Oleh:
Ir. Soekrasno S. Dipl.HE
1. Latar Belakang
Jaringan irigasi tersier merupakan jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan
saluran pembuang, boks tersier, serta bangunan pelengkapnya.
Pelaksanaan operasi jaringan irigasi tersier harus mutlak dilakukan dalam suatu system
irigasi agar dapat dicapai pemanfaatan air yang optimal dari sumbernya sampai ke lahan
sawah. Air irigasi dapat dialirkan dengan lancer dan dibagi, diberikan secara adil dan merata
ke seluruh petak-petak sawah.
Jadi operasi jaringan irigasi tersier adalah merencanakan pemberian air pada petak tersier
dan melaksanakan pengaturan pintu boks tersier dan membagi ke petak sub tersier dan petak
kwarter serta membuang kelebihan air ke saluran pembuang.
Kenyataan di lapangan jaringan irigasi tersier ini kebanyakan tidak terurus, tidak terawat
dengan baik sehingga operasi jaringan irigasi menjadi enggan untuk dilaksanakan. Hal ini
sering terjadi pada saat air irigasi tidak dibutuhkan oleh petani misalnya pada masa panen,
namun akan dirawat kembali apabila diperlukan misalnya pada periode pengolahan tanah.
3) Kebutuhan air irigasi di pintu utama (bendung) adalah jumlah kebutuhan air irigasi di
setiap pintu pengambilan saluran tersier ditambah kehilangan air irigasi di saluran
induk/sekunder. Besarnya kehilangan air ini pada umumnya ditaksir antara 10 – 20%
(tergantung Panjang saluran dan karakteristik daerah)
3. Pola Tanam
Pola tanam adalah gambaran rencana tanam padi, palawija, dan tebu selama kurun waktu 1
(satu) tahun.
Berdasarkan pengalaman pola tanam yang sering dipakai adalah :
- Padi – Padi – Palawija
- Padi – Palawija – Palawija
- Palawija – padi – palawija
- Padi – palawija – bera
Pola tersebut biasanya tergantung kepada kepada ketersediaan air di jaringan irigasi, dan
pada daerah yang biasa menanam tebu pola tersebut diatas bias diprogramkan tanaman tebu.
(Kalau dipakai rencana golongan maka perlu ditentukan kapan pertama kali dilaksanakan
pemberian air untuk pengolahan tanah dari masing-masing golongan).
Perhitungan rencana tata tanam dibuat sedemikian rupa sehingga nilai total kebutuhan air
yang harus tersedia di pintu utama (bendung) sesuai dengan besarnya debit andalan. Hal
tersebut dinyatakan dalam bentuk Grafik Neraca Air (Water Balance).
Neraca Air adalah gambaran yang menyatakan ketersediaan debit (Q 80%) dengan besarnya
debit total kebutuhan air pintu utarna (bendung), diharapkan Q kebutuhan selalu lebih kecil
daripada Q tersedia (Q 80%).
Rencana tata tanam dipandang sangat aman apabila setiap periode setengah bulanan dalam
kurun waktu satu tahun, besarnya Q diperlukan selalu Q tersedia. Dalarn praktek biasanya
diambil keadaan kurang aman dengan tujuan supaya diperoleh luas tanaman sebesar-
besarnya tapi tanaman dipandang masih baik hasilnya (terutama pada musim kemarau).
Untuk hal ini diambil kriteria praktis sebagai berikut :
Pada musim kemarau, Q diperlukan boleh melampaui Q tersedia tetapi dibatasi sedemikian
rupa sehingga Q tersedia ≥ 70% dari Q diperlukan.
Pada keadaan kurang aman tersebut berarti pemberian air dimusim kemarau, diperkirakan
sebesar 70% dari kebutuhan sebenarnya.
Rencana Tata Tana mini ada 2 tingkatan yaitu :
- Rencana Tata Tana mini Global (RTTG), menggambarkan rencana luas tanam pada
suatu Daerah Irigasi, belum terperinci per petak tersier, jadi yang terlihat hanya total
rencana luas tanam per Daerah Irigasi. Ini penting untuk pegangan Komisi Irigasi
Kabupaten/Kota. RTTG ini berkaitan dengan Balnko (03-O).
- Rencana Tata Tanam Detail (RTTD) menggambarkan rencana luas tanam pada suatu
Daerah Irigasi yang diperinci per petak tersier. Ini penting untuk pegangan P3A.
Rencana ini berkaitan dengan Blanko (01-0).
Ada 2 (dua) bentuk RTTD, yaitu :
RTTD dengan bentuk gadu pebuh, yaitu beberapa petak tersier ditanamai padi gadu
penuh, sedangkan tersier lainnya ditanami Palawija atau tanaman lainnya.
RTTD dengan bentuk gadu sebagian, yaitu dalam tiap petak tersier terdapat tanaman
padi gadu dan palawija atau tebu.
5. Rencana Golongan
a. Pengertian Rencana Golongan :
Rencana golongan adalah rencana penggolongan petak-petak tersier dalam kaitannya
dengan Rencana Tata Tanam, dimana tiap kelompok/golongan tersebut berbeda saat
dimulainya pengolahan tanah untuk tanaman padi.
Untuk Daerah Irigasi baru (terutama di luar Jawa), disarankan untuk memakai rencana
golongan vertikal. Kemudian personel OP sudah cukup dan P3A terbentuk, baru
memakai rencana golongan horizontal. Dan akhirnya kalua personel OP sudah dilatih
dan P3Asudah maju, baru memakai rencana golongan tersebar.
2) RPA akan memudahkan pelaksanaan pernbaqian air. Apalagi untuk Daerah Irigasi
besar dengan luas > 500 ha, adalah mutlak sangat diperlukan. Dengan adanya RPA
berarti sudah diketahui Rencana Pernbagian Air kepada petak tersier selarna 1 (satu)
tahun.
Jika debit sungai tersedia cukup dan petani melaksanakan tanam sesuai rencana (waktu
dan luas), maka pernberian air adalah sesuai dengan RPA.
Jika kemudian terjadi penyimpangan terhadap Rencana Tata Tanam seperti rnisatnya :
a. Debit sungai mengecil (tak sesuai rencana)
b. Petani menanam diluar rencana
Maka dengan mudah dibuat perubahan pemberian air dengan menggunakan factor K,
dan lain-lain.
Pada daerah irigasi sederhana dan semi teknis tidak perlu dibuat RPA, karena pada
jaringan tersebut tidak ada alat pengukur debit, jadi percuma dibuat RPA. Pada
Daerah Irigasi Sederhana dan Semi Teknis, pemberian air dilakukan dengan
pedoman:
a. Air dimasukkan berlebihan ke petak tersier.
b. Sedang air sisanya kembali lagi ke saluran induk/ sekunder disebelah hilir.
1) Perencanaan
a) Usulan dan Keputusan Luas Tanam Per Tersier
Usulan ini dibuat oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang dituangkan dalam
blanko 01-0 pada saat 1 (satu) bulan sebelurn rapat Komisi Irigasi atau 3,5 (tiga
setengah) bulan sebelurn dimulai Musim Tanam (MT) I, dan disampaikan kepada
Kantor Cabang Dinas, sedangkan keputusan terhadap usulan ini yang merupakan
pedoman/pegangan P3A dalam melaksanakan luas tanam, datanya disalin dari blanko
03-0, harus sudah diterima oleh P3A paling lambat ½ bulan sebelum MT.I dimulai.
2) Rencana Kebutuhan Air di Pintu Tersier Per Kemantren dalam Satu Daerah irigasi
berdasarkan laporan keadaan tanaman (blanko 04-O0, maka setiap ½ bulanan pada
tanggal 12 dan 27 Mantri Pengairan /GP3A/IP3A membuat rencana kebutuhan air di
pintu tersuer yang dituangkan dalam blanko 05-O.
3) Pencatatan Debit Saluran
Debit air irigasi yang dialirkan melalui jaringan utama dan pintu tersier perlu dicatat
besarannya pada blanko 06-O, oleh Mantri Pengairan/P3A/IP3A diketahui oleh Cabang
Dinas, agar bias diketahui Ratio Pelaksanaan Pembagian Air (RPPA) sebagai bahan
evaluasi kinerja jaringan irigasi.
4) blanko 07b.1-O, dan blanko 07b.3-O merupakan rangkuman blanko 07b.2-O. Rencana
Kebutuhan Air di Jaringan Utama Setiap Periode ½ Bulanan
Kebutuhan air di jaringan utama setiap periode ½ bulanan pada D.I. NonLintas
dituangkan dalam blanko 07a-O sedangkan untuk D.I Lintas dituangkan pada blanko
07b.1-O, 07b.2-O, 07b.3-O. Blanko 07-O ini harus selesai paling lambat tanggal 29 dan
14. Blanko 07b.2 merupakan rangkuman
6) Perhitungan Faktor K
Untuk menghitung besaran faktor K digunakan blanko 09-0. Paling sedikit faktor K
dihitunq setiap 2 minggu sekali yaitu pada tanggal 14 dan 29 oleh Cabang Dinas
apabila daerah irigasinya dikelola oleh satu Cabang Dinas, oleh Dinas Kabupaten/Kota
apabila daerah irigasinya dikelola oJeh lebih dari satu Cabang Dinas, dan oleh Balai
PSDA apabila daerah irigasinya bersifat lintas.
- Data yang diperlukan untuk menghitung faktor K ini adalah : Data debit sungai
rata-rata 2 mingguan
- Data debit yang dibutuhkan diseluruh pintu tersier
- Data debit suplesi
- Data kehilangan air di jaringan utama
Apabila faktor sudah diketahui, maka pemberian air untuk keperluan irigasi baik di
jaringan utama maupun di pintu tersier harus disesuaikan dengan faktor K tersebut.
Elevasi = 10.74
∆h4 = kehilangan tinggi tekan di gorong-gorong
∆h5 = kehilangan tinggi tekan di sepanjang melalui 2 (dua buah boks tersier )
Elevasi = 11.37
Jadi elevasi yang dibutuhkan di hilir pintu sadap tersier adalah 11.37.
𝟎
= = 42,33 jam
= 42 jam
= = 42,66 jam
= 43 jam
𝐀 𝐂 𝑫
= 𝑨 𝑩 𝑪 𝑫
𝟎
= = 41,66 jam
= 42 jam
Periode 4 : A + B + D diairi, C tidak diairi
Lamanya pemberian air
𝐀 𝐂 𝑫
= 𝑨 𝑩 𝑪 𝑫
Pemberian Rotasi
Rotasi Sub Rotasi Sub
Air Terus Sub
Tersier I Tersier II
Menerus Tersier III
Hari
Petak
Petak Petak Yang Petak Yang Yang
Yang diairi Jam Diairi Jam Diairi Jam Diairi Jam
6.00 22.00 4.00 22.00
↑ ↑
Senin
A + B
↑ A + B ↑
A
Selasa
A + B+ C
X 22.00
Rabu
C+D
X 16.00 X 14.00
`
B
B+C+D
A+B+C+D
Kamis
X 16.00
X 11.00 X 9.00
Jum'at
A+C
C
A+C + D
X 10.00
Sabtu
A + B+ D
X 5.00
B+D
Minggu
↓ ↓ 4.00
6.00
A
↓ 22.00 22.00
Senin
PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TERSIER
1. Latar Belakang
Sebagai kelanjutan dari proses pernbargunan jaringan irigasi tersier, perlu dilakukan
kegiatan pemeliharaan agar kondisi dan fungsi jarinqan irigasi tersier dapat berkelanjutan
dan tidak cepat menqalami penurunan.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang irigasi Pasal 56 ayat 5 dengan tegas
diamanatkan "Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggung
jawab Perkumpulan Petani Pernakai Air (P3A).
Pasal 57 peraturan pemerintah tersebut mengamanatkan "dalam hal P3A tidak mampu
rnelaksanakan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier, Pemerintah, pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan bantuan dan/atau dukungan
fasilitas berdasarkan permintaan dari P3A dengan memperhatikan prinsip kemandirian.
Pasal 59 mengamanatkan tentang pengamanan jaringan irigasi dalam hal ini P3A dan
masyarakat mengamankan jaringan irigasitersier yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengamanan ini dimaksud untuk mencegah kerusakan jaringan irigasi, sehingga
pendistribusian air sampai ke lahan sawah tidak terganggu.
Kenyataan di lapangan, rnasih banyak jaringan irigasi tersier yang tidak terpelihara dengan
baik. Perawatan terhadap saluran pembawa, saluran pembuang boks tersier, boks kuarter
serta bangunan pelengkapnya belum mendapat perhatian dari petani yang tergabung dalam
P3A.
Pengertian pemeliharaan jaringan irigasi tersier adalah upaya rnenjaqa dan mengamankan
jarinqan irigasi tersier agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
peiaksanaan operasi dan mempertahankan keberlanjutan kondisi dan fungsinya.
2) Pemeliharaan
Perbaikan berkala yang bersitat perbaikan boks tersier, boks kuarter dan
bangunan pelengkapnya.
Perbaikan bangunan ukur dan skala liter
Perbaikan saluran pembawa dan saluran pembuang
Perbaikan pintu boks tersier
Perbaikan farm road (JI. Sawah)
Untuk kegiatan pemeliharaan dari inventarisasi tersebut yang sangat diperlukan adalah
data kondisi jaringan tersler yang meliputi data kerusakan dan pengaruhnya terhadap
areal pelayanan.
2) Pelaksanaan Pemeliharaan
- P3A/GP3A/IP3A dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan wajib
memahami dan menerapkan persyaratan teknis yang telah ditetapkan oleh
pembimbing lapangan yaitu juru pengairan.
- Pelaksanaan pemeliharaan tidak mengganggu kelancaran pembagian air
untuk tanaman, artinya pelaksanaannya disesuaikan dengan jadwal
pengeringan dan giliran air.
- Juru pengairan/pengurus P3A wajib menyampaikan kepada masyarakat
pemakai air mengenai rencana pengeringan paling lambat tiga puluh hari
sebelum pelaksanaan pengeringan.
- Untuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh P3A/GP3A/IP3A agar sesuai
dengan kuantitas dan kualitas yang dipersyaratkan, perlu adanya bimbingan
dari tenaga pendamping lapangan.
- Setelah pekerjaan perbaikan selesai dikerjakan harus dibuat laporan bahwa
pekerjaan perbaikan telah selesai dilaksanakan dan berfungsi baik dan
disampaikan dalam rapat anggota.
Waktu pemantauannya dapat ditetapkan harian atau mingguan oleh para pengurus
P3A. Setiap akhir bulan dilakukan evaluasi untuk penyempurnaan proses pemeliharaan
yang sedang dijalankan di lapangan. Setiap akhir pekerjaan dilakukan juga evaluasi
untuk penyempurnaan kegiatan pemeliharaan yang akan datang. Hasil evaluasi
tersebut disampaikan pada rapat anggota P3P.