Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGI

METODE KORELASIONAL DAN EKSPOSFAKTO

Disusun oleh:

Gahar Ajeng Prawesthi (13304244064)

Aditya Rizka Puspita (13304241066)

Ayu Candra Juniarti (13304241076)

Rahmayanti (13304244016)

Lutvi Widyastuti (13304244020)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
A. Pengertian Eksposfakto
Penelitian eksposfakto adalah penelitian yang bertujuan menemukan penyebab yang
memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu
peristiwa. Disebut eksposfakto karena faktanya diduga telah berubah akibat adanya peristiwa
yang telah dialami oleh sekelompok subjek. Peristiwa itu merupakan suatu ekhibisi berupa
perubahan/perbedaan kondisi akhirnya diduga telah mempengaruhi subjek yang
bersangkutan sehingga berbeda dengan keadaan semula. Jadi hampir mirip dengan ”faktor
perlakuan” atau ”faktor intervensi” (treatment atau intervension) pada penelitian eksperimen,
atau cukup disingkat dengan faktor. Bedanya adalah bahwa ”perlakuan” atau ”intervensi”
yang terjadi pada peristiwa eksposfakto bukan karena sengaja dimanipulasi oleh peneliti
sejak awal penelitian sebagaimana dilakukan peneliti pada penelitian eksperimen. Pada
penelitian eksperimen, variabel bebas dimanipulasi dengan sengaja sehingga dijadikan faktor
yang diharapkan akan memberi pengaruh dalam bentuk hubungan sebab akibat dengan
variabel tergayutnya. Oleh karena itu variabel bebas akan berkedudukan sebagai prediktor,
dan variabel tergayut sebagai variabel respons atau disebut pula dengan criterion. Agar dapat
diyakini bahwa perbedaan respons akibat pengaruh faktor yang dimanipulasi maka peneliti
akan mengontrol semua variabel lain yang sekiranya dapat berkedudukan sebagai variabel
suppressor atau variabel pengganggu/penekan yang dapat mempengaruhi variabel respons.
Pengontrolan dilakukan dengan cara menghomogenkan kondisi dari setiap variabel
suppressor tersebut.
Secara metodis penelitian eksposfakto merupakan penelitian eksperimen yang juga
menguji hipotesis tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan tertentu karena sesuatu sebab
kurang etis untuk memberikan perlakuan atau memberikan manipulasi. Biasanya karena
alasan etika manusiawi, atau gejala/peristiwa tersebut sudah terjadi dan ingin menelusuri
faktor-faktor penyebabnya atau hal-hal yang mempengaruhinya.

Menurut Watson, penelitian eksposfakto bertujuan untuk mencari penyebab


perubahan perilaku dengan studi komparasi secara partisipatif tentang perilaku yang muncul
pada saat sekarang dan perilaku yang tidak muncul dari suatu kejadian setelah variabel
bebas terjadi. Contoh: kita akan menguji hipotesis bahwa perceraian dapat mengakibatkan
penyimpangan perilaku anak-anak. Dalam situasi ini, kita tidak dapat mengeksperimenkan
suatu keluarga untuk melakukan perceraian. Perceraian dalam hal ini merupakan variabel
bebas yang tidak dapat dimanipulasikan. Suatu hal yang tidak mungkin dilakukan
berdasarkan pertimbangan kemanusiaan. Karena hal tersebut, penelitian dilakukan pada
keluarga yang sedang mengalami perceraian..

Kerlinger (1993) mendefinisikan penelitian eksposfakto adalah penemuan empiris


yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan kontrol terhadap variabel -
variabel bebas karena manifestasinya sudah terjadi atau variabel -variabel tersebut secara
inheren tidak dapat dimanipulasi. Contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh
merokok terhadap kemampuan menyerap oksigen dalam darah. Peneliti tidak mungkin
melakukan eksperimen dengan menyuruh orang menghisap beberapa batang rokok dalam
sehari untuk diketahui pengaruhnya terhadap kemampuan darah dalam mengikat oksigen.

Menurut Eko (2012) penelitian eksposfakto adalah penyelidikan empiris yang


sistematis di mana ilmuan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena
perwujudan variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel dalam penelitian tersebut
tidak dapat dimanipulasi. Variabel bebas dalam penelitian eksposfakto adalah variabel yang
tidak dapat dimanipulasi seperti status sosial ekonomi, jumlah rokok yang dikonsumsi setiap
hari atau metode pengajaran. Penelitian eksposfakto secara metodis juga menguji hipotesis
seperti halnya penelitian eksperimen akan tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan
tertentu. Metode penelitian eksposfakto memiliki peranan untuk menyelidiki hubungan
antara varibel atribut dan variabel lain yang tidak dapat diteliti secara eksperimental. Metode
penelitian eksposfakto juga dapat digunakan untuk meneliti masalah sosial, psikologis
maupun sosiologis.

B. Jenis Penelitian Eksposfakto


Menurut Kirk (1995) Ada beberapa desain penelitian eksposfakto, yakni:
1. Retrospective Studies
Retrospective studies adalah studi eksposfakto yang berfokus meneliti sesuatu
yang menjadi penyebab sehingga terdapat fakta yang ditemukan sekarang.
2. Prospective studies
Prospective studies adalah studi eksposfakto yang bertujuan melihat apa yang
akan terjadi ke depan setelah sekelompok subjek tereksibit/terpapar oleh suatu keadaan
tertentu yang lain dengan sebelumnya. Oleh karena itu, studi ini juga disebut follow-up
studies atau longitudinal studies atau cohort study. Penelitian ini untuk mengetahui
dampak lanjut dari suatu kelompok yang terekspos dan yang tidak terekspos.

3. Longitudinal Studies
Pada penelitian tentang penyakit kardiovaskuler di atas, peneliti butuh waktu 30
tahun untuk dapat mengungkap bahwa penyakit kardiovaskuler dapat terjadi bukan
karena akibat penyakit arterosklerosis, melainkan karena erat kaitannya dengan
hipertensi, naiknya derajat kolesterol dalam serum, dan akibat perilaku merokok. Jadi
kendalanya tentu saja besarnya biaya yang dan waktu yang harus digunakan untuk
penelitian tersebut.

4. Cross-sectional Studies
Melalui cohort study peneliti dapat membandingkan dua atau lebih kelompok
cohort (kelompok yang terpapar dengan kondisi-kondisi yang berlain-lainan). Dengan
demikian peneliti dapat membandingkan dua atau lebih kelompok subjek yang diteliti
akibat untuk menggali ada tidaknya perbedaan yang muncul kemudian. Sebagai contoh
suatu penelitian ingin menggali penyebab timbulnya penyakit karies pada gigi yang
dialami oleh kelompok yang berbeda.

C. Penerapan Penelitian Eksposfakto dalam Penelitian Pendidikan


Dengan melihat jenis-jenis penelitian eksposfakto yang ada, maka tidak ada masalah
untuk mengembangkan penelitian eksposfakto dalam penelitian pandidikan pada umumnya,
ataupun penelitian pendidikan pada khususnya. Mengingat penelitian dengan model
prospective studies memerlukan waktu yang lama, maka peneliti dapat memilih model
penelitian eksposfakto dalam bentuk retrospective studies.

D. Teknik Analisis Data Penelitian Eksposfakto


Sepanjang pada penelitian eksposfakto, peneliti ingin menyelidiki adanya perbedaan
yang muncul akibat suatu ekshibit yang pernah terjadi maka dapat memilih uji perbedaan
dari berbagai uji-uji perbedaan yang tersedia. Namun demikian, peneliti harus menggunakan
asumsi-asumsi bahwa dua atau lebih kelompok yang akan diperbandingkan haruslah
memiliki kondisi yang sama, dan hanya berbeda berdasarkan kondisi yang telah memaparnya
atau mengekshibitnya. Bila persyaratan keparameterikan terpenuhi maka tujuan mencari
perbedaan nilai rata-rata dapat dilakukan baik dengan uji beda parameterik atau
nonparametrik tergantung pemenuhan persyaratannya. Bila datanya berupa data cacah, maka
uji X2 dapat untuk menguji dependensi antara variabel bebas dan tergayutnya. Sebagaimana
dikemukakan di atas bahwa retrospective cohort studies hanya ada satu variabel bebas dan
banyak variabel tergayut yang diteliti. Dengan demikian, bila akan dilakukan analisis secara
simultan untuk melihat perbedaan yang terjadi akibat pengaruh varabel bebas dapat dianalisis
menggunakan analisis multivariat. Tentu saja syarat keparameterikan haruslah terpenuhi.
Sebaliknya, pada case-control studies, umumnya ada banyak variabel bebas dengan hanya
satu variabel tergayut yang diteliti. Dalam keadaan demikian, bila variabel bebasnya juga di
data dan berupa data pengukuran, maka dapat dianalisis menggunakan analisis regresi
multipel atau regresi ganda bila persyaratan keparameterikan terpenuhi.

E. Karakteristik Penelitian Eksposfakto

1. Mengumpulkan data setelah semua peristiwa terjadi.


2. Menentukan variabel terikat terlebih dahulu, kemudian menemukan sebab, hubungan,
dan maknanya.
3. Penelitian deskriptif, yaitu menjelaskan penemuannya sebagaimana yang diamati.
4. Penelitian korelasional, mencoba menemukan hubungan kausal fenomena yang diteliti.
5. Penelitian eksperimental dan eksposfakto dasar logika yang digunakan dan tujuan yang
ingin dicapai sama yaitu menentukan validitas empiris. Contoh: jika x maka y. Perbedaan
antara penelitian eksperimen dan eksposfakto adalah tidak ada kontrol langsung variabel
bebas dalam penelitian ekposfakto.
6. Penelitian eksposfakto dilakukan jika dalam beberapa hal penelitian eksperimen tidak
dapat dilaksanakan. Hal tersebut adalah:
a) Jika tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang
diperlukan untuk meneliti hubungan sebab akibat secara langsung
b) Jika kontrol semua variabel kecuali independent tunggal, tidak realistik, dan artificial,
mencegah interaksi yang normal dengan variabel lain yang mempengaruhi.
c) Jika kontrol secara laboratori untuk beberapa tujuan tidak praktis, dari segi biaya dan
etik dipertanyakan.

F. Kelebihan Penelitian Eksposfakto

1. Sesuai untuk keadaan yang tidak dapat dilakukan oleh penelitian eksperimen
2. Informasi tentang sifat fenomena apa yang terjadi, dengan apa kejadiannya, di bawah
kondisi apa fenomena terjadi, dan dalam sekuensi dan pola seperti apa fenomena terjadi,
3. Kemajuan dalam teknik statistik membuat desain eksposfakto lebih bertahan.

G. Kelemahan Penelitian Eksposfakto

1. Kurang kontrol terhadap variabel bebas


2. Sulit memastikan apakah faktor-faktor penyebab telah dimasukkan dan diidentifikasi
3. Tidak ada faktor tunggal yang menjadi sebab suatu akibat, tetapi beberapa kombinasi dan
interaksi faktor-faktor berjalan bersama di bawah kondisi tertentu menghasilkan akibat
tertentu.
4. Suatu fenomena mungkin bukan saja hasil dari sebab yang banyak, tetapi juga dari satu
sebab dalam satu hal dan dari sebab yang lain.
5. Jika hubungan antara dua variabel ditemukan, sulit menemukan mana yang sebab dan
mana yang akibat.
6. Kenyataan yang menunjukkan bahwa dua atau lebih faktor berhubungan tidak mesti
menyatakan hubungan sebab akibat. Semua faktor bisa jadi berhubungan dengan suatu
faktor tambahan yang tidak dikenal atau tidak diamati.
7. Mengklasifikasikan subyek ke dalam kelompok dikotomi (misalnya yang berprestasi dan
yang tidak berprestasi) untuk tujuan komparasi penuh dengan masalah, karena kategori
seperti ini adalah samar-samar, dapat bervariasi, dan sementara.
8. Penelitian komparatif dalam situasi yang alami tidak memberikan seleksi subyek yang
terkontrol. Sulit menempatkan kelompok subyek yang sama dalam segala hal kecuali
pemaparan mereka terhadap satu variabel .

H. Contoh Kasus
Kualitas Mikrobiologi Jajanan Es di Sekitar Sekolah Dasar (SD) pada Wilayah Pusat Kota, Tengah
Kota, dan Pinggir Kota Ditinjau Dari Nilai MPN Bakteri Coliform, Coliform fecal, dan Total
Koloni Escherichia coli Sebagai Materi untuk Pembelajaran di SD di Kota Malang Tahun 2010

Muhammad Nasir Tamalene

Tamalene, Nasir Muhammad. 2010. Kualitas Mikrobiologi Jajanan Es di Sekitar Sekolah Dasar (SD) pada Wilayah
Pusat Kota, Tengah Kota, dan Pinggir Kota Ditinjau Dari Nilai MPN Bakteri Coliform, Coliform fecal, dan
Total Koloni Escherichia coli Sebagai Materi untuk Pembelajaran di SD di Kota Malang Tahun 2010.
Tesis, Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (I) Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti M.Pd., (II) Dr. Hedi Sutomo, S.U

Abstrak
Jajanan es kemasan sering dijual di sekitar sekolah dasar (SD) di wilayah pusat kota, tengah kota, dan
pinggiran kota Malang. Es kemasan tersebut dibuat secara tradisional oleh masyarakat dengan menggunakan air
PDAM dan air sumur. Sekolah dijadikan sebagai tempat untuk berjualan oleh Pedagang Kaki Lima (PKL), sekolah
juga merupakan tempat yang paling laris untuk berjualan es karena anak SD dengan aktivitasnya yang tinggi dapat
menimbulkan rasa haus sehingga memungkinkan mereka untuk membeli jajanan es yang dijual di sekitar sekolah
tersebut. Pada umumnya siswa SD tidak mengetahui jenis-jenis jajanan yang layak dikonsumsi, mereka hanya
mengetahui bahwa dengan meminum es dapat menghilangkan rasa haus mereka, selain itu mereka tidak memikirkan
bahaya yang ditimbulkan karena meminum es yang tidak higienis. Dengan meminum es yang tidak higienis akan
menyebabkan siswa menjadi sakit sehingga dapat mempengaruhi aktivitas mereka di sekolah. Jenis Minuman yang
dijual disekitar SD di antaranya es kemasan. Es kemasan tersebut dapat terkontaminasi oleh bakteri patogen
sehingga memerlukan standar tertentu untuk menjamin kelayakan konsumen. Air dan makanan yang terkontaminasi
oleh bakteri patogen saluran pencernaan sangat berbahaya untuk diminum terutama air yang berasal sumur yang
kurang memenuhi syarat kualitas mikrobiologinya.
Tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut. (1) untuk mengetahui kualitas mikrobiologi jajanan es kemasan
di sekitar SD pada wilayah pusat kota,tengah kota, dan pinggiran kota Malang ditinjau dari nilai MPN koliform yang
disesuaikan dengan standar cemaran oleh BPOM Indonesia, (2) untuk mengetahui kualitas mikrobiologi jajanan es
kemasan di sekitar SD pada wilayah pusat kota, tengah kota, dan pinggiran kota Malang ditinjau dari nilai MPN
koliform fecal yang disesuaikan dengan standar cemaran oleh BPOM Indonesia, (3) untuk mengetahui perbedaan
kualitas mikrobiologi jajanan es kemasan di sekitar SD pada wilayah pusat kota, tengah kota, dan pinggiran kota
ditinjau dari keberadaan nilai total koloni E. coli di Kota Malang, dan (4) untuk mengetahui bentuk penyusunan
materi ajar di SD berdasarkan hasil penelitian kualiatas mikrobiologi jajanan es kemasan di sekitar SD pada wilayah
pusat kota, tengah kota, dan pinggiran kota Malang untuk pembelajaran di SD.
Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif komparatif dengan pendekatan ekspose facto. Rancangan
yang digunakan dalam penelitian ini ialah Rancangan Acak lengkap (RAL). Sampel dalam penelitian ini ialah
kelompok bakteri Coliform, Coliform fecal, dan koloni E. coli yang terdapat dalam jajanan es kemasan yang diambil
dengan teknik purposive sampling dari populasi penjual jajanan es di wilayah pusat kota, tengah kota, dan
pingggiran kota Malang.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa (1) kualitas mikrobiologi jajanan es kemasan di sekitar SD pada
wilayah pusat kota, tengah kota, dan pinggiran kota Malang ditinjau dari keberadaan nilai MPN coliform tidak layak
untuk dikonsumsi berdasarkan nilai MPN coliform sebesar >2400 sel/ml sampel, (2) kualitas mikrobiologi jajanan
es kemasan di sekitar SD pada wilayah pusat kota, tengah kota, dan pinggiran kota Malang ditinjau dari keberadaan
nilai MPN koliform fecal tidak layak untuk dikonsumsi berdasarkan nilai MPN coliform fecal sebesar >2400 sel/ml
sampel, (3) ada perbedaan kualitas mikrobiologi es kemasan yang dijual di sekitar SD pada wilayah pusat kota,
tengah kota, dan pinggiran kota Malang berdasarkan jumlah total koloni E. coli. Jumlah total koloni E. coli dalam
sampel es kemasan di wilayah pusat kota yaitu 452,4 koloni/ml, tengah kota 570,8 koloni/ml, dan pinggiran kota
806,7 koloni/ml. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka jajanan es kemasan yang dijual disekitar SD di kota
Malang tidak layak dikonsumsi, hal berdasarkan ketentuan Dirjen POM Indonesia tentang batas maksimal cemaran
mikroba dalam makanan yaitu cemaran bakteri coliform maksimal <3 ml/sampel, bakteri coliform fecal maksimal
<3 ml/sampel, dan E. coli < 3 ml/koloni, sedangkan hasil uji perbedaan dengan menggunakan anava satu jalur pada
taraf signifikansi 5% menunjukkan bahwa F-hitung (14,854) > F-tabel (5,143) dan nilai signifikansi (p) sebesar 0.005 <
(0,05) sehingga H0 di tolak, ini berarti ada perbedaan jumlah koloni E. coli yang sangat signifikan pada ketiga
wilayah yang diamati, dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima, dan (4) materi yang disusun berdasarkan
hasil penelitian kualiatas mikrobiologi jajanan es kemasan di sekitar SD pada wilayah pusat kota, tengah kota, dan
pinggiran kota Malang ialah materi ajar tentang Makanan dan Lingkungan yang Bersih untuk Kesehatan.
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, beberapa saran yaitu sebagai berikut: (1) para siswa SD di wilayah
pusat kota, tengah kota, dan pinggiran kota Malang agar berhati-hati dalam memilih jajanan di sekitar sekolah untuk
dikonsumsi, (2) pihak sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) agar lebih memberikan perhatian yang lebih
khusus lagi kepada anak-anak SD melalui penyuluhan tentang jajanan yang aman dan layak untuk di konsumsi, (3)
pihak orang tua siswa, agar selalu memberikan sarapan dan membawa bekal yaitu makanan dan minuman dari
rumah ketika anaknya berangkat ke sekolah, (4) pemerintah kota Malang melalui dinas kesehatan, agar
menggalakkan program sehat melalui penyuluhan kepada penjual jajanan di sekitar SD di kota Malang, (5) pihak
BPOM kota Malang, agar terus memantau jajanan yang tidak aman untuk dikonsumsi, serta memberikan pelatihan
kepada penjual jajanan yang berjualan di sekitar SD tentang jajanan yang aman dan layak untuk dijual, (6)
disarankan kepada guru kelas 1 SD di kota Malang agar menggunakan materi ajar yang telah disusun untuk
kepentingan pembelajaran yang berbasis kontekstual, dan (7) disaranakan kepada peneliti selanjutanya, agar
meneliti kualitas mikrobiologi, fisik, dan kimia jenis-jenis jajanan lain selain dari jajanan es kemasan yang banyak
dijual di sekitar SD di kota Malang.

Kata kunci: kualitas mikrobiologi, jajanan es kemasan, nilai mpn, bakteri coliform, bakteri coliform fecal, bakteri
E. coli, materi ajar SD.
DAFTAR PUSTAKA

Cohen, L dkk. 2007. Research Methods in Education. Madison Avenue: Routledge.

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved
=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Fp
enelitian%2FDra.%2520Sugi%2520Rahayu%2C%2520M.Pd.%2CM.Si.%2FPENELITI
AN%2520EX%2520POST%2520FACTO.doc&ei=TpryVPn6LNaIuASTqILICQ&usg=
AFQjCNEOmSpeczYI5LXGt9QL50OldrKRrQ&sig2=HdTpCSZ6LXra631pI4pIbg&bv
m=bv.87269000,d.c2E diakses pada tanggal 10 Februari 2015 pukul 10:54 WIB.

Subali, Bambang. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi.Yogyakarta: FMIPA UNY.

Tamalene, Nasir Muhammad. 2010. Kualitas Mikrobiologi Jajanan Es di Sekitar Sekolah Dasar
(SD) pada Wilayah Pusat Kota, Tengah Kota, dan Pinggir Kota Ditinjau Dari Nilai MPN
Bakteri Coliform, Coliform fecal, dan Total Koloni Escherichia coli Sebagai Materi
untuk Pembelajaran di SD di Kota Malang Tahun 2010. Tesis, Program Studi Pendidikan
Biologi, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Daud, Firdaus. Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota Palopo. Makassar: UNM Makassar.

Anda mungkin juga menyukai