(1902611203)
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya journal reading yang berjudul ”Ruptur Tendon Achilles
Akut’’ ini dapat selesai tepat waktu. Journal reading ini merupakan salah satu
tugas dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Departemen/KSM
Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar. Dalam penyusunan journal reading ini penulis banyak
memperoleh bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
Penulis menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan journal
reading ini. Semoga journal reading ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
RUPTUR TENDON ACHILLES AKUT
PENDAHULUAN
INSIDEN
Ruptur tendon Achilles terhitung sekitar 20% dari semua cedera tendon
besar.13 Selama 30 tahun terakhir, kejadian ruptur tendon achilless telah
meningkat secara drastis karena lebih aktifnya populasi tua.29,30 Ruptur tendon
achilless memiliki hubungan yang kuat antara jenis kelamin laki-laki
17,31
dibandingkan dengan perempuan yaitu rasio sebesar 3:1 sampai 20:1.
Terdapat distribusi usia bimodal dari ruptur, dengan puncak pertama terlihat pada
pria berusia 25 hingga 40 tahun; puncak kedua adalah pada pasien yang berusia
lebih dari 60 tahun. Usia rata-rata dalam meta-analisis baru-baru ini dari
pengobatan operatif dengan nonoperatif dari 826 pasien adalah 39,8 tahun. 61 Para
peneliti mencatat bahwa kejadian ruptur tendon achilles di Finlandia yang
ditangani dengan operasi tumbuh lebih cepat pada usia yang lebih tua antara grup
1987 dan 1999.49 Demikian pula, Lanto et al melaporkan peningkatan kejadian
29
ruptur 10 kali lipat dari tahun 1979 hingga 2011 menjadi 21,5 / 100 000.
Peningkatan kejadian ini dikaitkan dengan cedera karena olahraga. Di Skotlandia,
37 insiden ruptur tendon achilles meningkat dari 4,7 / 100 000 pada tahun 1981
menjadi 6/100 000 pada tahun 1994. Para penulis mencatat bahwa peningkatan
insiden memuncak pada tahun 1986 dan lebih banyak pada wanita. Pada jenis
kelamin laki-laki, puncak kejadian terjadi terjadi pada dekade ketiga dimana
puncak kejadian terjadi pada umur 80 tahun atau lebih lebih tua.
ANATOMI
Tendon Achilles merupakan tendon paling besar dan kuat pada tubuh
manusia.50,51 Serat tendonnya dibentuk sebagian otot gastrocnemius dan soleus.
Karena jaraknya 15 cm, serat-seratnya mengalami internal rotasi 90 derajat untuk
masuk ke bagian dari tuberositas kalkaneus posterior yang bebas dari periosteum
melalui serat Sharpey.55 Pada titik ini, sebagian tendon achilles berdekatan dengan
55
periosteum kalkananea. Bantalan lemak kager terletak tepat di depan tendon
achilles yang melindungi pembuluh darah tendon.4 Struktur ini juga dapat
berfungsi untuk meningkatkan Achilles lever arm dan keuntungan mekanis selama
plantarfleksi.5
BIOMEKANIK
Tendon Achilles berfungsi untuk plantarfleksi sendi tibiotalar selama
siklus berjalan. Ini juga mencegah dorsofleksi yang berlebihan dan terpleset.10
Selama berjalan, tendon achilles mengalami tekanan dan beban yang dinamis
karena mengalami peningkatan beban sebanyak 2 sampai 3 kali dari berat badan,
mengalami peningkatan hingga 12,5 kali berat badan selama aktivitas seperti
berlari.27 Sifat materialnya juga unik karena tendon berubah bentuk menjadi
plastis dan lebih kaku ketika diberikan beban yang cepat dan kuat.27
PATOFISIOLOGI
Gejala prodromal dari nyeri achilles dan ankle stiffness umumnya terlihat
pada atlet.36 Dalam penelitian khusus ini, banyak dari atlet melakukan beberapa
suntikan berbagai senyawa, termasuk kortikosteroid, agen proloterapi seperti
glukosa hipertonik, dan aprotinin. Non atlet yang mengalami ruptur cenderung
berusia lebih tua atau memiliki BMI lebih besar dari 30.54
Ada beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan ruptur tendon achilles,
38,67
diantaranya adalah farmakologis, suntikan kortikosteroid sistemik atau lokal,
kondisi inflamasi, perbaikan tendon achilles pada sisi kontralateral,3 dan
ochronosis.1,65 Tendonopati achilles kronis menyebabkan degenerasi difus dan
ruptur. Dalam sebuah penelitian kohort, Sode et al menunjukkan bahwa
penggunaan fluoroquinolone berisiko tiga kali lipat terjadi ruptur tendon achilles
pada populasi lansia yang kurang aktif (12: 100.000 episode perawatan). Studi
populasi besar lainnya menemukan bahwa fluoroquinolone meningkatkan risiko
ruptur tendon achilles dengan rasio odds 4: 1.11 Penggunaan kortikosteroid secara
bersamaan dalam penelitian ini juga menghasilkan risiko 10 kali lipat untuk
terjadi ruptur. Secara anatomis, kelainan bentuk Haglund pada posterior calcaneus
dapat menyebabkan iritasi dan degenerasi tendon secara mekanis, yang
menyebabkan ruptur tendon. Dalam sebuah penelitian pada 168 pasien dengan
ruptur tendon achilles yang diobati secara operasi, 3 pasien memiliki tingkat
ruptur 6% dari tendon achilles kontralateral dengan rasio odds 176 dibandingkan
populasi umum.
GEJALA KLINIS
RISIKO TROMBOSIS
Risiko deep vein thrombosis (DVT) adalah masalah nyata dengan ruptur
akut karena emboli paru yang fatal setelah perawatan operatif dan nonoperatif
yang telah dilaporkan.41,69 Insiden DVT simtomatik pada semua pasien dengan
16,40
ruptur tendon achilles akut berkisar antara 1,1 % hingga 23,5%. Kami secara
rutin mencoba untuk mencegah DVT pada setiap pasien dengan 325 mg aspirin
setiap hari. Perlu dicatat bahwa penggunaan pengobatan antitrombotik untuk
pasien dengan ruptur tendon achilles akut tidak dapat direkomendasikan untuk
atau melanggar dari AAOS.9
IMAGING
Studi imaging memiliki sedikit peran dalam mendiagnosis ruptur akut dan
hanya boleh digunakan ketika diagnosis klinis tidak pasti. Saat ini, radiografi
polos hanya berguna jika seseorang menduga perubahan tendon kalsifikasi atau
avulsi kalkaneus, yang dapat menyebabkan nekrosis kulit. Temuan lainnya pada
x-ray termasuk penebalan tendon achilles, peningkatan kepadatan jaringan lunak
di Kager Fat pad , dan Arner sign positif.6 Tanda Arner terjadi ketika aspek
anterior dari bayangan jaringan lunak tendon achilles yang melengkung menjauh
dari calcaneus di sisipannya dan tidak sejajar dengan batas kulit pada radiografi
pergelangan kaki lateral. Pada MRI, gambar T1-weighted akan menunjukkan
tendon achilles yang tidak kontinuitas dengan celah sinyal. Gambar T2-weighted
akan menunjukkan peningkatan intensitas sinyal secara umum. Namun, MRI agak
mahal dan bukan studi yang dinamis. Ultrasonografi menunjukkan area
hiperekogenik di atas lokasi ruptur dengan tepi tendon yang tidak teratur.35
Namun, perdarahan di area ruptur tersebut mungkin hipoekogenik. Ini juga
berguna dalam mengevaluasi dinamika tendon, jarak gap, dan ketebalan tendon.
FUNGSI ATLETIK
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN OPERATIF
Penatalaksanaan operatif yang dijadikan pilihan untuk ruptur tendon
achilles meliputi penatalaksanaan open, limited-open, atau percutaneous repair.18
Risiko operasi meliputi superficial scar sensitivity yang nantinya memerlukan
modifikasi sepatu, infeksi, cedera saraf sural, masalah penyembuhan luka, infeksi
yang dalam, re-ruptur, dan deep vein thrombosis. Untuk institusi kami,
kontraindikasi pembedahan meliputi pasien yang low-functioning atau mereka
yang menderita diabetes dengan ketergantungan insulin dan pasien dengan
vasculopathy.
Protokol pasca operasi kami untuk pasien atletik meliputi post-mold, sugar
tong splint dalam resting plantarfleksi selama 2 minggu untuk memungkinkan
penyembuhan luka. Pasien kemudian ditempatkan dalam gips short-leg weight-
bearing netral selama 2 minggu lagi. Pada minggu ke 4 pasca operasi, pasien
ditempatkan ke CAM boot weight-bearing dengan melepaskan boot untuk latihan
plantarfleksi saja. Pada minggu ke 6, terapi fisik kemudian dimulai untuk
mobilisasi luka, adhesi bekas luka, gentle range of motion, dan free active range
of motion. Pasien mulai dengan menggunakan sepeda tanpa tahanan, latihan
renang, dan treadmill yang tidak berat. Pada minggu ke 8 pasca operasi,
peregangan dan kekuatan progresif dimulai. Jika pasien melakukan terapi fisiknya
dengan baik, maka pasien diizinkan untuk memakai sepatu atletik dan memulai
kegiatan penuh pada minggu ke 10.
Pada study Level I, Cetti dkk mengamati sebanyak 111 pasien secara acak
yang ditangani secara operatif atau operatif. Kelompok nonoperatif diobati selama
6 minggu dengan non-weight-bearing. Kelompok operatif memiliki rate yang
lebih tinggi dalam melanjutkan kegiatan olahraga (57% vs 29%), penurunan atrofi
betis, lebih banyak angkle joint range of motion (ROM), dan tingkat reruptur yang
lebih sedikit daripada kelompok nonoperatif (13% vs 5%). Baru-baru ini, Willits
dkk memilih secara acak sebanyak 144 pasien ruptur tendon Achilles akut untuk
penatalaksanaan secara operatif atau nonoperatif. Semua pasien yang menjalani
protokol rehabilitasi dipercepat dengan early weight-bearing dan early range of
motion.72 Tidak ada perbedaan dalam tingkat reruptur, angkle range of motion,
dan diameter ataupun fungsi betis. Terdapat perbedaan kecil tetapi perbedaan
signifikan pada rasio kekuatan plantarfleksi (anggota tubuh yang terkena dampak)
dimana 1 dan 2 tahun mendukung pada kelompok operasi. Ada lebih banyak
komplikasi luka pada kelompok operasi.
KESIMPULAN