Anda di halaman 1dari 3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BIODIESEL

Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak yang diproduksi melalui reaksi transesterifikasi
dari trigliserida minyak dengan alkohol rantai pendek. Biodiesel dapat dihasilkan melalui reaksi
transesterifikasi atau reaksi esterifikasi asam lemak bebas tergantung dari kualitas minyak nabati yang
digunakan sebagai bahan baku (Joelianingsih et al. 2006). Transesterifikasi adalah reaksi antara
minyak dengan metanol untuk menghasilkan biodiesel (fatty acid methyl ester (FAME)) and gliserol.
Gliserol adalah produk samping dari produksi biodiesel yang memiliki beberapa manfaat untuk
diaplikasikan dibidang industri kimia dan kosmetik.
Menurut Fatimah et al. 2009, biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, minyak hewani atau
dari minyak goreng bekas/daur ulang. Bahan baku biodiesel yang berpotensi besar di Indonesia untuk
saat ini adalah minyak mentah kelapa sawit (Crude Palm Oil atau CPO).
Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel antara lain
minyak sawit (Elaeis Guinensis), minyak rapeseed (Brassica Napus), minyak kedelai (Glycine Max),
minyak biji bunga matahari (Helianthus Annuus), minyak kelapa (Cocos Nucifera), minyak jagung
(Zea Mays), minyak dari biji kapas (Gossypium Hirsutum), minyak almond (Prunus Dulcis), minyak
hazelnut (Corylus Avellana), minyak kacang (Arachis Hypogaeae), minyak safflower (Carthamus
Tinctorius), minyak biji gandum (Triticum Aestivum), minyak jarak (Jathropa Curcas), minyak castor
(Ricinus Communis). Sedangkan lemak hewan yang bisa digunakan berupa beef tallow, minyak ikan,
lard, lemak unggas (Mittelbach et al. 2004).

2.2 PROSES PRODUKSI BIODIESEL

Biodiesel dapat diproduksi secara katalis dan non-katalis. Katalis yang biasa digunakan dapat
digolongkan kedalam kedalam tiga jenis yaitu katalis enzim, katalis asam, atau katalis basa. Contoh
dari katalis basa yang biasa digunakan adalah natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida
(KOH), contoh katalis asam adalah asam sulfat (H2SO4), sedangkan untuk katalis enzim adalah enzim
lipase. Penggunaan katalis tergantung dari kandungan FFA dalam minyak. Katalis basa biasa
digunakan untuk minyak/lemak dengan kandungan FFA kurang dari 4%, sedangkan katalis asam
untuk minyak/lemak dengan kandungan FFA lebih dari 5% (Joelianingsih et al. 2006). Menurut
Puspitosari (2007), molar rasio antara minyak dengan metanol tergantung dari katalis yang digunakan.
Stokiometri reaksi menunjukkan jumlah metanol yang dibutuhkan tiga mol per satu mol trigliserida,
agar reaksi dapat bergeser ke kanan maka digunakan metanol yang berlebih.
Proses pembuatan biodiesel tanpa katalis mempunyai kelebihan diantaranya tidak perlu
dilakukan penghilangan FFA dengan refining atau pra esterifikasi, reaksi esterifikasi dan
transesterifikasi dapat berlangsung dalam satu reaktor sehingga minyak dengan kadar FFA tinggi
dapat langsung digunakan, kondisi proses pemisahan dan pemurnian produk lebih sederhana dan
ramah lingkungan (Joelianingsih et al, 2006)
Menurut Puspitosari (2007), dalam proses produksi biodiesel secara non-katalitik, laju aliran
metanol dan suhu reaktor berpengaruh terhadap kinerja reaktor kolom gelembung yang digunakan.
Kinerja reaktor terbaik dicapai pada suhu reaktor 290°C, karena pada suhu tersebut dihasilkan produk
dengan massa terbesar, dihasilkan gliserol serta nilai yield lebih cepat meningkat. Laju produksi pada

3
suhu 290°C sebesar 28.33 gram produk/jam. Secara kuantitas, berdasarkan massa produk yang
dihasilkan, kinerja reaktor terbaik dicapai pada laju aliran metanol 3 ml/menit. Secara kualitas, kinerja
reaktor terbaik dicapai pada laju aliran metanol 2.5 ml/menit karena dihasilkan kadar ME sesuai
SNI 04-7182-2006, sebesar 96.7% dan gliserol bebas setelah empat jam reaksi. Menurut
Susila (2009), kadar metil ester optimum diperoleh pada rasio molar 160 dan temperatur reaksi 290oC
karena menghasilkan biodiesel terbesar dan gliserol terkecil.
Pembuatan biodiesel dalam kondisi metanol superkritis dilakukan pada suhu dan tekanan
tinggi. Penggunaan reaktor bertekanan tinggi selain membutuhkan biaya investasi dan produksi yang
tinggi juga beresiko membahayakan keamanan dan keselamatan karena lebih mudah meledak
(Joelianingsih et al, 2006), untuk mengurangi resiko kecelakaan dan biaya yang dikeluarkan untuk
proses produksi dibutuhkan alternatif lain dalam pembuatan biodiesel, salah satunya dengan
penggunaan bubble culomn reactor atau reaktor kolom gelembung. Pada metode Superheated
Methanol Vapor (SMV)-Bubble Column, reaktor kolom gelembung berfungsi sebagai tempat
terjadinya reaksi antara minyak dengan metanol dalam bentuk uap super-terpanaskan. Menurut
Mouza et al. (2004), Reaktor kolom gelembung digunakan untuk reaksi antara gas-liquid. Kelebihan
dari reaktor tipe ini adalah konstruksi sederhana, biaya operasi murah, effisiensi energi tinggi, pindah
panas dan pindah massa terjadi dengan baik.
Reaksi pembuatan biodiesel dengan metanol superkritis membutuhkan waktu yang sangat
singkat, sekitar empat menit, lebih singkat dari proses dengan katalis, sekitar satu jam. Reaksi
pembuatan biodiesel dengan reaktor kolom gelembung membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dari
metode-metode lainnya. kelemahan lain dari pembuatan biodiesel dengan reaktor kolom gelembung
adalah kandungan ME dalam produk sekitar 90%, yang berarti masih di bawah standar Indonesia
maupun Eropa sebesar 96.5% (Joelianingsih et al. 2006).

2.3 COMPUTATIONAL FLUID DINAMICS (CFD)

Ditinjau dari istilah, Computational Fluid Dynamics (CFD) memiliki arti suatu teknologi
komputasi yang memungkinkan untuk mempelajari dinamika dari benda-benda atau zat-zat yang
mengalir. Secara definisi, CFD adalah ilmu yang mempelajari cara memprediksi aliran fluida,
perpindahan panas, reaksi kimia, dan fenomena lainnya dengan menyelesaikan persamaan-persamaan
matematika (model matematika) (Tuakia 2008).
Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah sebuah analisis sistem yang melibatkan aliran
fluida, perpindahan panas dan fenomena terkait seperti reaksi kimia dengan cara simulasi berbasis
komputer. Teknik ini sangat handal dan meliputi cakupan luas dalam area industri dan non industri.
Beberapa contohnya yaitu :
1. Aerodinamika pesawat dan kendaraan : lift dan drag
2. Hidrodinamika kapal
3. Pembangkit Tenaga : pembakaran dalam mesin IC dan turbin gas
4. Mesin turbo : aliran dalam diffuser
5. Rekayasa electrical dan electronic : pendingin peralatan termasuk microchip
6. Rekayasa proses kimia : mixing dan separation, polymer moulding
7. Lingkungan internal dan eksternal gedung : beban angin dan pendinginan/ventilasi
8. Rekayasa kelautan : beban struktur off-shore
9. Rekayasa lingkungan : distribusi polutan dan anak sungai
10. Oceanografi dan hidrologi : aliran sungai, muara, laut
11. Meteorologi : prediksi cuaca
12. Rekayasa biomedis : aliran darah melalui arteri dan vena

4
Keunggulan/keuntungan teknik analisis ini dibandingkan dengan pendekatan eksperimen
dalam sebuah desain sistem fluida yaitu :
1. Reduksi substansial waktu dan biaya untuk desain baru
2. Kemampuan studi sistem yang tidak mampu dikontrol dengan eksperimen
3. Kemampuan studi sistem dalam kondisi berbahaya pada dan di luar batas kinerja normal
4. Detil hasil yang lebih banyak secara praktis

Akurasi sebuah solusi CFD ditentukan oleh jumlah sel dalam grid. Secara umum, semakin
besar jumlah sel semakin baik akurasi solusi. Baik akurasi solusi dan biaya hardware computer serta
lama kalkulasi tergantung kepada halusnya/rapatnya grid. Mesh-mesh optimal sering merupakan
non-uniform : lebih rapat pada area di mana variasi-variasi banyak terjadi dari poin ke poin dan lebih
jarang pada region dengan perubahan yang sedikit (Versteeg et al. 1995).

2.4 PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian tentang produksi biodisel dengan menggunakan kolom gelembung dilakukan oleh
beberapa peneliti diantaranya Joelianingsih et al. (2006), Puspitosari (2007), Choirunnisa (2008), dan
Wulandani (2010). Joelianingsih et al. (2006) mempelajari kinetika reaksi pembuatan biodiesel dari
minyak sawit secara non-katalitik dalam reaktor kolom gelembung. Reaksi dilakukan pada suhu
250-290°C pada tekanan atmosfer. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa nilai dari konstanta
reaksi, konversi dari reaksi, dan yield ME cenderung bertambah dengan naiknya suhu reaksi.
Kandungan ME dalam produk cenderung berkurang dengan naiknya suhu reaksi.
Puspitosari (2007), menganalisis pengaruh laju aliran metanol dan suhu reaktor terhadap
kinerja reaktor kolom gelembung tipe kontinyu untuk produksi biodiesel dengan bahan baku minyak
sawit secara non-katalitik. Kinerja reaktor dinilai dari keberhasilan proses reaksi yang dapat dilihat
dari nilai yield, kadar alkil ester (metil ester) dalam produk serta terbentuknya gliserol bebas. Dari
penelitian ini diperoleh dalam proses produksi biodiesel secara non-katalitik, laju aliran metanol dan
suhu reaktor berpengaruh terhadap kinerja reaktor kolom gelembung yang digunakan. Kinerja terbaik
reaktor dicapai pada suhu reaktor 290°C, karena pada suhu tersebut dihasilkan produk dengan massa
terbesar, dihasilkan gliserol dan nilai yield lebih cepat meningkat. Laju produksi pada suhu 290°C
sebesar 28.33 gram produk/jam. Secara kuantitas, berdasarkan massa produk yang dihasilkan, kinerja
terbaik reaktor dicapai pada laju aliran metanol 3 ml/menit. Akan tetapi secara kualitas, kinerja terbaik
reaktor dicapai pada laju aliran metanol 2.5 ml/menit karena dihasilkan kadar ME sesuai
SNI 04-7182-2006 dan gliserol bebas setelah 4 jam reaksi.
Choirunnisa (2008), membandingkan rasio mol proses produksi biodiesel non-katalitik tipe
semi batch dan tipe kontinyu. Dari hasil penelitian ini diperoleh pada tipe semi batch semakin besar
rasio mol maka produk yang dihasilkan semakin besar, sedangkan pada tipe kontinyu dengan nilai
rasio mol yang tetap dihasilkan massa produk yang semakin besar.
Permasalahan utama pada non-katalitik metode Superheated Methanol Vapor (SMV)-
Bubble Column adalah laju reaksi produksi biodiesel masih rendah, untuk meningkatkan laju reaksi
yang terjadi maka diperlukan permukaan kontak yang luas antara minyak dengan metanol dengan cara
pemasangan obstacle pada reaktor kolom gelembung. Obstacle merupakan plat berpori yang berfungsi
untuk memecah gelembung metanol agar menjadi lebih kecil pada kolom gelembung. Merancang
atau memodifikasi obstacle diharapkan dapat meningkatkan luas permukaan kontak antara minyak
dan metanol. Wulandani (2010) mendapatkan peningkatan laju reaksi pembentukan biodiesel 2.8 kali
lebih besar pada penggunaan obstacle tipe plat berlubang dibandingkan dengan laju reaksi tanpa
menggunakan obstacle.

Anda mungkin juga menyukai