Anda di halaman 1dari 14

ETIKA PROFESI

“FILSAFAT, ETIKA, NORMA, HUKUM, AGAMA DAN MORAL”

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Ir. I Komang Agusjaya Mataram, M.Kes.

DISUSUN OLEH :
KELAS D-IV B SMT 5

 Gede Surya Ari Parmadi (P07131217058)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah “FILSAFAT, ETIKA, NORMA,
HUKUM, AGAMA DAN MORAL” yang diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Etika Profesi Kami sangat berharap penyusunan makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran untuk makalah
yang telah penulis buat agar lebih baik di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga penyusunan makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah maupun kata-kata yang kurang
berkenan.

Denpasar, 07 agustus 2019

Penyusun

1
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................1
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................1
1.4 Manfaat...................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.....................................................................................................................1
2.1 Pengertian Filsafat.................................................................................................1
2.2 Pengertian Etika.....................................................................................................1
2.3 Pengertian Norma..................................................................................................1
2.4 Pengertian Hukum.................................................................................................1
2.5 Pengertian Agama..................................................................................................1
2.6 Pengertian Moral....................................................................................................1
BAB III...................................................................................................................................1
PENUTUP..............................................................................................................................1
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................1
3.2 Saran.............................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................1

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat sebagai dasar dari ilmu pengetahuan, melahirkan cabang cabang
ilmu yang perkembangannya sangat pesat sebagaiman kita rasakan dewasa
ini, majunya ilmu peetahuan dan teknologi, membawa perubahan dalam
masyarakat, perubahan tersebut dapat berdampak positif maupun negatif,
untuk mengatasi dampak negatif diperlukan ilmu pengetahuan lain,
diantaranya adalah etika dan hukum dalam bentuk filsafat praktis. Etika
sebagai cabang dari filsafat menempatkan tingkah laku manusia sebagai
objeknya, sedangkan hukum menempatkan manusia sebagai objek untuk
menentukan jenis pelanggaran hukum dan untuk memperoleh keadilan. Kaitan
antara etika dan hukum nampak pada struktur berkutub hukum yang
memandang bahwa etika dan hukum tidak dapat dipisahkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari filsafat?
2. Apa pengertian etika?
3. Apa pengertian norma?
4. Apa pengertian Agama?
5. Apa pengertian Hukum?
6. Apa pengertian Moral?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian, filsafat, etika, norma, hukum,
agama dan moral

1.4 Manfaat

2
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian, filsafat, etika, norma, hukum, agama
dan moral.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat


Filsafat secara etimologis memiliki arti yang sepadan dengan kata falsafah
dalam bahasa Arab atau kata philosphy dalam bahasa Inggris, atau kata
philoshopie dalam bahasa Prancis dan Belanda, atau philoshophier dalam
bahasa Jerman. Semua kata tersbut berasal dari kata Latin philosophia sebuah
kata benda yang merupakan hasil dari kegiatan philoshopien sebagai kata
kerjanya.
Kata philosphia sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni philein
(mencintai) atau philia (persahabatan, atau tertarik kepada…) dan sophos
(kebijaksanaan, ketrampilan, pengalaman praktis, dan intelgensi). Kata yang
hampir sama dengan philien atau philia dan sophos tersebut juga dijumpai
dalam bahasa Latin, yaitu : philos (teman atau sahabat) dan sophia
(kebijaksanaan).
Dengan demikian, secara etimologis kata filsafat dapat diartikan sebagai
cinta atau kecenderungan akan kebijaksanaan, atau cinta pada pengetahuan
yang bijaksana, atau dapat diartikan pula sebagai cinta secara mendalam akan
kebijaksanaan atau cinta sedalam-dalamnya akan kearifan atau cinta secara
sungguh-sungguh terhadap pandangan, kebenaran (love of wisdom or love of
the vision of truth).

Jadi secara etimologis, kata filsafat dapat diartikan sebagai cinta atau
kecenderungan akan kebijaksanaan.
Pengertian filsafat menurut para ahli:
1. Aristoteles

3
Menurut Aristoteles, pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang berisi ilmu metafisika, retorika, logika, etika,
ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan).
2. Cicero
Menurut Cicero, filsafat adalah ‘ibu’ dari semua seni (the mother of all
the arts) dan merupakan seni kehidupan.
3. Plato
Menurut Plato, arti filsafat adalah suatu ilmu yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya.
4. Imanuel Kant
Menurut Imanuel Kant, pengertian filsafat adalah suatu ilmu
(pengetahuan) yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan
yang di dalamnya tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika agama,
dan antropologi.
5. Johann Gotlich Fickte
Menurut Johann Gotlich Fickte, pengertian filsafat adalah dasar dari
segala ilmu yang membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu
untuk mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

Ciri-Ciri Filsafat
Seorang ahli logika bernama Clarence I. Lewis mengatakan bawah filsafat
adalah suatu proses refleksi dari bekerjanya akal yang di dalam prosesnya terkandung
berbagai kegiatan. Adapun ciri-ciri pemikiran filsafat adalah sebagai berikut:
1. Bersifat Universal. Pemikiran filsafat cenderung
bersifat universal (umum) dan tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus.
Misalnya pemikiran tentang manusia, keadilan, kebebasan, dan lain-lain.
2. Tidak Faktual. Dalam hal ini, tidak faktual adalah sesuatu yang spekulatif
dengan membuat berbagai dugaan yang masuk akal tentang suatu hal, namun tanpa
bukti karena telah melampaui batas dari fakta-fakta ilmiah.

4
3. Berhubungan dengan Nilai. Menurut C. J. Ducasse, pengertian filsafat
adalah upaya manusia untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta yang disebut
dengan penilaian. Dalam hal ini penilaian yang dimaksud adalah sesuatu yang baik
dan buruk, susila dan asusila, dimana akhirnya filsafat menjadi suatu usaha untuk
mempertahankan nilai-nilai.
4. Berhubungan dengan Arti. Mengacu pada poin 3, sesuatu yang memiliki
nilai tentunya memiliki arti. Itulah sebabnya para filsuf menciptakan berbagai kalimat
yang logis dan bahasa yang tepat (ilmiah), agar ide-idenya sarat dengan arti.
5. Implikatif. Pemikiran filsafat selalu terdapat implikasi (akibat), sehingga
diharapkan akan dapat melahirkan pemikiran baru yang dinamis dan menyuburkan
intelektual.

2.2 Pengertian Etika


Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang
berarti kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang
mana etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk.
Yang mana dapat disimpulkan bahwa etika adalah:
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan terutama tentang
hak dan kewajiban moral;
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
Nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.

Secara terminologis etika berarti pengetahuan yang membahas baik-


buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus
menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Dalam bahasa Gerik etika diartikan:
Ethicos is a body of moral principles or value. Ethics arti sebenarnya adalah
kebiasaan. Namun lambat laun pengertian etika berubah, seperti sekarang.

5
Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau
tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat
dinilai buruk dengan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang
dapat dicerna akal pikiran.
Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah
laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika
melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Salah satu
tujuan etika adalah untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian
baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Etika
sendiri terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu meta-etika (studi konsep
etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi
penggunaan nilai-nilai etika). Jadi, bisa disimpulkan bahwa pengertian etika
secara umum adalah suatu peraturan atau norma yang bisa digunakan sebagai
acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan sifat yang baik dan
buruk yang dilakukan oleh seseorang serta merupakan suatu kewajiban dan
tanggungan jawab moral. Makna mudahnya, etika adalah ilmu tentang
kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup didalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang
menentukan tingkah laku yang benar. Etika dalam perkembangannya sangat
berpengaruh dalam kehidupan manusia. Etika memberi orientasi kepada
manusia tentang bagaimana ia menjalani hidupnya melalui serangkaian
tindakan sehari-hari. Secara tidak langsung, etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani kehidupn.

2.3 Pengertian Norma


Norma berasal dari bahasa Belanda yaitu 'norm', yang artinya patokan,
pedoman, atau pokok kaidah. Pengertian norma adalah kaidah yang menjadi
sebuah petunjuk, pedoman untuk seseorang dalam bertindak atau tidak, serta
bertingkah laku dalam kehidupan di lingkunganmasyarakat, seperti norma
kesopanan, norma hukum, serta norma agama. Akan tetapi, ada juga yang

6
memiliki pendapat lain tentang pengertian norma, yaitu norma berasal dari
bahasa latin, yaitu kata 'mos' yang merupakan bentuk jamak dari kata mores,
yang memiliki arti tata kelakuan, adat istiadat, atau kebiasaan. Norma
merupakan bentuk nyata dari beberapa nilai sosial di dalam kehidupan
masyarakat yang berbudaya, yang mempunyai aturan-aturan, serta berbagai
kaidah, baik itu tertulis ataupun tidak. Norma-norma tersebut akan mengatur
kehidupan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam fungsi norma
tersebut terkandung beberapa petunjuk dan aturan kehidupan tentang benar
dan salah, yang harus ditaati warga masyarakat. Apabila norma-norma
tersebut dilanggar, si pelanggar dapat mendapatkan sanksi. Fungsi norma
mempunyai kekuatan yang mengingat serta memaksa pihak lain untuk
mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Secara sederhana dapat disimpulkan
bahwa pengertian norma adalah aturan-aturan yang memuat sanksi.
Terbentuknya norma karena didasari oleh kebutuhan untuk menciptakan
hubungan yang serasi, harmonis, dan selaras di antara warga masyarakat.
2.4 Pengertian Hukum
Sebagaimana didefinisikan dalam oxford english dictionary, hukum
adalah kumpulan aturan, baik sebagai hasil pengundangan formal maupun
dari kebiasaan, dimana suatu negara atau masyarakat tertentu mengaku terikat
sebagai anggota atau sebagai subjeknya. Hukum ada (baik dibuat ataupun
lahir dari masyarakat) pada dasarnya berlaku untuk ditaati, dengan demikian
akan tercipta ketentraman dan ketertiban. Pada dasarnya hukum bertujuan
untuk mencapai kepastian hukum, yaitu untuk mengayomi masyarakat secara
adil dan damai sehingga mendatangkan kebahagiaan bagi masyarakat.
Istilah –istilah dan pengertian dalam ilmu hukum:

1. Subjek hokum. Istilah subjek hukum berasal dari terjemahan Bahasa Belanda
rechtsubject atau law of subject (Inggris). Secara umum rectsubject diartikan
sebagai pendukung hak dan kewajiban yaitu manusia dan badan hukum.
2. Objek hokum. Selain subjek hukum, dikenal objek hukum sebagai lawan dari
subjek hukum. Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek

7
hukum (manusia atau badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok (objek)
suatu hubungan hukum, karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subjek hukum.
3. Lembaga hokum Lembaga hukum adalah himpunan peraturan-peraturan
hukum yang mengandung beberapa persamaan atau bertujuan mencapai suatu
objek yang sama.
4. Asas hokum. Untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan
diperlukan asas hukum, karena asas hukum ini memberikan pengarahan
terhadap perilaku manusia di dalam masyarakat. Asas hukum merupakan
pokok pikiran yang bersifat umum yang menjadi latar belakang dari peraturan
hukum yang kongkrit ( hukum positif ).

2.5 Pengertian Agama


Agama [Sanskerta, a = tidak; gama = kacau] artinya tidak kacau; atau
adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu.
Religio [dari religere, Latin] artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan
dengan saksama; jadi agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan
ikatan atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi. Dari sudut sosiologi,
agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri orang-
orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu [yang supra natural] dan
berfungsi agar dirinya dan masyarakat keselamatan. Agama merupakan suatu
sistem sosial yang dipraktekkan masyarakat; sistem sosial yang dibuat
manusia [pendiri atau pengajar utama agama] untuk berbhakti dan
menyembah Ilahi. Sistem sosial tersebut dipercayai merupakan perintah,
hukum, kata-kata yang langsung datang dari Ilahi agar manusia mentaatinya.
Perintah dan kata-kata tersebut mempunyai kekuatan Ilahi sehingga dapat
difungsikan untuk mencapai atau memperoleh keselamatan [dalam arti seluas-
luasnya] secara pribadi dan masyarakat.
Dari sudut kebudayaan, agama adalah salah satu hasil budaya. Artinya,
manusia membentuk atau menciptakan agama karena kemajuan dan
perkembangan budaya serta peradabannya. Dengan itu, semua bentuk-bentuk

8
penyembahan kepada Ilahi [misalnya nyanyian, pujian, tarian, mantra, dan
lain-lain] merupakan unsur-unsur kebudayaan. Dengan demikian, jika
manusia mengalami kemajuan, perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan
kebudayaan, maka agama pun mengalami hal yang sama. Sehingga hal-hal
yang berhubungan dengan ritus, nyanyian, cara penyembahan [bahkan ajaran-
ajaran] dalam agama-agama perlu diadaptasi sesuai dengan sikon dan
perubahan sosio-kultural masyarakat.
Ada juga yang berpendapat bahwa agama adalah tindakan manusia
untuk menyembah TUHAN Allah yang telah mengasihinya. Dan masih
banyak lagi pandangan tentang agama, misalnya,
1. Agama ialah [sikon manusia yang] percaya adanya TUHAN, dewa,
Ilahi; dan manusia yang percaya tersebut, menyembah serta berbhakti kepada-
Nya, serta melaksanakan berbagai macam atau bentuk kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan tersebut
2. Agama adalah cara-cara penyembahan yang dilakukan manusia
terhadap sesuatu Yang Dipercayai berkuasa terhadap hidup dan kehidupan
serta alam semesta; cara-cara tersebut bervariasi sesuai dengan sikon hidup
dan kehidupan masyarakat yang menganutnya atau penganutnya
3. Agama ialah percaya adanya TUHAN Yang Maha Esa dan hukum-
hukum-Nya. Hukum-hukum TUHAN tersebut diwahyukan kepada manusia
melalui utusan-utusan-Nya; utusan-utusan itu adalah orang-orang yang dipilih
secara khusus oleh TUHAN sebagai pembawa agama.
2.6 Pengertian Moral
Moral berasal dari kata latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang
berarti adat atau cara hidup. Moralitas (dari kata sifat latin moralis) mempunyai
arti yang pada dasarnya sama dengan moral. Hanya ada nada lebih abstrak. Kita
berbicara tentang moralitas suatu perbuatan artinya segi moral suatu perbuatan
atau baik buruknya,. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan
nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang menggunakan logika, metode,
dan sistem untuk mengkaji masalah umum dan mendasar mengenai berbagai
persoalan, seperti; pengetahuan, akal, pikiran, eksistensi, dan bahasa.

Etika (dalam bahasa Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”)
adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral.

Pengertian norma adalah kaidah yang menjadi sebuah petunjuk, pedoman


untuk seseorang dalam bertindak atau tidak, serta bertingkah laku dalam kehidupan di
lingkunganmasyarakat, seperti norma kesopanan, norma hukum, serta norma agama.

Hukum adalah kumpulan aturan, baik sebagai hasil pengundangan formal


maupun dari kebiasaan, dimana suatu negara atau masyarakat tertentu mengaku
terikat sebagai anggota atau sebagai subjeknya.

Agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau


memulihkan hubungannya dengan Ilahi.

Moral berasal dari kata latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores”
yang berarti adat atau cara hidup. Moralitas (dari kata sifat latin moralis) mempunyai
arti yang pada dasarnya sama dengan moral.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-filsafat.html diakses pada rabu 7


agustus 2019

https://www.seputarpengertian.com/pengertian-etika/ diakses pada rabu 7 agustus


2019

https://makalah-update.blogspot.com/2012/11/manusia-etika-moral-agama-dan-
hukum.html diakses pada rabu 7 agustus 2019

http://woocara.blogspot.com/2016/04/pengertian-norma-macam-macam-norma-
fungsi-norma.html diakses pada rabu 7 agustus 2019

http://digilib.unm.ac.id/files/disk1/6/universitas%20negeri%20makassar-digilib-unm-
andikasmaw-293-1-humanis-8.pdf diakses pada rabu 7 agustus 2019

11

Anda mungkin juga menyukai