Vasopressin
Menghentikan perdarahan saluran cerna bagian atas lewat
efek vasokostriksi pembuluh darah splanknik, menyebabkan
aliran dan tekanan vena porta menurun. Pemberian
vasopressin dengan mengencerkan sediaan vasopressin 50
unit dalam 100 ml dekstrose 5%, diberikan 0.5-1
mg/menit/iv selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6
jam, atau setelah pemberian pertama dilanjutkan per infus
0.1-0.5 U/menit. Vasopressin dapat memberikan efek
samping berupa insufisiensi koroner mendadak, maka
disarankan bersamaan preparat nitrat.
Somatostatin dan analognya (octreotide)
Dapat digunakan untuk perdarahan varises esofagus dan
perdarahan nonvarises. Pemberian diawali dengan bolus
250 mcg/iv, dilanjutkan per infus 250 mcg/jam selama 12-
24 jam atau sampai perdarahan berhenti, sedangkan untuk
octreotide, dosis bolus 100 mcg/iv dilanjutkan per infus 25
mcg/jam selama 8-24 jam atau sampai peradarahan
berhenti.
Obat Anti sekresi asam
Bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang SCBA.
Diawali bolus omeprazol 80 mg/iv dilanjutkan per infus 8
mg/kgBB/jam selama 72 jam. Pada perdarahan SCBA,
antasida, sukralfat, dan antagonis reseptor H2 dapat
diberikan untuk penyembuhan lesi mukosa penyebab
perdarahan.
Balon Tamponade
Sengstaken Blakemore tube (SB-tube) mempunyai tiga
pipa serta dua balon masing-masing untuk esofagus dan
lambung. Komplikasi pemasangan SB-tube antara lain
pnemoni aspirasi, laserasi sampai perforasi.
2. Endoskopis
Terapi ini ditujukan untuk perdarahan tukak yang
masih aktif atau tukak dengan pembuluh darah yang
tampak. Metode terapi meliputi : 1) Contact thermal
(monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe), 2)
Noncontact thermal (laser), dan 3) Nonthermal (misalnya
suntikan adrenalin, polidokanol, alcohol, cyanoacrylate,
atau pemakaian klip).
Terapi endoskopis yang relatif mudah dan tanpa
banyak peralatan pendukung ialah penyuntikan submukosa
sekitar titik perdarahan menggunakan adrenalin 1:10000
sebanyak 0.5-1 ml tiap kali suntik dengan batas dosis 10 ml
atau alkohol absolut (98%) tidak melebihi1 ml.
Keberhasilan terapi endoskopis mencapai di atas 95% dan
tanpa terapi tambahan, perdarahan ulang frekuensinya
sekitar 15-20%.
Pilihan pertama untuk mengatasi varises esofagus
adalah ligasi varises. Terapi pilihan adalah hemostasis
endoskopi. Ligasi varises mengurangi efek samping dari
pemakaian sklerosan, serta lebih menurunkan frekuensi
terjadinya ulserasi dan striktur. Bila ligasi sulit dilakukan,
skeloterapi dapat digunakan sebagai terapi alternatif.
3. Terapi Radiologi
Terapi angiografi perlu dipertimbangkan bila
perdarahan tetap berlansung dan belum bisa ditentukan asal
perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal dan
pembedahan sangat berisiko. Tindakan hemostasis yang
bisa dilakukan dengan penyuntikan vasopressin atau
embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontraindikasi dan
fasilitas dimungkinkan, pada perdarahan varises dapat
dipertimbangkan TIPS (Transjugular Intrahepatic
Portosystemic shunt).
4. Pembedahan
Pembedahan dasarnya dilakukan bila terapi medik,
endoskopi dan radiologi dinilai gagal. Ahli bedah
seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam bentuk tim
multidisipliner pada pengelolaan kasus perdarahan SCBA
untuk menentukan waktu yang tepat kapan tindakan bedah
sebaiknya dilakukan.
Kepustakaan 1. Adi, Pangestu. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi
4. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
2007. Hal 289-92.
2. Davey, Patrick. At a Glance Medicine. Oxford : Blackwell
Science Ltd. 2006. Hal 36-37.
3. Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Oxford : Blackwell Science Ltd. 2007.
Hal 65.
4. Kauver, A. J. Diagnosis Medis Beorientasikan Masalah.
Massachussets : Little, Brown and Company. 1985. Hal
173-9.
5. Lindseth, Glenda N. Patofisiologi Konsep Klinis dan
Proses-Proses Penyakit Volume 1 Edisi 6. Michigan :
Elsevier Science. 2006. Hal 428.
6. Sibuea, W. Herdin, Frenkel, M. Pedoman Dasar Anamnesis
dan Pemeriksaan Jasmani. Jakarta : Sagung Seto. 2007. Hal
7, 12.