Anda di halaman 1dari 5

Penelitian

HUBUNGAN PELATIHAN BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN


GURU DALAM BERCERITA DI TAMAN KANAK-KANAK
Rahmah
e-mail: rahmah_ukm@yahoo.com
STKIP Aisyiyah Riau
JL. Angkasa, No. 12 Pekanbaru, Riau

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara pelatihan bercerita terhadap kemampuan
guru dalam bercerita di Taman Kanak-kanak. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Subjek
pada penelitian ini adalah guru di Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan Simpang Tiga Pekanbaru yang
berjumlah 37 orang. Teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan lembaran angket. Hasil
penelitian menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak, artinya ada hubungan yang
signifikan antara pelatihan bercerita terhadap kemampuan guru dalam bercerita di Taman Kanak-kanak
Se-Kecamatan Simpang Tiga Pekanbaru. Kemudian dalam melakukan uji reabilitas pada tiap variabel,
diperoleh hasil yaitu, pada Variabel X (Pelatihan Bercerita), didapat hasil lebih besar maka semua data
yang dianalisis dengan metode Alpha adalah Reliabel. Pada Variabel Y (Kemampuan Guru dalam Bercerita)
didapat hasil lebih besar maka semua data yang dianalisis dengan metode Alpha adalah Reliabel.

Kata-kata Kunci: pelatihan bercerita, kemampuan guru dalam bercerita, taman kanak-kanak.

CORRELATION OF STORY TELLING TRAINING WITH TEACHER’S


SKILL OF SOTRY TELLING IN KINDERGARTEN
Abstract: The purpose of this research is to discover the correlation of story telling training with the
teacher’s story telling skill in Kindergarten. Applying quantitative paradigm, this research used the 37
teachers of the Kindergartens in Simpang Tiga Subdistrict, Pekanbaru, as the subjects. The data were
collected by distributing questionnairer. The results showed, t counted was higher than t table, so Ho was
rejected meaning that there is a significant correlation between story telling training with the teacher’s
story telling skill in Kindergartens in Simpang Tiga Sub-district, Pekanbaru. Then the result of reliability
test of each variable showed variable X (story telling training) is higher indicating all data analyzed with
Alpha method was reliable. The result for variable Y (teacher’s story telling skill) was higher indicating all
data analyzed with Alpha method was reliable.

Keywords: story telling training, teacher’s storytelling skill, kindergarten.

PENDAHULUAN
Kegiatan pelatihan guru pada dasarnya mengajar, serta memperbaiki dari kekurangan guru
merupakan suatu bagian yang integral dari dalam mengajar, dan membuat guru lebih terampil
managemen dalam bidang ketenagaan di sekolah dalam mengajar serta dapat meningkatkan kinerja.
dan merupakan upaya untuk mengembangkan Pelatihan ini dapat dilakukan oleh pihak
pengetahuan dan keterampilan guru sehingga pada sekolah, pihak luar sekolah, yaitu dinas-dinas terkait,
gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh lembaga-lembaga pengembangan keterampilan
keunggulan kompetitif dan dapat memberikan mengajar guru, serta organisasi-organisasi
pelayanan yang sebaik-baiknya. Pelatihan ini yang persatuan guru, memiliki tujuan untuk
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan- mengembangkan dan meningkatkan keahlian,
kebutuhan guru, atau meningkatkan kemampuan kemampuan atau skill para guru dalam mengajar.
guru, serta memperbaiki kekurangan-kekurangan Pelatihan ini dapat dimanfaatkan para guru untuk
guru dalam mengajar sehingga dengan mengikuti mengembangkan berbagai macam kemampuannya.
pelatihan guru mampu memenuhi kebutuhan- Salah satunya guru mengikuti pelatihan bercerita
kebutuhannya, meningkatkan kemampuan agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam

36 Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 1, Juni 2016
Hubungan Pelatihan Bercerita ...

bercerita. Karena pada Pendidikan Anak Usia Dini, baru atau yang ada sekarang, keterampilan dasar
murid sangat menyukai cerita dan dongeng. Hanya yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan
saja tidak semua guru memiliki kemampuan dalam mereka (Dessler, 2009). Pelatihan merupakan salah
bercerita. Banyak yang menganggap bercerita satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya
merupakan salah satu teknik kuno dalam proses manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang
pembelajaran abad modern ini. Banyak guru yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti
pada saat membaca cerita tidak menghayati cerita pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang
tersebut, hal ini bisa dilihat dari cara guru membaca dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja,
dengan nada suara yang datar-datar saja, tidak ada strategi, dan lain sebagainya.
intonasi maupun perubahan mimik wajah. Terdapat beberapa manfaat penyelenggaraan
Guru yang sudah mengikuti pelatihan program pelatihan baik untuk sekolah maupun untuk
bercerita, menunjukkan banyak perubahan besar guru. Manfaat penyelenggaraan program pelatihan
dalam kemampuannya bercerita pada anak. Guru untuk sekolah, antara lain: (a) meningkatkan
menjadi lebih terpancing untuk lebih baik dalam produktivitas kerja sekolah sebagai keseluruhan,
bercerita, dan mengembangkan kemampuan (b) terwujudnya hubungan yang serasi antara
berceritanya, serta lebih bersemangat dalam atasan dan bawahan, (c) terjadinya proses
bekerja. Hal ini dikarenakan guru setelah mengikuti pengambilan keputusan yang lebih cepat dan
pelatihan bercerita, seperti mendapatkan “suntikan” tepat, (d) meningkatnya semangat kerja seluruh
semangat baru, yang merubah pola pikir yang tenaga kerja dalam organisasi dengan komitmen
sederhana menjadi lebih kompleks, terutama organisasional yang lebih tinggi, (e) mendorong
mengenai kemampuan guru dalam bercerita. sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan gaya manajerial yang partisipatif, (f) memperlancar
masalah yang diteliti adalah apakah terdapat jalannya komunikasi yang efektif, (g) penyelesaian
pengaruh pelatihan bercerita terhadap kemampuan konflik secara fungsional (Siagian, 2007).
guru dalam bercerita di Taman Kanak-kanak Se- Pendekatan yang sistematis dalam pelatihan
Kecamatan Simpang Tiga Pekanbaru. meliputi empat tahap. Pertama, mengenali
Pelatihan merupakan bagian dari investasi kebutuhan-kebutuhan. Pada tahap ini, dilakukan
SDM (human investment) untuk meningkatkan peninjauan pada kebutuhan-kebutuhan apa yang
kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan diinginkan. Kebutuhan-kebutuhan ini bisa saja berupa
demikian meningkatkan kinerja pegawai (Payaman kekurangan-kekurangan guru dalam mengajar, atau
dalam Mangkunegara, 2005). Pelatihan biasanya hal-hal apa saja yang ingin dikembangkan guru
dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan sebagai keahlian atau skill. Kedua, merencanakan
dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Kemudian
yang relatif pendek, untuk membekali seseorang setelah mengenali kebutuhan-kebutuhan tersebut,
dengan keterampilan kerja. maka, direncanakanlah hal-hal untuk memenuhi
Pelatihan juga diartikan sebagai usaha untuk kebutuhan tersebut. Merancang cara apa yang
meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya akan dilakukan, agar kebutuhan-kebutuhan tersebut
sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan terpenuhi. Ketiga, pelaksanaan.Setelah membuat
dijabatnya segera. Pelatihan (training) merupakan rancangan, maka rancangan tersebut direalisasikan
sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku dalam wujud nyata. Dari kebutuhan yang ingin
kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha kita penuhi, maka dirancanglah sebuah kegiatan
meningkatkan kinerja organisasi. Pelatihan terkait yang kemudian dilaksanakan sebagai upaya
dengan keterampilan dan kemampuan yang pemenuhan kebutuhan. Keempat, evaluasi. Setelah
diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. melaksanakan pemenuuhan kebutuhan, dilakukan
Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan evaluasi. Menilai apakah pelaksanaan tersebut
membantu pegawai untuk menguasai keterampilan mampu memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Serta
dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk melihat apakah pelaksanaan itu bisa berjalan sesuai
berhasil dalam pekerjaannya (Ivancevich, 2008) yang diinginkan atau tidak (Cowling, 2002: 112).
Pendapat lain mengemukakan bahwa Selanjutnya, cerita merupakan salah satu
pelatihan adalah proses mengajarkan karyawan bentuk sastra yang memiliki keindahan dan

Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 1, Juni 2016 37
Hubungan Pelatihan Bercerita ...

kenikmatan tersendiri. Akan menyenangkan bagi Bercerita juga bertujuan memberi pengalaman
anak-anak maupun orang dewasa, jika pengarang, belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita
pendongeng, dan penyimaknya sama-sama baik. yang disampaikan lebih baik. Melalui bercerita
Cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa anak menyerap pesan-pesan yang diturkan melalui
dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat
bisa membaca. Metode bercerita adalah salah informasi atau nilai-nilai itu dihayati anak dan
satu cara menyampaikan informasi dalam proses ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari.
pembelajaran, khususnya pada anak usia dini Beberapa teknik-teknik yang dilakukan
(Nurbiana, 2007). Di Taman Kanak-kanak metode dalam bercerita adalah sebagai berikut. Pertama,
bercerita adalah salah satu metode pengembangan posisi atau tempat ketika bercerita. Bercerita harus
bahasa yang dapat mengembangkan beberapa di tempat yang tepat sehingga semua audiens
aspek fisik maupun psikis anak usia dini sesuai dapat melihat dengan jelas. Tempat yang tepat
dengan perkembangannya. disesuaikan dengan kondisi acara, termasuk
Metode bercerita merupakan salah satu penempatan audiensnya. Kedua, suara harus
pemberian pengalaman belajar bagi anak TK lantang dan jelas (tidak perlu berteriak) agar dapat
dengan membawakan cerita kepada anak secara didengar oleh semua anak atau audiens lainnya
lisan (Moeslichatoen, 2004). Cerita yang dibawakan dengan jelas. Ketiga, penguasaan materi cerita.
guru harus menarik, dan mengundang perhatian Untuk menyajikan cerita yang baik, maka harus
anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi betul-betul menguasai materi cerita sehingga tahu
anak TK. Pendapat lain mengungkapkan bahwa kapan harus menekankan kata-kata tertentu atau
bercerita adalah metode yang sangat baik dalam memperlihatkan mimik muka tertentu. Keempat,
pendidikan (Latif, 2012). Pada umumnya, cerita penjiwaan. Kelima, mengetahui kapan saatnya
disukai oleh jiwa manusia karena memiliki pengaruh memperbesar atau memperkecil suara harus dapat
yang menakjubkan untuk dapat menarik perhatian menjiwai isi ceritanya sehingga jika itu tercapai,
pendengar dan membuat seseorang bisa mengingat maka mudah sekali menirukan suara-suara tertentu.
kejadian-kejadian dalam sebuah kisah dengan Keenam, gerakan. Dalam bercerita, tubuh dan
cepat. anggota tubuh juga bergerak agar cerita menjadi
Beberapa manfaat dan tujuan bercerita, menarik. Tunjukkan gerakan yang sesuai dengan
adalah sebagai berikut: (a) dapat menanamkan nilai- cerita (Latif, 2012). Selain itu, ada beberapa langkah
nilai kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, yang bisa dilakukan oleh guru pada saat bercerita,
ketulusan, dan sikap-sikap positif lain dalam yaitu: (a) memilih cerita, (b) persiapan sebelum
kehidupan anak pada lingkungan keluarga, sekolah, masuk kelas, dan (c) perhatikan posisi duduk anak
dan luar sekolah; (b) memberikan pengetahuan (Majid, 2008).
sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan pada Berkenaan dengan masalah yang diteliti,
anak; (c) melatih anak dalam mendengarkan; maka dirumuskan hipotesis penelitiannya adalah
(d) mengembangkan kemampuan kognitif, terdapat Pengaruh pelatihan bercerita terhadap
afektif, maupun psikomotor anak; (e) serta kemampuan guru dalam bercerita di Taman Kanak-
mampu mengembangkan daya imajinatif anak kanak Se-Kecamatan Simpang Tiga Pekanbaru.
(Moeslichatoen, 2004).

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan orang guru. Adapun teknik pengumpulan data yang
adalah metode kuantitatif. Penelitian dilakukan dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan
di Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan Simpang cara menggunakan angket yang bertujuan untuk
Tiga Pekanbaru pada bulan Februari hingga Maret memperoleh data mengenai Hubungan Pelatihan
2016. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 105 Bercerita terhadap Kemampuan Guru dalam
orang guru, sedangkan yang dijadikan sampel Bercerita di Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang Simpang Tiga Pekanbaru. Analisis data bersifat
dimiliki oleh populasi tersebut yaitu sebanyak 37 kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010).

38 Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 1, Juni 2016
Hubungan Pelatihan Bercerita ...

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian terhadap kemampuan guru dalam bercerita di
Dari variabel pelatihan bercerita memberikan Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan Simpang Tiga
kontribusi terhadap kemampuan guru dalam Pekanbaru.
bercerita di Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan Kemudian dalam melakukan uji reabilitas
Simpang Tiga Pekanbaru sebesar 45,4 % dan pada tiap variabel, diperoleh hasil yaitu, pada
sisanya 54,6 % ditentukan oleh variabel lain. Jadi Variabel X (Pelatihan Bercerita), didapat hasil lebih
pelatihan bercerita yang diikuti oleh guru, mampu besar dari maka semua data yang dianalisis dengan
mempengaruhi kemampuan guru dalam bercerita. metode Alpha adalah Reliabel. Pada Variabel Y
Selebihnya kemampuan guru dalam bercerita (Kemampuan Guru dalam Bercerita) didapat hasil
dipengaruhi oleh, pengalaman, bakat, kreativitas lebih besar dari maka semua data yang dianalisis
serta keaktifan guru dalam mencari informasi baik dengan metode Alpha adalah Reliabel.
dari media cetak, media elektronik, maupun internet Dengan seringnya guru mengikuti pelatihan
dalam meningkatkan kemampuan guru dalam bercerita, dapat meningkatkan kemampuan guru
bercerita pada anak selama proses pembelajaran dalam bercerita. Hal ini pun ditegaskan oleh Soetjipto
di sekolah. (2007: 230), mengatakan peningkatan kemampuan
Hasil penelitian menunjukkan t hitung lebih guru dalam bercerita ini akan lebih berhasil apabila
besar dari t tabel, atau 4,97 > 1,697, maka Ho dilakukan oleh guru dengan kemampuan dan
ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan usaha mereka sendiri. Pelatihan memberikan
antara pelatihan bercerita terhadap kemampuan bantuan kepada guru dalam merencanakan dan
guru dalam bercerita di Taman Kanak-kanak Se- melaksanakan peningkatan profesional mereka
Kecamatan Simpang Tiga Pekanbaru. Pengaruh dengan memanfaatkan sumber yang tersedia.
pelatihan bercerita terhadap kemampuan guru Dalam meningkatkan kemampuan guru
dalam bercerita ini tergolong kuat, artinya pelatihan dalam bercerita, dapat diikut sertakan pada
bercerita mendukung kompetensi (kemampuan) pelatihan-pelatihan yang menunjang pengembangan
guru dalam bercerita di Taman Kanak-kanak se- kemampuan tersebut. Pelatihan itu bisa dilaksanakan
Kecamatan Simpang Tiga Pekanbaru. Pelatihan oleh sekolah itu sendiri, atau bisa juga mengikut
bercerita yang diikuti oleh guru merubah cara sertakan guru pada pelatihan-pelatihan yang
pandang atau pola pikir guru dalam bercerita. dilaksanakan oleh instansi terkait, yayasan-yayasan
Memberi masukan yang positif bagaimana cara yang bergerak di bidang pendidikan, atau oleh
yang baik bagi guru pada saat bercerita pada anak, sekolah-sekolah yang mengadakan pelatihan yang
sehingga dapat menarik minat anak mendengarkan berkaitan dengan pengembangan kemampuan guru
cerita guru, bahkan dapat membuat anak larut dalam dalam bercerita.
cerita yang dibacakan oleh guru. Setelah mengikuti pelatihan bercerita,
Pembahasan guru dapat merasakan manfaat dari pelatihan
Setelah melakukan penelitian langsung tersebut, yaitu guru menjadi lebih kreatif dalam
di lapangan, berdasarkan judul penelitian yaitu, membuat cerita yang akan diceritakan pada anak,
hubungan pelatihan bercerita terhadap kemampuan guru lebih bervariasi dalam memilih media yang
guru dalam bercerita di Taman Kanak-kanak Se- digunakan dalam bercerita, guru juga sudah bisa
Kecamatan Simpang Tiga Pekanbaru, didapatkanlah menerapkan penggunaan intonasi sesuai dengan
hasil bahwa, ternyata t hitung lebih besar dari t tabel, tokoh yang diceritakannya dalam bercerita, yang
atau 4,97 > 1,697, maka Ho ditolak, artinya ada bisa menimbulkan minat anak dalam mendengarkan
hubungan yang signifikan antara pelatihan bercerita cerita yang dibacakan oleh guru.

PENUTUP
Keseimpulan Kanak-kanak Se-Kecamatan Bukitraya Pekanbaru,
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkanlah hasil bahwa, ternyata t hitung lebih
serta melalui proses analisa data, maka dapat besar dari t tabel, atau 4,97 > 1,697, maka Ho ditolak,
disimpulkan, pengaruh pelatihan bercerita terhadap artinya ada pengaruh yang signifikan antara pelatihan
kemampuan guru dalam bercerita di Taman bercerita terhadap kemampuan guru dalam bercerita

Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 1, Juni 2016 39
Hubungan Pelatihan Bercerita ...

di Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan Simpang Tiga kanak-kanak se-Kecamatan Bukitraya Pekanbaru,


Pekanbaru. maka peneliti menyampaikan beberapa saran
Kemudian dalam melakukan uji reabilitas pada sebagai berikut. Pertama, untuk kepala sekolah agar
tiap variabel, diperoleh hasil yaitu, pada variabel X dapat lebih sering mengikutsertakan guru dalam
(Pelatihan Bercerita), didapat hasil lebih besar dari pelatihan-pelatihan bercerita yang diadakan baik
maka semua data yang dianalisis dengan metode oleh dinas pendidikan maupun oleh pihak swasta
Alpha adalah reliabel. Pada variabel Y (Kemampuan yang mampu mendukung kemampuan guru dalam
Guru dalam Bercerita) didapat hasil lebih besar dari bercerita. Kedua, untuk guru agar bisa memanfaatkan
maka semua data yang dianalisis dengan metode ilmu yang diperolehnya saat mengikuti pelatihan
Alpha adalah Reliabel. bercerita dan di gunakan dalam meningkatkan
Saran kemampuannya dalam bercerita di dalam kelas.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Ketiga, peneliti selanjutnya agar dapat meneruskan
data yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan penelitian tentang hubungan pelatihan bercerita
menitikberatkan kepada pengaruh pelatihan bercerita terhadap kemampuan guru dalam bercerita di taman
terhadap kemampuan guru dalam bercerita di taman kanak-kanak dengan lebih efektif dan optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Akdon. (2005). Aplikasi statistika dan metode Mathis, R.L.,& Jackson, J. H. (2002). Manajemen
penelitian untuk administrasi & manajemen. sumber daya manusia. Jakarta: Salemba
Bandung: Dewa Ruchi. Empat.
Cowling, A. (2002). The essence of personnel Moeslichatoen. (2004). Metode pengajaran di taman
management an industrial relation kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.
(terjemahan). Yogyakarta: ANDI. Nurbiana, D. (2007). Metode pengembangan
Dessler, G. (2009). Manajemen sumber daya bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.
manusia. Jakarta: Index. Siagian, S. (2007). Manajemen sumber daya
Ivancevich, J. (2008). Perilaku dan manajemen manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
organisasi. Jakarta: Erlangga. Sudijono, A. (2004). Pengantar statistik pendidikan.
Latif, M. A. (2012). The miracle of story telling. Jakarta: Rajawali Pers.
Jakarta: Zikrul. Soetjipto. (2007). Profesi keguruan. Jakarta: Rineka
Majid, A. A. A. (2008). Mendidik dengan cerita. Cipta.
Bandung: Rosdakarya. Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan.
Mangkunegara, A. P. (2005). Evaluasi kinerja sdm. Bandung: Alfabeta.
Bandung: Refika Aditama.

40 Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI - Vol. 11, No. 1, Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai