PENDAHULUAN
Secara garis besar penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian kualitatif dan
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif dan kualitatif juga sering dipasangkan dengan
nama metode yang tradisionaal dan metode baru, metode positivistik dan post positivistik,
metode scientific dan metode artistik, metode konfirmasi dan temuan, serta kuantitatif dan
interpretif. Jadi, penelitian kuanitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistik,
scientific dan metode discovery. Sedangkan metode kualitatif sering dinamakan sebagai
metode baru, postpositivistik; artistik; dan interpretive research.
1
Jenis penelitian yang digunakan, selalu didasarkan pada masalah yang diteliti, bukan
ditetapkan jenis penelitiannya dulu baru ditetapkan masalahnya. Hal ini disebabkan karena
adanya kenyataan bahwa penelitian itu dilakukan karena ada masalah. Alasan pemilihan
suatu metode, tentunya didasarkan pada kesesuaiannya dengan masalah penelitian, tujuan
penelitian, serta prosedur penelitian yang cocok, hasil yang diharapkan, dan kondisi
kelompok sasaran atau objek penelitiannya.
1.2 Tujuan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHLUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Penelitian Kuliatitif
2.2 Pengertian Pemelitian Kuantitatif
2.3 Perbedaan Penelitian Kulitatitif dan Penelitian Kuantitatif
2.4 Contoh Penelitian Kualitatif
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
induktif atau kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan arti dari pada
generalisasi.
1 Desain Penelitian
a. Induktif a. Deduktif
b. Berlangsung selama proses b. Berlangsung pada tahap akhir
penelitian sebelum laporan
4
c. Mencari pola, model, tema c. Menggunakan statistik
Narasumber Responden
4 Tujuan Penelitian
7 Jenis Data
a. Deskriptif a. Numerik
b. Eksploratif b. Statistik
8 Ukuran Sampel
a. Kecil a. Besar
b. Tidak respresentatif b. Respresentatif
c. Purposif c. Random
9 Relasi Penelitian Dengan Subjek Penelitian
5
a. Dekat a. Berjarak
b. Personal b. Non-personal
c. Emosional c. Tanpa kontak emosional
d. Empati d. Jangka pendek
e. Akrab
f. Kedudukan sama
g. Jangka lama
10 Formulasi Rekomendasi
a. Singkat a. Luas
b. Jelas b. Detail
c. Sedikit menggunakan literatur c. Banyak menggunakan literatur
d. Tidak ada hipotesis d. Ada hipotesis
e. Pendekatan secara umum e. Prosedur yang spesifik dan
f. Masalah yang diduga relevan langkah-langkahnya
g. Fokus penelitian sering ditulis f. Masalah diuraikan dan fokus
setelah ada data yang g. Ditulis terinci sebelum terjeun ke
dikumpulkan dari lapangan lapangan
a. Fenomenologi
6
tahapan tersebut juga berlangsung dalam proses pembentukan
persepsi terhadap pesan yang mereka tangkap selama menjalani
proses rehabilitasi. Ketiga informan dalam penelitian ini
menjelaskan pengalamannya dan pemaknaan mereka terhadap
pembentukan persepsi selama berada di Rumah Pemulihan Soteria.
Pengalaman dan pemaknaan mereka dianalisis menggunakan
metode fenomenologi. Dari penelitian ini ditemukan perbedaan
yang terjadi pada setiap tahapan dalam proses pembentukan persepsi
mulai dari daya konsentrasi yang mempengaruhi stimulasi-seleksi,
pembangunan skema kognitif pada tahap pengelompokan pesan,
penginterpretasian pesan tersebut, sampai akhirnya hasil persepsi
tersebut disimpan dalam memori mereka dan suatu saat
dibangkitkan kembali ketika dibutuhkan.
b. Deskriptif
7
Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kapupaten Mojoketo terhadap
fungsi dan keberadaan Candi Wringin Lawang?
c. Studi Kasus
8
Zein, Drs., M.Si selaku dosen Program Studi Manajemen
Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran.
d. Metode Historis
9
connection involving the above mentioned inscription with the
legitimacy of the Javanese court at that time, as well as with the
monarch, who was seen as halfman, half-deity. The monarch drew
on the labor of his subjects in maintaining religious sites to ensure
his place on earth, and in heaven. The Plumpungan manuscript was
a ‘legal document’ used to reassure inhabitants of the area that the
monarch is the legitimate ruler, and to prevent further revolt. The
monarch’s subjects in the Salatiga area at the time were farmers
disheartened with high taxes and the fear of volcanic eruptions,
which later caused great migrations to East Java. Consequently, the
monarch, using the Plumpungan manuscript as a medium, decreed
that the Hampra village (present-day Salatiga) become a tax-free
area due to the excellent care that its citizens provided for the
religious sites, in addition to the obeisance shown to the monarch. It
becomes clear, however, that all the way through the discourse
analysis, the king wanted to ensure his legitimacy. Socio-historical
context confirms that the monarch, Bhanu, was a successful ruler
who held power over four regions, analogically with Indra, the king
of all deities.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11