Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO) hampir 90% proses persalinan
normal mengalami robekan di perineum baik dengan atau tanpa episiotomi.
Diseluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus karena robekan (ruptur)
perenium pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada
tahun 2020, seiring dengan bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan
dengan baik dan kurang pengetahuan ibu tentang perawatan luka jahit perineum
ibu di rumah (H. d. Bascom, 2011). Di Amerika dari 26 juta ibu bersalin terdapat
40% mengalami ruptur perineum (H. d. Bascom, 2011). Di Asia masalah
robekan perineum cukup banyak.
Di Indonesia laserasi perineum dialami oleh 75% ibu melahirkan
pervaginam. Pada tahun 2013 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran
spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perineum (28% karena
episotomi dan 29% karena robekan spontan) (Depkes RI, 2013).
Perineum merupakan bagian yang sangat penting dalam fisiologi. Keutuhan
perineum tidak hanya berperan atau menjadi bagian penting dari proses
persalinan, tetapi juga diperlukan untuk mengontrol proses buang air besar dan
buang air kecil, menjaga aktifitas peristaltik normal (dengan menjaga tekanan
intra abdomen) dan fungsi seksual yang sehat. Robekan perineum terjadi hampir
semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga tidak sampai
dasar panggul dilalui kepala janin dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang
akan lahir tidak ditahan terlampau kuat dan lama karena menyebabkan asfiksia
perdarahan dalam tengkorak janin dan melemahkan otot-otot dan pada dasar
panggul karena direnggangkan terlalu lama.
Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan (Wiknjosastro, 2009). Laserasi perineum adalah luka pada daerah
muscular yang di tutupi kulit antar introitus vagina dan anus yang di sebabkan
oleh robekan persalinan. Pada persalinan normal laserasi perineum dapat
disebabkan oleh pengeluaran kepala yang mendadak dan cepat, ukuran bayi
yang berlebihan, dan jaringan ibu yang mudah robek. Laserasi juga dapat
disebabkan oleh kelahiran dengan forcept yang sulit, ekstraksi bokong, atau
kontraksi pintu bawah panggul yang mendorong kepala ke posterior (Martin,
Koniak, & Griffin, 2012). Robekan perineum adalah robekan obstetrik yang
terjadi pada daerah perineum akibat ketidakmampuan otot dan jaringan lunak
pelvik untuk mengakomodasi lahirnya fetus (Oxorn, 2010).
Persalinan sering kali menyebabkan perlukaan jalan lahir. Luka yang biasa
terjadi biasanya ringan tetapi sering kali juga terjadi luka yang luas dan
berbahaya, untuk itu setelah persalinan harus dilakukan pemeriksaan vulva dan
perineum. Selanjutnya apabila terjadi robekan pada perineum, sangat penting
sekali untuk merawat luka pada perineum karena perineun adalah daerah vagina
yang juga rawan akan terkena infeksi.
Ikan gabus adalah sejenis ikan predator yang hidup di air tawar. Nama
ilmiahnya adalah Channa striata. Ikan gabus memiliki kelebihan yakni tahan
hidup di perairan yang terbatas. Ikan ini sering dipasarkan dalam bentuk hidup.
Ikan yang tergolong mahal ini merupakan makanan favorit di pasar ikan, Maka
dari itu di Indonesia khususnya sangat cocok untuk membudidayakan ikan
gabus ini karena banyak dimintai dan bisa diekspor keluar negeri agar
mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi dan tentunya para pelaku disektor itu
sendiri bisa memperoleh keuntungan yang tinggi.

1.2 Tujuan
Memanfaatkan pangan lokal nabati sebagai bahan substitusi abon ikan gabus
serta memanfaatkan ikan gabus sebagai bahan baku utama yang mengandung
banyak protein dan dapat memberikan penyembuhan pada luka perineum
1.3 Hasil Yang Diharapkan
1. Agar mahasiwa dapat mengetahui manfaat ikan gabus untuk penyembuhan
luka perineum.
2. Agar mahasiwa dapt mengetahui teknik mengelola ikan gabus yang baik
dan benar.
3. Agar mahasiwa dapat mengetahui kandungan apa yang terdapat di dalam
ikan gabus

Anda mungkin juga menyukai