KMHHGI
KMHHGI
NOMOR : 411//Dir-SK/XII/2016
TENTANG
PEDOMAN PENYIMPANAN OBAT RUMAH SAKIT
DIREKTUR RUMAH SAKIT
ANG : a. Bahwa perbekalan farmasi adalah terdiri dari obat, alat kesehatan, reagen, gas medis, ataupun film.
b. Bahwa perbekalan farmasi harus dikelola dan menjadi tanggung jawab Instalasi Farmasi.
c. Bahwa dalam pengelolaan perbekalan farmasi perlu dilakukan penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan
aturan yang berlaku sehingga tidak mengurangi mutu dari perbekalan farmasi tersebut.
d. Bahwa untuk menjamin perbekalan farmasi disimpan secara aman, sesuai dengan dan menjaga mutu dan
stabilitas obat maka perlu ditetapkan Surat Keputusan Direktur tentang Pedoman Penyimpanan Obat.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
U : Peyimpanan perbekalan farmasi di pelayanan farmasi dan seluruh ruang keperawatan menjadi tanggung jawab
dari Instalasi Farmasi.
A : Aturan dan tata cara penyimpanan perbekalan farmasi di Rumah Sakit terlampir dalam Surat Keputusan ini.
A : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi minimal 1 tahun sekali.
PAT : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan dilakukan perubahan dan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Tangerang
Tanggal : 30 Desember 2016
RUMAH SAKIT TANGERANG
Direktur
TEMBUSAN Yth :
1. Wadir Pelayanan Medis
2. Komite Medis
3. Seluruh Dokter di Rumah Sakit
4. Kepala Bagian Keperawatan
5. Seluruh Kepala Ruang Keperawatan
6. Instalasi Farmasi
7. Arsip
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan obat di rumah sakit sangat penting karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif
terhadap rumah sakit, baik secara medis maupun ekonomis (Anonim, 1994). Pengelolaan obat tidak hanya
mencakup aspek logistik saja, tetapi juga mencakup aspek informasi obat, supervisi dan pengendalian menuju
penggunaan obat yang rasional (Justicia, 2009).
Dalam pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit tahapan yang penting adalah proses penyimpanan.
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang telah ditetapkan
disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Tujuan dari manajemen penyimpanan obat adalah untuk melindungi obat-obat yang disimpan dari kehilangan,
kerusakan, kecurian, terbuang sia-sia, dan untuk mengatur aliran barang dari tempat penyimpanan ke pengguna
melalui suatu sistem yang terjangkau (Anonim, 2006).
Definisi Penyimpanan perbekalan farmasi secara umum adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian
serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Penyimpanan perbekalan farmasi dimaksudkan juga untuk
pengaturan tempat penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memudahkan
dalam pengontrolan ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.
Dalam upaya terciptanya sistem penyimpanan perbekalan farmasi yang baik, Rumah sakit secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk mengatur tempat penyimpanan menurut bentuk
sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, sifat bahan (b3, mudah tidaknya meledak atau terbakar), tahan
tidaknya terhadap cahaya, tingkat kewaspadaan (obat-obat kewaspadaan tinggi ).
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Terwujudnya sistem penyimpanan yang baik, memudahkan dalam pengelolaan dan pencarian sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Tujuan Khusus :
1. Memelihara mutu sediaan farmasi
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga ketersediaan
4. Memudahkan dalam pencarian dan pengawasan
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penyimpanan perbekalan farmasi meliputi :
1. Instalasi Farmasi
2. Gudang Farmasi
3. Ruang perawatan
4. Poliklinik rawat jalan
5. ICU
6. Laboratorium
7. Radiologi
BAB II
TATA LAKSANA
A. PENERIMAAN
Tahapan awal sebelum obat disimpan adalah penerimaan. Penerimaan perbekalan farmasi dari distributor di
rumah sakit menggunakan sistem 1 pintu dilakukan di logistik farmasi. Penerimaan perbekalan farmasi harus
sesuai dengan surat pesanan dan memperhatikan kualitas dan kuatintas perbekalan farmasi yang diterima.
Sebelum diterima perbekalan farmasi harus dicek. Pengecekan perbekalan farmasi meliputi :
a. Nama pemesan di faktur
b. Nama perbekalan farmasi
c. Jumlah
d. Kekuatan untuk obat
e. Waktu kadaluarsa dan
f. Kondisi fisik obat.
B. PENYIMPANAN
Penyimpanan perbekalan farmasi di rumah sakit dikendalikan oleh kepala instalasi farmasi. Penyimpanan
dilakukan di depo – depo farmasi, laboratorium, radiologi, poliklinik, ruang perawatan dan unit khusus.
Penyimpanan di depo farmasi dibedakan menurut :
1. Bentuk Sediaan dan Jenisnya, Perbekalan farmasi di tata menurut bentuk sediaannya meliputi:
a. Tablet, kaplet, kapsul dan puyer di tata sesuai abjad
b. Syrup dan larutan obat minum ditata sesuai abjad
c. Injeksi dan infus obat di tata sesuai abjad
d. Salep, cream, lotion dan powder ditata sesuai abjad
e. Tetes mata dan salep mata ditata sesuai abjad
f. Tetes telinga di tata sesuai abjad
g. Infus dasar ditata di atas palet
h. Alkes ditata terpisah dari obat disesuaikan dengan tempat penyimpanannya.
i. Bahan – bahan kimia yang bukan termasuk B3 di tata tersendiri terpisah dengan obat dan alkes.
Perbekalan farmasi ditata menurut jenisnya meliputi :
j. Obat narkotika di simpan dilemari terpisah, tertutup, rangkap dua dan terkunci
k. Obat psikotropika di simpan dilemari terpisah, tertutup, dan terkunci
l. Obat generik
m. Obat HIV
n. Obat paten
Dokumentasi pemantauan suhu penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari dengan menggunakan
formlog temperatur yang telah ditentukan dan pada akhir bulan ditandatangani oleh kepala bagian/kepala
unit/kepala ruangan.
5. Tingkat Kewaspadaan (obat-obat HAM). Penyimpanan obat-obat HAM diatur dalam kebijakan penyimpanan
obat-obat kewaspadaan tinggi.
Penyimpanan Perbekalan Farmasi Khusus
1. Penyimpanan Produk Nutrisi
Penyimpanan produk nutrisi di Rumah Sakit ada 4 macam, meliputi :
a. Penyimpanan produk nutrisi enteral yang belum diolah dilakukan di bagian gizi dan instalasi farmasi terpisah
dengan bahan lain.
b. Penyimpanan produk nutrisi enteral yang sudah diolah penyimpanannya sesuai dengan kebijakan dari instalasi
gizi.
c. Penyimpanan produk nutrisi parenteral yang masih utuh di instalasi farnasi dan ruang keperawatan disimpan
terpisah dari perbekalan farmasi lain.
d. Penyimpanan produk nutrisi parenteral yang sudah direkonstitusi di ruang perawatan disimpan pada suhu 2 –
6 ◦C ( dalam kulkas ).
2. Penyimpanan Kontras
Penyimpanan kontras dilakukan dengan mengikuti standar MSDS dan terpisah dari obat dan alat kesehatan
lainnya. Penyimpanan dilakukan di bagian radiologi.
3. Penyimpanan Reagen
Penyimpanan reagen dilakukan dengan mengikuti standar MSDS dan terpisah dari obat dan alat kesehatan
lainnya. Penyimpanan dilakukan di bagian laboratorium.
Selain mengunci tempat perbekalan farmasi, petugas yang masuk ke dalam tempat tempat perbekalan farmasi
dibatasi, antara lain :
1. Petugas logistik farmasi
2. Petugas farmasi
3. Petugas instalasi lain untuk pengadaan perbekalan farmasi
4. Petugas dari instansi yang berwenang melakukan pemeriksaan
Dalam prakteknya apabila dibutuhkan perbekalan farmasi yang berada di depo farmasi sudah tutup diatur
dalam kebijakan pelayanan perbekalan farmasi saat depo farmasi tutup. Untuk mendukung pengawasan
perbekalan farmasi, logistik farmasi dilengkapi dengan CCTV untuk pengawasan dari kehilangan barang dan
penyalahgunaan perbekalan farmasi.
BAB III
PENUTUP
Pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit sangat penting fungsinya bagi terwujudnya pelayanan
perbekalan farmasi yang baik. Pengelolaan perbekalan farmasi yang baik didukung juga dengan sistem
penyimpanan yang baik untuk perbekalan farmasi diseluruh unit pelayanan di rumah sakit. Untuk membangun
sistem penyimpanan yang baik dan menerapkanya diperlukan kerja sama dari semua unit pelayanan, mulai dari
farmasi, perawat, radiologi, laboratorium, dokter, manajer dan direksi rumah sakit untuk mendukung sistem
penyimpanan perbekalan farmasi yang sudah dibuat.