Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENELITIAN

″ KORELASI, MANAJEMEN PEMBELAJARAN DENGAN MOTIVASI KERJA


GURU DI TUNAS HARAPAN KEC. PATUMBAK″
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Metode Penelitian Kuantitatif
Dosen Pengampu : ROSLAENI,SP,S.Pdi,M.Pd

DISUSUN OLEH : MAULANA.P.KUDADIRI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA KAB.DAIRI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penelitian yang berjudul ″Korelasi,
Manajemen Pembelajaran Dengan Motivasi Kerja Guru Di Tunas Harapan Kec.
Patumbak″ ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak dosen (Roslaeni, SP,S.Pdi,M.Pd ) pada mata kuliah (Metode Penelitian
Kuantitatif). Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekunin. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas penelitian ini.
Kami menyadari, masih banyak yang harus diperhatikan dalam menyusun
laporan ini dan juga tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan tugas yang telah
kami kerjakan ini.

Medan, 03 Mei 2023

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam perspektif manajemen sumber daya manusia, kepala sekolah, guru serta
staf merupakan bagian penting yang menjadi sumber unggulan bagi pemberian layanan
pendidikan bagi anak. Pengelolaan sumber daya manusia merupakan suatu aspek yang
dapat mendorong peningkatan kinerja karyawan/guru. Kinerja guru merupakan
komponen yang paling penting dalam peningkatkan kualitas pendidikan, yang akan
berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Menurut Fattah kinerja
atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari
oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.1
Kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas
pembelajaran di sekolah dan bertanggung jawab atas anak didik dibawah bimbingannya
dengan meningkatkan prestasi belajar anak.2
Menurut Firdaus kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi
atau kriteria kompetensi yang menjadi indikator kerja yang harus dimiliki oleh setiap
guru yang berkaitan dengan kegiatan guru dalam proses pembelajaran serta perilaku
guru sebagai pendidik. Untuk meningkatkan kinerja guru,maka perlu dilakukan
pengelolaan atau manajemen sumber daya manusia yang berisi rencana strategis yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas layanan dan kualitas pendidikan yang diberikan
oleh guru kepada anak.3
Kinerja guru dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mendemonstrasikan
berbagai kecakapan dan kompetensi yang dimilikinya. Esensi dari kinerja guru tidak
lain merupukan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau kompetensi yang
dimilikinya dalam dunia kerja yang sebenarnya. Dunia kerja guru yang sebenarnya yaitu
membelajarkan anak didik dikelas. Hal itu berarti kinerja guru dapat dilihat dari
kemampuan guru merencanakan/mendesain pembelajaran yang menarik, penguasaan
guru terhadap materi ajar, kemampuan guru menyajikan materi pembelajaran secara
sistematis, kemampuan guru dalam memilih strategi dan metode mengajar yang tepat
(sesuai dengan karakteristik anak dan tujuan pembelajaran), kemampuan guru dalam
mengkondisikan kelas agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif serta
kemampuan guru dalam menilai hasil pembelajaran secara objektif dan cermat.4
Mukti Ali berpendapat bahwa kinerja mengajar guru tidak hanya berpengaruh
terhadap hasil kegiatan belajar mengajar dikelas, tetapi turut menentukan masa depan
bangsa melalui investasi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut Nasution
pentingnya peranan guru dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia tidak
1
Sobirin, Kepala Sekolah, Guru, dan Pembelajara ( Bandung: Nuansa Cendekia, 2018), h.101.
2
Supardi, Kinerja Guru ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), h.54.
3
Vera Firdaus, dkk, Desain Training Guru PAUD Melalui Analisis Kebutuhan Training Untuk
Meningkatkan Kinerja Guru PAUD, UNIPMA, 2017,h.217
4
La Rino, Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 2 Lasalimu
Kabupaten Buton, IAIN Kendari, 2014, h. 2-3.

4
dapat digantikan oleh media secanggih apapun. Sebab guru berperan penting dalam
meningkatkan kecerdasan anak didik, karena guru memiliki tugas sebagai pelaksana
langsung dalam proses pendidikan yang tidak bisa digantikan oleh media secanggih
apapun.5
Guru dalam hal ini dituntut memiliki kinerja yang dapat memberikan harapan
serta keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai
sekolah dan guru dalam membina anak didik. Secara umum mutu pendidikan yang baik
menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Soetjitmo Irmin dan Abdul Rochim bahwa untuk mewujudkan tujun
pendidikan nasional, maka kinerja guru harus professional dan mampu mengubah
kualitas pembelajaran yang konvensional, mekanisme, rutin, menjadi sebuah proses
pembelajaran yang dialogis,dinamik, demokratik, dan memberdayakan anak.6
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh kesiapan guru
dalam mempersiapkan anaknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian
posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya. Undang-Undang Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 14 Pasal 1 Ayat 1 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik ,mengajar, membimbing,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Artinya guru dalam
proses pembelajaran memiliki posisi sentral dan memainkan peranan penting untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan anak
didik.
Hamzah B.Uno mengemukakan bahwa guru profesional adalah guru yang
memiliki kedewasaan pribadi dan yang secara sadar dan penuh tanggung jawab
memberikan pendidikan kepada anak. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan
dalam merencanakan pembelajaran dan mampu menata dan mengelola kelas secara
profesional agar anak dapat belajar dan dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai
tujuan akhir dari proses pendidikan.7
Profesi guru merupakan pekerjaan amanah dari Allah subhanahu wata’ala,
amanah pemerintah, dan amanah masyarakat. Amanah tersebut mutlak harus
dipertanggungjawabkan kepada pemberi amanah. Allah berfirman: َ
ۙ ٓ ‫ا َّن هّٰللا يْأم ُر ُكم اَ ْن تَُؤ ُّدوا ااْل َمٰ ٰن‬
ِ َّ‫ت اِ ٰلى اَ ْهلِهَا َواِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَي َْن الن‬
۞ ‫اس اَ ْن‬ ِ ْ ُ َ َ ِ
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫ان َس ِم ْيع ًۢا ب‬
‫ص ْيرًا‬ َ ‫تَحْ ُك ُم ْوا بِ ْال َع ْد ِل ۗ اِ َّن َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ٖه ۗ اِ َّن َ َك‬
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
5
Subhan,Faktor-Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Arab,
Universitas Pendidikan Indonesia, 2014, h. 1.
6
Dewi Suci Rahmah Ningrum, Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Anak Di RA
Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto, STITNU Al Hikmah, 2019,h. 207-208.
7
Op.Cit, h. 207.

5
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat (QS An-Nisa/4:58).8
Berpedoman pada ayat diatas, bahwa sudah sangat jelas bahwa pekerjaan yang
diemban oleh seorang guru merupakan pekerjaan professional dan amanah yang harus
dilakukan secara optimal untuk mewujudkan mutu pendidikan yang berkualitas. Guru
berkewajiban menyebarkan dan menyalurkan ilmunya guna bertanggung jawab
terhadap keilmuannya dan tanggung jawab sosialnya.
Motivasi kerja guru adalah kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi
guru untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi diluar
dirinya untuk mewujudkan tujuan kerja yang diinginkan sehingga dapat terlaksanakan
dengan baik.9
Kinerja guru dalam proses pembelajaran juga belum optimal, beberapa orang
guru belum mampu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahkan
sebagian guru sudah bisa membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), akan
tetapi proses pelaksanaan belajar mengajar di kelas tidak sesuai dengan apa yang
tertuang di dalam RPP. Sebagian guru masih ada belum menguasai materi dan
menggunakan metode, model pembelajaran yang tepat, sehingga guru tersebut hanya
menggunakan metode dan model pembelajaran itu-itu saja, bahkan beberapa guru masih
ada yang belum bisa menggunakan media sebagai alat bantu mengajar seperti laptop
dan LCD, hal ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi menoton dan membuat
peserta didik tidak bergairah mengikuti pelajaran tersebut. Pada beberapa siswa
ditemukan masih kurang serius belajar dan minat dalam mengikuti pelajaran masih
rendah. Selain itu, pembinaan siswa yang bermasalah dengan akademik dan bimbingan
konseling masih ada kendala. Sikap dan tingkah laku siswa yang masih kurang
menghargai guru, bahkan sikap apatis guru yang masih tinggi terhadap perkembangan
tingkah laku siswa. Oleh karena itu, peserta didik tidak dapat menerima materi pelajaran
dengan sepenuhnya, sehingga akan terjadi kurangnya pemahaman siswa terhadap ilmu
pengetahuan yang akan diterima siswa tersebut. Dengan kurangnya pembelajaran
tentang pemahaman terhadap siswa tersebut kemungkinan akan terjadi menurunnya
prestasi belajar siswa serta rendahnya mutu/kualitas sekolah tersebut, sehingga akan
melahirkan SDM yang tidak berkualitas, kreatif dan cerdas.
Uraian di atas menunjukan bahwa kinerja dan motivasi kerja guru merupakan
faktor penting untuk mencapai prestasi yang baik. Dengan adanya kinerja dan rmotivasi
kerja guru diperkirakan prestasi belajar siswa akan meningkat dengan adanya
manajemen pembelajaran yang baik. Hubungan yang baik di antara personel sekolah,
ditambah lagi dengan sikap dan tingkah laku siswa yang baik serta ketertiban sekolah
yang terjaga akan menimbulkan kenyamanan kerja. Dengan adanya penghargaan dan
pengakuan prestasi yang dirasakan, sarana dan prasarana sekolah yang terkelola dengan
baik, insentif yang memadai, memperoleh kesempatan promosi, disiplin, kerja yang
8
Departemen Agama RI, Al-Qur,an dan Terjemah, (Bandung: AlFattah,2012), h. 45.
9
Syafrimen, dkk, Delapan Cara Pembinaan Motivasi Di Kalangan Pendidik, Procedia- Social and
Behavioral Sciences, 2016,h. 2

6
baik, keakraban sesama serta pimpinan yang mendukung. Semua indikator di atas
merupakan faktor yang menunjan prestasi belajar siswa, sehingga perlu ditegaskan
bahwa tidak mungkin siswa mendapat prestasi yang baik tanpa didasari kinerja dan
motivasi kerja guru pada manajemen pembelajaran yang dilakukan . Fenomena dan
uraian diatas sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui sebuah penelitian
yang difokuskan dengan judul ″ Korelasi, Motivasi Kerja Guru Dengan Manajemen
Pembelajaran Di Paud Tunas Harapan ″
B. Identifikasi Masalah

1. Adanya guru di PAUD Tunas Harapan yang tidak memiliki kemampuan untuk
menjelaskan materi dengan baik sehingga siswa merasa kesulitan untuk memahami
pelajaran
2. Adanya guru di PAUD Tunas Harapan yang tidak mempersiapkan materi
pembelajaran sehingga pada saat pembelajaran berlangsung tidak sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
3. Adanya guru yang dalam mengajar belum menggunakan metode dan media yang
sesuai sehingga anak kurang tertarik dan cenderung merasa bosan pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung .
4. Adanya sarana dan prasarana di PAUD Tunas Harapan yang kurang memadai
dalam pembelajaran.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi penelitian ini yaitu
″Korelasi, Manajemen Pembelajaran Dengan Motivasi Kerja Guru Di Tunas Harapan
Kec. Patumbak″Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah
yaitu “Adakah Korelasi, Manajemen Pembelajaran Dengan Motivasi Kerja Guru Di
Tunas Harapan Kec. Patumba”?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti ini bertujuan untuk mengetahui


″Korelasi, Manajemen Pembelajaran Dengan Motivasi Kerja Guru Di Tunas Harapan
Kec. Patumba ″
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis

Untuk menambah wawasan dan mengembangkan ilmu dalam bidang Pendidikan


Anak Usia Dini terutama dalam memberikan informasi tentang Korelasi, Manajemen
Pembelajaran Dengan Motivasi Kerja Guru Di Tunas Harapan Kec. Patumbak
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru

7
Sebagai masukan bagi guru untuk lebih meningkatkan motivasi kerja yang akan
berdampak pada peningkatan kerja supaya lebih optimal dan agar dapat bekerjasama
antar guru, karyawan, komite sekolah dan orang tua anak untuk mengembangkan
kemajuan sekolah.
b. Bagi Kepala

Sekolah Sebagai masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan guru secara
efektif sehingga akan mendukung pencapaian tujuan program pendidikan.

8
BAB Ⅱ
KAJIAN TEORI

1. Konsep Manajemen Pembelajaran


1.1 Pengertian Manajemen Pembelajaran

Pengertian manajemen pembelajaran berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan
pembelajaran. Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal manus yang
berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Managere diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.10
Jemes AF Stoner yang dikutip oleh Handoko, manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
pengguna sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.11
Manajemen merupakan kemampuan mengatur dan meraih target yang direncanakan
dengan memberdayakan anggota dan fasilitasfasilitas yang tersedia untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efesien. Sementara itu, pembelajaran berasal dari
kata ”intruction’’ yang berarti pengajaran. Pembelajaran adalah kegiatan yang di dalam
pelaksanaannya melibatkan guru dan peserta didik. Menurut E. Mulyasa, pembelajaran
pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya
sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran juga
diartikan sebagai proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan peserta
didik dalam belajar sebagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Dengan demikian berpijak pada konsep manajemen dan pembelajaran di atas, maka
manajemen pembelajaran adalah kemampuan guru (manajer) dalam mendayagunakan
sumber daya yang ada, melalui kegiatan menciptakan dan mengembangkan kerjasama
sehingga diantara mereka tercipta pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di
kelas secara efektif dan efesien. Lebih lanjut, Ardiansyah menyatakan bahwa
Manajemen pembelajaran dalam arti luas berisi proses kegiatan mengelola bagaimana
membelajarkan si pembelajar dengan kegiatan yang dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan atau pengendalian, dan penilaian. Sedang manajemen
pembelajaran dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan yang perlu dikelola oleh guru
selama terjadinya proses interaksi dengan peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran.12
Menurut Yamin dan Maisah menjelaskan bahwa manajemen pembelajaran
merupakan kemampuan dalam mengelola secara operasional dan efesien terhadap
komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran sehingga menghasilkan nilai

10
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 3
11
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPKE Yogyakarta, 2001), Edisi II, hal. 8
12
Ibid, hal.6

9
tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standard yang berlaku. 13Pada
dasarnya, manajemen pembelajaran merupakan peraturan suatu kegiatan pembelajaran,
baik kegiatan pembelajaran yang dikategorikan dalam kurikulum inti maupun
penunjang berdasarkan kurikulum yang ditetapkan sebelumnya oleh Kementrian
Pendidikan Nasional atau Kementrian Agama. Dalam manajemen pembelajaran, yang
bertindak sebagai manajer adalah guru atau pendidik. Pendidik memiliki wewenang dan
tanggung jawab untuk melakukan beberapa langkah kegiatan manajemen yang meliputi
merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengendalikan
(mengarahkan) serta mengevaluasi pembelajaran yang dilaksanakan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran
merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran, tanpa manajemen yang baik
pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan utuh dan maksimal. Oleh karena itu
manajemen pembelajaran merupakan penataan semua aktivitas pembelajaran mulai dari
proses planning, organizing, actuating dan evaluating yang meliputi kurikulum inti dan
kurikulum penunjang berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan oleh Kementrian
Agama atau Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
1.2 Manajemen Pembelajaran Anak Usia Dini
A. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan
mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari
tujuan, penentuan kebijakan, penentuan progam, penentuan metode-metode dan
prosedur tertentu dan penentu jadwal sehari-hari.14 Perencanaan berarti langkah-langkah
penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan yang terarah pada pencapaian tujuan
tertentu.
Menurut Hamzah B. Uno mendefinisikan perencanaan sebagai hubungan yang ada
sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian
dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas progam dan alokasi sumber.15 Sedangkan
Banghart dan Trull, menegaskan bahwa perencanaan merupakan awal dari semua proses
yang rasional dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan
bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan. Dalam konteks
pembelajaran, perencanaan merupakan suatu hal yang penting bagi guru dalam
menjalankan tugasnya. Perencanaan pembelajaran adalah proyeksi tentang sesuatu yang
akan dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran akan lebih
optimal jika guru terlebih dahulu menyiapkan perencanaan pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran perlu dilakukan oleh guru untuk mengkoordinasikan komponen-
komponen pembelajaran.
Menurut Majid, perencanaan pembelajaran diartikan sebagai proses penyusunan
materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan atau metode
pengajaran dalam suatu lokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa atau semester
13
M. Yamin & Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), hal. 9
14
A. Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 15
15
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 82

10
yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan.16 Pada dasarnya bila suatu
kegiatan direncanakan dahulu maka dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan
terstruktur. Itu berarti keberhasilan belajar peserta didik sangat ditentukan oleh
perencanaan yang dibuat guru. Guru yang mempunyai perencanaan dapat menciptakan
pembelajaran yang kondusif. Karena itu penyusunan perencanaan pembelajaran mutlak
dilakukan guru pada saat akan melaksanakan tugasnya dalam memberikan materi
pembelajaran. Artinya guru tidak akan dapat mengajar dengan optimal apabila tidak
memiliki persiapan yang dikembangkan sebelumnya.
Diantara hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam merencanakan
pembelajaran antara lain:17
1) Silabus
Silabus merupakan rencangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata
pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu. Sebagai hasil dari seleksi
pengelompokan, pengurutan dan penyajian materi kurikulum yang dipertimbangkan
berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat.
2) Menyusun Analisis Materi Pelajaran (AMP)
Analisis materi pelajaran adalah hasil kegiatan yang berlangsung sejak guru mulai
meneliti isi GBPP kemudian mengkaji materi dan menjabarkannya serta
mempertimbangkan penyajiannya. Diantara langkah-langkahnya yaitu:
1) Menjabarkan kurikulum Menguraikan bahan pelajaran, menguraikan
tema/konsep pokok bahasan yang mengacu pada pembelajaran.
2) Menyesuaikan kurikulum Menyesuaikan pembelajaran dalam kurikulum
nasional dengan keadaan setempat agar tujuan dan hasil belajar dapat dicapai
secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan.
3) Menyusun progam cewu/semesteran . Menyusun cewu/semesteran dapat
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung hari dan jam efektif selama satu cewu/semester.
b. Mencatat mata pelajaran yang akan diajarkan selama satu semester.
c. Membagi alokasi waktu yang tersedia selama satu semester.
4) Menyusun progam satuan pelajaran Fungsi satuan pelajaran digunakan sebagai
acuan untuk menyusun rencana pelajaran bagi guru. Hal-hal yang perlu
diperhatikan:
a. Karakteristik dan kemampuan awal peserta didik merupakan
pengetahuan dan keterampilan yang relevan termasuk latar belakang
karakteristik yang dimiliki peserta didik pada saat akan mulai mengikuti
satu progam pengajaran.
b. Bahan pelajaran Bahan pelajaran atau materi pelajaran merupakan
gabungan antara pengetahuan (fakta, informasi yang terinci),

16
A. Majid, Perencanaan Pembelajaran,…….hal. 17
17
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 27-29

11
keterampilan (langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat) dan faktor
sikap.
c. Metode mengajar
d. Relevansi dengan tujuan, (b) Relevansi dengan materi ,(c) Relevansi
dengan kemampuan, (d) Relevansi dengan keadaan peserta didik (e)
Relevansi dengan perlengkapan/fasilitas sekolah
e. Sarana/alat pendidikan Sarana/alat pendidikan terdiri dari alat peraga,
alat pengajaran dan alat pendidikan.
f. Strategi evaluasi Dalam menentukan strategi evaluasi yang akan
dilakukan selama belajar mengajar berlangsung berdasarkan pada: (a)
Tujuan evaluasi (b) Segi-segi yang akan dinilai, yaitu aspek pengetahuan
dan keterampilan peserta didik. (c) Alat penilaian dan Pelaksanaan
penilaian.
B. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi


pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tercapainya perubahan perilaku
atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, tujuan
tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Hal ini
mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat
secara tertulis (written plan). Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat
memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa.
Nana Syaodih Sukmadinata mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan
pembelajaran, yaitu: 1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan
belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri; 2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan
ajar; 3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran; 4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.18
Tujuan pembelajaran bisa melalui pendekatan masalah khusus dalam
pembelajaran, mengandung arti sebagai pengetahuan dan pengertian berdasarkan
informasi yang diterima. Pendekatan ini lebih mempertimbangkan apa yang harus
dipelajari tentang materi tersebut. Bahwa pendekatan ini akan menciptakan
pembelajaran yang spesifik sesuai dengan bidangnya. Pendekatan berikutnya yaitu
pendekatan penguraian isi pembelajaran. Pendekatan ini lebih menetapkan
berdasarkan fakta-fakta dari masalah yang di tampilkan. Pendekatan ini terjadi
apabila ”tipe yang benar dan sesuai dengan isi pembelajaran” sesuai denga isi
standar kurikulum dan bagan kerja, perangkat pembelajaran, pelatihan manual, dan
lain sebagainya.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam
Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa

18
Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.( Bandung: PT: Remaja
Rosdakarya. 2002). h. 17

12
salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan
hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kompetensi dasar.19 Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik,
maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan tegas. Dengan harapan dapat memberikan
pemahaman kepada para guru agar dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara
tegas dan jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Salah satu
sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran
bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam
pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950.
Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 kemudian sejak pada tahun
1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir di seluruh lembaga
pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia. Robert F. Mager (1965), yang dikutip
Wina Sanjaya dalam bukunya Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau
yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.20
Dari uraian diatas menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan
yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan
setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Dengan kata lain bahwa tujuan
pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
Sementara itu, Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah
suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah
berlangsung pembelajaran.
C. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama.


Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan
aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih
menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam
organisasi.21 Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan pelaksanaan
strategistrategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan peserta didik dalam
menyampaikan bahan atau materi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai
tujuan.22
Menurut Nana Sadjana yang dikutip oleh Suryobroto pelaksanaan proses belajar
mengajar meliputi pertahapan sebagai berikut:23
19
Permendiknas RI No.52 Tahun 2008 tentang Standar Proses pasal 1 lampiran II
20
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana Perenada Media,
2010),h. 125
21
Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Raja Grafinso Persada, 2006), hal, 13
22
Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, (semarang : Rasail Media Grup, 2008), hal. 110
23
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah...., hal. 36-37

13
a) Tahap sebelum pembelajaran Tahap yang ditempuh pada saat memulai
sesuatu proses belajar mengajar:
a) Guru menanyakan kehadiran peserta didik dan mencatat peserta didik
yang tidak hadir.
b) Bertanya kepada peserta didik sampai dimana pembahasan
sebelumnya.
c) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai
bahan pengajaran yang belum dikuasai dari pelajaran yang sudah
disampaikan.
d) Mengulang bahan pengajaran yang lain secara singkat.
b) Tahap pelajaran Tahap ini merupakan tahap pemberian bahan pelajaran yang
dapat diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai berikut:
c) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan pengajaran yang harus dicapai
peserta didik.
d) Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas
e) Membahas pokok materi yang sudah ditulis.
f) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh
yang kongkrit, pertanyaan, tugas.
g) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan pada
setiap materi pelajaran.
h) Menyimpulkan hasil pembahasan mata setiap materi pelajaran.
i) Tahap evaluasi dan tindak lanjut Tahap ini bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan tahap intruksional pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini yaitu:
1) Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa peserta
didik mengenai suatu aspek pokok materi yang telah dibahas pada
tahap intruksional.
2) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh peserta
didik (kurang 70%) maka guru harus mengulang pengajaran.
3) Memperkaya pengetahuan peserta didik mengenai materi yang
dibahas, maka guru dapat memberikan tugas atau PR.
4) Mengairi pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok
materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
D. Evaluasi Dan Pelaporan Hasil Pembelajaran

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation. Menurut Wand dan
Gerald W. Brown evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.24 Evaluasi sebagai alat penilai hasil pencapaian
tujuan dalam pengajaran yang harus dilakukan secara terus menerus. Evaluasi bukan
hanya sebagai penentu angka keberhasilan belajar, namun juga sebagai feed back
atau umpan balik dari pembelajaran. Evaluasi mencakup evaluasi hasil belajar dan
evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan pada diperolehnya
24
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2008) hal. 156

14
informasi tentang seberapakah perolehan peserta didik dalam mencapai tujuan
pengajaran yang ditetapkan.
Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk
memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu
peserta didik mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Dengan demikian evaluasi
hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran.
Sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan
pembelajaran. Kemudian untuk menentukan tercapai atau tidaknya tujuan
pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan dalam
menilai hasil belajar. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan
belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari
tujuan yang ditetapkan.25 Dalam melakukan penilaian yang harus diperhatikan yaitu:
1). Sasaran penilaian Sasaran/objek evaluasi belajar adalah perubahan tingkah laku
yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang. Masing-
masing bidang berdiri sejumlah aspek-aspek pembelajaran yang dapat diungkapkan
melalui penilaian tersebut. Dengan demikian dapat diketahui tingkah laku mana
yang sudah dikuasainya dan mana yang belum sebagai bahan perbaikan dan
penyusunan progam pengajaran selanjutnya.
2). Alat penilaian Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif, yang
meliputi tes dan non tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif.
Begitu juga bentuk tes tidak hanya tes objektif tetapi juga tes essay. Sedangkan jenis
non tes digunakan untuk menilai aspek tingkah laku, seperti aspek minat dan sikap.
Alat evaluasi non tes antara lain: observasi, wawancara, study kasus dan rating scale
(skala penilaian). Penilaian hasil belajar hendaknya dilakukan secara
berkesinambungan agar diperoleh hasil yang menggambarkan kemampuan peserta
didik yang sebenarnya.
Demikianlah hubungan evaluasi dengan pengajaran sangat erat, karena dengan
evaluasi akan mampu menjadi tolak ukur seberapa berhasilkah pengajaran yang
telah dilakukan. Oleh karena itu seorang guru harus mampu mempersiapkan
evaluasi yang akan dilakukan setelah proses pengajaran berlangsung. Dalam arti lain
guru harus menjadi sosok yang tepat dalam menyusun evaluasi.
2. Konsep Kinerja Guru
2.1 Pengertian Kinerja Guru

Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) kata kinerja merupakan prestasi
yang diperlihatkan atau kemampuan kerja. Secara konseptual kinerja diartikan sebagai
prestasi kerja, penampilan kerja, ketaatan kerja dan produktivitas kerja. Menurut
Flanagan, Landy dan Fair, Kinerja merupakan kualitas perilaku yang berorientasi pada
tugas atau pekerjaan dimana sikap dan perilaku akan berpengaruh terhadap hasil yang
dicapai oleh kinerja individu, hasil performasi seseorang dalam bentuk tingkah laku

25
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah….,, hal. 53.

15
keterampilan atau kemampuan menyelesaikan suatu kegiatan yang dapat berbentuk
proses kerja dan hasil kerja.26
Selanjutnya menurut Imam Wahyudi mengemukakan bahwa Kinerja Guru adalah
hasil kerja nyata secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang
meliputi menyusun program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan
evaluasi dan analisis evaluasi.27
Sedangkan menurut Arikunto bahwa Kinerja Guru merupakan tingkat kualitas
kinerja guru dan kuantitas hasil kerja guru dengan menjalankan fungsi- fungsinya dalam
menjalankan tugasnya sebagai tenaga pengajar.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah
28

kemampuan yang ditunjukan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya
yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, motivasi dan kesungguhan dalam
melaksanakan tugasnya yang dihasilkan tercemin dari kuantitas maupun kualitasnya
serta sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, artinya guru
berkewajiban untuk mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa-siswanya agar siswa-
siswa tersebut menjadi cerdas dan pintar, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran Surat
Al-Mujadilah Ayat 11, bahwa,

‫ح هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِي َْل‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوْ ا فِى ْال َم ٰجل‬
ِ ‫س فَا ْف َسحُوْ ا يَ ْف َس‬
َ‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ ن‬ ٍ ۗ ‫ا ْن ُش ُزوْ ا فَا ْن ُش ُزوْ ا يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم َد َر ٰج‬
‫خَ بِ ْي ٌر‬

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, berlapang-


lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”29
Ayat di atas menjelaskan bahwa menuntut ilmu adalah suatu keharusan, karena
orang yang berilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya oleh Allah. Pentingnya
ilmu ini berhubungan dengan kinerja yang dimiliki guru supaya mampu. membuat
siswa-siswanya lebih memahami tentang materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru
membuat siswa-siswanya lebih memahami tentang materi pembelajaran yang diajarkan
oleh guru.
26
Wagiran, Kinerja Guru Teori, Penilaian dan Upaya Peningkatannya (Yogyakarta: Deepublish, 2013),
h.7.
27
Imam Wahyudi, Mengejar Profesionalisme Guru (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), h. 87.
28
Nita Tifani, Pengaruh Kinerja Guru Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sdk
Penabur Bandar Lampung, Manajemen Magister, vol. 02.No 02, 2016
29
Sholeh, Pendidikan dalam Al-Qur’an (Konsep Ta’lim QS. Al-Mujadalah ayat 11), Jurnal Al-Thariqah
Vol. 1, No. 2, Desember 2016 17

16
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Membicarakan kinerja mengajar guru tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor


pendukung dan pemecah masalah yang menyebabkan terhambatnya pembelajaran
secara baik dan benar dalam rangka pencapaikan tujuan yang diharapkan guru dalam
mengajar. Adapun faktor mendukung kinerja guru menurut Kartono Kartini dapat
digolongkan kedalam dua macam, yaitu:
A. Faktor dari dalam sendiri (intern) Diantara faktor-faktor dari dalam diri sendiri
(intern) adalah:
1) Kecerdasan Kecerdasan memegang peranan penting dalam keberhasilan
pelaksanaan tugas-tugas. Semakin rumit dan makmr tugas-tugas yang
diemban, makin tinggi kecerdasan yang diperlukan. Seseorang yang cerdas,
jika diberi tugas yang sederhana dan monoton, mungkin akan terasa jenuh
dan akan berakibat pada penurunan kinerjanya.
2) Keterampilan dan kecakapan Keterampilan dan kecakapan orang berbeda-
beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dari berbagai pengalaman dan
latihan.
3) Bakat Penyesuaian antara bakat dan pilihan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang bekerja dengan pilihan dan keahliannya.
4) Kemampuan dan minat Syarat untuk mendapatkan ketenangan kerja bagi
seseorang adalah tugas dan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya.
Kemampuan yang disertai dengan minat yang tinggi dapat menunjang
pekerjaan yang telah ditekuni.
5) Motif Motif yang dimiliki dapat mendorong meningkatnya kerja seseorang.
6) Kesehatan Kesehatan dapat membantu proses bekerja seseorang sampai
selesai. Jika kesehatan terganggu maka pekerjaan terganggu pula.
7) Kepribadian Seseorang yang mempunyai kepribadian yang kuat dan integral
tinggi kemungkinan tidak akan mengalami banyak kesulitan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan interaksi dengan rekan kerja
yang akan meningkatkan kerjanya.
8) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja Jika pekerjaan yang diemban seseorang
sesuai dengan cita-cita maka tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana
karena ia bekerja secara sungguh-sungguh, rajin dan dengan sepenuh hati.
B. Faktor dari luar diri sendiri (ekstern) Yang merupakan faktor dari luar diri
sendiri (ekstern) diantaranya:
1) Lingkungan keluarga Keadaan lingkungan keluarga dapat memengaruhi
kinerja seseorang. Ketegangan dalam kehidupan keluarga dapat
menurunkan gairah kerja.
2) Lingkungan kerja Kondisi kerja yang menyenangkan dapat mendorong
seseorang bekerja secara optimal. Tidak jarang kekecewaan dan kegagalan
dialami seseorang di tempat ia bekerja. Lingkungan kerja yang dimaksud

17
disini adalah situasi kerja, rasa aman, gaji yang memadai, kesempatan
untuk mengembangan karir, dan rekan kerja yang kolegial.
3) Komunikasi dengan kepala sekolah Komunikasi yang baik di sekolah
adalah komunikasi yang efektif. Tidak adanya komunikasi yang efektif
dapat mengakibatkan timbulnya salah pengertian.
4) Sarana dan prasarana Adanya sarana dan prasarana yang memadai
membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya, terutama kinerja dalam
proses mengajar.
5) Kegiatan guru di kelas Peningkatan dan perbaikan pendidikan harus
dilakukan secara bertahap.

Dinamika guru dalam pengembangan program pembelajaran tidak akan bermakna


bagi perbaikan proses dan hasil belajar siswa jika manajemen sekolahnya tidak memberi
peluang bagi tumbuh dan berkembangnya kreativitas guru. Demikian juga penambahan
sumber belajar berupa perpustakaan dan laboratorium tidak akan bermakna jika
manejemen sekolahnya tidak memberikan perhatian serius dalam mengoptimalkan
pemanfaatan sumber belajar tersebut dalam proses belajar mengajar.30
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja
guru bisa dilihat dari faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar diri sendiri
(eksternal). Faktor internal yang dapat mempengaruhi kinerja guru itu meliputi
kecerdasan, bakat, motif, kesehatan, cita-cita dan tujuan dalam bekerja, sedangkan
faktor ekternal yang dapat mempengaruhi kinerja guru yaitu faktor dari lingkungan
keluarga, lingkungan kerja, komunikasi dengan kepala sekolah, sarana dan prasarana
serta kegiatan guru didalam kelas.
Menurut Barnawi, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya
adalah:31
a. Gaji
b. Sarana dan prasarana
c. Lingkungan kerja fisik
d. Kepemimpinan

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengoptimalkan


kinerja guru langkah yang dapat digunakan yaitu dengan memberikan gaji,
menyediakan sarana prasarana untuk penunjang pekerjaan guru, lingkungan kerja fisik
yang akan berdampak terhadap guru, dan dengan kepemimpinan yang baik akan
meningkatkan kinerja guru.
Sedangkan menurut Anwar Prabu Mangkunegara, faktor yang mempengaruhi
kinerja guru yaitu faktor kemampuan (ability)dan faktor motivasi (motivation).

30
Sobirin, Kepala Sekolah, Guru, dan Pembelajara ( Bandung: Nuansa Cendekia, 2018), h. 110-112. 20
31
Barnawi dan Mohammad Arifin, Instrumen Pembinaan, Peningkatan & Penilaian Kinerja Guru
Profesional (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 44-45. 21

18
a. Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan guru terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan skill). Artinya
seorang guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan sesuai
dengan bidangnya serta terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia
akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu
ditetapkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Dengan penempatan
guru yang sesuai dengan bidangnya akan membantu dalam efektifitas suatu
pembelajaran.
b. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap seorang guru dalam
menghadapi situasi kerja.Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan
seseorang yang terarah untuk mencapai tujuan pendidikan. C. Meclelland
berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan
pencapaian kinerja. Dalam dunia psikolog, masalah motivasi ini selalu mendapat
perhatian khusus oleh para ahli.Karena motivasi itu sendiri merupakan gejala jiwa
yang dapat mendorog manusia untuk bertindak atau berbuat suatu keinginan dan
kebutuhan.
Dalam ajaran islam, motivasi kerja ini sangat berkaitan dengan niat. Islam
mengajarkan bahwa kerja sangat ditentukan oleh niat yang mendasarinya. Seseorang
sangat mungkin akan memperoleh apa yang diharapkan jika dilakukan dengan sungguh-
sungguh dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Rasullullah Saw. Bersabda:
“Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat. Sesungguhnya setiap orang
itu akan mendapat sesuatu sesuai dengan niatnya. Siapa yang berhijrah karena Allah dan
RasulNya, maka hijrahnya itu karena Allah dan RasulNya. Siapa yang berhijrah untuk
mendapatan dunia dia akan mendapatkan atau karena perempuan yang ingin
dikawininya, maka hijrahnya itu mendapatkan apa yang diniatkan (HR. Bukhari).”
Hadist diatas menggambarkan bahwa kerja itu sangat dipengaruhi oleh motivasi yang
mendasarinya. Sama halnya dengan proses belajar mengajar, seorang guru akan
memperoleh sesuatu sesuai dengan motif yang mendasarinya dalam bekerja. Pentingnya
mendasari kerja dengan niat baik dikarenakan dalam pandangan islam, kerja dianggap
sebagai sesuatu yang mulia. Kerja dianggap sebagai ibadah karena pada dasarnya
manusia diciptakan semata-mata untuk beribadah kepada Tuhan.Sebagai ibadah, kerja
haruslah dilandasi dengan motivasi yang tulus dan ikhlas.32
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja
guru bisa dilihat dari kemampuan, jika kemampuan guru dalam mengerjakan tugas-
tugasnya sesuai dengan harapan atau keahliannya maka ia akan lebih mudah dalam
mencapai kinerja yang diharapkan serta pembelajaran akan lebih efektif. Selanjutnya
faktor motivasi, dengan adanya motivasi atau penggerak dalam diri untuk berbuat sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan akan lebih mudah dalam mengerjakan tugas-tugasnya
atau kinerjanya.
2.3 Ruang Lingkup Kinerja Guru

32
La Ode Ismil Ahmad, Konsep Penilaian Kinerja Guru Dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Jurnal
Idaarah, Vol. I No 1, ( Juni 2017), h. 135-137.

19
Ruang lingkup kinerja guru dapat dilihat dari kompetensi guru dalam proses
pembelajaran. Kompetensi merupakan sebagai seperangkat pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai sebagai kinerja yang memengaruhi peran, tindakan,
prestasi dan pekerjaan seseorang. Menurut Kusnandar dan Agus kompetensi guru
merupakan seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melakukan
tugas sesuai dengan pekerjaannya.33
Tercantum juga dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 Bab IV pasal 10 tentang
guru dan dosen, bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan , keterampuilan ,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Peraturan pemerintah No 74 Tahun 2008
Bab II pasal 3 Kompetensi dan Sertifikasi membagi kompetensi guru menjad empat
kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.
a. Kompetensi pedagogic

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran


anak yang meliputi pemahaman wawasan, pemahaman terhadap anak, pengembangan
kurikulum atau silabus, perencanaan pembelajara, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan anak untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Untuk lebih jelasnya berikut penjabaran kompetensi pedagogik tentang standar
kompetensi guru PAUD/TK/RA berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru:
Tabel 1.1 Standar Kompetensi Pedagogik Guru PAUD/TK/RA
No Kompetensi Inti Kompetensi Guru PAUD/TK/RA
Guru
1. Menguasai 1.1 Memahami karakteristik anak usia
karakteristik anak dari
TK/PAUD yang berkaitan dengan aspek
aspek fisik, moral, fisik, intelektual, sosial-emosional,
sosial, kultural, moral, dan latar belakang sosialbudaya.
emosional, dan 1.2 Mengidentifikasi potensi anak usia
intelektual. TK/PAUD dalam berbagai bidang
pengembangan.
1.3 Mengidentifikasi kemampuan awal
anak usia TK/PAUD dalam berbagai
bidang pengembangan.
1.4 Mengidentifikasi kesulitan anak usia
TK/PAUD dalam berbagai bidang
pengembangan.
2. Menguasai teori 2.1 Memahami berbagai teori belajar dan
belajar dan prinsip- prinsip-prinsip bermain sambil belajar
33
Syafrimen Syafril, dkk, Pengaruh Pendidikan Profesional dan Pelatihan bagi Guru (PLPG) dalam
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik dan Kinerja Guru, Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.3 No 2,
(2018), h. 123.

20
prinsip pembelajaran yang mendidik yang terkait dengan
yang mendidik berbagai bidang pengembangan di
TK/PAUD.
2.2 Menerapkan berbagai
pendekatan,srategi, metode,dan teknik
bermain sambil belajar yang bersifat
holistik, otentik, dan bermakna, yang
terkait dengan berbagai bidang
pengembangan diTK/PAUD
3. Mengembangkan 3.1 Memahami prinsip-prinsip
kurikulum yang pengembangan kurikulum
terkait dengan bidang 3.2 Menentukan tujuan kegiatan
pengembangan yang pengembangan yang mendidik.
diampu. 3.3 Menentukan kegiatan bermain sambil
belajar yang sesuai untuk mencapai
tujuan pengembangan.
3.4 Memilih materi kegiatan
pengembangan yang mendiidk yaitu
kegiatan bermain sambil belajar sesuai
dengan tujuan pengembangan.
3.5 Menyusun perencanaan semester,
mingguan dan harian dalam berbagai
kegiatan pengembangan
di TK/PAUD.
3.6 Mengembangkan indikator dan
instrumen penilaian.
4. Menyelenggrakan 4.1 Memahami prinsip-prinsip
kegiatan perancangan kegiatan pengembangan
pengembangan yang yang mendidik dan menyenangkan.
mendidik. 4.2 Mengembangkan komponen-
komponen rancangan kegiatan
pengembangan yang mendidik dan
menyenangkan.
4.3 Menyusun rancangan kegiatan
pengembangan yang mendidik yang
lengkap,baik untuk kegiatan di dalam
kelas maupun di luar kelas.
4.4 Menerapkan kegiatan bermain yang
bersifat holistik, otentik dan bermakna.
4.5 Menciptakan suasana bermain yang
menyenangkan, inklusif, dan demokratis.
4.6 Memanfaatkan media dan sumber
belajar yang sesuai dengan pendekatan
bermain sambil belajar.
4.7 Menerapkan tahapan bermain anak
dalam kegiatan pengembangan di
TK/PAUD.
4.8 Mengambil keputusan transaksional

21
dalam kegiatan pengembangan di
TK/PAUD sesuai dengan situasi yang
berkembang.
5. Memanfaatkan 5.1 Memanfaatkan teknologi informasi
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
dan komunikasi untuk kualitas kegiatan pengembangan yang
kepentingan mendidik.
penyelenggaraan
kegiatan
pengemangan yang
mendidik
6. Memfasilitasi 6.1 Menyediakan berbagai kegiatan
pengembangan bermain sambil belajar untuk mendorong
potensi anak untuk anak mengembangkan potensinya secara
mengaktualisasikan optimal termasuk kreativitasnya.
berbagai potensi yang
dimiliki
7. Berkomunikasi secara 7.1 Memahami berbagai strategi
elektif, empatik, dan komunikasi yang efektif , empatik dan
santun dengan anak. santun, baik secara lisan maupun tulisan.
7.2 Berkomunikasi secara
efektif,empatik, dan santun dengan anak
dengan bahasa yang khas dalam interaksi
pembelajaran yang terbangun secara
psikologis dari (a) 27 penyiapan kondisi
psikologis anak, (b) memberikan
pertanyaan atau tugas sebagai undangan
kepada anak untuk merespon, (c) respon
anak, (d) reaksi guru terhadap respon
anak, dan seterusnya.
8. Menyelenggarakan 8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian
penilaian dan evaluasi dan evaluasi proses dan hasil belajar
proses dan hasil sesuai dengan karakteristik lima mata
belajar pelajaran SD/MI.
8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan
hasil belajar yang penting untuk dinilai
dan dievaluasi sesuai dengan
karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.
8.3 Menentukan prosedur penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar.
8.4 Mengembangkan instrumen penilaian
dan evaluasi proses dan hasil belajar.
8.5 Mengadministrasikan penilaian
proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan menggunakan
berbagai instrumen.
8.6 Menganalisis hasil penilaian proses
dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.

22
9. Memanfaatkan hasil 9.1 Menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi penilaian dan evaluasi untuk menentukan
untuk kepentingan ketuntasan belajar.
pembelajaran. 9.2 Menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk merancang
program remedial dan pengayaan.
9.3 Mengkomunikasikan hasil penilaian
dan evaluasi kepada pemangku
kepentingan.
9.4 Memanfaatkan informasi hasil
penilaian dan evaluasi pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
10. Melakukan tindakan 10.1 Melakukan refleksi terhadap
reflektif untuk pembelajaran yang telah dilaksanakan.
peningkatan kualitas 10.2 Memanfaatkan hasil refleksi untuk
pembelajaran. perbaikan dan pengembangan lima mata
pelajaran SD/MI.
10.3 Melakukan penelitian tindakan
kelas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran lima mata pelajaran
SD/MI.
Sumber : Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI NO.14 Th.2005)
b. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang berwibawa,


mantap, dewasa, jujur, arif dan bijaksana,sportif, berakhlak mulia, dan menjadi
teladan bagi anak dan masyarakat. Untuk lebih jelasnya berikut penjabaran
kompetensi pedagogik tentang standar kompetensi guru PAUD/TK/RA berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2007 tentang kualifikasi
akademik dan kompetensi guru.
c. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru atau pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan anak, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali
anak, dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya
berikut penjabaran kompetensi pedagogik tentang standar kompetensi guru
PAUD/TK/RA berdasarkan Peraturan 31 Menteri Pendidikan Nasional nomor 16
Tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
d. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan guru atau pendidik dalam


menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan .teknologi, dan /atau seni dan
budaya yang meliputi materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan

23
standar isi program satuan pendidikan,mata pelajaran, yang diampu. Untuk lebih
jelasnya berikut penjabaran kompetensi pedagogik tentang standar kompetensi guru
PAUD/TK/RA berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16
Tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
2.4 Penilaian Kinerja Guru

Kinerja merefleksi kesuksesan suatu organisasi, maka organisasi perlu memahami


bagaimana kondisi kinerja pegawainya untuk dapat melakukan pengelolaan dan
pengembangan bagi kepentingan organisasi, sehingga diperlukan suatu penilaian kinerja
dalam rangka tersebut. Penilaian kinerja (performance appraisal) yaitu suatu aktivitas
untuk menentukan keberhasilan pegawai dalam melakukan suatu pekerjaan dengan hasil
yang baik.34
Menurut Mulyasa penilaian kinerja guru sebagai serangkaian program penilaian
yang dirancang untuk mengidentifikasi kompetensi guru, terutama berkaitan dengan
kompetensi profesional dan pedagogik, yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian pembelajaran melalui pengukuran penguasaan kompetensi
yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya, baik langsung maupun tidak langsung.35
Penilaian kinerja guru diartikan suatu upaya untuk memperoleh gambaran tentang
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap guru dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, yang ditunjukkan dalam perbuatan, penampilan, dan prestasi kerjanya. 36 Dari
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja guru yaitu suatu proses
penilaian untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan unjuk kerjanya dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Noeng Muhadjir membagi empt model pengukuran
kinerj guru, kriteria tersebut antara lain:
a) Model STAG (Standart Teacher Competence Uppraisal Guide), yang
mengetengahkan empat komponen yang terdiri dari tujuan, penampilan
(performance), evaluasi dan profesionalitas serta kemasyarakatan.
b) Model Rob Norris, yang mengetengahkan enam komponen yaitu terdiri dari
kualitas personal profesional, persiapan mengajar, perumusan tujuan, evaluasi,
penampilan dikelas dan penampilan anak.
c) Model Oregon (OCE CBTE: Orgen Collage of Education Competency Based
Teacher Education), yang mengetengahkan lima komponen yang terdiri dari
perencanaan dn persiapan, kemampuan mengajar (guru) dan kemampuan belajar
(anak), kemampuan hubungan impersonal, kemampuan hubungan dan tanggung
jawab profesional terhadap orang tua, kulikuler, administrasi, dan anggaran.
d) Model APKG (Alat Penilaian Kinerja Guru) yang telah disadur dari Teacher
Performance Assesmen Inatructure yang mengetengahkan lima komponen yang
34
Muh.Ilyas Ismail, Kinerja dan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran, Lentera Pendidikan, Vol.13
No.1 Juni 2010, h. 46.
35
Indrawati Noor Kamila, Perbedaan Kinerja Mengajar Guru Pendidikan Anak Usia Dini di Tinjau Dari
Latar Belakang Pendidikan, Tunas Siliwangi, Vol.3 No.1, 2017, h. 42.
36
M. Luthfi Harlufi, Implementasi Penilaian Kinerja Guru Sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi
Guru di MTS Negeri Kendal, UIN Walisongo, 2016, h.10

24
terdiri dari rencana pengajaran, prosedur mengajar, hubungan antar pribadi,
standar profesional, dan persepsi anak.37

Kinerja guru dalam penelitian ini dijadikan sebagai variabel bebas atau variabel
independen, dengan indikator teori yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya, yaitu :
1) Mampu menjelaskan materi dengan baik Guru sebaiknya tahu cara
mengajar yang baik kepada murid-muridnya. Ketika di dalam kelas,
seorang guru mengambil kendali atas kegiatan yang akan dilakukan saat
belajar dengan siswa-siswanya. Jika respon murid ternyata merasa senang
belajar bersama guru yang yang bersangkutan, bisa dipastikan guru tersebut
menggunakan metode mengajar yang baik dan tidak monoton.
2) Mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan baik Untuk
mengetahui apakah siswa-siswa memperhatikan guru saat mengajar
pelajaran tertentu atau tidak, guru bisa melakukan diskusi atau debat
argumen supaya mereka mau mengeluarkan pendapatnya. Memang tidak
semua siswa akan bisa berpendapat dengan baik, beberapa ada yang
terkendala masalah komunikasi, namun apapun respon mereka, guru harus
dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk berpendapat dan tetap
menghargai setiap pendapat yang siswa lontarkan. Selain materi
pembelajaran dapat mudah dipahami oleh siswa, guru juga mengajarkan
siswa untuk berani berbicara dan menerima pendapat orang lain.
3) Mampu Mengarahkan dan Membimbing Siswa dalam Pembelajaran
Sehingga Siswa Akan Memiliki Semangat dalam Belajar Kinerja guru
merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas
pembelajaran di sekolah/madrasah dan bertanggungjawab atas peserta didik
di bawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta
didik.

Ketiga teori di atas juga didukung oleh indikator kinerja guru yang dikemukan oleh
Supardi dalam Hasbi dan Yusman, yaitu, kinerja guru merupakan kemampuan seorang
guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah/madrasah dan
bertanggungjawab atas peserta didik di bawah bimbingannya dengan meningkatkan
prestasi belajar peserta didik. Indikatornya adalah 1) kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya, yaitu guru harus dapat menjelaskan materi dengan baik, dan 2)
kemampuan yang ditampilkan guru dalam atau selama melakukan aktivitas
pembelajaran, dalam hal ini guru harus mampu memotivasi siswa agar memiliki
semangat belajar yang baik. Pernyataan Rowikarim juga menjelaskan bahwa, Guru
dituntut untuk dapat menjelaskan materi dengan baik, dan memotivasi peserta didik
untuk bersemangat dalam belajar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, kinerja guru dapat dilihat dari dua
aspek utama, yaitu kemampuan guru dalam menyajikan materi dengan baik, serta
37
Vetti Priskila Wardani, Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Anak Kelompok B TK
Dharma Wanita, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013, h. 49-50

25
kemampuan guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang baik. Dalam
menyajikan materi, guru harus memiliki cara-cara yang tidak monoton, seperti misalnya
memanfaatkan media yang ada di sekitar.
3. Konsep Motivasi Kerja Guru
3.1 pengertian Motivasi Kerja Guru

Secara umum, semua orang pasti membutuhkan motivasi untuk dapat rajin dalam
bekerja.Seseorang akan bersemangat melakukan segala aktivitasnya apabila dalam
dirinya ada motivasi yang tinggi. Motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat
diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif‟. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan/mendesak. Menurut Mc Donal, motivasi adalah suatu perubahan tenaga
didalam diri/pribadi sseorang yang ditandaioleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi
dalam usaha mencapai tujuan. Sedangkan menurut Santrock, motivasi adalah proses
yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi
adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.38
Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang timbul dari dalam diri individu
untuk menggerakkan atau melakukan suatu kegiatan sehingga atau tingkah laku untuk
mencapai tujuan yang telah tentukan.Seseorang dalam bekerjapun membutuhkan
motivasi yang disebut dengan motivasi kerja. Motivasi kerja yang tinggi dapat membuat
seseorang lebih giat dan rajin dalam bekerja. Giat dalam bekerja berarti dapat
melaksanakan tugas-tugas maupun yang lainnya secara baik. Motivasi menurut Juwono
dalam Setiawan membagi motivasi kedalam 2 jenis:39
1) Motivasi Internal adalah motivasi yang dibangkitkan dari dalam diri sendiri,
dimana tenaga kerja dapat bekerja karena tertarik dan senang dengan
pekerjaannya, kepuasan dan kebahagiaan dalam dirinya. Yang termasuk
dalam motivasi internal antara lain:Kebutuhan, Keinginan, Kerjasama,
Kesenangan kerja, Kondisi karyawan, Dorongan.
2) Motivasi Eksternal adalah motivasi yang berasal dari luar. Yang termasuk
dalam motivasi eksternal adalah: Imbalan (gaji), Harapan, Insentif (bonus).

Adapun kendala-kendala motivasi internal dan eksternal, antara lain:


1. Kendala-kendala motivasi internal
a) Kurangnya percaya diri. Motivasi sangat memerlukan sikap percaya diri,
dimana kita merasa percaya pada diri kita termasuk kepercayaan pada
adanya potensi dan kekuatan pada diri kita.
b) Merasa kalau memotivasi diri itu tidak penting.
38
Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016),h. 2-3.
39
Yulfita „Aini,“Pengaruh Motivasi Internal, Eksternal dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan”,Jurnal Ilmiah Cano 10 4 EkonomosVol.2.No.1,Universitas Pasir Pengaraian,(2013): 100,
diakses pada 9 Februari 2019

26
c) Tidak punya tujuan hidup.
d) Banyak menerima opini negatif dari orang lain.
e) Ada perasaan tidak memiliki masa depan yang jelas40

2. Kendala-kendala motivasi eksternal


a) Keadaan sosial (latar belakang keluarga, masyarakat, teman-teman pergaulan
dan sebagainya)
b) Keadaan nonsosial (suhu udara, pencahayaan, penggunaan teknologi, dan
sebagainya)

Motivasi kerja menurut Hamzah B. Uno, merupakan dorongan dari dalam diri dan
luar diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang terlihat dari dimensi internal dan
dimensi eksternal.41 Berbagai ciri yang dapat diamati bagi seseorang yang memiliki
motivasi kerja menurut Kenneth dan Yukl antara lain sebagai berikut: (a) kinerjanya
tergantung pada usaha dan kemampuan yang dimilikinya dibandingkan dengan kinerja
melalui kelompok, (b) memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas sulit,
dan (c) seringkali terdapat umpan balik yang konkrit tentang bagaimana seharusnya ia
melaksanakan tugas secara optimal, efektif, dan efisien.42
Begitupun dengan seorang guru dalam bekerja dibidang pendidikan. Seorang guru
juga membutuhkan motivasi dalam bekerja baik motivasi itu datang dari dalam diri
sendiri maupun datang dari luar. Motivasi kerja adalah sesuatu yang dapat menimbulkan
semangat atau dorongan dalam bekerja individu atau kelompok terhadap pekerjaan guna
mencapai tujuan. Motivasi kerja guru adalah adalah kondisi yang membuat guru
mempunyai kemauan atau kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu melalui
pelaksanaan suatu tugas.43
Motivasi guru akan memberikan energi untuk bekerja atau mengarahkan aktivitas
selama bekerja, dan menyebabkan seorang guru mengetahuinya adanya tujuan yang
relevan antara tujuan organisasi dan tujuan pribadinya. Dengan demikian, peneliti
menyimpulkan bahwa motivasi kerja guru adalah semangat atau dorongan guru dalam
bekerja untuk menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik. Dorongan
atau semangat tersebut dapat berasal dari dalam diri guru maupun dari luar diri guru.
3.2 Fungsi Motivasi Kerja Guru

Motivasi dapat dinilai sebagai suatu daya dorong (driving force) yang
menyebabkan orang dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan. Fungsi motivasi
menurut Sadirman yang dikutip oleh Abdul Majid adalah sebagai berikut:44
40
Ilawati Pristiani, “5 Hambatan Melakukan Motivasi Diri dalam Bekerja”, 2013, diakses pada 11
Februari 2019,www.ilawatiapt.com/hambatan-motivasi-diri/ 11
41
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.72.
42
Tukiyo, “Motivasi dan Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Klaten”, Jurnal FKIP
Universitas Widya Dharma Klaten, Jawa Tengah, Indonesia(2015): 159, diakses pada 22 Januari 2019.

43
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, h. 65. 12
44
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2013),hal. 309.

27
1) Mendorong manusia untuk berbuat. Artinya motivasi bisa dijadikan sebagai
penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perubuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisipkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Sedangkan fungsi motivasi menurut Hamalik meliputi: 45 1) Mendorong timbulnya


kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu
perbuatan seperti belajar. 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan 3) Motivasi sebagai penggerak. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Berdasarkan fungsi-fungsi motivasi yang telah dipaparkan oleh para ahli, maka
peneliti menyimpulkan bahwa fungsi dari motivasi kerja guru adalah sebagai pengarah
atau penggerak yang ada dalam diri guru untuk mencapai suatu tujuan atau citacita.
Motivasi dapat timbul dari dalam diri manusia karena adanya suatu kebutuhan.
Kebutuhan itulah yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu hal yang ingin
dicapainya.
3.3 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Guru

Guru sebagai pengemban tugas untuk menghasilkan pesertadidik yang berkualitas


perlu memiliki motivasi kerja. Guru yang memiliki motivasi kerja akan selalu
meningkatkan kinerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi setiap guru
berbeda-beda, hal ini dapat melihat dari banyaknya kegiatan yang diikuti baik di
sekolah maupun luar sekolah danprestasi yang telah dicapainya. Guru yang aktif
mencerminkan bahwa guru tersebut memiliki semangat yang tinggi untuk meningkatkan
kualitas diri.
Menurut Edy Sutrisno, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor
intern dan ekstern.46 Faktor intern meliputi: 1) Keinginan untuk dapat hidup 2)
Keinginan untuk dapat memiliki 3) Keinginan untuk memperoleh penghargaan 4)
Keinginan untuk memperoleh pengakuan 5) Keinginan untuk berkuasa
Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi motivasi kerja meluputi: 1) Kondisi
lingkungan kerja 2) Kompensasi yang memadai 3) Supervisi yang baik 4) Adanya
jaminan pekerjaan 5) Status dan tanggung jawab 6) Peraturan yang fleksibel

45
Kompri,Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, h.5. 13
46
Edy Sutrisno,Manajemen Sumber Daya Manusia(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009),h. 116-
120.

28
Sedangkan menurut Asdiqoh, ada empat faktor yang menimbulkan motivasi kerja
guru, yaitu:
1. Dorongan untuk bekerja Seseorang akan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu,
dimaksudkan sebagai upaya merealisasi keinginan-keinginan dan
kebutuhankebutuhan yang ada.
2. Tanggung jawab terhadap ugas Motivasi kerja guru dalam memenuhi
kebutuhannya akan ditentukan oleh besar kecilnya tanggung jawab yang ada
dalam menjalankan tugasnya. Tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas
di sekolah ditandai dengan upaya tidak segera puas atas hasil yang dicapainya.
Kadar motivasi kerja yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas di sekolah
bergantung banyak sedikitnya beban tugas yang menjadi tanggung jawabnya
yang harus dilaksanakan guru sehari-hari dan bagaimana cara menyelesaikan
tugas ini yang ditekankan pada tugas mengajar, membimbing dan melaksanakan
administrasi sekolah.
3. Minat terhadap tugas Besar kecilnya minat guru terhadap tugas yang akan
mempengaruhi kadar atau motivasi kerja guru mengembangkan di sekolah.
Hadar Nawawi mengatakan bahwa minat dan kemampuan terhadap suatu
pekerjaan berpengaruh pula terhadap moral kerja.
4. Penghargaan atau tugas Penghargaan atas suatu jabatan atas keberhasilan yang
dicapai guru dalam bekerja merupakan salah satu motivasi yang mendorongnya
bekerja. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka peneliti menyimpulkan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru diantaranya adanya
keinginan untuk melakukan kegiatan, adanya dorongan dan kebutuhan
melakukan suatu kegiatan, adanya harapan dan cita-cita, penghargaan dan
penghormatan atas diri, dan adanya kegiatan yang menarik.

3.4 Indikator Motivasi Kerja

Guru Hamzah B. Uno, menyebutkan bahwa indikator motivasi kerja guru tampak
melalui: Tanggung jawab dalam melakukan kerja, Prestasi yang dicapainya,
Pengembangan diri, serta Kemandirian dalam bertindak. Keempat hal tersebut
merupakan indikator penting untuk menelusuri motivasi kerja guru. Motivasi kerja guru
menurut Hamzah B. Uno, juga memiliki dua dimensi yaitu: 1) dimensi dorongan
internal dan 2) dimensi dorongan eksternal. 47 Dimensi dan indikator motivasi kerja guru
sebagaimana disebutkan dalam tabel 1.2
Dimensi Indikator
Motivasi Internal 1) Tanggung jawab guru dalam
melaksanakan tugas
2) Melaksanakan tugas dengan target yang
jelas
3) Memiliki tujuan yang jelas dan

47
Hamzah B. Uno,Teori Motivasi dan Pengukurannya, h. 72-73.

29
menantang
4) Ada umpan balik atas hasil
pekerjaannya
5) Memiliki perasaan senang dalam
bekerja
6) Selalu berusaha untuk mengungguli
orang lain
7) Diutamakan prestasi dari apa yang
dikerjakan
Motivasi Eksternal 1) Selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan kebutuhan kerjanya
2) Senang memperoleh pujian dari apa
yang dikerjakan
3) Bekerja dengan harapan ingin
memperoleh insentif
4) Bekerja dengan harapan ingin
memperoleh perhatian dari teman dan
atasan
Menurut Abin Syamsuddin Makmun, mengemukakan bahwa untuk memahami
motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:48 1) Durasi kegiatan
2) Frekuensi kegiatan 3) Presistensi pada kegiatan 4) Ketabahan, keuletan dan
kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan 5) Devosi dan pengorbanan
untuk mencapai tujuan 6) Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
dilakukan 7) Tingkat kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan 8) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
kerja guru diukur dari dua dimensi, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal.
Motivasi internal meliputi tanggungjawab dalam melaksanakan tugas, melaksanakan
tugas dengan target yang jelas, memiliki perasaan senang dalam bekerja, dan prestasi
yang dicapai. Motivasi eksternal meliputi berusaha untuk memenuhi kebutuhan,
memperoleh pengakuan, dan bekerja dengan harapan.
4. Kerangka Berpikir

Keberhasilan pencapaian kinerja guru secara efektif dan efisien tergantung dari
kompetensi yang dimiliki oleh guru. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut
adalah tentunya bagaimana manajemen pembelajaran pada Pendidikan merupakan salah
satu pendukung dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pendidikan yang
diperoleh baik dari sekolah maupun dari luar sekolah akan memberikan bekal
pengetahuan dan ketrampilan, sehingga akan meningkatkan kinerja seorang guru sesuai
dengan kecakapannya. Tingkat pendidikan yang dimiliki seorang guru akan
mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan dalam menghadapi suatu permasalahan
yang timbul khususnya dalam masalah pembelajaran dan peserta didik. Orang yang

48
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,h.309.

30
mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada umumnya lebih cepat mengatasi
masalah yang dihadapi, daripada orang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
Manajemen pembelajaran merupakan faktor yang dominan dalam menentukan
motivasi kerja guru kualitas pembelajaran. Artinya jika manajemen yang terlibat dalam
kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja yang bagus, maka akan mampu
meningkatkan kualitas kinerja seorang guru dalam pembelajaran, begitu juga
sebaliknya. Hal ini dapat dipahami karena guru yang mempunyai kinerja bagus dalam
kelas akan mampu menjelaskan materi denga anak-anak, mampu menumbuhkan
motivasi anak dengan baik, mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik,
mampu membimbing dan mengarahkan anak dalam proses pembelajaran sehingga anak
akan me mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik, mampu membimbing
dan mengarahkan anak dalam proses pembelajaran sehingga anak akan memiliki
semangat dan motivasi dalam belajar, senang dengan kegiatan pembelajaran yang
diikutinya, serta anak akan merasa mudah dalam menerima materi yang disampaikan
oleh guru.
Kinerja guru merupakan kesuksesan seorang guru dalam melaksanakan suatu
pekerjaan yang berkaitan dengan apa yang dihasilkan dari tingkah laku kerjanya yaitu
dalam melaksanakan tugas-tugas yang telah diberikan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan serta pengalaman dan kesungguhan dalam bekerja. Tolak ukur kinerja guru
dapat dilihat melalui kegiatan perencanaan pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan penilaian kegiatan pembelajaran, dan tindak lanjut
hasil pembelajaran.
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang dikemukakan, maka kerangka
konseptualnya sebagai berikut:

Manajemen Pembelajaran (X) Motivasi Kinerja Guru (Y)

Gambar 2.1
Skema Korelasi, Manajemen Pembelajaran dengan Motivasi Kinerja Guru di
Tunas Harapan Kec.Patumbak
Keterangan:
X= variabel bebas (Manajemen Pembelajaran) mencakup: Bagaimana Perencanaan
Pembelajaran yang dilakukan, seperti pada penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan komponen pada tujuan pembelajaran, materi ajar ,metode
pengajaran,sumber belajar dan penilaian hasil belajar.
Y= variabel terkait (Motivasi Kinerja Guru) mencakup: adanya hasrat dan keinginan
berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan,adanya dorongan dalam
kegiatan pembelajaran, adanya harapan dan cita-cita masa depan yang dipikirkan

31
seorang guru terhadap anak didiknya ,serta adanya penghargaan atau jenjang karir yang
dituju, dan adanya keinginan menarik dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran
dan guru juga dalam kegiatan pembelajaran perananya dalam menjelaskan materi
dengan baik, mampu menumbuhkan motivasi belajar anak dengan baik, dan mampu
mengarahkan dan membimbing anak dalam pembelajaran sehingga anak memiliki
semangat belajar.
5. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiono mendefinisikan bahwa Hipotesis adalah jawaban sementara


terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian
biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan.49 Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Dalam analisa pada penelitian ini ingin
membuktikan teori tentang Manajemen Pembelajaran Berdasarkan kerangka pikir yang
diuraikan diatas maka dapat diajukan suatu hipotesis dalam penelitian ini, yaitu bahwa
Manajemen Pembelajaran dengan motivasi kinerja guru . Hipotesis tersebut adalah
dimana bahwa “ Diduga terdapat hubungan antara Manajemen Pembelajaran dengan
Motivasi Kinerja Guru di Tunas Harapan Kec.Patumbak”.

49
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian, (Jakarta; CV. Alfabeta,2003) hal.51

32
BAB Ⅲ
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Sukmadinata menjelaskan bahwa penelitian korelasional
ditunjukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lain yang
dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi) secara
statistik50. Arikunto menjelaskan bahwa “penelitian korelasional adalah penelitian yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau
lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang
memang sudah ada”. Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas (X) yaitu Manajemen
Pembelajaran dan variabel terikat (Y) yaitu Motivasi kinerja guru.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi adalah wilyah generalisai yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneltiti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya51. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh guru yang ada di Tunas Harapan Kec. Patumbak sebanyak 6 orang.
2. Sampel Metode sampling yang digunakan adalah Saturation Sampling. Metode
ini adalah metode pengambilan sampel dengan mengikutsertakan semua anggota
populasi sebagai sampel penelitian. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah
seluruh anggota populasi. Yaitu sebanyak 6 orang Guru .
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Angket (Kuesioner), angket (kuesioner) yang digunakan untuk memperoleh data
dengan cara menyediakan sejumlah pertanyaan dengan opsi jawaban yang telah
disediakan. Pemilihan teknik angket tertutup ini untuk menghindari pembiasan
informasi sehingga pembahasan hasil penelitian tidak meluas.
b. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah responden sedikit/kecil. Wawancara yang digunakan adalah
wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.52
50
Sukmadinata, Nana Syaodih.. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung PT Remaja
Rosdakarya2013).hal.56
51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,( Bandung 2009,): Alfabeta.hal.20
52
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,( Bandung 2009,): Alfabeta.hal197

33
c. Studi Dokumentasi (literature), studi literaur yang digunakan untuk menggali
pemahaman teroritik tantang hal-hal yang berkaitan dengan kinerja guru serta tugas-
tugas professional guru.

D. Instrumen Penelitian
Arikunto berpendapat instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga data lebih mudah
diolah.53 Sedangkan Sugiyono menjelaskan “instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti”. 54 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu angket atau kuesioner. Titik tolak dari penyusunan angket ini adalah dengan
menetapkan variabel penelitian yang akan diteliti. Dari variabel tersebut diberikan
definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur.
Dari indikator kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.
Untuk memudahkan penyusunan angket, maka perlu digunakan matriks pengembangan
angket atau kisi-kisi angket. Setelah kisi-kisi angket dibuat, selanjutnya menyusun
angket yang akan digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
dua angket. Angket pertama digunakan untuk mengukur Mengenai Manajemen
Pembelajaran yang ada disekolah atau variabel X, sedangkan angket kedua digunakan
untuk mengukur Motivasi kinerja guru atau variabel Y. Angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup yang berisi pernyataan yang harus dijawab oleh
responden dengan memberikan checklist (√) pada jawaban yang dianggap paling sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam peneletian ini menggunakan 4 alternatif
jawaban yaitu “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, dan “tidak pernah”.
“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau kelompok tentang fenomena sosial”. Sedangkan skala empat lebih baik karena
dengan skala empat responden tidak memiliki peluang untuk bersikap netral sehingga
responden dipaksa untuk menentukan sikap terhadap pernyataan atau pertanyaan dalam
instrumen . Untuk arti dari masing-masing rentang yaitu: angka Keterangan:1. Sangat
Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Ragu-Ragu 4. Setuju 5. Sangat Setuju. Untuk bisa
menghasilkan angket yang baik, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas angket.
Sugiyono menyatakan bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Setelah diuji validitasnya, selanjutnya
angket diuji reliabilitasnya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Angket yang telah dibuat perlu dilakukan pengujian terhadap
keterandalannya. Hal ini dikarenakan instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua
persyaratan, yaitu validitas dan reliabilitas. Hal ini sesuai pendapat Sugiyono yang
menyatakan bahwa “instrumen yang baik harus valid dan reliabel”. 55

53
Arikunto, S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.( Jakarta: 2013). Rineka Cipta.hal203
54
Sugiyono. (Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung, 2013).: Alfabeta.CV. hal.135
55
Sugiyono .Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung: ALFABETA,
2013)hal.169

34
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana
adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum.56 Pengukuran pada variabel yang diungkap dilakukan dengan memberikan skor
pada jawaban angket yang telah diisi oleh responden. Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk mengetahui gambaran umum mengenai variabel Manajemen
Pembelajaran (X) dan Motivasi kinerja guru (Y).
2. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan
memenuhi prasyarat atau tidak untuk dianalisis dengan teknik yang telah di rencanakan.
Uji prasyarat analisis dalam penelitian menggunakan uji normalitas, uji linearitas.
Berikut pembahasan secara rincinya.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas ini bertujuan untuk
mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian .
Untuk itu uji normalitas harus dilakukan terlebih dahulu. Bila data tidak normal, maka
statistic parametris tidak bisa digunakan, sehingga statistik yang bisa digunakan adalah
statistik nonparametris.
b. Uji Linearitas
Tahap selanjutnya setelah uji normalitas adalah uji linieritas. Uji linieritas
dilakukan untuk mengetahui apakah dua variabel yaitu variabel X (kepemimpinan
kepala sekolah) dan variabel Y (kinerja guru) mempunyai hubungan yang linear atau
tidak secara siginifikan. Kalau tidak linier maka analisis regresi tidak dapat 26
dilanjutkan. Uji linieritas dilakukan pada masing- masing variabel bebas dan variabel
terikat. Perhitungan uji linieritas dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan program
SPSS versi 20 dengan menggunakan Test For Linearity.
3. Analisis Korelasi
Analisis korelasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari derajat hubungan
atau menguji hubungan dari kedua variabel (dependen dan independen). Dalam analisis
korelasi, digunakan rumus Pearson Product Moment. Untuk menganalisis korelasi,
peneliti menggunakan bantuan program SPSS. Langkahlangkah dalam analisis korelasi
menggunakan program SPSS adalah sebagai berikut: Klik Star > All Program > IBM
SPSS Statistics > IBM SPSS Statistics 20 maka akan muncul halaman program SPSS

56
Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung: ALFABETA,
2013,)hal.199

35
20. Pilih Variable View, pada kolom Name isikan X, kolom Decimals isikan 0, dan
kolom Measure isikan Scale. X mewakili kepemimpinan kepala sekolah.
Kemudian isika h;n kembali kolom Name dengan Y, kolom Decimals dengan 0, dan
Measure dengan Scale. Y mewakili variabel kinerja guru. Kemudian klik Data View.
Pada kolom X, kolom tersebut diisi dengan jumlah skor setiap guru yang menjadi
sampel yang diperoleh dari angket kepemimpinan kepala sekolah, sedangkan pada
kolom Y diisi dengan jumlah skor dari angket kinerja guru. Setelah semua data sudah
dimasukkan, lalu klik Analyze > Correlate > Bivariate. Selanjutnya, pindahkan semua
data X dan Y ke dalam kotak Variabels, checklist Pearson, pilih Two-tailed, dan
Checklist Flag significant correlations. Langkah selanjutnya yaitu klik OK

36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian

B. Uji Persyaratan Data

Descriptive Statistics
Min Max Std. Var
Ran imu imu Su Devia ianc
N ge m m m Mean tion e Skewness Kurtosis
Std. Std. Std.
Stat Stat Stat Stati Stat Stat Erro Statist Stat Stat Erro Stat Erro
istic istic istic stic istic istic r ic istic istic r istic r
Manajeme 6 4 41 45 260 43, ,867 2,123 4,5 -,01 ,845 - 1,74
n 27 07 9 3,2 1
Pembelajar 82
n
Motivasi 6 5 37 42 230 38, ,829 2,030 4,1 1,0 ,845 -,55 1,74
Kinerja 33 23 26 9 1
Guru
Valid N 6
(listwise)

Tampilan tabel ouput SPSS di atas menunjukkan jumlan responden (N) ada 6,
dari 6 responden ini nilai terkecil dari variabel X dan Y (minimum) 41 dan 37, dan nilai
terbesar dari variabel X dan Y (maximum) adalah 45 dan 42. Nilai range merupakan
selisih nilai minimum dan maximum yakni 4 dan 5. Nilai sum merupakan penjumlahan
dari nilai ke-6 responden tersebut yaitu sebesar 260 dan 230. Rata-rat nilai dari 6
responden atau mean sebesar 43,27 dan 38,33 dan standar deviasi sebesar 2,123 dan
2,030. Skewness dan Kurtosis merupakan ukuran untuk melihat apkah nilai variabel X
dan Y di distribusikan secara normal atau tidak. Skewness menukur kemencengan dari
data sementara kurtosis mengukur puncang dari distribusi data. Data dikatakan
berdistribusi normal jika mempunyai nilai skewness dan kurtosis mendekati nol. Hasil
tampilan ouput SPSS memberikan nilai skewness dan kurtosis masing-masing yaitu -
0,019 dan 1,026, nilai kurtosisnya adalah -3,282 dan -0,599, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data nilai variabel X dan Y berdasarkan nilai skewness dari varibel
x berdistribusi normal sedangkan variabel Y tidak berdistribusi normal. Sedangkan
berdasarkan nilai kurtosisnya variabel X dan Y sama-sam tidak berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

37
Unstandardiz
ed Residual
N 6
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. 1,19880924
Deviation
Most Extreme Absolute ,279
Differences Positive ,279
Negative -,230
Test Statistic ,279
Asymp. Sig. (2-tailed) ,156c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan tabel output SPSS tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi


Asiymp.sig (2-tailed) sebesar 0,156 lebih besar dari 0,05. Maka sesuai dasar
pengambilan keputusan dalam uji normalitas kolmogorov-smirnov di atas, dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi atau
persyaratan normalitas dalam model regresi sudah terpenuhi.

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Manajemen Between (Combined) 22,427 3 7,476 140,1 ,007
Pembelajarn * Groups 67
Motivasi Linearity 15,348 1 15,348 287,7 ,003
Kinerja Guru 68
Deviation 7,079 2 3,540 66,36 ,015
from Linearity 6
Within Groups ,107 2 ,053
Total 22,533 5
Berdasarkan Nilai Signifikansi (Sig): dari Output di atas, diperoleh dari
Deviation From Linearity Sig adalah 0,015 adalah kurang dari 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan linear secara signifikan antara variabel X dan
Y.

38
Correlations
Manajemen Motivasi
Pembelajarn Kinerja Guru
Manajemen Pearson 1 ,825*
Pembelajarn Correlation
Sig. (2-tailed) ,043
N 6 6
Motivasi Kinerja Guru Pearson ,825* 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,043
N 6 6
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan Nilai Signifikansi Sig. (2-tailed): dari tabel diatas nilai sig. (2-tailed)
antara variabel X dan Y adalah 0,043 kurang dari 0,05, yang berarti terdapat korelasi
yang signifikan antara variabel manajemen pembelajaran dan motivasi kinerja guru.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

39
LAMPIRAN

A. Lampiran I: Instrumen Penelitian Variabel X dan Y

KUESIONER INSTRUMEN PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN : Korelasi Manajemen Pembelajaran Dengan Motivasi


Kerja Guru di PAUD Tunas Harapan Kec. Patumbak
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden : ___________________________
2. Jenis Kelamin : ___________________________
3. Posisi Profesi : ___________________________

PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda centang ( √ ) pada bobot nilai alternative jawaban yang paling merefleksi
persepsi Ibu/Bapak pada setiap pernyataan.
Untuk jawaban Sangat setuju (SS) diberi nilai 5, Setuju (S) diberi nilai 4, Ragu-ragu
(RG) diberi nilai 3, Tidak setuju (TS) diberi nilai 2, dan Sangat tidak setuju (STS) diberi
nilai 1.
Alternatif Jawaban
Variabel Indikator Sub Pernyataan SS S RG TS STS
Indikator 5 4 3 2 1

(X) Perencana RPP 1. Guru memformulasikan


Manajemen an tujuan pembelajaran
Pembelajar Pembelaja dengan RPP sesuai dengan
an ran kurikulum/silabus dan
memperhatikan
karakteristik siswa.
2. Guru menyusun bahan ajar
secara
runtut,logis,kontekstual
dan muktahir.
3. Guru memilih sumber
belajar/media pembelajaran
sesuai dengan materi dan
strategi pembelajaran.
Pelaksana 4. Guru memulai
an pembelajaran dengan
Pembelaja efektif,dengan membentuk
ran semangat belajar siswa.
5. Guru menguasai materi
pelajaran yang sesuai
dengan rumusan tujuan

40
pembelajaran dan
disampaikan secara runtut.
6. Guru menerapkan
pendekatan belajar/media
dalam proses pembelajaran
yang disampaikan.
7. Guru menggunakan bahasa
yang benar dan tepat dalam
proses pembelajaran.
Penilaian 8. Guru merancang alat
Hasil evaluasi untuk mengukur
kemajuan dan keberhasilan
belajar siswa.
9. Guru menggunakan
berbagai strategi dan
metode penilaian untuk
memantaukemajuan dan
hasil belajar siswa dalam
mencapai kompetensi
tertentu sebagaimana yang
tertulis dalam RPP.
10. Guru memanfaatkan
berbagai hasil penilaian
untuk memberikan umpan
balik bagi siswa tentang
kemajuan belajarnya dan
bahan penyusunan
rancangan pembelajaran
selanjutnya.
Pengorga Materi 11. Materi yang disusun guru
nisasian Pembelaja dijabarkan secara tersruktur
Pembelaja ran dan membantu siswa
ran memahami materi yang
dijelaskan.
12. Materi yang di sajikan guru
disetiap pertemuannya
sesuai dengan kecepatan
dan kemampuan siswa
dalam memahami
pembelajaran.
13. Guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
pancingan kepada siswa
yang berisi keterkaitan
antara materi yang akan
dibahas dengan materi yang
telah dipelajari sebelumnya.
Metode 14. Guru merancang rangkaian
dan teknik kegiatan pembelajaran
Pembelaja yang mengutamakan
ran kegiatan dan partisipasi
siswa.

41
15. Guru menerapkan
rangkaian kegiatan
pembelajaran yang sama
untuk setiap pertemuannya.
16. Guru memiliki instrumen
dan rubrik penilaian untuk
setiap pertemuan yang
disesuaikan dengan KD,
indikator, atau tjuan
pembelajaran.
Media 17. Media dan sumber belajar
Pembelaja yang disajikan guru
ran membantu siswa dalam
memahami materi
18. Guru menyediakan media
interaktif bagi siswa untuk
menunjang pemahaman
konsep siswa.
19. Guru mampu menyajikan
sumber dan media
pembelajaran yang
memaksimalkan
penggunaan fasilitas yang
ada dan tersedia untuk
menarik perhatian siswa
dalam belajar.
Pengendal Kurikulu 20. Sebelum memulai
ian m pelajaran guru
(Pengarah Pembelaja mempersiapkan perangkat
an) ran pembelajaran terlebih
Pembelaja dahulu.
ran 21. Guru merancang rencana
pembelajaran yang sesuai
dengan silabus untuk
membahas materi ajar
tertentu agar peserta didik
dapat mencapai kompetensi
dasar yang ditetapkan,
22. Guru mengikuti urutan
materi pembelajaran
dengan memperhatikan
tujuan pembelajaran
Pembinaa 23. Guru bersikap memaksa
n Murid dengan selalu menuntut
kepatuhan anak agar
bertingkah laku seperti
yang dikehendaki oleh
guru
24. Guru memberikan
kebebasan sepenuhnya dan
anak diijinkan membuat
keputusan sendiri tentang

42
langkah apa yang akan
dilakukan
25. Guru bersikap terbuka
terhadap tuntutan dan
pendapat yang
dikemukakan anak,
kemudian mendiskusikan
hal tersebut bersama-sama,
Aspek 26. Pihak sekolah berupaya
Mananje melakukan pengadaan
men tenaga kependidikan
Sekolah disesuaikan dengan
kebutuhan
27. Penggunaan anggaran
keuangan sekolah belum
dilakukan secara terperinci

28. Guru tidak mempunyai


kesempatan melakukan
pembinaan kegiatan proses
belajar-mengajar agar
menunjang kurikulum
Pengevalu Efektivita 29. Apakah guru mampu
asian s menjelaskan materi
kegiatan pelajaran dengan jelas
pembelaja sehingga mudah difahami
ran siswa?
30. Dalam menyampaikan
bahan pelajaran, guru
memberikan contoh
sehingga apa yang
disampaikan mudah
dimengerti.
31. Dalam menyajikan materi
pelajaran apakah guru
menciptakan kegiatan atau
perlakuan yang berbeda
antara karakteristik siswa
yang memiliki kemampuan
rendah dengan siswa yang
memiliki kemampuan
tinggi?
Penerapan 32. Apakah situasi kegiatan
pembelajaran sehari penuh
diikuti dengan antusias
oleh semua siswa?
33. Guru melaksanakan
penilaian dengan berbagai
teknik dan jenis penilaian,
selain penilaian formal
yang dilaksanakan sekolah,
dan mengumumkan hasil

43
serta implikasinya kepada
peserta didik, tentang
tingkat pemahaman
terhadap materi
pembelajaran yang telah
dan akan dipelajari.
34. Guru memilih materi
pembelajaran yang: (1)
sesuai dengan tujuan
pembelajaran, (2) tepat dan
mutakhir, (3) sesuai dengan
usia dan tingkat
kemampuan belajar peserta
didik, (4) dapat
dilaksanakan di kelas dan
(5) sesuai dengan konteks
kehidupan sehari‐hari
peserta didik
(Y) Kebutuha Bekerja 35. Saya mempunyai semangat
Motivasi n akan keras kerja yang tinggi untuk
Kerja Guru berprestas tercapainya tujuan sekolah
i yang telah di programkan.
36. Dalam keadaan terpaksa
seperti sakit, saya meminta
ijin kepada kepala sekolah
untuk tidak mengajar
namun tetap memberikan
tugas untuk siswanya.
37. Sebagai guru, saya lebih
mementingkan tugas pokok
dari pada urusan pribadi.
Harapan 38. Saya akan merasa senang
untuk apabila siswa kelak
sukses menjadi orang yang
terhormat di masyarakat
39. Penghargaan atas prestasi
yang saya kerjakan,
mendorong saya bekerja
lebih berat.
40. Tugas-tugas yang
menantang membuat saya
untuk meningkatkan
kemampuan dalam bekerja.
Kekhawat 41. Dalam melaksanakan tugas
iran akan saya tidak berusaha untuk
gagal mengajar sebaik mungkin.
42. Saya tidak mencoba
model-model pembelajaran
baru untuk meningkatkan
prestasi hasil belajar siswa
43. Saya tidak yakin
keberhasilan mengajar

44
karena bakat ketekunannya
dan menguasai bahan ajar.
Peluang Tuntutan 44. Mengikuti kegiatan
untuk standart pendidikan dan pelatihan
berkemba profesi (diklat) peningkatan
ng profesionalitas guru
45. Selalu meningkatkan
kemampuan dalam
pemanfaatan media
pembelajaran
46. Mengikuti kegiatan
Kelompok Kerja Guru
(KKG) untuk
meningkatkan kemampuan
pembelajaran
Kualifikas 47. Saya mengikuti
i dan perkembangan cara
kompeten mengajar yang aktif,
si kreatif, efektif, dan
menyenangkan
48. Guru tidak harus memiliki
keahlian khusus/kualifikasi
khusus di bidang akademik
49. Kualifikasi akademik tidak
berpengaruh terhadap
pengetahuan guru
Inovatif 50. Saya melakukan inovasi
dan penggunaan alat peraga
kreatif dalam kegiatan
pembelajaran
51. Saya menggunakan alat
bantu mengajar, dan/atau
audio‐visual (termasuk tik)
untuk Kompetensi
Pedagogik Indikator Ya
Tidak meningkatkan
motivasi belajar
pesertadidik dalam
mencapai tujuan
pembelajaran.
52. Saya melakukan
pengorganisasian variasi
(individual, kelompok,
klasikal) sesuai kebutuhan
siswa
Kebangga Kepuasan 53. Kepercayaan dan tanggung
an kerja jawab menyelesaikan
terhadap tugas, menyukai jenis
pekerjaan pekerjaan saya , adanya
sendiri dukungan dan fasilitas ,
adanya kerjasama antar
rekan kerja

45
54. Rasa nyaman dalam
bekerja, Sekolahan
menciptakan suasanan
kerja yang menyenangkan,
adanya kerjasama antar
teman sejawat, adanya
fasilitas memadahi
55. Saya merasa senang
bekerja disini, karena
sesuai dengan keahlian
pendidikan yang saya
miliki
Peningkat 56. Saya mampu berinovasi
an kerja dalam melaksanakan
pekerjaan di sekolah
57. Hasil pekerjaan saya
menunjukan perkembangan
yang lebih baik
dibandingan waktu-waktu
sebelumnya
58. Saya mampu mencapai
hasil kerja yang maksimal
pada setiap target kerja
Kebutuha Potensi 59. Guru dapat menjelaskan
n akan yang alasan pelaksanaan
pengakua dimiliki kegiatan/aktivitas yang
n dilakukannya, baik yang
sesuai maupun yang
berbeda dengan rencana,
terkait keberhasilan
pembelajaran,
60. Mengikuti seleksi guru
berprestasi dengan
persiapan yang matang
61. Sertifikasi harus dimiliki
oleh guru sebagai tanda
guru profesional keahlian
mengajar
Gaji yang Kompens 62. Gaji yang saya terima
diterima asi sesuai dengan tanggung
jawab yang saya jalani.
63. Pemberian gaji berdasarkan
kompetensi yang dimiliki
64. Besarnya gaji yang
diterima akan
meningkatkan gairah
pekerjaan saya

B. Lampiran II: Data Mentah Variabel X dan Y

46
47
DAFTAR PUSTAKA

B.Uno, H. (2008). Perencanaan Pembelajaran . Jakarta: Bumi Aksara.

A.Majid. (2006). Perencanaan Pembelajaran . Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Ahmad, L. O. (2017). Konsep Penilaian Kinerja Guru dan Faktor Yang


Mempengaruhinya. Jurnal Idaarah, 1 ,No 1, 135-137.

Arifin, B. D. (2012). Instrumen Pembinaan ,Peningkatan Dan Penilaian Kinerja Guru


Profesional . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


dkk, A. S. (2016). Delapan Cara Pembinaan Motivasi Dikalangan Pendidik . Procedia
Social And Behavioral Sciences .

Hamalik, O. (2008). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT .Bumi Aksara.

Harlufi, M. (2016). Implementasi Penilaian Kinerja Guru Sebagai Upaya Peningkatan


Kompetensi Guru Di MTS Negeri Kendal. Kendal: UIN Walisongo.

Ismail, M. I. (n.d.). Kinerja Dan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran. Lentera


Pendidikan, 13,1 Juni, 46.

Kamila, I. N. (2017). Perbedaan Kinerja Mengajar Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Ditinjau Dari Latar Belakang Pendiidkan. Tunas Siliwangi, 3 No.1, 42.

Kompri. (2016). Motivasi Pembelajaran Presfektif Guru Dan Siswa. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Kompri. (n.d.). Motivasi Pembelajaran Presfektif Guru Dan Siswa.

Maisah, M. D. (2012). Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung Persada.

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran . Bandung : PT Remaja Rsdakarya .

Majid, A. (n.d.). Strategi Pembelajaran.

Muchit, S. (2008). Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Grup.

Ningrum, D. S. (2019). ‘Pengaruh Kinerja Guru terhadap Motivasi Belajar Anak Di RA


Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto’. . Mojokerto: STITNU Al Hikmah.

48
Pristiani, I. (2013). 5 Hambatan Melakukan Motivasi Diri Dalam Bekerja. Retrieved 2
2019, from www.ilawatipt.com/hambatan-motivasi-diri/11

Rino, L. (2014). Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMP
Negeri 2 Lasalimu Kabupaten Buton . Kendari: IAIN Kendari.

Sanjaya, W. (2010). Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana


Perenada Media.

Sholeh. (2016). Pendidikan Dalam Al-Quran (Konsep Ta'lam Q.S Al-Mujadallah ayat
11). Jurnal Al-Thariqah, 1, No 2, 17.

Sobirin. (2018). Kepala Sekolah ,Guru dan Pembelajaran . Bandung: Nuansa Cendekia.

Subhan. (2014). Faktor-Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar


Guru Bahasa Arab. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia .

Sukmadinata, N. S. (2002). Pengembangan Kurikulum :Teori dan Praktek . Bandung:


PT.Remaja Rosdakarya.

Supardi. (2016). Kinerja Guru . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group .

Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian, Jakarta; CV. Alfabeta


Sugiyono, 2013, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung:
ALFABETA)
Syafrimen Syafril, d. (2018). Pengaruh Pendidikan Profesional Dan Pelatihan Bagi
Guru(PLPG) Dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Dan Kinerja Guru.
Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah, 3 ,No 2, 123.

Terjemaham, D. A. (2012). Bandung: Al-Fattah.

Tifani, N. (2016). Pengaruh Kinerja Guru Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Sdk Penabur Bandar Lampung. Manajemen Magister, 02, No 02.

Tukiyo. (2015). Motivasi Dan Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten
Klaten. Jurnal FKIP Universitas Widya Dharma Klaten Jawa
Tengah ,Indonesia, 159.

Uno, H. B. (2014). Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Vera, f. (n.d.). Desain Training Guru Paud Melalui Analisis Kebutuhan Training Untuk
Meningkatkan Kinerja Guru Paud . 2017: Unipma.

49
Wagiran. (2013). Kinerja Guru Teori ,Penilaian Dan Upaya Peningkatkannya .
Yogyakarta: Deepublish.

Wahyudi, I. (2012). Mengejar Profesionalisme Guru. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wardani, V. P. (2013). Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Anak


Kelompok B TK Dharma Wanita. Universitas Negeri Yogyakarta, 49-50.

Wibowo. (2006). Manajemen Perubahan . Jakarta: Raja Grafinso Persada.

Yultita. (2013). Pengaruh Motivasi Internal ,Eksternal Dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan. Jurnal Ilmiah Cano 10 4 Ekonomos Universitas Pasir
Pengaraian, 02, No.1, 100.

50

Anda mungkin juga menyukai