Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggrek adalah tanaman hias berbunga yang merupakan komoditas

hortikultura unggulan dengan nilai ekonomi tinggi. Nilai penting tanaman anggrek

terletak pada keindahan bunga, sehingga keberhasilan pembungaan menjadi faktor

yang sangat penting dalam budidaya anggrek. Keunikan bunga anggrek terdapat

pada bentuk dan warna bibir atau labellum yang membedakan bunga anggrek

dengan tanaman lain (Suryowinoto, 1982).

Phalaenopsis amabilis (L) Blume dikenal dengan sebutan anggrek bulan.

Anggrek ini merupakan salah satu tanaman anggrek asli Indonesia yang sering

digunakan sebagai tetua dalam persilangan anggrek bulan untuk menghasilkan

varietas anggrek bulan hibrida unggul. Tanaman anggrek pada umumnya ditanam

untuk menghasilkan bunga, sehingga terjadinya pembungaan pada tanaman

tersebut menjadi sangat penting. P. amabilis membutuhkan waktu 2 – 3 tahun

untuk berbunga (Semiarti, et al., 2007).

Pembungaan yang cepat juga dapat mendukung konservasi, mengingat

keberadaan anggrek tersebut di alam semakin berkurang. Upaya percepatan

pembungaan tanaman anggrek dapat dilakukan baik seacara in vivo maupun in

vitro. Pembungaan secara in vitro saat ini semakin populer karena dapat

meningkatkan nilai estetika anggrek.

Proses pembungaan dapat di induksi melalui empat jalur yaitu fotoperiode,

vernalisasi, otonom, dan hormonal (Nilsson et al., 1998). Kerbauy (1984),

1
menginduksi pembungaan secara in vitro pada tanaman anggrek Oncidium

varicosum dengan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Benziladenin (BA). Percepatan

pembungaan pada tanaman anggrek dengan induksi ZPT telah dilakukan antara

lain pada anggrek Dendrobium, Cymbidium, dan Phalaenopsis gigantea (Wang

et al., 1997; Kostenyuk et al., 1999; Sim et al., 2007; Hee et al., 2009; Tee et al.,

2008; Latip, et al., 2010). Tanaman – tanaman tersebut diinduksi pembungaannya

dengan BA secara in vitro menggunakan variasi konsentrasi antara (1, 2, 3, 4.5

dan 5) ppm dan dapat berbunga rata – rata dalam 5 – 6 bulan. Induksi

pembungaan dengan BA secara in vitro juga dilakukan pada tanaman tembakau,

bambu, cabai merah, mawar, Pharbitis nil, Spilanthes acmella, tomat,

Cenopodium rubrum dapat mengakibatkan tanaman berbunga lebih cepat, yaitu

pada umur tiga minggu setelah aplikasi BA (Peeters et al., 1991; Triserat et al.,

1995; John et al., 1999; Blazkova et al., 2001; Galoch et al., 2002; Sheeja et al.,

2003; Kanchanapoom et al., 2010; Yadav et al., 2011). Dalam penelitian ini akan

dilakukan induksi pembungaan tanaman P. amabilis secara in vitro dengan

perlakuan BA.

Mekanisme pembungaan secara molekular ditentukan oleh gen kunci

pembungaan. Terdapat empat jalur regulasi pembungaan yaitu fotoperiode,

otonom, vernalisasi, zat pengatur tumbuh (GA/BA). Induksi pembungaan dengan

BA pada tanaman model Arabidopsis ditentukan oleh gen Twin Sister of FT (TSF)

yang merupakan ortholog gen Flowering Locus T (FT) (D’aloia et al., 2011). Gen

FT merupakan gen kunci dalam mengkode pembentukan protein yang merupakan

sinyal utama dalam pembungaan (florigen) (Kornneef et al., 1998; Kobayashi et

2
al., 1999; Kardailsky et al., 1999; Turck et al., 2008). Ortholog gen FT dari

tanaman P. amabilis (PaFT) telah berhasil diisolasi oleh Dr. Seonghoe Jang,

Sinica Academia Taiwan 2010 (Dr. Endang Semiarti, Fakultas Biologi UGM ,

2010 komunikasi pribadi). Gen PaFT diduga mempunyai fungsi yang sama

dengan gen FT dan Hd3a (gen ortholog pada padi). Dalam penelitian ini akan

diinduksi percepatan pembungaan anggrek P.amabilis dengan BA yang

ditambahkan pada medium pertumbuhan in vitro mulai dari fase embrio. Pengaruh

induksi pembungaan diikuti dengan deteksi ekspresi gen PaFT yang akan menjadi

indikator terjadinya proses pembungaan. Selain itu, analisis fenotip tanaman

selama induksi pembungaan juga dilakukan secara intensif dengan menghitung

jumlah, panjang, diameter akar dan daun serta jarak antar ruas daun yang

terbentuk, serta waktu pembungaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

tanaman anggrek P. amabilis berbunga di dalam botol (in vitro flowering).

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini meliputi:

b.1 Bagaimanakah pengaruh Benziladenin terhadap waktu pembungaan dan

morfologi tanaman anggrek P.amabilis secara in vitro?

b.2 Berapakah konsentrasi Benziladenin yang tepat untuk menginduksi percepatan

pembungaan anggrek P.amabilis secara in vitro?

b.3 Bagaimanakah pengaruh perlakuan Benziladenin terhadap produksi gen

pembungaan pada tanaman anggrek P. amabilis secara in vitro?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk:

3
c.1 Mendeteksi adanya pengaruh Benziladenin terhadap waktu pembungaan dan

morfologi tanaman anggrek P.amabilis secara in vitro.

c.2 Menetapkan konsentrasi Benziladenin yang tepat untuk induksi pembungaan

anggrek P. amabilis secara in vitro.

c.3 Mendeteksi adanya pengaruh Benziladenin terhadap ekspresi gen pembungaan

pada tanaman anggrek P. amabilis.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh tanaman anggrek

yang dapat berbunga secara in vitro. Tanaman tersebut dapat meningkatkan

variasi dan inovasi teknologi dalam produksi bunga anggrek yang dapat

digunakan sebagai cindera mata dan tanaman hias dengan nilai jual tinggi.

Adanya pembungaan secara in vitro dapat mendukung usaha konservasi tanaman

anggrek alam khususnya P. amabilis yang jumlahnya sangat berkurang.

Anda mungkin juga menyukai