Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.

2 Agustus 2013

Mobilisasi Dini Dalam Menurunkan Skala Nyeri Punggung pada Pasien Post
Katetrisasi Jantung

Susilawati, Elly Nurachmah2, Dewi Gayatri3

Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia

Abstrak

Kateterisasi jantung adalah tindakan diagnostik dan intervensi terhadap penyakit jantung koroner. Nyeri
punggung merupakan keluhan yang banyak diungkapkan oleh pasien yang menjalani kateterisasi jantung.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap nyeri punggung pada pasien
post kateterisasi jantung. Desain penelitian adalah randomized controlled trials dengan single blind.
Sebanyak 46 responden dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan metode
randomisasi blok. Hasil penelitian menyimpulkan rerata nyeri punggung pada kelompok kontrol sesudah
diberikan perlakuan lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok intervensi (p value =0,01) dan
selisih peningkatan nyeri punggung pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok intervensi
(p value =0,042). Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan nyeri punggung pada pasien yang
diberikan mobilisasi dini lebih rendah dibandingkan peningkatan nyeri punggung pada pasien yang tidak
diberikan mobilisasi dini. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahkan intervensi
massage punggung untuk menurunkan ketegangan otot punggung.

Kata kunci : kateterisasi jantung, mobilisasi dini, nyeri punggung.

Abstract
Cardiac catheterization is increasingly used in hospitals in Indonesia as diagnostic and
interventional interventions against coronary heart disease. Back pain is a major complaint
expressed by many patients who undergoing cardiac catheterization as prolonged bed rest
period without any change in the position for more than 6 hours till tomorrow morning is
commonly use. The purpose of this study were to determine the effect of early mobilization
toward backpain in patients post cardiac catheterization. The study design was a randomized
controlled trials with single-blinded. The sample size was 46 respondents which divided to two
groups: control group and intervention group by using block randomization method. The result
of this study showed that mean backpain’s scale in control group was significantly higher than
the intervention group (p value = 0.01) after the interventios were given, and the difference in
mean backpain’s scale in the control group is higher than the intervention group
(p value = 0.042). This study conclude that backpain’s scale elevated in patients whose given
early mobilization is lower than the in backpain’s scale in patients whose are not given early
mobilization.Recommendations for further research is added another interventions to reduce
tension of back muscles such as back massage.
Keyword : backpain, cardiac catheterization, early mobilization

14
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan pembunuh nomor satu di Amerika dan Eropa
tidak terkecuali di Indonesia. Di Amerika, 20% penyebab kematian adalah PJK. WHO
memperkirakan PJK akan mencapai 6% dari total penyakit global pada tahun 2020 (Tjang dkk,
2009).

Saat ini telah berkembang intervensi invasif non bedah yaitu PTCA (Percutaneus
Transluminal Coronary Angioplasty) dan Angiografi koroner. Menurut Tjang dkk (2009),
tindakan ini banyak dipilih oleh pasien karena tindakan invasif minimal, waktu rawat lebih
singkat dan penyembuhan yang singkat daripada operasi by pass / CABG (coronary artery by
pass graft ).

Implikasi dari tindakan kateterisasi jantung dan angiografi koroner adalah pasien
diharuskan tirah baring (bed rest) selama kurang lebih 6-12 jam. Tirah baring datar dan telantang
serta retriksi pergerakan selama sheath terpasang dan setelah sheath dicabut bertujuan untuk
mengurangi komplikasi vaskular, yaitu pendarahan, timbulnya AV formation (arteriovenous
fistula), hematom dan aneurisma palsu (Baim dan Grossman, 2000). Namun, tirah baring yang
lama, kelelahan setelah menjalani tindakan PTCA dan retriksi pergerakan juga akan
menimbulkan komplikasi baru yaitu ketidaknyamanan, nyeri punggung dan retensi urin
(Schickel, et al. 1999 dalam O'Grady, 2002). Nyeri punggung adalah masalah yang sering
dialami pasien setelah tindakan PTCA yang disebabkan oleh imobilisasi dan gerakan yang
terbatas dan akan menunda kepulangan dari rumah sakit dan menambah biaya perawatan (Lim,
et al. 1997). Penelitian yang dilakukan oleh Chair, Taylor-Piliae, Lam, dan Chan (2003)
menyimpulkan bahwa nyeri punggung setelah tindakan kateterisasi jantung terjadi pada 35.8%
pasien.

Penelitian untuk meneliti tentang manfaat mobilisasi dini pada pasien kateterisasi jantung
telah banyak dilakukan, dan hasilnya menyimpulkan bahwa kelompok yang diberikan mobilisasi
dini mengalami nyeri punggung yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang ditak diberikan
mobilisasi dini (Ashketorab, Neishabory, Ghezelghash, Piranfar, & Alavi, 2007; Chair, Taylor-
Piliae, Lam, Chan, 2003; Pooler-lunse, Barkman, & Bock, 1996; Razaei-Adaryani, Ahmadi,
Mohamadi, & Asghari-Jafarabadi, 2009); Yilmaz, Gurgun, & Dramali, 2007).

15
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

Di RSPAD Gatot Soebroto, pasien yang menjalani kateterisasi jantung baik itu angiografi
koroner atau PTCA diharuskan menjalani tirah baring selama 10-24 jam
dimana kaki kanan tidak boleh ditekuk dan posisi harus supine. Akibatnya timbul keluhan nyeri
punggung, retensi urine dan gangguan tidur.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Uji Klinis Acak Terkontrol (randomized controlled trials)
dengan desain pretest and post test control group. Dalam desain ini terdapat dua kelompok
diamna kelompokintervensi mendapatkan perlakuan perubahan posisi setiap jam dan peninggian
kepala tempat tidur 30°-45° sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan atau diberi
tindakan sesuai prosedur Rumah Sakit.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah skala nyeri punggung sedangkan variabel
independennya adalah intervensi mobilisasi dini yang terdiri dari perubahan posisi dan
peninggian kepala tempat tidur 30°-45°. Sedangkan variabel konfoundingnya adalah (1) jenis
kelamin, (2) usia, dan (3) BMI dengan menghitung Berat Badan dibagi tinggi badan ( meter)
dikuadratkan.
Untuk menghitung besar sampel digunakan rumus Uji Hipotesis terhadap 2 populasi
independen, didapatkan 46 responden, yang dibagi menjadi 2 kelompok. Teknik sampling yang
digunakan adalah consecutive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah klien yang telah
menjalani prosedur kateterisasi jantung di ruang jantung lantai 2 RSPAD Gatot Soebroto selama
periode penelitian.
Etika dalam penelitian kepada responden yang perlu diperhatikan selama proses penelitian
menurut Nursalam (2008), terdiri dari 3 bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-
hak subjek, dan prinsip keadilan.
Pengumpulan data penelitian menggunakan lembar observasi. Lembar observasi akan
diisi data demografi pasien meliputi usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Skala
Nyeri akan diukur menggunakan NRS (Numeric Rating Scale). Untuk mengukur ketinggian
tempat tidur menggunakan Angle Meter. Berat Badan Pasien akan diukur di timbangan badan
yang sama untuk semua responden, dan tinggi badan akan ukur menggunakan meteran yang
sama untuk semua responden.
16
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

Untuk mengukur rata-rata nyeri punggung sebelum dan sesudah intervensi pada masing-
masing kelompok menggunakan uji statistik dependent t test. Untuk mengukur selisih skala nyeri
punggung dan perbedaan rata-rata skala nyeri punggung setelah intervensi mobilisasi dini pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol digunakan uji statistik independent t- test. Data
dalam penelitian ini berdistribusi normal yang diukur dengan menggunakan pembagian nilai
skewness dan standar error, dengan hasil perhitungan untuk skala nyeri punggung sebelum
intervensi sebesar 1,8 (<2) dan skala nyeri punggung setelah intervensi sebesar 1,34 (<2)
sehingga dinyatakan data berdistribusi normal.

C. HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Tindakan di RSPAD
Gatot Soebroto Tahun 2013

Variabel Frekuensi %
Jenis Kelamin
Laki-laki 31 67.4
Perempuan 15 32.6
Jenis Tindakan
Angiografi 21 45.7
koroner 25 54.3
PTCA

Pada penelitian ini, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 31
responden (67,4%), dan sebanyak 15 responden (32,6%) berjenis kelamin perempuan. Pada
variabel jenis tindakan sebagian besar responden telah melakukan tindakan PTCA (54,4%) dan
sebagian lagi telah melakukan tindakan angiografi koroner (45,7%).

17
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Indeks Massa Tubuh

Variabel Mean Median Sd Min-Mak 95% CI


Usia 58.48 55.00 11.07 36-84 55.19-61.77
Indeks 25.38 25.68 3.04 18.36-33.26 24.47-26.28
massa
tubuh

Rata-usia responden pada penelitian ini adalah 58,48 tahun, median 55 tahun dan standar
deviasi 11,07 dengan usia termuda adalah 36 tahun dan usia tertua adalah 84 tahun. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan pada 95% CI diyakini bahwa rata-rata usia responden pada
penelitian ini adalah 55,19 sampai dengan 61,77 tahun.

Untuk variabel indeks massa tubuh, rata-usia IMT responden adalah 25,38, nilai tengah
atau median 25,68 dan standar deviasi 3,04 dengan indeks massa tubuh terendah adalah 18,6 dan
indeks massa tubuh tertinggi adalah 33,26. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan pada
95% CI diyakini bahwa rata-rata indeks massa tubuh responden pada penelitian ini adalah 24.47
sampai dengan 26,28.

Bagan 1
Distribusi responden berdasarkan skala nyeri punggung pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol di RSPAD Gatot Soebroto

18
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

Bagan 2
Distribusi responden berdasarkan skala nyeri punggung pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol di RSPAD Gatot Soebroto

Bagan 3
Distribusi responden berdasarkan tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol di RSPAD Gatot Soebroto

Bagan 4
Distribusi responden berdasarkan denyut nadi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
di RSPAD Gatot Soebroto

19
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

Tabel 5 Distribusi rata-rata skala nyeri punggung sebelum dan sesudah intervensi kelompok
kontrol dan kelompok intervensi pada pasien Post kateterisasi koroner di RSPAD Gatot
Soebroto Tahun 2013

Variabel Mean Sd Mean diff t df p value n


(95% CI)
Kontrol
- Pre test 1,65 1,74 2,304 -5.83 22 0,001* 23
- Post test 3,96 1,22 (1,48 ; 3,12 )
Intervensi
- Pre test 1,87 1,51 1,087 -2,552 22 0,018* 23
- Post test 2,96 1,29 ( 0,20 ; 1,97)
* Bermakna pada α:0,05

Pada kelompok kontrol, rata-rata skala nyeri punggung sebelum intervensi (pre test)
adalah 1,65 dengan standar deviasi 1,74. Pada skala nyeri punggung sesudah intervensi (post
test) adalah 3,96 dengan standar deviasi 1,22. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji paired t
test disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri punggung sebelum dan
sesudah perlakuan (p=0,001; α; 0,05) .

Pada kelompok intervensi, rata-rata skala nyeri punggung sebelum intervensi (pre test)
adalah 1,87 dengan standar deviasi 1,51. Pada skala nyeri punggung sesudah intervensi (post
test) adalah 2,96 dengan standar deviasi 1,29. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji paired t
test disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri punggung sebelum dan
sesudah perlakuan (p=0,018; α; 0,05) intervensi.

20
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

Tabel 6
Distribusi Rata-Rata Skala Nyeri Punggung Sesudah Intervensi dan Selisih Skala Nyeri
Punggung pada Pasien Tahun 2013

Kelompok Mean Sd Mean Diff t df p value


(95% CI)
Skala nyeri
punggung
Sesudah
Intervensi
- kelompok 3,96 1,22 1,00 -2,69 44 0,010*
Kontrol
- kelompok 2,96 1,29 (0,251; 1,749)
Intervensi
Selisih skala
nyeri punggung
- Kelompok 2,30 1,89 1.21 - 44 0,042*
Kontrol 2,096
- Kelompok 1,08 2,04 (0,046 ; 2,38)
Intervensi
*Bermakna pada α:0,05

Rata-rata skala nyeri punggung sesudah intervensi (post test) pada kelompok intervensi
adalah 2,96 dengan standar deviasi 1,29 sedangkan untuk kelompok kontrol rata-rata skala nyeri
punggung adalah 3,96 dengan standar deviasi 1,22. Selisih rata-rata skala nyeri punggung
sesudah intervensi (post test) pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol didapatkan
nilai sebesar 1,00. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,010, yang berarti pada alpha 5%
terihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata skala nyeri punggung sesudah intervensi (post
test) antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

Rata-rata selisih skala nyeri punggung pada kelompok intervensi adalah 1,08 dengan
standar deviasi 2,04 sedangkan untuk kelompok kontrol rata-rata skala nyeri punggung adalah
2,30 dengan standar deviasi 1,89. Selisih rata-rata skala nyeri punggung pada kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol didapat sebesar 1,21. Hasil uji statistik didapatkan nilai p =
0,042, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata selisih skala nyeri
punggung antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

21
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

D. PEMBAHASAN

Meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolic serta denyut jantung pada pasien yang
mengalami nyeri punggung disebabkan karena nyeri mengaktifkan respon stres biologis
(Morton & Fontaine 2005). Akibatnya, sistem saraf otonom diaktifkan dan melepaskan epinefrin
(Urden et al. 2006). Keadaan ini dapat meningkatkan denyut jantung (Drummond 2003, Lu et
al. 2005) dan tekanan darah (Bruehl et al. 2002; Al'Absi, et al. 2003; Pickering, 2003) dan
akibatnya terjadi peningkatan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, keduanya dapat
menyebabkan atau memperburuk iskemia miokard dan bahkan infark pada pasien yang rentan
(Briggs 2002; Morton & Fontaine 2005 dalam Rezaei-Adaryani, et al 2008; Latief, 2001;
Nicholls &Wilson, 2005).

Pada penelitian ini diketahui bahwa baik di kelompok intervensi mengalami peningkatan
skala nyeri punggung sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasil penelitian Yilmaz, et al
(2009) juga menunjukkan peningkatan nyeri punggung pada kelompok yang diberikan
perubahan posisi setiap jam, walaupun peningkatannya lebih rendah dibandingkan kelompok
kontrol yang tidak diberikan perubahan posisi.

Pemberian mobililisasi dini dapat menurunkan skala nyeri punggung. Karena


pengurangan waktu pasien tetap telentang meningkatkan kenyamanan secara signifikan, tanpa
meningkatkan kejadian pendarahan dari tempat penusukkan kateter femoralis (Lau et al. 1993,
Baum & Gantt 1996, Keeling et al. 1996, Pooler-Lunse et al. 1996, Wood et al. 1997, dalam
Vlasic & Almond 1999).

Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan pada 95% CI diyakini bahwa rata-rata
indeks massa tubuh responden pada penelitian ini adalah 24,47 sampai dengan 26,28. Menurut
perhitungan indeks massa tubuh dimana IMT lebih dari 25 dikategorikan sebagai kelebihan berat
badan, oleh karena itu rata-rata responden yang menjalani kateterisasi jantung di RSPAD Gatot
Soebroto memiliki kelebihan berat badan.

Hasil penelitian Chair, et al (2004) menyebutkan bahwa berat badan berhubungan dengan
nyeri punggung secara signifikan. Pasien dengan berat badan lebih berat akan mengalami nyeri
lebih berat. Pasien yang kelebihan berat badan cenderung memiliki gaya lebih besar yang bekerja
pada otot punggung mereka. Selain penggunaan bantal pasir dan IMT lebih dari normal.

22
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

Rata–rata peningkatan skala nyeri punggung di penelitian ini lebih tinggi dibandingkan
hasil penelitian Yilmaz, et al (2009). Hal ini disebabkan pada penelitian Yilmaz, et al (2009)
menggunakan bantal pasir selama 30 menit, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan bantal
pasir selama 2 jam. Penggunaan bantal pasir diketahui akan meningkatkan ketidaknyamanan
pasien (Sinaga, 2009).

E. SIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Rerata nyeri punggung sesudah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol lebih tinggi
secara bermakna daripada kelompok intervensi (p value =0,01. Perbedaan selisish peningkatan
nyeri punggung pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok intervensi (p value
=0,042).

2. Saran

Mobilisasi dini pasien saat tirah baring adalah tindakan mandiri perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman pasien selama fase tirah baring pasien namun memerlukan kolaborasi
dengan dokter untuk mencegah terjadi komplikasi vaskular seperti pendarahan dan hematom.
Penelitian ini juga dapat dijadikan salah satu acuan untuk pembuatan standar operation procedure
(SOP) di ruangan jantung tentang perawatan pasien post kateterisasi jantung. Bagi penelitian
selanjutnya dapat ditambahkan intervensi pijat punggung (back massage) sehingga dapat
meningkatkan kenyamanan pasien.

23
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

DAFTAR PUSTAKA

Ashketorab, T., Neishabory, M., Ghezelgha, A., Piranfar, A., & Alavi, M. H. (2007). Effects of
change position in bed on vascular complications after coronary angiography in Tleghani
Hospital Tehran. Shahid Beheshti Nursing Midvifery Univ Mag.;16 (56):1-10.

Chair, S.Y., Li, K. M., & Wong, S. W. (2004). Factors that Affect Back Pain among Hong Kong
Chinese Patients after Cardiac Catheterization. European Journal of Cardiovascular Nursing.
Issue 3: 279. DOI: 10.1016/j.ejcnurse.2004.10.001

Chair, S.Y., Taylor-Piliae, R.E., Lam, G., Chan, S. (2003). Effect of positioning on back pain
after coronary angiography. Journal of Advanced Nursing 42 (5), 470-478.

Chair, S. Y., Fernandez, R., Lui, M. H., Lopez, V., Thompson, D. T. (2012). Effect of early
ambulation after transfemoral cardiac catheterization in Hong Kong: a single-blinded
randomized controlled trial. Anadolu Kardiyol Derg. Available on-line at www.anakarder.com

Dumont, C. J. P. (2007). Blood Pressure and Risks of Vascular Complication After Percutaneus
Coronary Intervention. Dimensions of Critical Care Nursing. 26(3):121-127, May/June 2007.

Farmanbar, R., Chinikar, M., Gozalian, M., Baghaie, M., Atrkar, Z., & Moghadamnia, M.
(2012). The Effect of Position Change and Bed-Rest Duration after Coronary Angiography on
Vascular Complications. Iranian Journal of Critical Care Nursing, Volume 4, Issue 4, Pages: 177
– 182.

Fowlow, B., Price, P., & Fung, T. (1995). Ambulation after sheath removal: A comparison of 6
and 8 hours of bedrest after sheath removal in patients following a PTCA procedure. Heart &
Lung, 1995;24:28-37.

Grossman, W., & Baim, D.S. (2000). Grossman's Cardiac Catheterisation :Angiography and
intervention, 6th edn. London: Lippincott, Williams & Wilkins.

24
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

Kern, M.J. (1995). The Cardiac Catheterization Hand Book. Missouri: Mosby.

Lim, R., Anderson, H., Walters, M., Kaye, G. C., Norell, M. S., & Caplin J. L. (1997). Femoral
complications and bed rest duration after coronary arteriography. American Journal of
Cardiology; 80: 222–223.

PA PSPR Patient Safety Advisory.( 2007). Strategies to Minimize Vascular Complication


Following a Cardiac Catheterization. Diakses tanggal 26 februari 2013 dari
http://patientsafetyauthority.org/ADVISORIES/AdvisoryLibrary/2007/jun4(2)/Pages/58.aspx.

Pooler-lunse, C., Barkman, A., & Bock, B. F. (1996). Effect of modified positioning and
mobilization of back pain and delayed bleeding in patients who had received heparin and
undergone angiography: A pilot study. Heart&lung: The journal of Acute and critical Care.
Heart Lung.;25(2):117-23.

Pollard, S. D., Munks, K., Wales, C., Crossman, D. C., Cumberland, D. C., Oakley, G. D. G., &
Gunn, J. (2003). Position and Mobilisation Post-Angiography Study

Razaei-Adaryani, M., Ahmadi, F., Mohamadi, E., & Asghari-Jafarabadi, M. (2009). The effect of
changing position and early ambulation after cardiac catheterization on patients’ outcomes: A
single-blind randomized controlled trial. International Journal of Nursing Studies 46. 1047–
1053.

----------(2008). The effect of three position methods on patient outcomes after cardiac
catheterization. Journal of Advanced Nursing 65, (2), 417-424. doi:10.1111/j.1365-
2648.2008.04889

Reynolds, S., Waterhouse, K., & Miller, K. H. (2001). Head of bed elevation, early walking, and
patient comfort after percutaneous transluminal coronary Intervension. Dimensions of Critical
Care Nursing; May/Jun 2001; 20, 3; ProQuest

25
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. edisi ke-3.
Jakarta: CV. Sagung Seto.

Shoulders-Odoms, B. (2008). Management of Patients After Percutaneous Coronary


Interventions. AACN Journal : Critical Care Nurse Vol 28, No. 5, October 2008

Sulzbach-Hoke, L. M., Ratcliffe, S. J., Kimmel, S.E., Kolansky, D. M. & Polomano, R. (2010).
Predictors of Complications Following Sheath Removal With Percutaneous Coronary
Intervention. Journal of Cardiovascular Nursing Vol. 25, No. 3, pp 00Y00 x Copyright B 2010
Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins

Tjang, et al. (2009). Current Treatment Options for Coronary Heart Disease. Jakarta. Cermin
Dunia Kedokteran Nomor 169/volume 36 Nomor 3.

Victorian Quality Council .(2007). Acute Pain Management Measurement Toolkit. © Copyright
State of Victoria, Department of Human Services.

Vlasic, W., Almond, D., & Massel, D. (2001). Reducing Bedrest Following Arterial Puncture for
Coronary Interventional Procedures-Impact on Vascular Complications: The BAC Trial. Journal
of Invasive Cardiology Volume: 13 Publication Date: Dec 05 2001.

World Health Organization (WHO). (2005). Global Burden of Coronary Heart Disease.
Diakses tanggal 15 Maret 2013 dari
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_14_deathHD.

Yilmaz, E., Gurgun, C., & Dramali, A. (2007). Minimizing short-term complications in patients
who have undergone cardiac invasive procedure: a randomized controlled trial involving
position change and sandbag. Anadolu Kardiyol Derg.

26

Anda mungkin juga menyukai