Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 4 / PERIKANAN B 2017

Afiefah Salsabila 230110170106 Devia Rahmatika P 230110170116

Juli A Sinaga 230110170081 Verizal Nibenia L 230110170087

Jefry Yoris B 230110170100 Sabila averina S 230110270089

Syifa tsamratul f 230110170061 Farhan Muharam S 230110170065

Husna 'Adilah Z 230110170091

Pengaruh Perbedaan Suhu Air Terhadap Pertumbuhan Dan


Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Putri Clarita Sihombing Dan Syammaun Usman

Salah satu masalah dalam budidaya ikan Nila adalah pertumbuhan ikan
yang lambat apabila terjadi perubahan kualitas air. Salah satunya adalah perubahan
suhu yang tidak stabil mempengaruhi aktivitas ikan. Meskipun ikan dapat
beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi, tetapi pada suatu derajat tertentu
kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian ikan. Dalam kondisi suhu air yang
terlalu rendah dan terlalu tinggi menyebabkan ikan mudah terserang penyakit, nafsu
makan berkurang dan laju metabolisme menurun. Hal tersebut merupakan
penyebab lambatnya pertumbuhan serta tingginya mortalitas ikan. Oleh karena itu
penyebaran organisme pada air tawar sangat dipengaruhi oleh suhu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perbedaan suhu terhadap
pertumbuhan an kelangsungan hidup ikan Nila dan suhu yang terbaik dalam
menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila.
Penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan April sampai dengan juni 2018
di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan
Kota Medan, Jl. Bunga Ganyong, Kelurahan Ladang bambu, Kecamatan Medan
Tuntungan. Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut beserta
fungsinya: 12 unit akuarium ukuran 40 x 20 x 20 cm sebagai wadah pemeliharaan,
aerator untuk menjaga kandungan oksigen dalam media, pH meter untuk melihat
kadar asam dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui kandungan oksigen,
water heater untuk meyesuaikan suhu dalam media uji, timbangan digital untuk
mengukur bobot ikan, selang sifon untuk membuang sisa metabolisme (menjaga
kualitas air), tanggok untuk menangkap ikan, baskom untuk menampung air,
KELOMPOK 4 / PERIKANAN B 2017

Afiefah Salsabila 230110170106 Devia Rahmatika P 230110170116

Juli A Sinaga 230110170081 Verizal Nibenia L 230110170087

Jefry Yoris B 230110170100 Sabila averina S 230110270089

Syifa tsamratul f 230110170061 Farhan Muharam S 230110170065

Husna 'Adilah Z 230110170091

termometer untuk mengukur suhu, kertas milimeter untuk mengukur panjang ikan,
kamera digital, dan alat tulis; Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ikan nila berukuran ± 8-10 cm sebanyak 10 ekor/akuarium. Total ikan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 120 ekor, air bersih yang bersumber dari air
sumur dan pakan buatan berupa pelet komersil untuk ikan nila.
Dalam jurnal tersebut dilakukan penelitian dengan metode percobaan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, masing-masing perlakuan
diulang sebanyak 3 kali ulangan, yang menjadi perlakuan dalam penelitian ini
adalah perlakuan T1 dengan suhu 27°C, Perlakuan T2 dengan suhu 29°C dan
perlakuan T3 dengan suhu 31°C. Penelitian tersebut terdiri dari beberapa tahap
yaitu: Pertama menyiapkan wadah, wadah yang digunakan berupa 12 buah
akuarium dengan ukuran 40 x 20 x 20 cm. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap
7 hari sekali dengan mengatur aerator dan DO tetap konstan. Berdasarkan hasil
analisis variansi (ANOVA) pada peningkatan berat didapatkan F hitung sebesar
135,38, dimana F hitung lebih besar dari F tabel yang artinya antara perlakuan
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata maka analisis dilanjutkan dengan Uji
Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 5) karena berbeda sangat nyata
dengan koefisien keragaman (KK) yang dihasilkan 2,49%. Pada uji lanjut BNT
diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan Nila (P>1%) pada setiap perlakuan
Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA) pada kelangsungan hidup
didapatkan F Hitung lebih besar dibandingkan F Tabel sehingga kelangusngan
hidup berpengaruh nyata. Namun nilai Koefisien Korelasi (KK) 6,73% maka tidak
dilanjutkan pada analisis Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) karena nilai KK
diatas 5% .
KELOMPOK 4 / PERIKANAN B 2017

Afiefah Salsabila 230110170106 Devia Rahmatika P 230110170116

Juli A Sinaga 230110170081 Verizal Nibenia L 230110170087

Jefry Yoris B 230110170100 Sabila averina S 230110270089

Syifa tsamratul f 230110170061 Farhan Muharam S 230110170065

Husna 'Adilah Z 230110170091

Pada pemeliharaan ikan kematian ikan terjadi pada awal-awal minggu


pemeliharaan. Hal ini diduga diakibatkan karena ikan Nila mengalami stress
karena respon adaptasi terhadap lingkungan lama ke media pemeliharaan yang
baru. Dari Gambar 4 Tingkat kelangsungan hidup ikan Nila selama pemeliharaan
berkisar antara 63,33 – 86,67%. Menurut Mulyani (2014) menyatakan bahwa
tingkat kelangsungan hidup ≥ 50% tergolong baik, kelangsungan hidup 30-50%
sedang dan kurang dari 30% tidak baik. Rendahnya SR ikan Nila pada pelakuan
T3 yaitu 63,33% diantara perlakuan lainnya selain stress faktor kualitas air
terutama suhu diatas kirasan optimum nila mengakibatkan ikan mati. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wardoyo, (1975) diacu Waruwu et. al., (2014)
menyatakan bahwa meskipun ikan beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi,
tetapi pada derajat tertentu kenaikan suhu dapat menyebabkan kematian pada
ikan.
Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya ikan
karena diperlukan sebagai media hidup. Air sebagai lingkungan tempat hidup
organism perairan harus mampu mendukung kehidupan dari organisme tersebut.
Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan benih ikan Nila
(Oreochromis niloticus) menunjukkan bahwa kisaran yang diperoleh masih
berada pada batas yang baik bagi kehidupan ikan Nila.
Suhu mempengaruhi laju pertumbuhan ikan Nila selama 8 minggu
penelitian. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 270C (T1)
dengan pertambahan panjang sebesar 5,1 cm dan peningkatan berat 21,15 gram,
kemudian diikuti perlakuan suhu 290C (T2) dengan pertambahan panjang sebesar
3,7 cm dan peningkatan berat sebesar 17,27 gram, dan pertumbuhan terendah
terdapat pada perlakuan suhu 310C (T3) dengan pertambahan panjang 2,6 cm dan
peningkatan berat 15,27 gram. Tingkat Kelangsungan hidup tertinggi terdapat
KELOMPOK 4 / PERIKANAN B 2017

Afiefah Salsabila 230110170106 Devia Rahmatika P 230110170116

Juli A Sinaga 230110170081 Verizal Nibenia L 230110170087

Jefry Yoris B 230110170100 Sabila averina S 230110270089

Syifa tsamratul f 230110170061 Farhan Muharam S 230110170065

Husna 'Adilah Z 230110170091

pada perlakuan suhu 270C (T1) sebesar 76,67%, kemudian perlakuan 290C (T2)
70% dan terendah dan perlakuan 310C (T3) sebesar 63,33%. Suhu yang terbaik
untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yaitu suhu 270C (T1) dengan
tingkat kelangsungan hidup 76,67%
Tingkat Pertumbuhan Spesifik Dan Sintasan Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus Linn.) Melalui Pemberian Pakan Pelet
Bercampur Bagas Yang Difermentasi Dengan Isolat Jamur
Yan Angga Fauzi, C.N Ekowati, G. Nugroho Susanto, dan Mucharomah
Prayuwidayati

Ikan harus diberi pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan


pertumbuhannya. Pakan yang baik, perlu dicari alternatif lain agar ikan secara
langsung atau tidak memperoleh nutrisi yang sesuai. Salah satunya adalah bagas,
bagas merupakan limbah padat dalam industri gula yang terdiri dari kumpulan serat
batang tebu setelah niranya diperas. Bagas mengandung serat yang tinggi yang
dapat diuraikan oleh jamur dengan menggunakan sistem enzim selulotik melalui
proses fermentasi. Hasil dari fermentasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan
campuran pakan ikan, akan tetapi jamur dapat menghasilkan berbagai jenis toksin.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek toksisitas isolat jamur pada
fermentasi bagas, perlu dilakukan uji toksisitas dengan cara pemberian pakan secara
oral terhadap hewan uji yaitu ikan nila (Oreochromis niloticus Linn.).
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Lampung bulan Juli 2011 –
Oktober 2011. Metode peneitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK). Faktor pertama adalah isolat jamur F2 (Aspergillus spp.2) dan isolat jamur
F7 (Penicillium spp.1). Faktor kedua adalah konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30% dan
40%. Prosedur yang pertama yaitu aklimatisasi terhadap ikan nila 1 hari, dengan
KELOMPOK 4 / PERIKANAN B 2017

Afiefah Salsabila 230110170106 Devia Rahmatika P 230110170116

Juli A Sinaga 230110170081 Verizal Nibenia L 230110170087

Jefry Yoris B 230110170100 Sabila averina S 230110270089

Syifa tsamratul f 230110170061 Farhan Muharam S 230110170065

Husna 'Adilah Z 230110170091

ukuran berat rata-rata 2-6 gram dengan jumlah hewan uji sebanyak 150 ekor.
Selanjutnya pembuatan pakan ikan yaitu bagas yang difermentasi dengan isolat
jamur yaitu F2 (Aspergillus spp.2) dan F7 (Penicillium spp.1) masing-masing
ditimbang dengan berat yang sama yaitu 160 g. Pengukuran DO, suhu, pH, diukur
berat dan panjangnya. Parameter yang diamati yaitu Laju pertumbuhan spesifik,
pertambahan panjang ikan dan survival rate/sintasan.
Penambahan konsentrasi bagas yang difermentasi dengan isolat jamur F2
(Aspergillus spp.2) dan F7 (Penicillium spp.1) dalam pakan komersil, rata-rata nilai
laju pertumbuhan spesifik dan panjang ikan lebih rendah jika dibandingkan dengan
kontrol. Pakan pelet bercampur bagas yang difermentasi dengan isolat jamur masih
dapat dicerna oleh ikan, namun hasilnya rendah. Diperkirakan pada ikan yang diberi
pelet dengan konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40%, energinya dikeluarkan untuk
proses mencerna pakan yang berserat. Serat tidak memiliki nilai nutrisi dan
kandungan serat yang tinggi pada pakan ikan dapat menurunkan laju. Serat yang
terkandung dalam pakan bercampur bagas secara langsung akan meningkatkan
kadar selulosa dalam pakan dan masih memenuhi kebutuhan energi dasar karena
masih menunjukkan peningkatan SGR dan panjang ikan. Namun, dengan
penambahan bagas yang difermentasi dengan isolat jamur pada pakan komersil,
tidak dapat meningkatkan laju pertumbuhan spesifik dan panjang ikan karena hasil
fermentasi oleh jamur tersebut tidak dapat dicerna seutuhnya. Pakan pelet
bercampur bagas yang difermentasi dengan isolat jamur juga dapat mempengaruhi
sintasan. Rata-rata nilai sintasan (SR) pada pemberian pakan pelet F2 (Aspergillus
spp.2) dan F7 (Penicillium spp.1) berkisar antara 90% sampai 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa pakan pelet bercampur bagas yang difermentasi dengan isolat
jamur tidak bersifat toksik. Selama penelitian paramenter uji penunjang seperti
suhu, pH dan DO masih pada kondisi yang baik untuk kehidupan ikan.
KELOMPOK 4 / PERIKANAN B 2017

Afiefah Salsabila 230110170106 Devia Rahmatika P 230110170116

Juli A Sinaga 230110170081 Verizal Nibenia L 230110170087

Jefry Yoris B 230110170100 Sabila averina S 230110270089

Syifa tsamratul f 230110170061 Farhan Muharam S 230110170065

Husna 'Adilah Z 230110170091

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Bagas yang difermentasi dengan isolat
jamur dapat meningkatkan laju pertumbuhan ikan, tetapi hasilnya rendah. Dari data
sintasan menunjukkan bahwa pada pemberian pakan pelet F2 (Aspergillus spp.2)
dan F7 (Penicillium spp.1) pada konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% hasilnya
tidak berbeda nyata dengan kontrol (0%) dan tergolong tinggi. Pakan pelet yang
difermentasi dengan isolat jamur tidak mengandung toksin dan aman dijadikan
pakan ikan. Kualitas air pada penelitian ini secara umum menggambarkan kisaran
yang masih berada dalam batas toleransi yang baik untuk kehidupan ikan dan tidak
membahayakan bagi pertumbuhan ikan.
Kebiasaan Makanan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di
Bendungan Jatiluhur Propinsi Jawa Barat.
Mayk Christy Sitepu, Ayi Yustiati dan Titin Herawati

Bendungan Jatiluhur merupakan danau buatan, danau ini merupakan salah


satu sumber perikanan yang potensial bagi kehidupan masyarakat sekitarnya.
Dilakukan penelitian mengenai kebiasaan makan ikan nila di bendungan Jatiluhur
dengan metode survei (non eksperimental) dari sampel ikan hasil tangkapan di 3
stasiun, yaitu Stasiun 1 (Perairan bendungan yang terdapat kegiatan Keramba
Jaring Apung), Stasiun 2 (Perairan yang tidak terdapat kegiatan Keramba Jaring
Apung) dan Stasiun 3 (Perairan antara kegiatan Keramba Jaring Apung dan
yang tidak terdapat kegiatan Keramba Jaring Apung). Pengambilan sampel ikan
dilakukan menggunakan gilnet. Pengambilan sampel ikan juga dilakukan di tiga
stasiun dengan 3 kali ulangan, selang waktu antar pengambilan sampel tujuh
hari, pada bulan Agustus 2011. Analisis food habits (kebiasaan makan)
menggunakan metode biologi perikanan.
KELOMPOK 4 / PERIKANAN B 2017

Afiefah Salsabila 230110170106 Devia Rahmatika P 230110170116

Juli A Sinaga 230110170081 Verizal Nibenia L 230110170087

Jefry Yoris B 230110170100 Sabila averina S 230110270089

Syifa tsamratul f 230110170061 Farhan Muharam S 230110170065

Husna 'Adilah Z 230110170091

Hasil penelitian rata-rata nilai indeks of profenderan (IP) makanan ikan nila
terdiri dari 7 kelompok pakan yaitu dari kelas Chlorophyceae (33,54%), kelas
Cyanophyceae (19,76%), kelas Bacillariophyceae (12,42%), kelas
Xanthophyceae (4,39%), kelas Zooplankton (9,29%) dan kelas Rhodophyceae
(4,26%). Bahan yang tidak teridentifikasi diduga pakan buatan mempunyai nilai
IP sebesar 16,34%. Berdasarkan nilai IP menunjukkan bahwa ikan nila (O.
niloticus) yang terdapat di Bendungan Jatiluhur mempunyai makanan utama
yaitu kelas Chlorophyceae sedangkan makanan pelengkapnya adalah kelas
Cyanohyceae, kelas Bacillariophyceae, dan bahan pakan yang tidak
teridentifikasi merupakan sisa pakan buatan yang diberikan nelayan sebagai
atraktan agar ikan-ikan mendekati jaring, dan zooplankton. Kelas
Xanthophyceae, kelas Rhodophyceae merupakan makanan tambahan.
Luas relung ikan nila di Bendungan Jatiluhur 4,853 menunjukkan ikan nila
dapat memanfaatkan kelompok makanan yang tersedia secara merata dalam
jumlah banyak, dan mempunyai kemampuan menyesuaikan diri terhadap
ketersediaan makanan dengan baik, selain itu ikan nila sangat aktif dalam
mencari makanan yang tersedia di perairan. Ikan nila di bendungan Jatiluhur
sangat selektif dan spesialis dalam mencari sumber makanan berupa fitoplankton,
zooplankton dan sisa pakan, berdasarkan jenis pakan yang dimakan maka nila
memiliki sifat herbivora.

Anda mungkin juga menyukai