Anda di halaman 1dari 15

GENDER DALAM PANDANGAN ISLAM

Isma Azizah (18302241052), Hesti Munandar (18302241053), Nur Azmi


Safitri (18302241054), dan Yuniati (18302241055)
Universitas Negeri Yogyakarta
ABSTRAK
Gender merupakan konsep yang mengkaji tentang perbedaan antara laki-laki dan
perempuan sebagai hasil dari pembentukan kepribadian yang berasal dari
masyarakat. Gender sendiri tidak dapat disamakan ketika isu gender di angkat,
yang timbul dalam benak kita adalah diskriminasi terhadap wanita dan
penghilangan hak-hak terhadap mereka. Namun, dalam agama islam wanita
dianggap sebagai makhluk yang istimewa dan diangkatkan derajatnya dari kaum
laki-laki. Dalam Al-Qur’an peran gender tidak hanya mengatur tentang relasi
gender saja. . Islam mengedepankan keadilan bagi siapapun tanpa memandang
jenis kelaminnya.
Kata kunci: Gender, Islam.

I. PENDAHULUAN
Gender merupakan konsep yang mengkaji tentang perbedaan
antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari pembentukan
kepribadian yang berasal dari masyarakat (kondisi sosial, adat-istiadat dan
kebudayaan yang berlaku). Gender dalam arti ini adalah suatu bentuk
rekayasa masyarakat (social contructions), bukannya sesuatu yang bersifat
kodrati.( Darren W. Dahl, Jaideep Sengupta and Kathleen D. Vohs, 2009)
Gender bisa dikategorikan sebagai alat untuk mengukur dalam persoalan
laki-laki dan perempuan terutama yang terkait dengan pembagian peran
dalam masyarakat yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri.
Istilah gender telah menjadi isu penting dan sering
diperbincangkan akhir-akhir ini. Banyak orang yang mempunyai persepsi
bahwa gender selalu berkaitan dengan perempuan, ketika isu gender di
angkat, yang timbul dalam benak kita adalah diskriminasi terhadap wanita
dan penghilangan hak-hak terhadap mereka. Namun, bagaimanakan
pandangan Islam terhadap konsep gender tersebut, karena sebagaimana
yang kita ketahui bahwa dalam agama islam wanita dianggap sebagai
makhluk yang istimewa dan diangkatkan derajatnya dari kaum laki-laki.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan sedikit membahas masalah
mengenai gender dalam pandangan islam dengan mengangkat judul
makalah “Gender dalam Pandangan Islam”.

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Gender Dalam Islam
Kata gender berasal daari bahasa inggris yang berarti jenis
kelamin. Secara umum pengertian gender adalah perbedaan yang tampak
antara laki-laki dan perempuan yang dilihat dari segi nilai dan tingkah
laku. Gender merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perbedaan laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender adalah suatu
konsep kultural, berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku,
mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan
yang berkembang dalam masyarakat.
Perbedaan secara sifat, misalnya perempuan yang memiliki sifat
lemah lembut, keibuan dan emosional. Sedangkan laki-laki memiliki sifat
yang kuat, perkasa dan jantan. Sifat tersebut dapat dipertukarkan, misalnya
ada laki-laki yang lemah lembut dan perempuan yang kuat. Perbedaan
secara biologis misalnya laki-laki memiliki penis dan perempuan memiliki
vagina, yang menjadi identitas gender dan akan menentukan sosial di
masyarakat. Meskipun sebenarnya identitas yang ada dalam diri manusia
bukanlah gender, namun secara budaya alat kelamin menjadi faktor
penting untuk menentukan relasi gender seperti pembagian fungsi, peran
dan status dalam masyarakat. Alat-alat tersebut melekat permanen pada
laki-laki maupun perempuan tidak berubah dan sering disebut sebagai
takdir atau kodrat Tuhan.
Gender bukan hanya ditujukan kepada perempuan semata, tetapi
juga kepada laki-laki. Hanya saja, yang dianggap mengalami posisi
termarginalkan sekarang adalah pihak perempuan, maka perempuanlah
yang lebih ditonjolkan dalam pembahasan untuk mengejar kesetaraan
gender yang telah diraih oleh laki-laki beberapa tingkat dalam peran
sosial, terutama di bidang pendidikan. Karena bidang inilah diharapkan
dapat mendorong perubahan kerangka berpikir, bertindak, dan berperan
dalam berbagai segmen kehidupan sosial.
Sebenarnya untuk memahami gender, perlu dibedakan antara
gender dan seks. Istilah gender berasal dari bahasa Inggris; gen, kemudian
ditransfer ke dalam bahasa Indonesia menjadi gender. Seks adalah jenis
kelamin, sebuah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari sisi
biologis, keduanya tidak dapat dipertukarkan, artinya jenis kelamin itu
melekat secara kodrati dan memiliki fungsi tersendiri(Mansour Faqih,
1999). Sedangkan gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki dan
perempuan karena dibentuk secara sosial, karena pengaruh kultural, agama
dan politik. Sifat ini tidak bersifat kodrati melekat pada jenis kelamin
tertentu, tetapi sifat itu bisa dipertukarkan. Perbedaan sifat gender itu bisa
berubah sewaktu-waktu dan bersifat kondisional. Misalnya anggapan laki-
laki rasional dan perempuan emosional, laki-laki kuat dan perempuan
lemah, laki-laki perkasa dan perempuan lemah lembut. Sifat-sifat itu bisa
berubah dan tidak melekat secara permanen.
Definisi gender menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:

1. “Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam


peran, fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk
oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok
masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi
setempat. Tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata
nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat
yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat.(Uris
Udau, 2013)
2. Menegasakan bahwa istilah gender dapat dibedakan ke dalam
beberapa pengertian berikut ini: gender sebagai suatu istilah asing
dengan makna tertentu, gender sebagaisuatu fenomena sosial
budaya, gender sebagai suatu kesadaran sosial, gender sebagai
suatu persoalan sosial budaya, gender sebagai sebuah konsep untuk
analisis, gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang
kenyataan.(Heddy Shri Ahumsha Putra, 2000 )
3. Gender dalam ilmu sosial diartikan sebagai pola relasi lelaki dan
perempuan yang didasarkanpada ciri sosial masing-masing
(Zainuddin, 2006: 1)

Gender merupakan pembedaan antara perempuan dan laki-laki


berdasarkan konstruksi sosial maupun kultural masyarakat, bukan kondisi
biologis manusia. Perbedaan gender sebenarnya tidak menimbulkan
menjadi masalah selama ketidakadilan gender, baik untuk laki-laki
maupun untuk perempuan. Gender dalam pengertian ilmu sosial diartikan
sebagai pola relasi perempuan dan lakilaki yang didasarkan pada ciri sosial
masing-masing. Tercakup di dalamnya adalah pembagian kerja, pola relasi
kuasa, perilaku, peralatan, bahasa, persepsi yang membedakan perempuan
dengan laki-laki. Sebagai pranata sosial, gender bukanlah sesuatu yang
baku dan tidak berlaku universal. Artinya, gender adalah perbedaan dan
fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggung
jawab laki-laki dan perempuan Sehingga gender belum tentu sama di
tempat yang berbeda dan dapat berubah dari waktu ke waktu.(Raihan
Putry, 2016)

B. Ruang lingkup dan prinsip gender


Allah menciptakan setiap mahkluknya sesuai dengan peran dan
fungsi masing-masing. Begitu pula manusia memiliki peran dan fungsi
berbeda-beda antara laki-laki dengan perempuan. Ruang lingkupnya
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Islam memandang peran laki-
laki dan perempuan bukan kesetaraan tetapi lebih kepada keadilan. Hal ini
karena beberapa tafsir Al-Qur'an dan hadis masih memandang sebelah
mata terhadap perempuan.
Prinsip gender dalam Islam menurut Nasaruddin Umar (2014:172-
183), dalam surat Ad-Dzariyat 51: 56

‫س إ ِ ََّّل ل ِ ي َ ع ْ ب ُ د ُو ِن‬ ِ ْ ‫ت ال ْ ِج َّن َو‬


َ ْ ‫اْل ن‬ ُ ْ‫َو َم ا َخ ل َ ق‬
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku."
Allah memerintahkan kepada manusia baik laki-laki atau
perempuan untuk beribadah tanpa kecuali. Karena setiap hamba Allah
berhak untuk menjadi orang yang bertaqwa. Perbedaan laki-laki dan
perempuan di depan Allah bukan karena seberapa kaya hamba-Nya,
secantik atau setampan apa Hamba-Nya dan atas dasar kasta, ras, suku
atau lainnya tetapi perbedaannya pada seberapa taqwa mereka kepada
Allah. Untuk mengetahui bagaimana prinsip gender dalam agama Islam
Akan dijabarkan kedalam 5 prinsip, yakni:
1. Perempuan dan laki-laki mempunyai tugas yang sama sebagai khalifah
di bumi.
Prinsip ini didasarkan kepada 2 firman Allah pertama pada surat
Al-An'am, 6:165 yaitu:

‫ض‬
ٍ ْ‫ق ب َ ع‬ َ ‫ض ك ُ ْم ف َ ْو‬
َ ْ‫ض َو َر ف َ َع ب َ ع‬ ِ ‫اْل َ ْر‬ْ ‫ف‬ َ ِ ‫َو ه ُ َو ال َّ ِذ ي َج ع َ ل َ ك ُ ْم َخ ََل ئ‬
ُ ‫ك س َ ِر ي ُع الْ ِع ق َ ا بِ َو إ ِ ن َّ ه‬ َ َّ ‫ت ل ِ ي َ بْ ل ُ َو ك ُ ْم ف ِ ي َم ا آ ت َا ك ُ ْم ۗ إ ِ َّن َر ب‬
ٍ ‫د َ َر َج ا‬
ٌ‫ل َ غ َ ف ُو ٌر َر ِح ي م‬

Artinya:" Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di


bumidan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (Yang
lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang Diberikan-
Nya kepadamu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang."
Dalam firman ini dapat disimpulkan bahwa Allah memberikan
pangkat atau derajat lebih tinggi kepada seseorang karena ingin
menguji seberapa taqwa Hamba-Nya. Karena Allah SWT Maha
Pengampun dan Maha penyanyang. Firman yang kedua yakni surat
Al-Baqarah, 2:30 ayatnya sebagai berikut:

‫ض َخ ل ِ ي ف َ ة ً ۖ ق َ ا ل ُوا‬ِ ‫اْل َ ْر‬ْ ‫ك لِ ل ْ َم ََل ئ ِ ك َ ِة إ ِ ن ِ ي َج ا ِع ٌل ف ِ ي‬ َ ُّ ‫َو إ ِ ذ ْ ق َ ا َل َر ب‬


‫ك‬
َ ‫ح ب ِ َح ْم ِد‬ ُ ِ‫أ َت َ ْج ع َ ُل ف ِ ي َه ا َم ْن ي ُ فْ ِس د ُ ف ِ ي َه ا َو ي َ سْ ف‬
ُ ِ ‫ك الد ِ َم ا َء َو ن َ ْح ُن ن ُ س َ ب‬
‫ك ۖ ق َ ا َل إ ِ ن ِ ي أ َعْ ل َ مُ َم ا ََّل ت َعْ ل َ ُم و َن‬
َ َ‫س ل‬
ُ ِ‫َو ن ُ ق َ د‬
Artinya: Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada parade malaikat:"
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." Mereka berkata:" mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang Akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, Padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Allah berfirman:"
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dalam firman ini dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan
manusia sebagai khalifah atau utusan di bumi. Dalam menjalankan
tugas dan kewajiban sebagai khalifah di bumi laki-laki dan perempuan
saling membantu Dalam menjalankan semua itu.
2. Perempuan dan laki-laki sama-sama menerima perjanjian awal dari
Tuhan.
Hal ini didasarkan pada firman Allah surat Al-A'raf ayat 172 yakni:

‫ور ِه ْم ذ ُ ِر ي َّ ت َهُ ْم َو أ َشْ َه د َ ه ُ ْم‬


ِ ُ‫ِم ْن ظ ُ ه‬ َ‫ك ِم ْن ب َ ن ِ ي آ د َ م‬ َ ُّ ‫َو إ ِ ذ ْ أ َ َخ ذ َ َر ب‬
‫ۖ ق َ ا ل ُوا ب َ ل َ ٰى ۛ ش َ ِه د ْ ن َا ۛ أ َ ْن ت َق ُو ل ُوا ي َ ْو َم‬ ‫ت ب ِ َر ب ِ ك ُ ْم‬ ُ ْ‫س ِه ْم أ َل َ س‬ ِ ُ ‫عَ ل َ ٰى أ َن ْ ف‬
‫الْ قِ ي َ ا َم ِة إ ِ ن َّ ا ك ُ ن َّ ا ع َ ْن ٰهَ ذ َ ا غَا ف ِ ل ِ ي َن‬
Artinya:" Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):" Bukankah Aku ini
Tuhanmu? " mereka menjawab:" Betul (Engkau Tuhan kami), Kami
menjadi saksi ", (Kami lakukan yang sedemikian itu) Agar di hair
kiamat kamu tidak mengatakan:" Sesungguhnya Kami (bank Adam)
adalah orang-orang yang length terhadap ini (keesaan Tuhan). "
Dalam firman ini dapat disimpulkan bahwa sebelum manusia baik
laki-laki atau perempuan lahir di bumi ini mereka telah melakukan
perjanjia dengan Allah bahwa merka Akan menjadi saksi bahwa Allah
Tuhan mereka. Perjanjian ini tidak ada dislriminasi antara laki-laki
dengan perempuan. Yang artinya tidak ada toleransi tentang perjanjian
ini walau ia perempuan atau laki-laki.
3. Hawa dan Adam terlibat secara aktif dalam drama kosmis.
Dalam Hal penciptaan ini ada 3 kaitan tentang Hal tersebut,
dijelaskan sebagai berikut:
a. Keduanya diciptakan di surga dan memanfaatkan fasilitas surga,
hal ini dijelaskan pada ayat 35 pada surat Al-Baqarah, Sebagai
berikut:

‫ك الْ َج ن َّ ة َ َو ك ُ ََل ِم ن ْ َه ا َر غَ د ًا‬َ ‫ج‬ ُ ‫ت َو َز ْو‬ َ ْ ‫ي َ ا آ د َ مُ ا سْ ك ُ ْن أ َن‬ ‫َو ق ُ ل ْ ن َا‬


‫ِش ئ ْ ت ُ َم ا َو ََّل ت َقْ َر ب َ ا ٰهَ ِذ هِ ال ش َّ َج َر ة َ ف َ ت َك ُ و ن َا ِم َن الظ َّ ا لِ ِم ي َن‬ ُ ْ ‫َح ي‬
‫ث‬
Artinya: Dan kami berfirman:" Hair Adam, diamilah oleh kamu
dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang
banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai dan janganlah kamu
dekati pohon ini, Yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zalim.
b. Keduanya mendapat fasilitas godaan yang sama dari setan. Dalam
Hal ini dijelaskan pada surat Al-A'raf ayat 20, yakni:

‫ي عَ نْ هُ َم ا ِم ْن‬ َ ‫ور‬ ِ ‫ي ل َ هُ َم ا َم ا ُو‬ َ ‫س ل َ هُ َم ا ال ش َّ ي ْ طَ ا ُن ل ِ ي ُ بْ ِد‬


َ ‫ف َ َو س َْو‬
‫سَ ْو آ ت ِ ِه َم ا َو ق َ ا َل َم ا ن َ َه ا ك ُ َم ا َر ب ُّ ك ُ َم ا ع َ ْن ٰهَ ِذ ه ِ ال ش َّ َج َر ة ِ إ ِ ََّّل أ َ ْن‬
‫ت َك ُ و ن َا َم ل َ كَ يْ ِن أ َ ْو ت َك ُ و ن َا ِم َن ال ْ َخ ا لِ ِد ي َن‬
Artinya: Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya
untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari
mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak
melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu
berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang
yang kekal (dalam surga)"
c. Sama-sama memohon ampun dan diampuni Tuhan. Dalam Hal ini
dijelaskan pada Q. S. Al-A'raf, 7:23 yakni:

‫اَّل َر ب َّ ن َا ظَ ل َ ْم ن َا أ َنْ ف ُ س َ ن َا َو إ ِ ْن ل َ ْم ت َغ ْ فِ ْر ل َ ن َا َو ت َ ْر َح ْم ن َا‬


َ َ‫ق‬
‫ل َ ن َ ك ُ و ن َ َّن ِم َن الْ َخ ا ِس ِر ي َن‬

Artinya: Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah


menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni
kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami
termasuk orang-orang yang merugi.

Dapat disimpulkan bahwa Allah tidak membedakan Hamba-


Nya berdasarkan gender, buktinya nabi Adam dan Hawa yang telah
dijelaskan pada ayat di atas, walaupun mereka melanggarnya hukuman
yang diberika Allah sama bagi keduanya yakni diturunkan ke bumi
tetapi dipisah walau akhirnya bertemu dan saling melengkapi serta
mebutuhkan satu sama lain kemudian melanjutkan keturunannya.

4. Perempuan dan laki-laki sama-sama berpotensi meraih prestasi.


Hal ini didasarkan pada 3 firman Allah yakni surat Ali 'Imran ayat
195, An-Nissa' ayat 124 dan An-Nahl ayat 97 yakni:
a. Ayat Ali-Imran ayat 195

‫ض ي ُع ع َ َم َل عَ ا ِم ٍل ِم ن ْ ك ُ ْم ِم ْن‬ِ ُ ‫ب ل َ هُ ْم َر ب ُّ هُ ْم أ َن ِ ي ََّل أ‬َ ‫ف َ ا سْ ت َ َج ا‬


‫ض ۖ ف َ ال َّ ِذ ي َن هَا َج ُر وا‬ٍ ْ ‫ذ َ كَ ٍر أ َ ْو أ ُن ْ ث َ ٰى ۖ ب َ عْ ضُ ك ُ ْم ِم ْن ب َ ع‬
‫ار هِ ْم َو أ ُو ذ ُوا ف ِ ي س َ ب ِ ي ل ِ ي َو ق َ ا ت َل ُوا َو ق ُت ِ ل ُوا‬ ِ َ ‫ج وا ِم ْن ِد ي‬ ُ ‫َو أ ُ ْخ ِر‬
‫ت ت َ ْج ِر ي ِم ْن‬ ٍ ‫َْل ُك َ ف ِ َر َّن عَ نْ هُ ْم س َ ي ِ ئ َا ت ِ ِه ْم َو َْل ُد ِْخ ل َ ن َّ هُ ْم َج ن َّ ا‬
ُ ُ ‫اْل َن ْ َه ا ُر ث َ َو ا ب ًا ِم ْن ِع نْ ِد َّللاَّ ِ ۗ َو َّللاَّ ُ ِع ن ْ د َ ه‬
‫ح سْ ُن‬ ْ ‫ت َ ْح ت ِ َه ا‬
ِ ‫ال ث َّ َو ا ب‬
Artinya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya
(dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan
amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau
perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian
yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari
kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang
dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan
mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang
mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah.
Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik".

b. Ayat an-Nissa' ayat 124

‫ت ِم ْن ذ َكَ ٍر أ َ ْو أ ُنْ ث َ ٰى َو ه ُ َو‬ َّ ‫َو َم ْن ي َ عْ َم ْل ِم َن ال‬


ِ ‫ص ا لِ َح ا‬
ً ِ‫ظ ل َ ُم و َن ن َ ق‬
‫ير ا‬ َ ِ ‫ُم ْؤ ِم ٌن ف َ أ ُو ٰل َ ئ‬
ْ ُ ‫ك ي َ د ْ ُخ ل ُو َن الْ َج ن َّ ة َ َو ََّل ي‬
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik
laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka
mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun.
c. Ayat An-Nahl ayat 97

‫ص ا لِ ًح ا ِم ْن ذ َكَ ٍر أ َ ْو أ ُنْ ث َ ٰى َو ه ُ َو ُم ْؤ ِم ٌن‬ َ ‫َم ْن عَ ِم َل‬


‫ف َ ل َ ن ُ ْح ي ِ ي َ ن َّ ه ُ َح ي َ ا ة ً طَ ي ِ ب َ ة ً ۖ َو ل َ ن َ ْج ِز ي َ ن َّ هُ ْم أ َ ْج َر ه ُ ْم ب ِ أ َ ْح سَ ِن َم ا‬
‫كَ ا ن ُ وا ي َ عْ َم ل ُو َن‬
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Dari ketiga firman di atas dapat disimpulkan bahwa konsep
kesetaraan gender diberikan ketegasan perstasi individual dan karier
tidak didominasi oleh satu jenis gender saja.

5. Perempuan dan laki-laki sama-sama berpotensi berdakwah Amar


ma'ruf nahi munkar.
Prinsip yg terakhir ini didasarkan pada firman Allah surat Ali-
Imran ayat 104 dan 110, yakni:

Ayat 104

ِ ‫أ ُ َّم ة ٌ ي َ د ْ عُ و َن إ ِ ل َ ى الْ َخ ي ِْر َو ي َ أ ْ ُم ُر و َن ب ِ الْ َم عْ ُر و‬


‫ف‬ ‫َو لْ ت َكُ ْن ِم نْ كُ ْم‬
‫ك ه ُ مُ الْ ُم فْ لِ ُح و َن‬ َ ِ ‫الْ ُم نْ كَ ِر ۚ َو أ ُو ٰل َ ئ‬ ‫َو ي َ نْ َه ْو َن عَ ِن‬

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Ayat 110

ِ ‫اس ت َأ ْ ُم ُر و َن ب ِ الْ َم عْ ُر و‬
‫ف‬ ِ َّ ‫ت لِ ل ن‬ ْ ‫كُ نْ ت ُ ْم َخ ي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ‫اَّلل ِ ۗ َو ل َ ْو آ َم َن أ َ ْه ُل الْ ِك ت َا ب‬
َّ ِ ‫َو ت َنْ َه ْو َن عَ ِن الْ ُم نْ كَ ِر َو ت ُ ْؤ ِم ن ُو َن ب‬
‫ل َ كَ ا َن َخ ي ًْر ا ل َ ُه ْم ۚ ِم نْ ُه مُ الْ ُم ْؤ ِم ن ُو َن َو أ َ ْك ث َ ُر ه ُ مُ الْ ف َ ا ِس ق ُو َن‬
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Dari kedua firman dapat disimpulkan bahwa baik laki-laki atau
perempuan memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam dakwah
amar ma'ruf nahi munkar yang artinya menyerukan kepada hamba
Allah yangg ma'ruf didekati dan meninggalkan yg munkar. Karena
jika satu agama maka satu keluarga juga jadi tidak ada batasam untuk
mengajak menuju yang lebih baik, Karen dalam Islam dikenal untuk
saling mengingatkan.

C. Gender dalam Pandangan Islam


Dalam Al-Qur’an peran gender tidak hanya mengatur tentang relasi
gender saja namun lebih mengatur tentang manusia, alam, dan tuhan
dalam konsep berpasangan (azwal) tidak hanya saja manusia, namun juga
hewan(Q. S. Al-Syura/42:11). Dalam pandangan agama Isalm sendiri
segala sesuatunya diciptakan Allah dengan kodrat-Nya .Dengan demikian,
laki-laki atau perempuan individu dan jenis kelamin memiliki kodratnya
masing-masing. Disisi lain tiada pula perbedaan dalam segi kecerdasan
dan kemampuan berfikir antara kedua jenis kelamin itu. Laki-laki dan
perempuan sama di hadapan Allah. Memang ada ayat yang menjelaskan
bahwa: “Kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita”(Q.S al-
Nisa/4:34).
Islam tidak membedakan antara hak dan kewajiban pada anatomi
manusia, hak dan kewajiban di mata Islam selalu sama bagi anatomi yang
berbeda tersebut. Islam mengedepankan keadilan bagi siapapun tanpa
memandang jenis kelaminnya. Islam adalah agama yang membebaskan
tirani perbudakan, persamaan hak serta tidak mengedepankan dan
menonjolkan salah satu komunitas anatomi saja. Islam hadir sebagai
agama yang menyebarkan kasih sayang bagi siapa saja.
Sehubungan dengan perspektif Islam tentang kesetaraan gender, al-Qur’an
menegaskan bahwa (1) laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai
hamba, (2) laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah, (3) laki-
laki dan perempuan menerima perjanjian primordial, (4) Adam dan Hawa
terlibat secara aktif dalam drama kosmis, dan (5) laki-laki dan perempuan
berpotensi meraih prestasi.
Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan
antara laki-laki dan perempuan, karena masing-masing akan mendapatkan
penghargaan dari Tuhan sesuai dengan kadar pengabdiannya (QS. al-Nahl
: 97). Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk
menjadi hamba ideal (QS. al-Hujurât : 19). Kekhususan yang
diperuntukkan kepada laki-laki seperti suami lebih tinggi di atas isteri,
laki-laki pelindung perempuan, laki-laki memperoleh warisan lebih
banyak dan diperkenankannya laki-laki berpoligami, tidak serta merta
menyebabkan laki-laki menjadi hamba-hamba utama. Kelebihan-kelebihan
tersebut diberikan kepada laki-laki dalam kapasitasnya sebagai anggota
masyarakat yang memiliki peran publik dan sosial “lebih”3 ketika ayat-
ayat al-Qur’ân tersebut diturunkan.
Demikian pula, dalam posisinya sebagai khalifah, al-Qur’ân tidak
menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu.
Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah,
yang akan mempertanggungjawabkan tugas kekhalifahannya di bumi
sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba
Tuhan. Laki-laki dan perempuan pun sama-sama mengemban amanah dan
menerima perjanjian primordial dengan Tuhan (QS. al-A’râf : 172). Dalam
al-Qur’ân tidak ditemukan satu ayat pun yang menunjukkan keutamaan
seseorang karena faktor jenis kelamin atau karena keturunan suku bangsa
tertentu.
Dengan adanya Islam, posisi perempuan secara radikal
terdefinisikan kembali. Islam melarang praktek penguburan bayi wanita
dan memperbaiki hak-hak kelahiran wanita . keadilan menurut Islam
adalah terpenuhinya hak bagi yang memiliki secara sah, yang jika
dipandang orang lain adalah kewajiban. Oleh karena itu, siapapun yang
lebih banyak memikul kewajiban dialah yang memiliki hak dibanding
yang lain. Selama ini, banyak anggapan bahwa beban suami mencari
nafkah lebih berat daripada beban istri yang mengandung, melahirkan dan
menyusui.
"Dan sesungguhnya telah Kami mulyakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka didaratan dan dilautan, Kami beri mereka rizki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan”. (Al-Isra' ayat 70)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kata Bani (anak-anak) Adam mencakup
pria dan wanita, keduanya sama-sama dimuliakan tanpa ada pembedaan
jenis kelamin; keduanya sama-sama memiliki hak dan kewajibannya.
Dalam hal ini Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam dengan tegas
menyatakan bahwa kaum perempuan memiliki hak yang sama dengan
kaum laki-laki. Sebagaimana laki-laki memiliki hak atas perempuan,
perempuan memiliki hak atas kaum laki-laki. Sebagaimana perempuan
memiliki kewajiban terhadap laki-laki, laki-lakipun memiliki kewajiban
terhadap perempuan. Karena itu, Islam mengangkat mereka ke status yang
layak sebagai manusia yang bermartabat sebagaimana laki-laki. Untuk
selanjutnya laki-laki dan wanita dipandang sejajar dari segi
kemanusiaannya.
III. KESIMPULAN

Dalam makalah didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Gender tidaklah sama dengan seks. Seks adalah perbedaan


antara laki-laki dan perempan secara biologis yang melekat
secara kodrati dan memiliki fungsi tersendiri. Sedangkan
gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan
karena dibentuk secara sosial, sehingga dapat dikatakan
kondisional.
2. Prinsip gender dalam Islam menurut Nasaruddin Umar yaitu,
perempuan dan laki-laki mempunyai tugas yang sama sebagai
khalifah di bumi, perempuan dan laki-laki sama-sama
menerima perjanjian awal dari Tuhan, Hawa dan Adam terlibat
secara aktif dalam drama kosmis, perempuan dan laki-laki
sama-sama berpotensi meraih prestasi, perempuan dan laki-laki
sama-sama berpotensi berdakwah Amar ma'ruf nahi munkar.
3. Dalam pandangan agama Isalm sendiri segala sesuatunya
diciptakan Allah dengan kodrat-Nya .Dengan demikian, laki-
laki atau perempuan individu dan jenis kelamin memiliki
kodratnya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Darren W. Dahl, dkk. 2009. “Sex in Advertising: Gender ifferences and the Role
of Relationship Commitment,” Journal of Consumer Research.Oxford:
Oxford University Press.

Rusydiyah, Evi Fatimatur. 2016. Pendidikan Islam dan Kesetaraan Gender.


Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. 4, No. 3, Hal. 22-43.

Putry, Raihan. 2016. Manifestasi Kesetaraan Gender di Perguruan Tinggi.


Jurnal. Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Vol. 2, No. 2,
Hal 165.

Udau, Uris. 2013. Pemahaman Orang Tua Tentang Gender dalam Menerapkan
Pola Asuh Kepada Anak Remaja di Desa Long Payau. eJournal Sosiatri,
Vol. 1, No. 4, Hal. 72-84.

Puspitawati, Herien. 2013. Konsep, Teori, dan Analisis Gender. Jurnal. Bogor:
Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Kasmawati. 2013. Gender dalam Perspektif Islam. Fakultas Tarbiyah dan


Kependidikan UIN Alauddin. Tidak diterbitkan.
Solichin, Mohammad Muchlis. 2006. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS
KESETARAAN GENDER. Tidak diterbitkan.
Abdur jamaal, Rahman. 2005. Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasululloh
SAW. Bandung: Irsyad Baitus Salam.
Faqih, Mansour. 2007. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Zainuddin Maliki, 2006. Bias Gender Dalam Pendidikan Sosiologi Pendidikan.

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai