Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengertian keterampilan dasar mengajar merupakan salah satu

usaha untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan

menyenangkan bagi peserta didik. Keterampilan mengajar merupakan

kemampuan atau kompetensi yang cukup kompleks sebagai integrasi dari

berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh dalam

melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru (Saputra, 2016).

Keterampilan yang harus dimliki oleh guru dalam melaksanakan tugasnya

sebagai guru (Rhamayanti, 2018) adalah keterampilan dalam membuka

dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan

mengadakan variasi, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan

bertanya, keterampilan mengelolah kelas, keterampilan mengajar

perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus

mengetahui dan dimiliki yaitu delapan keterampilan dasar mengajar, serta

dapat memahami dan menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar.

Adanya kegiatan belajar peserta didik yang lebih meningkat, maka seorang

guru dapat dikatakan berhasil dalam mendidik dan profesional.

Hasil penelitian terdahulu Anita Diah Frasetyana, Imam Sujadi

dan Tri Atmojo Kusmayadi yang berjudul “ Analisis Keterampilan Dasar

1
Mengajar Guru Matematika”, menyatakan bahwa masih terdapat beberapa

keterampilan yang belum diterapkan secara maksimal, seperti dalam

membuka pembelajaran, mengadakan variasi dan menutup pelajaran

(Anita, et al., 2015). Delapan keterampilan dasar mengajar tentu tidak

semua indikator berjalan dengan efektif, penyebab kurang aktifnya siswa

dalam pembelajaran dapat berpengaruh dengan keterampilan yang

diberikan gurunya, maka guru harus mengetahui komponen-komponen apa

saja yang harus diterapkan disaat jam pelajaran berlangsung. Contohnya

seperti dalam membuka pelajaran, memberikan motivasi termasuk

komponen dalam keterampilan membuka pelajaran. Membuka pelajaran

jika guru tidak memberikan motivasi, maka peserta didik akan merasa

tidak memiliki tujuan dalam belajar dan kurang bersemangat dalam

mengikuti pelajaran. Sehingga dengan seorang guru memberikan motivasi

maka peserta didik akan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran, sebab peserta didik tidak cenderung dengan membuka

pelajaran seperti biasanya (Hidayah, 2018).

SD YPK Getsemani Saporkren merupakan lembaga pendidikan

yang terletak di sebuah desa Saporkren, Waigeo Selatan, kabupaten Raja

Ampat. SD YPK Getsemani Saporkren juga salah satu lembaga

pendidikan yang cukup banyak peserta didiknya, sebagai guru juga harus

terus meningkatkan kualitas peserta didik serta dapat mengembangkan

keterampilan dan pengetahuannya baik di bidang pembelajaran maupun

ekstrakurikuler. Guru juga harus terus mengembangkan diri dan mengikuti

2
perkembangan kurikulum pendidikan yang digunakan baik proses

pembelajaran maupun administrasinya karena keberhasilan peserta didik

tidak lepas dari kemampuan seorang guru dalam mendidik agar mampu

menjadikan peserta didik yang berkualitas baik. Peserta didik yang tidak

sedikit serta jumlah mata pelajaran yang cukup banyak maka guru

diharapkan tetap mampu mengembangkan keterampilan dan pengetahuan

peserta didik. Guru harus mampu meningkatkan prestasi belajar peserta

didik, dengan menguasai keterampilan dasar mengajar maka akan lebih

membantu dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang guru harus

memiliki dan mampu menerapkan keterampilan dasar mengajar tersebut.

Berdasarkan observasi di SD YPK Getsemani Saporkren dapat

dilihat bahwa ada beberapa keterampilan yang sudah diterapkan dengan

baik, yaitu: keterampilan membuka dan menutup pembelajaran,

keterampilan menjelaskan, dan keterampilan bertanya. Proses

pembelajaran juga masih sering di adakan untuk mengerjakan tugas secara

individu sebab jika dibuat dalam kelompok, peserta didik menggunakan

waktu untuk bermain dengan dengan teman sekelompok bukan untuk

berdiskusi tentang materi. Terlihat juga pada peserta didik kelas IV, ketika

peserta didik diberikan tugas, baik kelompok maupun individu guru tidak

mengawasi atau memberi bimbingan, terkadang guru meninggalkan

ruangan kelas atau ditinggalkan pergi ke kantor atau ruang guru.

Pembelajaran peserta didik butuh bimbingan serta pengawasan dari

seorang guru itu sendiri karena dalam membimbing peserta didik baik

3
kelompok maupun individu juga termasuk dalam keterampilan dasar

mengajar.

Berdasarkan hasil wawancara pada saat observasi yang telah

dilakukan oleh peneliti dengan Bapak Nataniel Sauyai selaku Kepala

Sekolah, beliau mengatakan bahwa memang dari delapan keterampilan

dasar mengajar sudah diterapkan tetapi ada beberapa indikator yang

memang perlu diterapkan dengan kesabaran dan ketelatenan. Salah satu

contoh hambatan guru dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar

yang beliau sampaikan adalah membimbing diskusi kecil, membimbing

diskusi kelompok kecil beliau mengatakan bahwa untuk anak tingkat

Sekolah Dasar hal-hal yang berhubungan dengan diskusi itu tidak muda,

dengan alasan belum levelnya untuk anak SD. Mengatasi hal tersebut itu

beliau membentuk peserta didik dalam bentuk 4-5 orang peserta didik

untuk melatih mereka agar belajar untuk berdiskusi.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang

menjadi fokus penelitian adalah:

1. Bagaimana Implementasi keterampilan dasar mengajar pendidik dalam

pembelajaran di sekolah dasar daerah pesisir?

2. Hambatan dalam mengimplementasi keterampilan dasar mengajar

pendidik dalam pembelajaran?

4
1.4. Tujuan Penelitian

1. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi

keterampilan dasar mengajar pendidik dalam pembelajaran di sekolah

dasar daerah pesisir.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hambatan dalam

mengimplementasi keterampilan dasar mengajar pendidik dalam

pembelajaran.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberi dampak baik

terhadap berbagai unsur manfaat sebagai berikut:

1.5.1.Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kepustakaan FKIP

Program Studi PGSD,

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

yang dapat dijadikan masukkan untuk menginspirasi dalam

menggunakan keterampilan dasar mengajar pendidik di SD,

3. Sebagai tambahan informasi bagi para pendidik dan calon

pendidik.

1.5.2.Manfaat Praktis

Secara praktis diharapkan penelitian memberikan manfaat:

1. Bagi Pendidik

a. Dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dasar mengajar dalam mengatasi permasalahan pada

5
pembelajaran serta untuk meningkatkan kompetensi mengajar bagi

tenaga pendidik yang profesional.

b. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi pendidik untuk

meningkatkan keterampilan dasar menagjar, agar dapat

menciptakan suasana belajar yang efektif.

2. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan

pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan keterampilan dasar

mengajar, agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan optimal

dan tercapai tujuan pendidikan nasional.

3. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan, pengetahuan serta pengalaman dari

hasil pengamatan langsung dan sebagai calon pendidik belajar

meningkatkan kualitas pendidik yang profesional.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pengertian Mengajar

Secara umum, merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan tidak

hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa tetapi

mengandung banyak tindakkan yang harus dilakukan agar hasil belajar

sesuai dengan yang diharapkan (Zainal, 2010).

Menurut Wijayani (2014:h, 27), menyatakan bahwa mengajar

merupakan usaha yang dilakukan untuk menyampaikan dan memahamkan

ilmu. Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau

pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik.

Mengajar juga memiliki prinsip-prinsip umum yang dijadikan sebagai

pegangan oleh seorang pendidik dalam melaksanakan kegiatan mengajar.

a. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki

peserta didik

b. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat

praktis.

c. Mengajar harus memerhatikan perbedaan individu setiap peserta

didiknya.

d. Kesiapan peserta didik dalam belajar sangat penting untuk

dijadikan landasan dalam belajar

e. Tujuan belajar harus diketahui oleh peserta didik.

7
f. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar.

Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan seorang

pendidik dalam menyampaikan informasi atau pengetahuan secara

profesional kepada peserta didik, dengan secara bermakna dan efektif

dan menyeluruh Rhamayanti (2018). Pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa mengajar tidak hanya menyampaikan informasi

dari guru tetapi juga mengandung banyak tindakan agar hasil belajar

sesuai dengan apa yang diharapkan.

2.1.2. Keterampilan Dasar Mengajar

Keterampilan merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan

akal, ide, pikiran, dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah

maupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga

menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Keterampilan

hendaknya terus dikembangkan dan dilatih serta diasah sehingga dapat

bertambahnya kemampuan seseorang tersebut menjadi ahli atau

profesional dalam salah satu bidang tersebut (Wijayani, 2014:h, 27).

Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan seorang guru

dalam menyampaikan informasi atau pengetahuan secara profesional

kepada peserta didik, dengan secara bermakna dan efektif dan

menyeluruh Rhamayanti (2018). Jadi keterampilan atau kemampuan

mengajar harus dimiliki oleh seorang guru, memiliki keterampilan

mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik

yang terealisasikan dalam hasil belajar peserta didik.

8
2.1.3. Komponen Keterampilan Dasar Mengajar Pendidik Dalam

Pembelajaran

Menerapkan keterampilan dasar mengajar pendidik ini, maka

akan lebih membantu seorang pendidik dalam proses belajar dan

dalam penyampaian materi, keterampilan dasar meliputi:

1. Membuka Pembelajaran

1) Pengertian Membuka Pembelajaran

Menurut Arifin (2016:h, 128), Menyatakan bahwa membuka

pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam

kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prokondisi peserta didik

agar minat maupun perhatian peserta didik terpusat pada apa yang

akan dipelajarinya. Sedangkan keterampilan membuka menurut Zainal

(Microteaching, 2010, h. 70) menyatakan bahwa keterampilan

membuka pembelajaran adalah kunci dari seluruh proses pembelajaran

yang harus dilaluinya. Sebab jika seorang guru pada awal

pembelajaran tidak mampu menarik perhatian peserta didik, maka

proses tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik.

2) Komponen-Komponen Membuka Pembelajaran

(a) Menarik perhatian siswa. Komponen menarik perhatian peserta didik

sangat diperlukan dalam membuka pembelajaran, dan ini dapat

dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan variasi dalam

9
gaya mengajar, variasi menggunakan media, serta interaksi antara

peserta didik dengan pendidik.

(b) Menimbulkan motivasi. Motivasi perlu diberikan oleh pendidik untuk

peserta didik, motivasi ini akan timbul apabila pendidik dapat

menciptakan suasana belajar yang hangat dan antusias serta tidak lupa

untuk memperhatikan minat peserta didik.

(c) Memberikan acuan.Pemberian acuan dapat dilakukan dengan berbagai

usaha, seperti mengajukan pertanyaan sebelum memulai pembelajaran,

menyeampaikan tujuan dan batas-batas tugas yang akan dilakukan.

(d) Membuat kaitan. Membuat kaitan atau hubungan antara materi yang

akan dipelajari dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan

mengenai materi yang sebelumnya (Mullyawati et al, 2017).

3) Tujuan

Menurut Suwarna et al. dalam buku Barnawi & M. Arifin,

keterampilan membuka pembelajaran bertujuan untuk:

(a) Membantu peserta didik mempersiapkan diri.

(b) Menimbulkan minat dan perhatian peserta didik.

(c) Membantu peserta didik untuk mengetahui hubungan antara

pengalaman-pengalaman yang telah dikuasainya dan hal-hal baru

yang akan dipelajari atau yang belum dikenal (Barnawi dan Arifin

2016:h, 129).

2. Menutup Pembelajaran

1) Pengertian

10
Menutup pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh

pendidik dalam mengakhiri penjelasan atau pembahasan pada suatu

topik bahasan, kegiatan menutup pembelajaran berupa pertanyaan-

pertanyaan, ringkasan serta bertujuan untuk menyimpulkan kegiatan

inti (Sudirman, 2016:h, 200).

2) Komponen-komponen menutup pembelajaran

(a) Meninjau kembali. Pelajaran yang telah disampaikan oleh pendidik

dapat ditinjau ulang dengan memberikan tugas merangkum agar

pendidik dapat mengetahui sampai mana pemahaman peserta didik

selama proses pembelajaran.

(b) Mengevaluasi. Kegiatan evaluasi yang dapat dilakukan oleh

pendidik dalam setiap akhir pembelajaran yaitu dengan

memberikan tugas kepada peserta didik seperti melakukan tanya

jawan, dan mengerjakan soal.

(c) Tindak lanjut. Tindak lanjut dalam pembelajaran dapat diberikan

oleh pendidik seperti tugas dalam bentuk pekerjaan rumah (Widiati

et al. 2016).

3) Tujuan

Menurut Mulyasa et al. (2016:h, 131 ), menyatakan bahwa

tujuan menutup pembelajaran yaitu untuk:

(a) Mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam

mempelajari materi pelajaran.

11
(b) Mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam penyampaian

materi pada peserta didik.

(c) Membantu peserta didik untuk mengetahui hubungan antara

pengalaman yang telah dikuasai dan hal-hal yang baru

dipelajarinya (Mulyasa et al., 2016:h, 131)

3. Keterampilan Menjelaskan

1) Pengertian

Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu

benda, data dan fakta sesuai dengan waktu dan hukum yang berlaku

(Mulyasa, 2013:h, 80) Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran

ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara

sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan

yang lainnya, sebagai misal antara sebab akibat, definisi dengan contoh

atau dengan sesuatu yang belum diketahui (Usman, 2013: h, 89).

2) Komponen-komponen keterampilan menjelaskan

a) Merencanakan pesan yang akan disampaikan. Merencanakan pesan

yang akan disampaikan harus terlebih dahulu diperhatikan isi pesan

serta orang yang akan menerima pesan, dalam hal ini adalah

peserta didik. Peserta didik juga harus diperhatikan agar kesiapan

dalam menerima pesan benar-benar ada.

b) Penyajian suatu penjelasan. Penyajian suatu penjelasan dapat

ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan kejelasan,

12
penggunaan contoh, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan

(Usman, 2013: h, 90).

3) Tujuan

Tujuan keterampilan menjelaskan menurut Marno & M. Idris,

yaitu:

a) Membimbing fikiran peserta didik dalam memahami materi yang

dipelajari, baik dari konsep, dalil, prinsip, dan hukum-hukum yang

menjadi bahan pembelajaran.

b) Memperkuat struktur kognitif peserta didik yang berhubungan

dengan bahan pelajaran.

c) Membantu peserta didik dalam memecahkan masalah.

d) Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses

penalaran serta menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan

masalah.

e) Mengomunikasikan ide dan gagasan kepada peserta didik.

f) Melatih peserta didik mandiri dalam mengambil keputusan.

g) Melatih peserta didik untuk berfikir logis apabila penjelasan

pendidik kurang sistematis (Barnawi & Arifin, 2016:h, 134).

4. Keterampilan Mengadakan Variasi

1) Pengertian

Mengadakan variasi dalam proses pembelajaran diartikan sebagai

perubahan pengajaran dari yang satu ke yang lain yang berjuang untuk

menhilangkan rasa bosan dan kejenuhan peserta didik dalam menerima

13
materi yang diberikan oleh pendidik, sehingga peserta didik dapat

kembali aktif serta berpartisipasi dalam belajar (Nurlaili, 2018). Bagi

siswa adanya variasi dalam mengajar dilihat sebagai sesuatu yang

energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevansi

dengan hasil belajar, artinya keterampilan guru dalam mengadakan

variasi memiliki keterkaitan dengan prestasi belajar (Artikawati,

2016).

2) Komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi

a) Variasi gaya mengajar. Variasi dalam gaya mengajar guru yaitu

mencakup suara yang jelas, jernih dan irama tepat, gerak atau

mimik dapat memperjelas penyampaian materi, kesenyapan untuk

menyegarkan kembali perhatian peserta didik, perubahan porsi

pendidik yang dapat menjangkau seluruh bagian teks, pemusatan

perhatian, serta kontak pandang.

b) Variasi penggunaan media dan alat-alat pembelajaran. Perbedaan

alat indra yang digunakan peseta didik dalam memahami pelajaran

adalah tugas seorang pendidik untuk memberikan pemahaman

secara adil. Hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan

mengadakan variasi dalam menggunakan media atau alat

pembelajaran.

c) Variasi dalam pola interaksi. Variasi dalam pola interaksi ini

dilakukan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan dan

14
menghidupkan suasana kelas menjadi kelas yang menyenangkan

(Ambarawati, 2016:h, 81-90).

3) Tujuan

Burnawi & Arifin (2016, h. 137) mengungkapkan bahwa

mengadakan variasi memiliki fungsi atau tujuan untuk:

a) Mengurangi kebosanan peserta didik dalam mengikuti pelajaran.

b) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

c) Memacu, mengembangkan, dan mengikat perhatian peserta didik

pada pembelajaran yang sedang berlangsung.

d) Menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik pada hal-hal baru yang

sedang dipelajarinya.

e) Menumbuhkan perilaku belajar positif pada diri peserta didik.

f) Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam interaksi kegiatan

belajar.

5. Keterampilan Memberi Penguatan

1) Pengertian

Keterampilan memberi penguatan merupakan keterampilan yang

memberi respon positif dengan tujuan mempertahankan dan

meningkatkan perilaku tertentu, penguatan juga dapat dikatakan sebagai

respon terhadap suatu tingkah laku yang sengaja diberikan agar tingkah

laku tersebut dapat terulang kembali (Burnawi & Arifin, 2016, h. 141).

Keterampilan memberi penguatan juga merupakan segala bentuk respon

yang bersifat verbal ataupun nonverbal sebagai umpan balik yang

15
diberikan terhadap tingkah laku peserta didik, yang bertujuan untuk

memberikan informasi atau umpan balik bagi sipenerima atas

perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi (Usman, 2006,

h. 80).

2) Komponen-komponen keterampilan memberi penguatan

a) Penguatan verbal. Penguatan verbal ini berupa kata atau kalimat

yang disampaikan secara lisan oleh pendidik.

b) Penguatan nonverbal. Penguatan nonverbal dapat diartikan sebagai

penguatan tanpa kata-kata, yang meliputi penguatan gesture,

penguatan pendekatan, penguatan dengan menyentuh, penguatan

dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan, dan penguatan

dengan memberikan jawaban kepada peserta didik yang hanya

sebagian saja yang benar dan pendidik tidak langsung menyalakan

peserta didik (Basori, 2018: h, 52))

3) Tujuan

Tujuan dalam menggunakan penguatan menurut Marno & M. Idris,

yaitu:

a) Meningkatkan perhatian peserta didik dalam proses belajar.

b) Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar

peserta didik.

c) Mengarahkan pengembangan berfikir peserta didik.

16
d) Mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses

belajar.

e) Mengendalikan dan memodifikasi tingkah laku peserta didik yang

kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang

produktif (Barnawi & Arifin, 2016: h, 142).

6. Keterampilan Bertanya

1) Pengertian

Keterampilan bertanya dalam kegiatan pembelajaran merupakan

mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari

apa yang di amati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi

tambahan apa yang diamati namun tidak jelas (Astuti, 2015).

Keterampilan bertanya merupakan suatu ucapan yang dilontarkan

pendidik kepada peserta didik sebagai stimulus agar peserta didik

merespon dan menunjukkan respon umpan balik atau balikan dari

peserta didik (Zainal, 2017, h. 81).

2) Komponen-komponen keterampilan bertanya

Komponen keterampilan bertanya dasar yaitu:

17
a) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat. Pertanyaan

yang diberikan harus jelas dan singkat, serta menggunakan bahasa

yang mudah dipahami oleh peserta didik.

b) Pemberian acuan. Pendidik sebelum memberikan pertanyaan

kepada peserta didik perlu memberikan acuan yang berupa

informasi yang berhubungan dan sesuai dengan pertanyaan yang

akan diberikan.

c) Pemusatan perhatian. Pendidik harus menarik perhatian peserta

didik sebelum mengajukan pertanyaan, agar peserta didik tetap

fokus dalam pembelajaran dan dapat menjawab pertanyaan.

d) Pemberian waktu berpikir. Sebelum menunjuk peserta didik untuk

menjawab pertanyaan, pendidik hendaknya diam sejenak untuk

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir

dalam memberikan jawaban.

e) Pemberian tuntunan. Peserta didik dalam menjawab pertanyaan

masih salah atau tidak dapat menjawab, pendidik hendaknya

memberikan tuntunan agar peserta didik dapat menjawab dengan

benar (Neneng et al., 2017).

3) Jenis-jenis pertanyaan menurut tujuannya

Menurut Zainal (2010, h. 84) tujuan keterampilan bertanya yaitu:

a) Pertanyaan permintaan (copliace question) pertanyaan harapan

agar siswa mematuhi perintah.

18
b) Pertanyaan retoris (rhetorical question), menghendaki jawaban

guru.

c) Pertanyaan mengarahkan (prompting question) pertanyaan yang

diajukan untuk mengarahkan siswa dalam proses berpikir.

d) Pertanyaan menggali (probing question) pertanyaan lanjutan yang

akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawabannya.

e) Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom (kognitif, afektif, dan

psikomotor).

f) Pertanyaan menurut luas dan sempit sasaran.

7. Keterampilan Mengelola Kelas

1) Pengertian

Mengelola kelas merupakan usaha untuk mengatur kegiatan proses

belajar mengajar secara sistematis. Usaha tersebut di arahkan pada

persiapan materi pembelajaran, menyiapkan sarana dan alat peraga,

pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi

pembelajaran dan pengaturan waktu, sehingga proses belajar mengajar

berjalan dengan baik (Kadir, 2016). Mengelola kelas merupakan

keterampilan pendidik untuk menciptakan dan memelihara kondisi

belajar yang optimal dan mengembalikannya jika terjadi gangguan

dalam proses belajar mengajar (Istihana, 2015).

19
2) Komponen-komponen keterampilan mengelola kelas

Komponen keterampilan mengelola kelas menurut Asril (2010, h.

73), adalah sebagai berikut.

a) Kehangatan dan keantusiasan.

b) Penggunaan bahan yang menantang akan meningkatkan gairah

belajar siswa.

c) Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar,

dan pola interaksi.

d) Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi

mengajarnya untuk mencegah gangguan yang timbul.

e) Penekanan hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian

siswa pada hal negatif.

f) Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri

dengan cara memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari.

3) Tujuan

Secara umum tujuan pengelolaan kelas ialah mempertahankan

organisasi kelas yang efektif. Secara khusus, pengelolaan kelas

bertujuan:

a) Menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal.

b) Mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

c) Menyadari kebutuhan peserta didik.

d) Merespons secara efektif perilaku peserta didik.

20
e) Mengembangkan peserta didik agar bertanggung jawab terhadap

tingkahlakunya.

f) Membangun kesadaran peserta didik agar bertingkahlaku sesuai

dengan tata terti.

g) Menumbuhkan kewajiban untuk melibatkan diri dalam aktivitas

kelas (Burnawi & Arifin 2016, h. 153).

8. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

1). Pengertian

Diskusi kelompok kecil ialah dengan memahami bahwa

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah membimbing

setiap siswa dalam kelompok kecil untuk dapat memecahkan masalah

pada saat berdiskusi agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai

dengan baik (Ida et al., 2016).

Menurut Zainal (2010, h.79) mengatakan bahwa diskusi kelompok

kecil adalah peserta didik berdiskusi dalam kelompok-kelompok

dibawah pembinaan pendidik atau temannya untuk berbagi informasi,

pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, dilaksanakan dalam

suasana terbuka.

1) Komponen-komponen membimbing diskusi kelompok kecil

a) Pemusatan perhatian. Memusatkan perhatian ini dapat pendidik

lakukan dengan menyampaikan topik, tujuan diskusi, dan cara

untuk mencapai diskusi.

21
b) Memperjelas masalah atau pendapat. Menghindari perbedaan

pendapat hendaknya pendidik menjelaskan masalah yang akan

dibahas dan batasan-batasan masalahnya.

c) Menganalisa pandangan peserta didik. Sering terjadinya perbedaan

pendapat dalam diskusi, maka pendidik hendaknya dapat meminta

peserta didik untuk mempertegas inti gagasan dan mengemukakan

alasan dari pendapat yang disampaikan.

d) Meningkatkan pola pikir peserta didik. Pendidik dapat memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang dapat menentang pola berpikir peserta

didik, memberikan contoh-contoh verbal, memberikan waktu untuk

berpikir dan memberi dukungan dari pendapat peserta didik.

e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi. Dalam diskusi, biasanya

yang aktif hanya peserta didik itu-itu saja, namun pendidik harus

bisa membuat peserta didik yang lain juga ikut serta aktif dalam

diskusi, dapat dilakukan dengan mendorong peserta didik untuk

berpendapat, dan memberikan kesempatan berbicara secara

bergilir.

f) Menutup diskusi. Pendidik harus mampu membimbing peserta

didik dalam menyimpulkan hasil diskusi dan menindaklanjuti hasil

diskusi serta memberikan nilai hasil diskusi (Shoffa, 2017).

3). Manfaat

22
Salah satu alternatif bentuk pelajaran, Burnawi & Arifin (2016, h.

163) mengemukakan bahwa format diskusi kelompok kecil memiliki

manfaat sebagai berikut:

a) Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi.

b) Meningkatkan disiplin.

c) Meningkatkan motivasi belajar.

d) Mengembangkan sikap saling membantu.

e) Meningkatkan pemahaman.

9. Keterampilan membimbing perorangan

1) Pengertian

Keterampilan membimbing perorangan merupakan suatu bentuk

pelajaran yang memungkinkan pendidik memberikan perhatian kepada

setiap peserta didik, danmenjalin hubungan yang lebih akrab antara

pendidik dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan

peserta didik (Mulyasa, 2013:h, 92).

2) Komponen-komponen dalam keterampilan membimbing perorangan

a) Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan belajar.

Pendidik harus mampu mempersiapkan perencanaan pembelajaran

yang sesuai dengan program dan kebutuhan peserta didik, serta

mampu melaksanakan rencana tersebut.

b) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi. Mengajar

perorangan salah satu cirinya adalah terjadinya hubungan timbal

23
balik yang baik dan akrab, baik antar pendidik dengan peserta

didik. Sebagai pendidik yang profesional, harus bisa menciptakan

suasana yang terbuka untuk peserta didik sehingga dalam

pembelajaran peserta didik akan merasa bebas dan leluasa dalam

berpendapat (Saud, 2013: h. 163).

3) Tujuan

Barnawi & Arifin (2016, h. 158) mengemukakan tujuan

keterampilan membimbing perorangan sebagai berikut:

a) Memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar kepada peserta

didik.

b) Mengembangkan daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada peserta

didik.

c) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar lebih

aktif.

d) Membentuk hubungan yang lebih akrab antara pendidik dan

peserta didik maupun antar peserta didik.

2.2. Penelitan Terdahulu

Penelitian yang serupa yaitu dilakukan oleh Alpaidah (2015) yang

berjudul Analisis Delapan Keterampilan Mengajar Guru Pada

Pembelajaran IPS Siswa Kelas V Semester II Di SDN 03/1 Olak Kemang

(Alpaidah, 2015). Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan

24
metode deskriptif kualitatif yang akan mengkaji delapan keterampilan

guru pada pembelajaran IPS siswa kelas V semester II di SDN 03/01 Olak

Kemang. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan kategori yang baik,

yaitu semakin baik keterampilan mengajar guru maka semakin baik pula

cara mengajar guru. Perbedaan penelitian Alpaidah dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti adalah subjek penelitiannya pada sekolah

daerah pesisir, dan persamaannya adalah sama-sama membahas tentang

keterampilan dasar mengajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Sundari & Mulyawati (2017) yang

berjudul Pengaruh Efikasi Diri Mahasiswa PGSD Terhadap Keterampilan

Dasar Mengajar, ditemukan hasil penelitian pada mahasiswa PGSD yang

sedang melakukan Program Pengalaman lapangan (PPL) di lima SD yaitu

SDN Semeru I, SND Polisi 4, SDN Semplak I, SDN Lawanggintung I, dan

SDN Lawanggintung II sangat baik dari segi keterampilan menjelaskan.

Sedangkan keterampilan bertanya, keterampilan membuka dan menutup

pelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,

keterampilan membimbing perorangan, keterampilan mengelola kelas, dan

keterampilan memberi penguatan memperoleh hasil yang baik. Perbedaan

penelitan ini adalah subjek yang di ambil, penelitian terdahulu subjek yang

di ambil merupakan mahasiswa PGSD atau calon guru Sekolah dasar

sedangkan subjek pada penelitian yang di angkat oleh peneliti adalah guru

yang telah lulus sarjana.

25
Penelitian yang dilakukan oleh Safitri dan Sotani (2016) yang

berjudul Keterampilan Mengajar Guru dan Motivasi Belajar Siswa

Sebagai Determinan Terhadap Hasil Belajar diperoleh hasil yang

menunjukan bahwa keterampilan dasar mengajar guru dan motivasi belajar

siswa memiliki pengaruh yang kuat terhadap hasil belajar siswa baik

secara parsial maupun simultan. Perbedaan penelitian ini adalah dari

tempat dan objek yang diteliti. Pada penelitian terdahulu tempat

dilakukannya penelitian berada di salah satu Sekolah Dasar di Malang,

dilihat dari objek penelitian terdahulu ada tiga objek yang di ambil yaitu

keterampilan dasar pendidik, motivasu belajar siswa dan hasil belajar

siswa. Pada penelitian yang di angkat peneliti hanya mengambil satu

objek yaitu keterampilan dasar mengajr pendidik.

2.3. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang kompleks yaitu

dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran, dimana dalam proses

pembelajaran melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Salah satu

aspek serta yang menjadi penentu kualitas pendidikan adalah kualitas

pendidik. Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan seorang

pendidik yang harus dikuasai oleh pendidik seperti kemampuan atau

kecakapan dalam membimbing aktivitas belajar peserta didik.

Keterampilan yang harus dimiliki oleh pendidik dalam proses

pembelajaran adalah keterampilan membuka dan menutup pembelajaran,

keterampilan menjelaskan, keterampilan mengadakan variasi,

26
keterampilan memberi penguatan, keterampilan bertanya, keterampilan

mengelola kelas, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,

keterampilan membimbing perorangan. Berikut adalah kerangka berpikir:

Analisis Masalah:
Akibatnya:
- Kurangnya bimbingan guru dalam
- Siswa Kurang aktif dalam pembelajar
pembelajaran
- Siswa menjadi malas sekolah
- Kurangnya penerapan keterampilan
- Siswa akan sulit memahami pelajaran
bervariasi, keterampilan membimbing
- Akan timbul rasa bosan dan kurang
diskusi kelompok kecil dan bimbingan
minat dalam belajar
perorangan,mengelola kelas dan,
- Menurunnya nilai yang diperoleh siswa
keterampilan memberi penguatan

Keterampilan Dasar Mengajar

Keterampilan mengadakan variasi

Keterampilan memberi penguatan

Keterampilan mengelola kelas

Keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil

Keterampilan membimbing
perorangan

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

3.1.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian yang

digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif

deskriptif adalah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi

kasus (case study).

Studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditunjukan sekedar

untuk memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu

atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif

mendalam. Studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam

kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Data studi kasus dapat

diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti tetapi juga dapat diperoleh dari

semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik

(Sugiyono, 2016).

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

3.2.1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas di SD YPK Getsemani

Saporkren Kabupaten Raja Ampat.

28
3.2.1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah delapan keterampilan dasar

mengajar guru, meliputi : keterampilan membuka dan menutup pelajaran,

keterampilan bertanya, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan

membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan menjelaskan,

keterampilan memberi penguatan, dan keterampilan membimbing

perorangan.

3.3. Data dan Sumber Data

3.3.1. Data

a. Data primer, data diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan

guru di SD YPK Getsemani Saporkren.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain seperti

buku, dan artikel delapan keterampilan dasar mengajar pendidik

yang berhubungan dengan objek penelitian.

3.3.2. Sumber Data

Data yang didapatkan merupakan hasil dari wawancara, menjadi

sumber datanya adalah informan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

29
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi

(pengamatan) dan wawancara, alasan penggunaan observasi dan

wawancara adalah:

3.4.1. Observasi (Pengamatan)

Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang diharuskan

terlibat secara langsung dan mengamati secara mendalam terhadap nilai-

nilai yang terkandung dalam suatu gejala dan sekaligus bertindak sebagai

pemancing dinamika gejala untuk mengetahui keaslian gejala tersebut.

Landasan utama yang melatar belakangi penggunaan pengamatan pada

penelitian ini, antara lain:

a) Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman langsung, yaitu

proses perkenalan antara peneliti dengan subjek peneliti.

b) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam

situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung

diperolah oleh data.

3.4.2. Wawancara (Interview)

Teknik wawancara ini, peneliti terlebih dahulu membuat pedoman

wawancara yang disesuaikan dengan pertayaan pada sub masalah dengan

tujuan agar proses wawancara lebih terarah dan teratur. Peneliti juga

memakai teknik wawancara bebas dengan kata lain kondisi proses

30
berlangsungnya wawancara adalah bebas dan tidak hanya terpengaruh oleh

adanya pertanyaan yang telah di arsipkan.

Wawancara harus dilakukan dengan cara yang seefektif mungkin,

artinya dalam waktu yang relatif singkat, diharapkan peneliti dapat

memperoleh data atau informasi yang sebanyak-banyaknya.

Pada tahap wawancara ini, peneliti menggunakan dua cara, yaitu

dengan cara menggunakan catatan langsung saat wawancara atau

menggunakan alat perekam, agar peneliti dapat mengecek kembali hasil

wawancara yang telah dilakukan.

3.4.3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Teknik ini digunakan sebagai pelengkap

dalam pengumpulan data hasil oservasi dan wawancara yang berguna

untuk hasil penelitian.

3.5. Validitas Data

Dalam penelitian pada dasarnya sudah ada usaha untuk

meningkatkan derajat kepercayaan data yang dinamakan validitas data.

Syarat hasil penelitian haruslah ilmiah dengan bukti data yang ada pada

subjek penelitian. Kesalahan mungkin saja bisa terjadi dalam penggalian

data terhadap subjek penelitian. Peneliti harus melaksanakan pemeriksaan

31
terhadap data secermat mungkin sesuai dengan teknik penelitian sehingga

penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi.

3.5.1. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan validitas data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu, keperluan pengecekan

atau sebagai perbandingan terhadap data itu, ada empat macam triangulasi

sebagai teknik pemeriksaan memanfaatkan penggunaan sumber dan

metode, yaitu:

a) Triangulasi sumber merupakan cara mengecek data yang telah

diperoleh dari beberapa sumber (Sugiyono, 2016). Cara yang

ditempuh peneliti adalah membandingkan data yang disampaikan

di depan umun dengan data yang disampaikan secara pribadi.

b) Triangulasi metode, peneliti melakukan metode wawancara yang

ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara

dilakukan. Peneliti melakukan wawancara kepada guru di SD YPK

Getsemani Saporkren. Peneliti turun langsung untuk observasi

dilapangan dalam mendapatkan data dilapangan sesuai dengan

bagaimana proses pembelajaran berlangsung.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara

sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan.

Analisis data menurut Bogdan dan Sugiyono yaitu proses mencari dan

32
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, hlm.

334). Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan

data yang diperoleh.

Menurut Sugiyono (2016) analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang

terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan

kesimpulan. Ketiga alur tersebut secara lebih lengkapnya adalah sebagai

berikut:

3.6.1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung

terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif

berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak waktu

penelitiannya memutuskan (seringkali tanpa disadari sepenuhnya)

kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan

pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya.

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

33
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya

dapat ditarik dan diverifikasi.

3.6.2. Penyajian Data

Penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama

bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis metrik,

grafik, jaringan dan bagang, semuanya dirancang guna menggabungkan

informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih.

Seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan

menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus

melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh

penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

3.6.3. Menarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan menurut Sugiyono (2016) hanyalah sebagaian

dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh, kesimpulan-kesimpulan juga

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin

sesingkat pamikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis

(peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan

lapangan atau mungkin menjadi begitu seksama dan menghabiskan tenaga

dengan peninjau kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk

mengembangkan kesepakatan intersubjektif atau juga upaya-upaya yang

34
luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data

yang lain. Makna-makna yang muncul dari data yang lain harus di uji

kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yakni yang merupakan

validitasnya. Kesimpulan akhir tidak hanya terjadi pada waktu proses

pengumpulan data saja akan tetapi perlu diverifikasi agar benar-benar

dapat dipertanggungjawabkan.

Pengumpulan Penyajian Data


Data

Verifikasi/Penarikan
Reduksi Data
kesimpulan

Bagang 3.1. : Model Analisis Data Interaktif Sugiyono

35
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


1. Deskripsi Data
a. Profil Sekolah

Tempat penelitian yang dilakukan ini berada di kelas IV SD YPK

Getsemani Saporkre. SD YPK Getsemani Saporkren merupakan salah satu

sekolah di kecamatan waigeo selatan, Kabupaten Raja Ampat. Sekolah tersebut

memiliki fasilitas yang cukup lengkap dalam menunjang kegiatan belajar

mengajar. SD YPK Getsemani Saporkren memiliki 10 ruangan diantaranya, 6

ruangan kelas, 1 ruang guru, ruang Kepala Sekolah, 2 ruang senatasi, dan 1 ruang

perpustakaan.

Personalia SD YPK Getsemani Saporkren terdiri dari, 1 Kepala Sekolah

dan 6 guru kelas. Jumlah guru SD YPK Getsemani Saporkren dapat dilihat pada

tabel 4.1 :

Tabel 4.1. Data guru SD YPK Getsemani Saporkren


NO NAMA NIP JABATAN GOL
1. Nikodemus Maray, 196612241997121001 Kepala Sekolah III c
S.PAK.
2. Nataniel Sauyai, S.Pd. 196708071991081002 Guru Kelas III c
3. Esti Imelda A Faidiban, 198705282010042001 Guru Kelas II d
S.Pd.
4. Adriani 198310132011042001 Guru Kelas II c
Mandiangan,A.Ma,.
Pd.
5. Rini E. Koibur, SE. - Guru Kelas -
6. Marselina Sauyai, S.Pd. - Guru Kelas -
7. Mario Diego Faidiban - Guru Kelas -
Sumber: Profil SD YPK Getsemani Tahun 2020

36
Jumlah keseluruhan siswa SD YPK Getsemani Saporkren tahun ajaran

2021/2022 dari kelas I-VI sebanyak 103 siswa, terdiri dari siswa kelas I sejumlah

17 orang, siswa kelas II sejumlah 20 orang, siswa kelas III sejumlah 23 orang,

siswa kelas IV sejumlah 16 orang, siswa kelas V sejumlah 12 orang, dan jumlah

siswa kelas VI sejumlah 15 orang. Dari data tersebut peneliti melakukan

penelitian di kelas IV yang berjumlah 16 siswa.

b. Implementasi Keterampilan Dasar Mengajar


1). Wawancara dengan Kepala Sekolah

Pada kegiatan observasi peneliti melakukan wawancara terhadap kepala

sekolah yaitu Bapak Nikodemus Maray, S.PAK., untuk meningkatkan kualitas

guru, kepala sekolah juga mengadakan pembinaan untuk meningkatkan

kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar. Hasil

wawancara sebagai berikut:

‘‘ Iya nak sudah, sekolah ini selalu menerapkan keterampilan dasar

mengajar untuk membantu proses belajar mengajar berjalan sesuai yang

direncanakan. Sesuai tujuan belajar adalah untuk menyampaikan atau mentransfer

ilmu kepada siswa, jika seorang guru memiliki keterampilan dasar mengajar yang

baik maka seorang guru bisa mencapai tujuan pembelajaran, dimana siswa

mengerti tentang yang guru tersebut sampaikan. Pelaksanaan implementasi ini

guru menerapkannya dalam RPP yang dirinci dalam kegiatan pendahuluan, inti,

dan penutup. Agar keterampilan dasar mengajar dapat berjalan dengan baik

seorang guru harus professional dan untuk menjadi guru yang professional pihak

37
sekolah memfasilitaskan pembinaan sebanyak 2 kali setahun agar mendukung

kualitas guru.’’

a). Implementasi dalam Pembelajaran

Guru sebagai pengajar yang menyampaikan ilmu harus kreatif dalam menciptakan

suasana belajar yang di sukai siswa, artinya guru harus mengetahui suasana atau

kondisi seperti apa yang kondusif untuk melakukan pembelajaran agar semua

informasi dan materi pembelajaran dapat di tangkap dan diterima oleh siswa

dengan baik, maka diharapkan guru mampu mengimplementasikan keterampilan

dasar mengajar. Keterampilan dasar mengajar ini menuntut guru untuk dapat

menguasai kecakapan keterampilan mengajar agar proses pembelajaran bisa

berjalan sesuai yang direncanakan. Keterampilan dasar mengajar menjadi salah

satu kecakapan yang dibutuhkan seorang guru. Hal ini diungkapkan oleh Kepala

Sekolah menyatakan bahwa keterampilan dasar mengajar merupakan sesuatu

keahlian yang harus dimiliki oleh seorang guru.

Adapun komponen-komponen keterampilan dasar yang diterapkan yaitu

keterampilan membuka dan menutup, keterampilan menjelaskan, keterampilan

bertanya, keterampilan memberi variasi, keterampilan memberi penguatan,

keterampilan mengelola kelas, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,

dan keterampilan membimbing perorangan. Namun dalam pelaksanaan

keterampilan dasar mengajar Bapak Kepala Sekolah Menyampaikan bahwa ada

satu komponen yang belum terlalu baik dikarenakan anak SD yang terkadang

susah di atur, yaitu keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Jadi

38
harapanya guru lebih mengupayakan keahlian dalam keterampilan tersebut agar

dapat terimplementasi dengan baik.

Komponen-komponen keterampilan dasar mengajar akan diterapkan guru

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Sehingga dalam pelaksanaanya bisa

berjalan sesuai yang direncanakan. Melalui keterampilan dasar mengajar guru

diharapkan dapat mampu mengarahkan pembelajaran agar berjalan dengan baik.

b). Implementasi dalam Pembiasaan


Keterampilan dasar mengajar sudah menjadi kebiasaan guru hampir setap

harinya, namun untuk menambah wawasan guru pihak sekolah mengadakan

pembinaan setahun 2 kali agar guru lebih kreatif lagi dalam mengimplementasi

keterampilan dasar mengajar.

2). Wawancara dengan Wali Kelas


Selaras dengan pernyataan dari Kepala Sekolah, hal ini diungkapkan pula

oleh Ibu wali kelas IV yaitu Ibu Esti Imelda Faidiban, S.Pd., menyatakan bahwa

keterampilan dasar mengajar adalah skil yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Sesuai dengan hasil wawancara dengan wali kelas yaitu :

‘‘ Terkait keterampilan dasar mengajar sudah pasti selalu kami terapkan,

sesuai keterampilan dasar mengajar itu sangat penting dalam memperbaiki

kualitas siswa. Contoh : biasanya dicoba menggunakan pancingan pertanyaan

dengan menghubungkan dengan lingkungan sekitar. Kemudian dalam

mengadakan variasa, guru sudah mencoba dengan berbagai alat dan media yang

bervariasi. Guru menggunakan interaksi diskusi, tetapi tidak berjalan sesuai yang

39
diharapkan. Kemudian setelah menjelaskan peserta didik belum memahami materi

akhirnya guru menjelaskan kembali. Makanya keterampilan dasar mengajar itu

penting agar dapat mempermudah seorang guru dalam pembelajaran. Pelaksanaan

keterampilan dasar mengajar kami muat dalam RPP kemudian kami implementasi

ke dalam kegiatan pembelajaran agar terarah, seperti kegiatan membuka yaitu

berdoa, mengecek kehadiran siswa, mengaitkan materi sebelumnya dengan hari

ini, menyampaikan tujuan pembelajaran, pada keterampilan memberi variasi saya

mengajak siswa belajar diluar kelas agar bisa melihat secara langsung perbedaan

akar serambut dan tunggal dan berusaha agar tidak ada siswa yang terlihat bosan

dan lainnya. Keterampilan dasar mengajar menurut saya sebagai guru kelas ini

merupakan hal yang sangat penting yang harus kami tanamkan agar dapat

membantu kami dalam pembelajaran.’’

a). Implementasi dalam Pembelajaran


Pelaksanaan implementasi keterampilan dasar mengajar di dalam

pembelajaran di muat di dalam RPP yang akan digunakan guru mengajar secara

terperinci. Beberapa komponen seperti keterampilan membuka dan menutup,

menjelaskan, bertanya, mengelola kelas, memberi penguatan, memberi variasi,

membimbing diskusi kelompok kecil, dan membimbing perorangan. Komponen-

komponen tersebut dirinci dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat di RPP

yang ditampilkan pada setiap pembelajaran di kelas.

Adapun rincian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang terintegrasi

dengan keterampilan dasar mengajar yaitu:

40
(1). Perencanaan
Perencanaan dilakukan oleh guru melalui RPP yang dirancang sebelum

pembelajaran itu terlaksana dengan maksud agar tujuan pembelajaran tercapai dan

memudahkan siswa dalam belajar. Kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan

RPP kurikulum 2013 yang memuat didalamnya keterampilan dasar mengajar.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa guru dalam menyusun perencanaan

pembelajaran ini sudah sesuai dengan RPP kurikulum 2013 dan pada tema 6 Cita-

citaku. Berikut analisis dari dokumen Kegiatan Pembelajaran pada tabel 4.2 :

Tabel 4.2. Analisis Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan Deskripsi Kegiatan Komponen
Keterampilan
Pendahuluan  Guru memberikan salam dan Keterampilan membuka
mengajar semua siswa berdoa. Mengelola kelas
 Guru mengecek kesiapan diri Memberi Variasi
dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa
kerapihan pakaian, posisi dan
tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
 Menginformasikan tema yang
akan dipelajari yaitu tentang
‘‘Cita-citaku’’.
 Guru menyampaikan tahapan
kegiatan yang meliputi
kegiatan mengamati, menanya,
mengeksplorasi,
mengomunikasikan dan
menyimpulkan.
Inti  Siswa mengamati gambar Mengelola kelas
yang terdapat pada halaman 1 Memberi Variasi
tentang seorang anak yang Memberi Penguatan
sedang membayangkan cita- Membimbing diskusi
citanya. Dengan bimbingan kelompok keci
guru siswa membahas tentang Membimbing
berbagai pekerjaan yang perorangan
menjadi cita-cita antara lain Menjelaskan
menjadi seorang guru, arsitek, Bertanya

41
dokter hewan, penyanyi dan
pilot.
 Guru mengaitkan kegiatan ini
dengan dengan judul tema
Cita-citaku dan judul sub tema
Aku dan Cita-citaku.
 Guru dapat memberikan
beberapa pertanyaan untuk
menstimulus ketertarikan
siswa tentang topic Cita-
citaku.
Pertanyaan:
- Apakah yang dimaksud
dengan cita-cita?
- Apakah kamu memiliki
cita-cita?
- Apakah cita-citamu?
 Siswa mengamati beberapa
gambar kegiatan yang
dilakukan oleh berbagai
profei. Siswa lalu mencoba
mengidentifikasi keahlian-
keahlian yang dibutuhkan oleh
profesi tersebut sesuai dengan
bidannya. Siswa menuliskan
keahlian-keahllian tersebut di
kolom yang tersedia pada
setiap gambar.
 Siswa kemudian menuliskan
pada kolom yang terdapat
pada halaman 3 tentang
pekerjaan yang menjadi cita-
cita serta menuliskan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan
profesi yang dipilih tersebut.
 Siswa membaca teks puisi
berjudul ‘‘Citacitaku’’.
Dengan bimbingan guru, siswa
mencoba mengidentifikasi
ciri-ciri puisi. Guru
membimbing siswa untuk
berdiskusi dalam kelompok
dan menggunakan pertanyaan-
pertanyaan yang disediakan
untuk menemukan ciri-ciri
puisi.

42
 Siswa menyajikan hasil
pengamatannya dan hasil
diskusinya dalam bentuk
sebuah kesimpulan tentang
ciri-ciri puisi.
 Kegiatan ini digunakan
sebagai kegiatan kegiatan
untuk memahamkan siswa
tentang ciri-ciri puisi.
 Siswa mengamati bagian-
bagian yang terdapat pada
halaman 5. Siswa lalu
menuliskan bagian-bagian
puisi tersebut menjadi sebuah
bait puisi dan menulisnya pada
kolom yang terdapat pada
halaman yang sama.
 Siswa membaca dan
memahami teks informasi
tentang cita-cita mulia menjadi
seorang dokter hewan. Dengan
bimbingan guru, siswa
membahas tentang profesi
menjadi seorang dokter hewan
serta tugas-tugas seorang
dokter hewan.
 Siswa mengamati beberapa
gambar hewan peliharaan
yang terdapat pada halaman 6.
Siswa mengamati gambar
anak-anak hewan dan hewan
yang sudah dewasa. Dengan
bimbingan guru, siswa lalu
mendiskusikan bagaimana
hewan-hewan tersebut
mengalami pertumbuhan.
Penutup  Bersama-sama siswa membuat Keterampilan menutup
kesimpulan/rangkuman hasil Membimbing
belajar selama sehari. perorangan
 Bertanya jawab tentang materi Bertanya
yang telah dipelajari (untuk Memberi penguatan
mengetahui hasil pencapaian
materi).
 Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya

43
tentang pembelajaran yang
telah diikuti.
 Melakukan penilaian hasil
belajar.
 Mengajak semua siswa berdoa
menurut agama dan keyakinan
masing-masing (untuk
mengakhiri kegiatan
pembelajaran).

Keterampilan dasar mengajar dapat dilihat melalu langkah-langkah

kegiatan yang termuat dalam Rencana Pembelajaran yang dibuat oleh guru.

Beberapa komponen yang akan dikembangkan, maka pada saat pelaksanaanya

guru harus dapat mengimplementasikan keterampilan dasar mengajar dengan baik

agar tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik juga.

(2). Pelaksanaan pembelajaran


Berdasarkan observasi didalam kelas, guru mengimplementasikan

keterampilan dasar mengajar tersebut dalam kegiatan pembelajaran yang

berlangsung dimana dalam kegiatan pembelajaran ini pula dimuat komponen

keterampilan yaitu, keterampilan membuka dan menutup, menjelaskan, bertanya,

memberi penguatan, memberi variasi, mengelola kelas, membimbing diskusi

kelompok kecil, dan membimbing perorangan. Komponen-komponen itu

diimplementasikan dalam bentuk:

a. Keterampilan membuka diimplementasikan pada saat membuka

pembelajaran pada kegiatan pendahuluan.

b. Keterampilan menjelaskan diimplementasikan pada saat guru menjelaskan

materi pada kegiatan pendahuluan dan juga pada kegiatan inti.

44
c. Keterampilan bertanya diimplementasikan dalam kegiatan tanya jawab

pada kegiatan pendahuluan dan juga pada kegiatan inti serta kegiatan

penutup.

d. Keterampilan mengelola kelas diimplementasikan dalam kegiatan

mengatur kelas, mengubah posisi kelas pada kegiatan pendahuluan dan

kegiatan inti.

e. Keterampilan memberi penguatan diimplementasikan dalam bentuk

apresiasi kepada siswa dan memberi nasehat pada siswa berdiskusi.

f. Keterampilan memberi variasi diimplementasikan dalam penggunaan alat

peraga dan memfokuskan siswa pada pelajaran dalam kegiatan

pendahuluan dan kegiatan inti.

g. Keterampilan membimbing diskuisi kelompok kecil diimplementasikan

pada saat siswa berdiskusi.

h. Keterampilan membimbing perorangan diimplementasikan pada kegiatan

tanya jawab dan memberi nasehat pada kegiatan pendahuluan, inti dan

penutup.

i. Keterampilan menutup diimplementasikan dalam menyimpulkan materi

hari pada kegiatan penutup.

b). Implementasi dalam Pembiasaan


Guru dalam hal ini sudah pasti menjadi kebiasaan karena selalu dilakukan

hampir setiap harinya, Hanya saja harus perlu di kembangkan terus agar

mencapai tujuan pembelajaran.

45
3). Wawancara dengan Siswa
Indikator dalam tercapainya pembelajaran yaitu berhasilnya tujuan

pembelajaran dalam pelaksanaanya. Hal ini juga di ungkapkan dari siswa kelas

IV, yang dikatakan sisw tersebut yaitu:

‘‘ Iya kakak, sebelum belajar pasti kita selalu berdoa, terus apsen. Setiap

belajar dengan Ibu Esti itu enak karena saya jadi mudah paham sama materi yang

Ibu Esti kasih, kalau pas saya sudah mulai bosan pasti saja ada hal menarik yang

Ibu Esti bikin supaya kita tidak bosan lagi, kita juga selalu diberikan tugas untuk

kerja sama-sama, kalau tidak paham pasti Ibu Esti jelaskan pelan-pelan.

Berdasarkan pernyataan di atas berarti sejalan dengan apa yang

disampaikan oleh guru yaitu kegiatan yang dilaksanakan pada saat membuka

pelajaran, sebelum belajar selalu berdoa, mengecek kehadiran siswa, kreatif dalam

mengubah suasana, menilai hasil belajar siswa dalam berdisksi, membimbing

siswa, dan memberikan variasi. Sehingga menurut anak tersebut apa yang

diajarkan oleh guru merupakan kebiasaan yang baik. Berarti guru bisa dikatakan

berhasil dalam pembelajaran.

Hal ini senada dengan pernyataan guru, kepala sekolah, dan siswa. Berarti

dalam hal ini sekolah telah mengimplementasikan keterampilan dasar mengajar

dengan baik.

46
c. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengimplementasi

keterampilan dasar mengajar guru kelas IV dalam proses pembelajaran

1) Hasil wawancara dengan kepala sekolah


a) Faktor Pendukung

Pelaksanaan implementasi keterampilan dasar mengajar guru

dalam pembelajaran menemui beberapa faktor pendukung dan kendala

dalam kegiatannya. Implementasi keterampilan dasar mengajar dalam

pembelajaran ini diharapkan dapat berhasil dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Implementasi ini akan berhasil dengan baik karena adanya

dukungan dari semua pihak mulai dari kepala sekolah hingga peran orang

tuanya siswa. Selain itu, dukungan dari fasilitas sekolah seperti buku yang

menunjang pembelajaran, ruang kelas, alat peraga pembelajaran, serta

fasilitas pendukung lainnya. Kemudian dalam hal pelaksanaannya yaitu

dengan cara guru dapat mengimplementasikan sesuai dengan tujuan

masing-masing pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan dari Bapak

kepala sekolah beliau menyampaikan:

‘‘ Iya jadi dalam mendukung pelaksanaan keterampilan dasar

mengajar guru kelas seperti yang sudah saya bilang di awal saya selaku

kepala sekolah siap memfalitasi kebutuhan mereka, jika dari tim guru

membutuhkan segala keperluan untuk mendukung pelaksanaan

pembelajaran.’’

47
b) Faktor Penghambat

Selain keberhasilan implementasi tersebut, dalam pelaksanaanya

pula sekolah tetap memiliki beberapa hambatan atau kendala yang menjadi

faktor dalam mengimplementasi keterampilan dasar mengajar guru.

Adapun faktor penghambat tersebut di antaranya dari guru sendiri, dari

siswa, dan keluarga.

2) Hasil wawancara dengan Guru


a) Faktor Pendukung
Pelaksanaan implementasi ini mendapat dukungan dari berbagai

pihak salah satunya dari kepala sekolah yaitu pihak kepala sekolah sangat

mendukung sekali dengan adanya implementasi keterampilan dasar

mengajar dalam pembelajaran. Hal ini dimaksud agar anak-anak yang

bersekolah di SD YPK Getsemani Saporkren menjadi anak-anak yang

berkualitas di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

Dukungan yang diberikan kepala sekolah terhadap implementasi

ini yaitu memaksimalkan fasilitas yang guru butuhkan selama pelaksanaan

kegiatan implementasi keterampilan dasar mengajar.

b). Faktor penghambat/kendala yang ditemui

Selain faktor pendukung yang ada, hambatan atau kendala yang

dihadapi dalam melaksanakan implementasi keterampilan dasar mengajar

ini tentu ada, namun hal ini bukan menjadi kendala yang menghalangi

guru dalam mengimplementasikan keterampilan dasar mengajar dalam

pembelajaran. Dalam hal ini Ibu Esti Faidiban, S.Pd. menyampaikan:

48
‘‘ Kalau untuk kendala pasti ada, mulai dari saya sendiri yang

kadang tidak sanggup menghadapi karakter anak SD yang bermacam-

macam itu yang membuat terkadang saya lalai, seperti yang kita tahu kalau

untuk menghadapi anak SD harus punya mental dan kesabaran yang besar,

apalagi ada siswa yang sampai kelas IV belum bisa membaca oleh sebab

itu sebagai guru harus ekstra dalam mengatasi hal tersebut. Tetapi

sekarang saya sedang mengupayakan agar hal seperti itu tidak akan

terulang lagi. Adapun hambatan lain yaitu peran orang tua, saya sering

memberikan tugas rumah untuk dikerjakan dan dikumpulkan keesokan

harinya tetapi ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan karena mungkin

kurangnya pengontrolan dari orang tua yang sibuk bekerja setiap hari.’’

Menurut pernyataan di atas beberapa kendala tersebut diantanya

kurangnya pengawasan dari orang tua saat mereka dirumah, seperti orang

tua yang sibuk bekerja setiap hari. Namun, guru selalu mencari solusi yang

tepat untuk mengatasi beberapa kendala ini.

d. Upaya dalam mengatasi hambatan dalam mengimlementasikan

keterampilan dasar mengajar guru kelas IV dalam proses pembelajaran

1) Hasil wawancara dengan kepala sekolah


Upaya atau solusi yang diberikan dari pihak sekolah yaitu sperti dalam

pembelajaran yang berlangsung dan dengan diadakannya pertemuan antar guru

dan orang tua murid di sekolah. Selain itu juga dukungan dari berbagai pihak

dalam guru mengimplementasikan keterampilan dasar mengajar, seperti dukungan

dari kepala sekolah dan teman sejawat. Pihak sekolah juga memfasilitaskan guru

49
untuk mengikuti pembinaan agar menambah pengetahuan dan menambah skil

mengajar mereka. Alat peraga untuk memdukung pembelajaran terus dilengkapi

agar mempermudah guru dalam menyampaikan materi.

Adapun hasil wawancara dengan Bapak kepala sekolah sebagai berikut:

‘‘ Dengan adanya kendala itu tidak membuat kami untuk tidak

mengimplementasikan keterampilan dasar mengajar ini karena kami selain

memiliki beberapa kendala itu kami mendapatkan dukungan dari pihak kepala

sekolah yang sangan amat mendukung kami dalam mengimplementasikan

keterampilan dasar mengajar. Selain itu pihak sekolah juga terus menambah atau

melengkapi alat peraga untuk mempermudah guru saat proses belajar

berlangsung.’’

2) Hasil wawancara dengan Guru kelas IV


Upaya guru kelas dalam memberikan solusi dalam mengatasi hambatan

dalam mengimplementasikan keterampilan dasar mengajar dalam pembelajaran di

dalam kelas yaitu dengan adanya upaya di dalam pembelajaran serta dengan

adanya kegiatan pertemuan dengan orang tua. Kegiatan yang guru lakukan

sebagai bentuk solusi dalam mengatasi hambatan itu yaitu dengan memberi

nasehat dengan nada suara yang lembut, memberi kepercayaan diri kepada siswa,

membeikan perhatian yang sama kepada semua siswa meski karakteristik dari

mereka berbeda-beda, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan pendapatya. Selain itu diadakannya pertemuan antara orangtua

50
siswa untuk menyampaikan permaalahan yang dialami siswa selama mengikuti

pembelajaran di sekolah.

2. Temuan Peneliti
a. Implementasi keterampilan dasar mengajar guru

Beberapa temuan tentang implementasi keterampilan dasar mengajar guru

dan proses pembelajaran

1) Implementasi keterampilan dasar mengajar diintergrasikan melalui

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang kemudian diimplementasikan

kedalam kegiatan pembelajaran.

2) Pembiasaan terhadap guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengimplementasikan

keterampilan dasar mengajar guru dalam pembelajaran

1) Kepala sekolah mendukung penuh dalam mengimplementasikan

keterampilan dasar mengajar guru dengan siap memfasilitas keperluan

guru selama pelaksanaan pembelajaran, serta memberikan solusi yang

terbaik untuk kendala yang ditemui.

2) Masalah yang muncul dalam mengimplementasikan keterampilan

dasar mengajar yaitu siswa yang kurang pantauan orang tua.

3) Motivasi belajar yang kurang

4) Karakteristik siswa satu dengan yang lainnya.

a. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam

mengimplementasikan keterampilan dasar mengajar guru dalam

pembelajara

51
1) Kepala sekolah dan guru mengatasi hambatan dalam

mengimplementasikan keterampilan dasar mengajar yaitu dengan

melakukan pertemuan antara guru dengan orang tua siswa guna

melaporkan kendala-kendala anak dalam mengikuti pembelajaran.

2) Guru terus mencari pengetahuan keterampilan dasar mengajar agar

terus dikembangkan lebih baik lagi.

3) Upaya yang lain yaitu alat peraga pembelajaran yang terus

dilengkapi guna mendukung proses pembelajaran.

4.2. PEMBAHASAN

1. Implementasi keterampilan dasar mengajar guru kelas IV dalam

pembelajaran

Berdasarkan hasil temuan penelitian keterampilan dasar mengajar

guru dalam pembelajaran di kelas IV adalah dengan mengimplementasi

keterampilan dasar mengajar dalam pembelajaran di SD YPK Getsemani

Saporkren sudah cukup baik, tetapi perlu dikembangkan dan ditingkatkan

karena guru sebagai pengajar yang menyampaikan ilmu harus kreatif

dalam menciptakan suasana belajar yang disukai siswa agar tujuan

pembelajaran bisa tercapai. Hal tersebut sejalan dengan Wijayani (2014: h,

27) bahwa keterampilan merupakan suatu kemampuan untuk

menggunakan akal, ide, pikiran, dan kreatifitas dalam mengerjakan,

mengubah mamupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga

menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Keterampilan

hendaknya terus dikembangkan dan dilatih serta di asah seehingga dapat

52
bertambahnya kemampuan seeorang tersebut menjadi ahli atau

professional dalam salah satu bidang tersebut. Keterampila dasar mengajar

merupakan kemampuan seorang guru dalam menyampaikan informasi

atau pengetahuan secara professional kepada peserta didik, dengan cara

bermakna, efektif, dan menyeluruh (Rhamayanti, 2018).

Penjelasan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa guru

yang memiliki keterampilan yang baik akan menghasilkan hasil yang baik

juga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi

keterampilan dasar mengajar guru kelas IV SD dan hambatan dalam

mengimplementasi keterampilan dasar mengajar guru kelas IV SD YPK

Getsemani Saporkren.

2. Faktor yang mendukung dan menghambat dalam implementasi

keterampilan dasar mengajar guru dalam pembelajaran

Berdasarkan hasil temuan peneltian keterampilan dasar mengajar

guru dalam pembelajaran ditemukan beberapa faktor yang mendukung dan

menghambat dalam pembelajaran yaitu permasalahan-permasalahan yang

dihadapi dalam implementasi keterampilan dasar mengajar ini yaitu

kurangnya perhatian orang tua contohnya tidak terpantaunya anak di

rumah sehingga tugas sekolah yang diberikan guru tidak dikerjakan, guru

yang kadang lalai menghadapi berbagai karakter siswa, dan karakteristik

siswa yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.

Faktor pendukung yang utama dalam hal ini yaitu pihak kepala

sekolah yang sangat mendukung implementasi keterampilan dasar

53
mengajar ini dengan siap memfasilitas keperluar guru dalam mendukung

proses pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan pendapat Mulyasa

(2016:100) menyatakan sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa

meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru.

3. Upaya dalam mengatasi hambatan dalam mengimplementasi

keterampilan dasar mengajar guru dalam pembelajaran

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian upaya-upaya yang

dilakukan dalam mengatasi hambatan tersebut yaitu pihak sekolah

melaksanakan pertemuan antara guru dan orangtua wali untuk

menyampaikan hasil evaluasi dari pembelajaran siswa. Selain itu guru juga

terus mencari pengetahuan untuk mengembangkan pengetahuan guru,

memberikan perhatian lebih kepada siswa, emberikan waktu kepada siswa

untuk menyampaikan pendapat mereka, alat peraga yang terus dilengkapi

guna mendukung proses pembelajaran. Adanya permasalahan yang

dihadapi guru dapat di atasi dengan mengoptimalkan kekuatan dari faktor

pendukung yang ada. Adanya kekuatan ini segala masalah yang dihadapi

dapat diupayakan dengan menguatkan faktor yang mendukung dalam

tercapainya proses pembelajaran.

54
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SD YPK Getsemani saporkren, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas IV

yang dilakukan oleh peneliti. Secara umum keterampilan dasar mengajar

guru sudah berjalan sesuai dengan keadaan sekolah tersebut. Hal ini dapat

dilihat dari bukti persiapan pengajaran dan perencanaan pembelajaran

yang matang dengan menerapkan keterampilan dasar mengajar.

2. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan mengajar guru

khususnya di SD YPK Getsemani Saporkren adalah mengikut sertakan

guru untuk mengikuti pembinaan, hal ini dimaksud untuk meningkatkan

dan memperdalam penguasaan keterampilan mengajar guru guna

mencapai tujuan pembelajaran yang baik.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada semua pihak yang kiranya ikut menjadi bagian yang menjalankan

proses belajar, diharapkan perhatian yang sungguh-sungguh dalam

mengikuti pembinaan yang diadakan pihak sekolah guna meningkatkan

55
kemampuan keterampilan mengajar agar menciptakan generasi muda yang

berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Perlu evaluasi agar meningkatkan aspek keterampilan dasar mengajar

yaitu keterampilan dasar membimbing diskusi kelompok kecil.

56
DAFTAR PUSTAKA

Alpaidah. (2015). Analisis Delapan Keterampilan Mengajar Guru pada Pembelajaran IPS
Siswa Kelas V Semester II Di SDN 03/1 Olak Kemang.

Anita Diah Frasetyana, Imam Sujadi dan Tri Almono Kusmayadi. ( 2015, Juni). Analisis
Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Pendidikan Matematika dalam
Pembelajaran Mikro. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika, Vol 3.

Asril Zainal. (2010). Microteaching. Jakarta Rajawali Pers.

Novan Ardi Wijayani. (2014). Manajemen Kelas. Jogjakarta Ar-Ruzz Media: Jogjakarta Ar-
Ruzz Media.

Safitri & Sotani. (2016). Keterampilan Mengajar Guru dan Motivasi Belajar Siswa Sebagai
Determinan Terhadap Hasil Belajar.

Sundari & Mulyawati. (2017). Pengaruh Efikasi Diri Mahasiswi PGSD Terhadap
Keterampilan Dasar Mengajar.

Usman, Moh User. (2013). Menjadi Guru Profesional. Bandung Remaja Rosdakarya.

Barnawi dan M. Arifin. (2016). Microteaching. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Elia Umar. (2016, Desember). Penguasaan Keterampilan Menjelaskan Dalam


Pencapaian Tujuan Pembelajaran pada Mahasiswa D-II. Jurnal Inovasi, 6.

Fitri Siti Sundari dan Yuli Mulyawati. (2017). Analisis Keterampilan Dasar
Mengajar Mahasiswa PGSD. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1.

Istihana. (2015, Agustus). Pengelolaan Kelas Di Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal


Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 4.

Kadir, F. (2016, Juli). Keterampilan Mengeola Kelas dan Impelemtasinya Dalam


Peoses Pembelajaran. Jurnal Al-Ta'dib, 7.

Meiria Sylvi Astuti. (2015, Januari). Peningkatan Keterampilan Bertanya dan


Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Slungkep 03 Menggunakan Model
Discovery Learning. 5.

Merri, Gede, Ida. (2016, Maret). Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok


Kecil Oleh Guru Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Laboratorium
Undiksha. Jurnal Universitas Ganesha, 2.

57
Mika Ambarawati. (2016). Analisis Keterampilan Mengajar Calon Guru
Pendidikan Matematika Pada Mata Kuliah Microteaching. Jurnal
Pedagogik, 5

Mulyasa. (2013). Menjadi Guru Profesional. Bandung Remaja Rosdakarya.

Neneng Aminah Irmawati, Kusuma Dewi, Diana,Santi. (2017, Maret).


Keterampilan Bertanya dan Self Confidence Mahasiswa Pendidikan
Matematika Pada mata pembelajaran Microteaching. Jurnal Nasional
Pendidikan Matematika, 1.

Nurkholis. (2016, November). Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi.


Jurnal Kependidikan, 1.

Nurlaili Hidayah. (2018, Juni). Analisis Kesiapan Mahasiswa Prodi Pendidikan


Guru Madrasah Ibtidaiyah Sebagai Calon Pendidik Profesional Terampil.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 5.

Nurul Hidayah. (2018, Juni). Analisis Kesiapan Mahasiswa Prodi Pendidikan


Guru Madrasah Ibtidaiyah Sebagai Calon Pendidik Profesional Terampil.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 5.

Rinta Artikawati. (2016, Desember). Pengaruh Keterampilan Mengadakan Variasi


Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD. Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 11.

Saputra, G. (2016). Kemampuan dan Keterampilan Guru Mengajar. Jakarta:


Kencana.

Shoffa. (2017). Keterampilan Dasar Mengajar Microteaching. Surabaya


Mavendra.

Sudirman. (2016). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Rajawali


Pers.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung


Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.

Sunhaji. (2017). Konsep Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung Gava Media.

Udin Syaifudin Saud. (2015). Pengembangan Profesi Guru. Bandung Alfabeta.

58
Uluul Khakim, I Nyoman Sudana Degeng, Utami. (2016, September).
Pelaksanaan Membuka dan Menutup Pelajaran Oleh Guru kelas1 Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan, 1.

Yuni Rhamayanti. (2018). Pentingnya Keterampilan Dasar Mengajar Bagi


Mahasiswa Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Prodi Pendidikan
Matematika. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran MIPA, 1.

Zainal Asril. (2010). Microteaching. Jakarta Rajawali Pers.

59

Anda mungkin juga menyukai