Anda di halaman 1dari 2

Tahap-Tahap Pengujian Bakteri

Metode Pewarnaan Bakteri

Bakteri dibiakkan di atas media dengan susunan-susunan tertentu. Bakteri juga di uji
kemampuannya untuk menahan zat warna crystal violet, dengan prosedur yang telah di ciptakan
oleh Christian Gram. Jika setelah di cuci bakteri dapat menahan zat warna tersebut bakteri akan
berwarna biru dan disebut gram positif, atau bereaksi positif terhadap pewarnaan dengan cara
gram. Jika tidak berwarna biru, bakteri disebut gram negatif.

Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya.
Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram
positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan
pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran
tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negatif lapisan
peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).

Sifat Gram Positif Gram Negatif


Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah Kandungan lipid tinggi
Ketahanan terhadap penisilin Lebih sensitif Lebih tahan
Penghambatan warna basa Lebih dihambat Kurang dihambat
Kebutuhan nutrien Kompleks Relatif sederhana
Ketahanan terhadap perlakuan Lebih tahan Kurang tahan
fisik

Bakteri yang termasuk gram negatif adalah Enterobactericeae, Salmonella spp, Shigella spp, E.
Coli, Yersinia enterolitica.
Sedangkan bakteri gram positif adalah Staphylococci, Streptococci, Enterococci, Clostridium,
Bacillus.

Teknik Pewarnaan Bakteri


1. Mengamati Morfologi Bakteri

Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 100x10
yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit
terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke
permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras
sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan.

Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan
dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat
warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna
basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan
sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin,
Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll.

2. Jenis Pewarnaan
Pewarnaan pada bakteri di bagi menjadi tiga, yaitu :
2.1 Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan.
Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme
tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena
sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui
bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan
sederhana ialah memilen biru, krisdal violet dan karbol fuehsin. yang man pewarnaan sederhana
ini di bagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan :
a. a. Pewarnaan Asam
Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan untuk
hanya untuk melihat bentuk sel. adapun zat warna yang di pakai dalam pewarnaan positif adalah
biru metilen, dan air furksin.

Cara kerja untuk melakukan pewarnaan bakteri yaitu sebelum dilakukan pewarnaan dibuat
ulasan bakteri di atas object glass yang kemudian difiksasi. Jangan menggunakan suspensi
bakteri yang terlalu padat, tapi jika suspensi bakteri terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan
saat mencari bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan
melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur selnya.

Anda mungkin juga menyukai