Anda di halaman 1dari 7

Hak Asasi Manusia merupakan hak yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap pribadi manusia

sejak lahir. Sedangkan pengertian Hak Asasi Manusia menurut Undang-Undang RI Nomor 39
tahun 1999, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki hak asasi manusia masing-masing,
namun manusia juga memiliki kewajiban dalam pelaksanaan asasi manusia tersebut. Kewajiban
asasi juga dapat diartikan sebagai kewajiban dasar setiap manusia.

Menurut ketentuan pasal 1 ayat (2) Undang-Udang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
menyatakan bahwa kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi manusia. Hak dan
kewajiban sendiri saling berkaitan dan memiliki hubungan sebab-akibat, misalnya seorang guru
memiliki kewajiban untuk mengajari muridnya yang merupakan pekerjaannya, maka guru juga
berhak mendapatkan hak untuk memperoleh gaji atas pekerjaannya.

Maka dalam contoh tersebut dapat terlihat bahwa dalam pemenuhan kewajiban, maka hak juga
akan diperoleh. Selain itu dalam pemenuhan kewajiban pribadi juga dapat berdampak pada
pemenuhan hak orang lain, misalnya seorang guru memiliki kewajiban untuk mengajari
muridnya, sementara muridnya mempunyai hak untuk meperoleh ilmu pengetahuan dari
gurunya. Namun terkadang dalam pemenuhan hak dan kewajiban tersebut sering terjadi
ketidakseimbangan yang justru terkadang menimbulkan pertentangan.

Maka dari itu di Indonesia terdapat penegakan untuk Hak Asasi Manusia yang mengedepankan
keseimbangan antara hak dan kewajiban melalui Pancasila. Pancasila menjamin hak dan
kewajiban asasi manusia melalui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Nilai-nilai Pancasila tersebut dikategorikan menjadi nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai
praksis. Nilai praksis sendiri merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari.

HAM dalam nilai praksis Pancasila dapat terwujud apabila nilai-nilai dasar dan instrumental
Pancasila itu sendiri dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh warga,
misalnya pada sila pertama setiap warga yang berbeda agama saling menghargai serta tidak
memaksakan agama dan kepercayaannya kepada umat agama lain. Setiap manusia mempunyai
haknya untuk bebas dalam memeluk agama dan kepercayaannya, sedangkan kita tidak boleh
melanggar hak yang dimiliki oleh mereka. Bentuk perwujudan dalam sila pertama juga bisa
melalui sikap hormat dan bekerja sama dengan umat antar agama.

Bentuk kerja sama yang dapat dilakukan bisa berupa ikut memeriahkan hari besar umat agama
lain seperti Natal, Paskah, Lebaran, Imlek dan lain-lain dengan begitu maka akan muncul
kerukunan antar agama.

Hal tersebut sesuai dengan silanya yang pertama dimana setiap manusia bebas dalam memeluk
agamanya masing-masing. Sila kedua dengan mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban
sesama manusia. Dimana setiap manusia memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Tidak
ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah derajat sesama manusia.

Maka setiap manusia mempunyai haknya masing-masing untuk diberi keadilan dan perdaban
sebagai manusia sesuai dengan silanya kedua. Sila ketiga setiap warga negara menempatkan
persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Setiap manusia pasti memiliki kepentingannya masing-masing baik dalam
pribadi maupun golongan.

Tetapi jika kepentingan tersebut lebih diprioritaskan maka akan menimbulkan perpecahan. Oleh
karena itu, setiap manusia harus menempatkan kepentingan bersama untuk persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan silanya yang ketiga. Sila keempat setiap warga
mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

Dalam menyelesaikan suatu masalah tentunya membutuhkan pendapat setiap orang. Namun
pendapat setiap orang pasti berbeda-beda karena setiap manusia memiliki sudut pandangnya
masing-masing.

Namun dari perbedaannya pendapat harus dilihat pendapat terbaik untuk kepentingan bersama.
Setiap orang harus mengutamakan pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain. Selain itu setiap orang juga harus menerima dan melaksanakan keputusan dari
musyawarah tersebut dan mempertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

Sila kelima setiap warga menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban sesama. Dikarenakan
setiap manusia memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Hak dan kewajiban setiap orang
tidak boleh melebihi batas hak dan kewajiban yang lain. Setiap orang harus menghormati hak
yang lain dan menghargainya.

Namun dalam upaya pemenuhan HAM di dalamnya tidak jarang menimbulkan gesekan-gesekan
antar individu. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu
terhadap individu lain, kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.

Menurut UU No 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian
yang secara umum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut HAM seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesuaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.

Kasus pelanggaran HAM sendiri pernah terjadi di Indonesia, salah satunya yang tidak terlupakan
bagi rakyat Indonesia adalah Tragedi Trisakti yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1998.

Tragedi Trisakti terjadi dikarenakan terjadinya krisis moneter tahun 1997 yang memperburuk
kondisi ekonomi Indonesia sehingga menyebabkan KKN semakin merajalela, sementara
kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial tersebut menyebabkan
munculnya kerusuhan sosial dan muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Kaum
demonstran menuntut perbaikan ekonomi dan reformasi total.

Demonstrasi tersebut dilakukan di Jakarta pada tanggal 21 Mei 1998 menyebabkan


meninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan.
Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai "Pahlawan Reformasi".

Pada kasus Tragedi Trisakti tersebut dapat terlihat bahwa kasus tersebut merupakan kasus
pelanggaran HAM. Hak yang dilanggar adalah hak untuk menyampaikan pendapat yang
seharusnya setiap warga negara memiliki kebebasan dalam menyampaikan pendapat mereka
namun dalam tragedi ini mereka justru dilarang oleh aparat keamanan bahkan sejumlah empat
mahasiswa meninggal akibat dari tragedi ini. Padahal perundang-undangan mengenai
menyampaikan pendapat telah dituliskan dalam UUD 1945 pasal 28E ayat (3).

Tentu saja tragedi ini merupakan peristiwa kelam yang tidak terlupakan bagi Indonesia karena
melanggar HAM warga Indonesia. Selain itu kejadian ini juga melanggar hak untuk hidup bagi
empat mahasiswa tersebut.

Dimana setiap manusia diberikan hak untuk hidup namun nyawa keempat mahasiswa tersebut
justru direnggut oleh orang lain dalam kasus ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hak untuk
hidup milik keempat mahasiswa tersebut dilanggar oleh orang lain. Yang mana hak untuk hidup
juga dituliskan dalam UUD 1945 pasal 28A.
Bahkan sampai saat ini pemerintah Indonesia masih belum menemukan orang yang menembak
keempat mahasiswa tersebut hingga meninggal. Padahal orang tersebut seharusnya dihukum
karena telah merenggut hak dan nyawa orang lain. Namun pemerintah Indonesia masih belum
menemukan orangnya sampai saat ini. Hal ini tampak bahwa pemerintah Indonesia masih belum
tegas dalam menghadapi orang yang melanggar HAM. Akibat dari ketidaktegasan itu dapat
membuat masyarakat menganggap remeh hukum yang ada di Indonesia dan tidak takut untuk
melanggar HAM lagi. Sehingga kasus pelanggaran HAM juga semakin banyak terjadi.

Dalam kasus ini juga seharusnya pemerintah yang mengayomi masyarakatnya malah bertolak
belakang dengan keadaan yang ada sesungguhnya. Masyarakat yang hakikatnya menjadi
pimpinan utama dalam sistem demokrasipun berbanding terbalik dengan keadaan yang ada. Pada
tragedi ini dapat memperlihatkan kebusukan dari pemerintahan Indonesia yang sebelumnya
demokrasi dengan menjunjung HAM menjadi otoriter.

Negara Indonesia yang seharusnya dinikmati sebagian besar masyarakat, menjadi dikuasai
Keluarga Cendana. Akibatnyapun tidak main- main, HAM yang hakikatnya diturunkan secara
langsung oleh Tuhan pencipta kepada setiap manusia menjadi dibatasi oleh penguasa. Saya rasa
hal tersebut sudah tidak sesuai dengan prinsip Hak Asasi Manusia dan pelaku penindasan hak
berpendapat perlu untuk dihukum berat karena menyalahi perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu meskipun sudah ditetapkan peraturan perundang-undangan oleh pemerintah namun
pelanggaran HAM masih terjadi di Indonesia, baik dilakukan oleh masyakarat sendiri maupun
pemerintah. Pelanggaran tersebut menunjukkan adanya kelalaian atas pelaksanaan kewajiban
asasi manusia yang merupakan kewajiban untuk menghargai dan menghormati hak asasi
manusia milik orang lain. Contoh kasusnya adalah Kerusuhan Tanjung Priok, Tragedi Semanggi
I dan II, penculikan aktivis tahun 1997/1998, dan lain-lain.

Pemerintah juga mengusahakan untuk menegakkan HAM agar mengurangi terjadinya


pelanggaran HAM tersebut dengan membentuk Komnas HAM pada 7 Juni 1993 melalui
Keppres No 50 Tahun 1993.

Komnas HAM tersebut beranggotakan 35 orang yang dipilih oleh DPR dan ditetapkan oleh
Presiden. Komnas HAM sendiri berfungsi sebagai lembaga penelitian, penyuluhan, pengkajian,
pemantauan dan mediasi HAM. Kemudian pemerintah juga membentuk instrumen HAM yang
menjamin penegakan dan perlindungan HAM.

Instrumen HAM dapat berupa peraturan perundang-undangan dan lembaga penegak HAM
seperti Komnas HAM dan Pengadilan HAM. Kemudian berdasarkan Undang-Undang RI Nomor
26 Tahun 2000 maka dibentuklah Pengadilan Ham yang bertugas memeriksa dan memutuskan
kasus pelanggaran HAM yang berat.

Selain itu pemerintah juga berupaya agar kasus pelanggaran HAM ini tidak terjadi kembali
melalui beberapa tindakan seperti pemerintah berupaya untuk memberikan pelayanan yang baik
dan adil kepada seluruh warga dengan begitu maka warga akan merasa bahwa hak yang
didapatkannya sudah baik dan adil.

Kemudian pemerintah juga memberikan perlindungan kepada setiap orang dari perbuatan yang
melawan hukum maka tindakan yang melanggar hak orang lain akan dilarang oleh pemerintah
dan memberi perlindungan orang yang haknya akan dilanggar.

Sehingga upaya tersebut dilakukan pemerintah agar mencegah terjadinya pelanggaran HAM
dengan menegakkan hukum dan demokrasi. Selain itu pemerintah juga akan meningkatkan
penyebarluasan prinsip-prinsip HAM melalui pendidikan formal (sekolah atau perguruan tinggi)
maupun non-formal kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat paham akan
pentingnya HAM setiap manusia dan tidak boleh dilanggar.

Dengan begitu masyarakat sadar bahwa pelanggaran HAM harus tidak boleh dilakukan.
Kemudian juga meningkatkan kerjasama antar kelompok atau golongan untuk saling menghargai
dan menghormati dengan begitu masyarakat dapat memahami dan menghormati perbedaan dan
pendapat yang berbeda-beda.

Jadi, HAM yang sudah didapatkan oleh semua manusia harus dihargai dan dihormati oleh
sesama manusia yang lain. Selain itu HAM erat hubungannya dengan kewajiban asasi manusia,
dimana jika kewajiban seseorang terpenuhi maka haknya juga terpenuhi baik dari kewajiban
orang tersebut maupun orang lain. Hak dan kewajiban asasi manusia harus saling seimbang dan
tidak melewati batas karena dapat menimbulkan pertentangan.

Dalam menegakkan HAM sendiri juga terkandung dalam nilai-nilai Pancasila yang harus
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari serta erat hubungannya dengan kelima sila Pancasila.

Nilai tersebut juga bertujuan agar timbulnya keseimbangan antara hak dan kewajiban asasi
manusia. Meskipun dalam kenyataannya Indonesia pernah mengalami kasus pelanggaran HAM
baik dari pemerintah sendiri maupun masyarakat Indonesia. Namun di samping itu pemerintah
Indonesia juga sudah berupaya dalam mengurangi terjadinya pelanggaran HAM itu sendiri.

Hak Asasi Manusia merupakan hak yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap pribadi manusia
sejak lahir. Sedangkan pengertian Hak Asasi Manusia menurut Undang-Undang RI Nomor 39
tahun 1999, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki hak asasi manusia masing-masing,
namun manusia juga memiliki kewajiban dalam pelaksanaan asasi manusia tersebut. Kewajiban
asasi juga dapat diartikan sebagai kewajiban dasar setiap manusia.

Menurut ketentuan pasal 1 ayat (2) Undang-Udang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
menyatakan bahwa kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi manusia. Hak dan
kewajiban sendiri saling berkaitan dan memiliki hubungan sebab-akibat, misalnya seorang guru
memiliki kewajiban untuk mengajari muridnya yang merupakan pekerjaannya, maka guru juga
berhak mendapatkan hak untuk memperoleh gaji atas pekerjaannya.

Maka dalam contoh tersebut dapat terlihat bahwa dalam pemenuhan kewajiban, maka hak juga
akan diperoleh. Selain itu dalam pemenuhan kewajiban pribadi juga dapat berdampak pada
pemenuhan hak orang lain, misalnya seorang guru memiliki kewajiban untuk mengajari
muridnya, sementara muridnya mempunyai hak untuk meperoleh ilmu pengetahuan dari
gurunya. Namun terkadang dalam pemenuhan hak dan kewajiban tersebut sering terjadi
ketidakseimbangan yang justru terkadang menimbulkan pertentangan.

Maka dari itu di Indonesia terdapat penegakan untuk Hak Asasi Manusia yang mengedepankan
keseimbangan antara hak dan kewajiban melalui Pancasila. Pancasila menjamin hak dan
kewajiban asasi manusia melalui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Nilai-nilai Pancasila tersebut dikategorikan menjadi nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai
praksis. Nilai praksis sendiri merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari.

HAM dalam nilai praksis Pancasila dapat terwujud apabila nilai-nilai dasar dan instrumental
Pancasila itu sendiri dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh warga,
misalnya pada sila pertama setiap warga yang berbeda agama saling menghargai serta tidak
memaksakan agama dan kepercayaannya kepada umat agama lain. Setiap manusia mempunyai
haknya untuk bebas dalam memeluk agama dan kepercayaannya, sedangkan kita tidak boleh
melanggar hak yang dimiliki oleh mereka. Bentuk perwujudan dalam sila pertama juga bisa
melalui sikap hormat dan bekerja sama dengan umat antar agama.
Bentuk kerja sama yang dapat dilakukan bisa berupa ikut memeriahkan hari besar umat agama
lain seperti Natal, Paskah, Lebaran, Imlek dan lain-lain dengan begitu maka akan muncul
kerukunan antar agama.

Hal tersebut sesuai dengan silanya yang pertama dimana setiap manusia bebas dalam memeluk
agamanya masing-masing. Sila kedua dengan mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban
sesama manusia. Dimana setiap manusia memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Tidak
ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah derajat sesama manusia.

Maka setiap manusia mempunyai haknya masing-masing untuk diberi keadilan dan perdaban
sebagai manusia sesuai dengan silanya kedua. Sila ketiga setiap warga negara menempatkan
persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Setiap manusia pasti memiliki kepentingannya masing-masing baik dalam
pribadi maupun golongan.

Tetapi jika kepentingan tersebut lebih diprioritaskan maka akan menimbulkan perpecahan. Oleh
karena itu, setiap manusia harus menempatkan kepentingan bersama untuk persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan silanya yang ketiga. Sila keempat setiap warga
mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

Dalam menyelesaikan suatu masalah tentunya membutuhkan pendapat setiap orang. Namun
pendapat setiap orang pasti berbeda-beda karena setiap manusia memiliki sudut pandangnya
masing-masing.

Namun dari perbedaannya pendapat harus dilihat pendapat terbaik untuk kepentingan bersama.
Setiap orang harus mengutamakan pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain. Selain itu setiap orang juga harus menerima dan melaksanakan keputusan dari
musyawarah tersebut dan mempertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

Sila kelima setiap warga menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban sesama. Dikarenakan
setiap manusia memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Hak dan kewajiban setiap orang
tidak boleh melebihi batas hak dan kewajiban yang lain. Setiap orang harus menghormati hak
yang lain dan menghargainya.

Namun dalam upaya pemenuhan HAM di dalamnya tidak jarang menimbulkan gesekan-gesekan
antar individu. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu
terhadap individu lain, kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.

Menurut UU No 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian
yang secara umum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut HAM seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesuaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.

Kasus pelanggaran HAM sendiri pernah terjadi di Indonesia, salah satunya yang tidak terlupakan
bagi rakyat Indonesia adalah Tragedi Trisakti yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1998.

Tragedi Trisakti terjadi dikarenakan terjadinya krisis moneter tahun 1997 yang memperburuk
kondisi ekonomi Indonesia sehingga menyebabkan KKN semakin merajalela, sementara
kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial tersebut menyebabkan
munculnya kerusuhan sosial dan muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Kaum
demonstran menuntut perbaikan ekonomi dan reformasi total.

Demonstrasi tersebut dilakukan di Jakarta pada tanggal 21 Mei 1998 menyebabkan


meninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan.
Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai "Pahlawan Reformasi".
Pada kasus Tragedi Trisakti tersebut dapat terlihat bahwa kasus tersebut merupakan kasus
pelanggaran HAM. Hak yang dilanggar adalah hak untuk menyampaikan pendapat yang
seharusnya setiap warga negara memiliki kebebasan dalam menyampaikan pendapat mereka
namun dalam tragedi ini mereka justru dilarang oleh aparat keamanan bahkan sejumlah empat
mahasiswa meninggal akibat dari tragedi ini. Padahal perundang-undangan mengenai
menyampaikan pendapat telah dituliskan dalam UUD 1945 pasal 28E ayat (3).

Tentu saja tragedi ini merupakan peristiwa kelam yang tidak terlupakan bagi Indonesia karena
melanggar HAM warga Indonesia. Selain itu kejadian ini juga melanggar hak untuk hidup bagi
empat mahasiswa tersebut.

Dimana setiap manusia diberikan hak untuk hidup namun nyawa keempat mahasiswa tersebut
justru direnggut oleh orang lain dalam kasus ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hak untuk
hidup milik keempat mahasiswa tersebut dilanggar oleh orang lain. Yang mana hak untuk hidup
juga dituliskan dalam UUD 1945 pasal 28A.

Bahkan sampai saat ini pemerintah Indonesia masih belum menemukan orang yang menembak
keempat mahasiswa tersebut hingga meninggal. Padahal orang tersebut seharusnya dihukum
karena telah merenggut hak dan nyawa orang lain. Namun pemerintah Indonesia masih belum
menemukan orangnya sampai saat ini. Hal ini tampak bahwa pemerintah Indonesia masih belum
tegas dalam menghadapi orang yang melanggar HAM. Akibat dari ketidaktegasan itu dapat
membuat masyarakat menganggap remeh hukum yang ada di Indonesia dan tidak takut untuk
melanggar HAM lagi. Sehingga kasus pelanggaran HAM juga semakin banyak terjadi.

Dalam kasus ini juga seharusnya pemerintah yang mengayomi masyarakatnya malah bertolak
belakang dengan keadaan yang ada sesungguhnya. Masyarakat yang hakikatnya menjadi
pimpinan utama dalam sistem demokrasipun berbanding terbalik dengan keadaan yang ada. Pada
tragedi ini dapat memperlihatkan kebusukan dari pemerintahan Indonesia yang sebelumnya
demokrasi dengan menjunjung HAM menjadi otoriter.

Negara Indonesia yang seharusnya dinikmati sebagian besar masyarakat, menjadi dikuasai
Keluarga Cendana. Akibatnyapun tidak main- main, HAM yang hakikatnya diturunkan secara
langsung oleh Tuhan pencipta kepada setiap manusia menjadi dibatasi oleh penguasa. Saya rasa
hal tersebut sudah tidak sesuai dengan prinsip Hak Asasi Manusia dan pelaku penindasan hak
berpendapat perlu untuk dihukum berat karena menyalahi perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu meskipun sudah ditetapkan peraturan perundang-undangan oleh pemerintah namun
pelanggaran HAM masih terjadi di Indonesia, baik dilakukan oleh masyakarat sendiri maupun
pemerintah. Pelanggaran tersebut menunjukkan adanya kelalaian atas pelaksanaan kewajiban
asasi manusia yang merupakan kewajiban untuk menghargai dan menghormati hak asasi
manusia milik orang lain. Contoh kasusnya adalah Kerusuhan Tanjung Priok, Tragedi Semanggi
I dan II, penculikan aktivis tahun 1997/1998, dan lain-lain.

Pemerintah juga mengusahakan untuk menegakkan HAM agar mengurangi terjadinya


pelanggaran HAM tersebut dengan membentuk Komnas HAM pada 7 Juni 1993 melalui
Keppres No 50 Tahun 1993.

Komnas HAM tersebut beranggotakan 35 orang yang dipilih oleh DPR dan ditetapkan oleh
Presiden. Komnas HAM sendiri berfungsi sebagai lembaga penelitian, penyuluhan, pengkajian,
pemantauan dan mediasi HAM. Kemudian pemerintah juga membentuk instrumen HAM yang
menjamin penegakan dan perlindungan HAM.

Instrumen HAM dapat berupa peraturan perundang-undangan dan lembaga penegak HAM
seperti Komnas HAM dan Pengadilan HAM. Kemudian berdasarkan Undang-Undang RI Nomor
26 Tahun 2000 maka dibentuklah Pengadilan Ham yang bertugas memeriksa dan memutuskan
kasus pelanggaran HAM yang berat.

Selain itu pemerintah juga berupaya agar kasus pelanggaran HAM ini tidak terjadi kembali
melalui beberapa tindakan seperti pemerintah berupaya untuk memberikan pelayanan yang baik
dan adil kepada seluruh warga dengan begitu maka warga akan merasa bahwa hak yang
didapatkannya sudah baik dan adil.

Kemudian pemerintah juga memberikan perlindungan kepada setiap orang dari perbuatan yang
melawan hukum maka tindakan yang melanggar hak orang lain akan dilarang oleh pemerintah
dan memberi perlindungan orang yang haknya akan dilanggar.

Sehingga upaya tersebut dilakukan pemerintah agar mencegah terjadinya pelanggaran HAM
dengan menegakkan hukum dan demokrasi. Selain itu pemerintah juga akan meningkatkan
penyebarluasan prinsip-prinsip HAM melalui pendidikan formal (sekolah atau perguruan tinggi)
maupun non-formal kepada masyarakat. Hal ini dilakukan agar masyarakat paham akan
pentingnya HAM setiap manusia dan tidak boleh dilanggar.

Dengan begitu masyarakat sadar bahwa pelanggaran HAM harus tidak boleh dilakukan.
Kemudian juga meningkatkan kerjasama antar kelompok atau golongan untuk saling menghargai
dan menghormati dengan begitu masyarakat dapat memahami dan menghormati perbedaan dan
pendapat yang berbeda-beda.

Jadi, HAM yang sudah didapatkan oleh semua manusia harus dihargai dan dihormati oleh
sesama manusia yang lain. Selain itu HAM erat hubungannya dengan kewajiban asasi manusia,
dimana jika kewajiban seseorang terpenuhi maka haknya juga terpenuhi baik dari kewajiban
orang tersebut maupun orang lain. Hak dan kewajiban asasi manusia harus saling seimbang dan
tidak melewati batas karena dapat menimbulkan pertentangan.

Dalam menegakkan HAM sendiri juga terkandung dalam nilai-nilai Pancasila yang harus
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari serta erat hubungannya dengan kelima sila Pancasila.

Nilai tersebut juga bertujuan agar timbulnya keseimbangan antara hak dan kewajiban asasi
manusia. Meskipun dalam kenyataannya Indonesia pernah mengalami kasus pelanggaran HAM
baik dari pemerintah sendiri maupun masyarakat Indonesia. Namun di samping itu pemerintah
Indonesia juga sudah berupaya dalam mengurangi terjadinya pelanggaran HAM itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai