Rhinitis alergi merupakan penyakit imunologi yang paling sering
ditemukan di seluruh dunia. Populasi penderita rhinitis alergi terus
meningkat dari tahun ketahun mengakibatkan timbulnya dampak negatif terhadap produktivitas kerja serta kualitas hidup bagi penderitanya. Rhinitis alergi adalah peradangan atau inflamasi pada mukosa atau selaput lendir hidung yang didasari oleh reaksi hipersensitivitas tipe 1 dan diperantarai oleh IgE setelah terpapar oleh antigen. Rhinitis alergi merupakan tipe rhinitis kronis yang sering dijumpai. Kejadian rhinitis alergi atau suatu penyakit inflamasi pada mukosa hidung terjadi disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien yang sebelumnya sudah terpapar atau tersensitisasi dengan allergen yang sama menyebabkan pengeluaran terhadap mediator- mediator kimia pada saat terpapar kembali dengan allergen tersebut. Pasien dengan rhinitis alergi sering mengeluhkan bersin-bersin, rhinorrhea anterior, dan yang sangat sering adalah hidung tersumbat. Gejala tersebut menjadi perhatian penting karena dapat mengganggu pasien. Gejala lainnya adalah allergic shiners yaitu terdapat bayangan gelap di daerah kelopak mata bagian bawah. Rhinitis alergi akan menjadi penyakit yang membahayakan bila tidak ditangani dengan baik.(1,2,3)
Mediator inflamasi yang terlibat berdasarkan beberapa penelitian dalam kurun waktu terakhir yaitu sitokin proinflamasi meliputi TNF-α, IL-1β, IL-6 dan IL-8