawinan. Periode keluhan yang
ringan berlangsung 9-12 bulan, sedangkan gejala yang berat dan
pengembangan dari keluhan-keluhan baru berlangsung selama 6-9 bulan.
Sebelum setahun biasanya pasien sudah mencari pertolongan medis.
Adanya peningkatan tekanan kehidupan mengakibatkan eksaserbasi
gejala-gejala somatik.

Terapi
Penanganan sebaiknya dengan satu orang dokter, sebab apabila
dengan beberapa dokter pasien akan mendapatkan kesempatan lebih
banyak mengungkapkan keluhan somatiknya. Interval pertemuan sebulan
sekali. Meskipun pemeriksaan fisik tetap harus dilakukan untuk setiap
keluhan somatik yang baru, dokter atau terapis harus mendengarkan
keluhan somatik sebagai ekspresi normal dan bukan sebagai keluhan
medik.
Psikoterapi baik yang individual maupun kelompok akan
menurunkan pengeluaran dana perawatan kesehatannya terutama untuk
rawat inap di rumah sakit. Psikoterapi membantu pasien untuk mengatasi
gejala-gejalanya, mengekspresikan emosi yang mendasari dan
mengembangkan strategi alternatif untuk mengungkapkan perasaannya.
Terapi psikofarmakologi dianjurkan apabila terdapat gangguan lain
(komorbid). Pengawasan ketat terhadap pemberian obat harus dilakukan
karena pasien dengan gangguan somatisasi cenderung menggunakan obat-
obatan barganti-ganti dan tidak rasional.

Gangguan Konversi
Gangguan konversi adalah gangguan pada fungsi tubuh yang tidak
sesuai dengan konsep anatomi dan fisiologi dari system saraf pusat dan
tepi. Hal ini secara khas terjadi dengan adanya stress dan memunculkan
disfungsi berat.
Kumpulan gejala yang saat ini disebut dengan gangguan konversi
dengan gangguan somatisasi, dikenal dengan sebutan hysteria, reaksi
konversi atau reaksi disosiatif.

Epidemiologi

Anda mungkin juga menyukai