Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu layanan yang ada di Rumah Sakit adalah tindakan Regional

Anestesi yang dilakukan sebelum operasi dilakukan. Anestesi regional membuat

bagian tubuh tertentu mati rasa untuk menghilangkan rasa sakit atau

memungkinkan prosedur bedah dilakukan (Torpy, 2011). Anestesi regional

merupakan salah satu jenis anestesi yang bertujuan untuk menghambat rasa sakit

pada sebagian besar anggota tubuh (Ikatan Dokter Spesialis Anestesiologi

Indonesia, 2018).

Tidak semua jenis operasi bisa dilakukan regional anestesi, dalam keadaan

normal dimana tidak ada faktor komplikasi yang mempengaruhi, anestesi regional

dapat dipergunakan dalam berbagai jenis operasi diantaranya : (1) Gynecology yaitu

segala jenis prosedur yang berkaitan dengan organ reproduksi perempuan misalnya

operasi caesar, hysterectomy, dan berbagai prosedur lainnya (2) Orthopedics, berkaitan

dengan berbagai prosedur yang berkaitan dengan tulang dan sendi (3) Urology, dimana

penggunaan epidural, spinal dan peripheral nerve block dipergunakan untuk berbagai

prosedur yang berkaitan dengan ginjal, prostat, dan kandung kemih (4) Operasi lutut,

yang pada umumnya menggunakan femoral nerve block dan sciatic block (5)

Gastrointestinal, dimana penggunan epidural, spinal, dan paravertebral nerve block

dipergunakan untuk berbagai prosedur yang berkaitan dengan area perut, usus, dan liver

(6) Operasi pinggul. Pada operasi ini, tipe anestesi regional yang dipergunakan
2

adalah lumbar plexus block yang akan membuat area dimana kumpulan saraf yang

bertanggung jawab dalam menghantarkan berbagai jenis sensasi pada daerah sendi

pinggul menjadi mati rasa (Ikatan Dokter Spesialis Anestesiologi Indonesia, 2018)

Untuk sampai saat ini sebagian besar orang beranggapan bahwa regional

anestesi adalah tindakan yang menakutkan. Reaksi cemas ini akan berlanjut bila

pasien tidak pernah atau kurang mendapat informasi yang berhubungan dengan

penyakit atau tindakan yang dilakukan terhadap dirinya (Amelia L.P ,2014). Bila

kecemasan pasien tidak segera diatasi maka dapat mengganggu proses tindakan

regional anestesi, untuk itu pemberian bimbingan ataupun stimulus harus

dilaksanakan sebelum tindakan regional anestesi. Kegiatan Parenting yang

dilakukan oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan Perawat RS

Roemani Muhammadiyah ini merupakan suatu bagian dari manajemen

pendidikan, dan bukan sebagai bentuk pengalihan tanggung jawab dari seorang

Dokter Spesialis Anestesi kepada Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi)

FK Unimus dan Perawat RS Roemani Muhammadiyah, karena dokter tetap akan

melakukan parenting regional anestesi kepada keluarga pasien sebelum dilakukan

tindakan regional anestesi.

Kemajemukan background pasien maupun keluarga pasien di RS Roemani

Muhammadiyah sangat bermacam-macam karena itu dibutuhkan tindakan

parenting kepada keluarga pasien maupun pasien terhadap tindakan regional

anestesi yang dilakukan oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi) FK

Unimus dan Perawat RS Roemani Muhammadiyah. Penolakan terhadap tindakan

anestesi akan kecemasan keluarga pasien pasien berkorelasi dengan informasi


3

yang dimiliki oleh keluarga pasien, hal ini seperti pendapat yang disampaikan

oleh Chiscolm (1993) bahwa pasien tidak akan bahwa pasien tidak mengalami

penurunan kecemasan, bila tidak mendapatkan intervensi tentang penyakit dan

prosedur tindakan yang akan dilakukan dan kecemasan pasien pre operasi tersebut

akan mengalami penurunan setelah diberikan informasi dan penjelasan yang

adekuat oleh tenaga kesehatan.

Keputusan yang diambil oleh keluarga pasien, sepenuhnya merupakan hak

yang harus dipenuhi oleh pihak penyelenggara kesehatan, dalam hal keputusan

tindakan operasi merupakan keputusan yang murni adalah hak pasien dalam

mengambil keputusan tersebut (Dahlan, 2003). Kecemasan pasien mampu

membawa kondisi pasien ke arah yang lebih buruk, dan acapkali menyebabkan

ketidaksesuaian terhadap penatalaksanaan medis yang akan dilakukan. Pada

tingkat yang lebih tinggi, kecemasan pasien maupun keluarga pasien mampu

membawa pada penolakan tindakan regional yang akan dilakukan, sehingga

tujuan awal seorang pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk mendapat

kesembuhan tidak dapat dilakukan. Dalam lingkup yang lebih besar, hal ini

berpengaruh buruk terhadapa mutu pelayanan Rumah Sakit.

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa pasien yang menyatakan

persetujuan karena pengetahuan dan pemahamannya akan informasi yang

diberikan kepadanya, akan memperlihatkan hasil yang lebih baik daripada

sebaliknya (Kuzl, 2004). Oleh karena itu perlu adanya sebuah manajemen

parenting regional anestesi terhadap keluarga pasien, selain untuk meningkatkan


4

pemahaman keluarga pasien akan regional anestesi, hal ini juga sangat berimbas

terhadap menurunkannya tingkat penolakan terhadap tindakan regional anestesi

yang akan diterima pasien. Kondisi ini amat berpengaruh terhadap proses

penyembuhan pasien. Pasien akan merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter

sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin

bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya yang merupakan

bentuk dari meningkatnya pemahaman pasien melalui parenting yang

disampaikan oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi) FK Unimus dan

Perawat RS Roemani Muhammadiyah.

Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh seorang Dokter Anestesi mampu

menjadi sebuah gap antara pasien dan dokter, sehingga diperlukan Co-Assistant

Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan Perawat rumah sakit sebagai fasilitator

penyampai informasi tentang tindakan regional anestesi kepada keluarga pasien

sesuai dengan kapasitas masing-masing, dan hal ini merupakan sebagai bentuk

pendidikan terhadap Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan Perawat

dalam Rumah Sakit, bukan sebagai pengalihan tanggung jawab seorang Dokter

Anestesi kepada Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan perawat

karena seorang dokter tetap akan mengulang dan menjelaskan terhadap keluarga

pasien ataupun terhadap pasien yang masih mampu mendapat sebuah penjelasan

tentang tindakan regional anestesi yang akan diterimanya.

Penyampaian kondisi pasien kepada keluarga pasien terkait tindakan pra

anestesi maupun pasca anestesi harus tersampaikan secara tepat. Kompetensi


5

komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah

kesehatan pasien. Komunikasi yang efektif dapat mengurangi keraguan pasien,

serta menambah kepatuhan pasien. Dokter dan pasien sama-sama memeperoleh

manfaat dari saling berbagi dalam hubungan yang erat. Pasien merasa aman dan

terlindungi jika dokter yang menanganinya melakukan yang terbaik untuk

pasiennya. Ketika saling terhubung, dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih baik

pada perubahan perilaku dan perhatiannya pada pasien setiap saat. Komunikasi

yang efektif antara dokter dan pasien sangatlah diperlukan untuk memperoleh

hasil yang optimal, berupa masalah kesehatan yang dapat diselesaikan dan

kesembuhan pasien (Rusmana, 2009; Hardjodisastro, 2010)

Selama ini kompetensi akan komunikasi cenderung terabaikan, yang

menyebabkan tuduhan-tuduhan tentang kecendurangan dokter melakukan

malpraktek. Juga terdapat fenomena pasien berbondong-bondong berobat keluar

negeri (Rusmana, 2009; Hardjodisastro, 2010). Berdasarkan hasil konsil

kedokteran Indonesia, diketahui bahwa sebagian dokter di Indonesia merasa

tidakpunya cukup waktu untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga

hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter sangat mungkin tidak mendapatkan

keterangan yang cukup untuk menentukan perencanaandan tindakan lebih lanjut .

selain itu, pada pasien umumnya merasa berada dalam posisi yang lebih rendah di

hadapan dokter, sehingga takut bertanya dan hanya menjawab sesuai pertanyaan

dokter. Tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena

pemahaman menyeluruh memanng tidak diperoleh dalam waktu yang singkat

(Konsil Kedokteran Indonesia, 2006).


6

Kepuasan merupakan dampak terhadap pelayanan keperawatan yang

berkualitas yang merupakan hasil interaksi antara perawat sebagai pemberi dan

pasien sebagai penerima dari jasa pelayanan keperawatan. Untuk dapat

mewujudkan harapan tersebut, diperlukan pengelolaan manajemen yang baik.

Pencapaian aspek kualitas pelayanan keperawatan untuk dapat memenuhi

kepuasan pasien sehingga berkontribusi pula terhadap kepuasan kerja

Pada parenting keluarga pasien memerlukan keterampilan manajerial,

komunikasi, membina hubungan dan bernegosiasi. Komunikasi dalam Parenting

mempunyai porsi besar dalam mendukung kesuksesan setiap pasien yang akan

menjalani tindakan invasif, seperti tindakan bedah yang akan menjalani prosedur

regional anestesi. Anestesi sendiri secara umum berarti suatu tindakan

menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur

lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Komunikasi yang efektif dalam parenting kepada pasien yang menjalani

tindakan anestesi mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan

keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, Sedangkan ketidak efektifan

dalam penyampaian parenting dalam tindakan anestesi kepada pasien dapat

mengundang masalah. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan

setara sangat diperlukan agar pasien mau dan dapat menceritakan sakit serta

keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas.

Galen percaya bahwa penyakit berasal dari ketidak-seimbangan cairan

penting dalam tubuh yang disebut humor. Ia berkata : “dalam tubuh ada darah,
7

lendir, empedu kuning dan empedu hitam, kita berada dalam kesehatan yang

sempurna tatkala unsur-unsur ini dalam proporsi yang tepat.”(John Hudson Tiner,

2005). Menurut Rusmana (2009), empat keinginan pasien yang harus dipenuhi

untuk membangun hubungan yang baik antara dokter dan pasien adalah :

1. Merasa ada jalinan dengan dokter dan megetahui bahwa pasien

memperoleh perhatian penuh dari dokter

2. Mengetahui bahwa dokter dapat fokus pada setiap tindakan pengobatan

dan interaksinya

3. Merasa rileks dan bebas dari kekhawatiran pada suasana praktek

4. Mengetahui bahwa dokternya dapat diandalkan

Dari sudut pandang pasien, hubungan yang terjalin dalam parenting

anestesi keluarga pasien akan meningkatkan kepercayaan dan komunikasi yang

efektif. Dokter akan tanggap pada respon pasien atas informasi yang disampaikan.

Pasien akan lebih terbuka dalam mendengar dan belajar. Pertukaran pandangan

yang sama akan mudah dikembangkan dan pasien lebih bersedia untuk melakukan

tindakan yang sesuai harapannya. Pasien akan menjadi lebih siap menerima

tindakan anestesi dan akan menyarankan orang lain ke dokter yang memiliki

hubungan baik dengannya.

Tujuan komunikasi adalah segala bentuk aktifitas yang dilakukan oleh

individu dengan tujuan menyampaikan pesannya kepada orang lain. Jika pesan

yang dimaksudkan tersebut tidak sesuai dengan penangkapan lawan bicara, maka

kemungkinan besar akan menyebabkan terajadinya miskomunikasi, sehingga


8

berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu komunikasi yang efektif dalam

parenting anestesi keluarga pasien.

Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti

sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah

perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana,

2003).

Kesuksesan dalam melakukan parenting anestesi keluarga pasien

mengacu pada hukum komunikasi efektif yang banyak dibahas diberbagai

literatur disingkat dalam satu katu yaitu Reach, yang dalam bahasa Indonesi

berarti meraih (Hanas, 2009; Prijosaksono, 2002; Rusoni, 2007; Toha, 2008)

1) Respect

Sikap menghargai mengacu pada proses menghargai setiap individu

yang menjadi sasaran pesan yangdisampaikan oleh komunikator. Jika

individu membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling

menghargai dan menghormati, maka kerjasama yang menghasilkan

sinergi dapat dibangun, yang akan meningkatkan efektifitas kinerja,

baik sebagai individu maupun secara keseluruhan.

2) Humble

Sikap redah hati mengacu pada sikap yang penuh melayani, sikap

menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan

memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalaha, rela


9

memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian dir, serta

mengutamakan kepentingan yang lebih besar

3) Emphaty

Empati adalah kemampuan individu untuk menempatkan diri pada

situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu

prasayarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan

untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan

atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati membantu individu

dalam menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan

memudahkan penerima pesan menerimanya. Jadi sebelum membangun

komunikasi atau mengirimkan pesan, individu perlu mengerti dan

memahami dengan empati calon penerima pesan. Sehingga nantinya

pesan dari komunikator akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan

psikologis atau penolakan dari penerima.

4) Audible

Makna dari audible adalah dapat didengarakn atau dimengerti dengan

baik oleh penerima pesan

5) Clarity

Kejelasan, terkait dengan kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga

tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang

berlainan. Kejelasan juga berarti keterbukaan dan transpransi. Dalam

berkomunikasi, individu perlu mengembangakan sikap terbuka,

sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan


10

Keperawatan sebagai profesi tidak terlepas dari kebutuhan sumber daya

manusia keperawatan yang berkualitas. Manajemen sumber daya manusia

keperawatan yang berkualitas identik dengan kecerdasan emosional atau

kecerdasan sosial, yaitu kemampuan mengelola emosionalitas dalam merespon

stimulasi sosial secara akurat oleh karena kesuksesan seseorang 70% dipengaruhi

oleh kecerdasan emosionalnya daripada kecerdasan intelegensinya.

Sumber daya manusia keperawatan yang berkualitas merupakan

kepribadian yang tidak cacat emosionalnya, seperti kesalahan/kekurangtelitian

dalam pekerjaan, keterlambatan dalam menyelesaikan pekerjaan, semangat kerja

yang buruk, bekerja secara asal-asalan dan kesal hati. Sebaliknya sumber daya

manusia keperawatan yang berkualitas adalah perawat yang memiliki kegairahan

dalam bekerja, kreatif, proaktif, mempunyai kehangatan dan mudah tersenyum

(Yosep, 2005:130).

1.2 Identifikasi Permasalahan

Identifikasi masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Rendahnya pemahaman keluarga pasien tentang tindakan regional

anestesi yang akan diterima pasien.

2) Belum ada Manajemen Parenting Regional Anestesi bagi keluarga

pasien oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan

Perawat RS Roemani Muhammadiyah yang terprogram secara


11

konsisten dan optimal dilaksanakan.

3) Belum Ada Panduan bagi Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda

Anestesi) dan Perawat RS Roemani Muhammadiyah dalam

mengimplementasikan manajemen ini.

Untuk memperoleh hal tersebut di atas dengan hasil yang maksimal, maka

perlu ada penyusunan Manajemen Parenting Regional Anestesi bagi keluarga

pasien oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan Perawat RS

Roemani Muhammadiyah yang akan dijadikan menjadi acuan.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari penyimpangan dari pokok permasalahan, penelitian ini

dibatasi dengan memfokuskan masalah pada Manajerial Parenting pada keluarga

pasien oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan Perawat RS

Roemani Muhammadiyah (Research, Actuating, Evaluating, Controling)

1.4 Rumusan Masalah

Dari identifikasi permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka masalah

pokok dalam penelitian Manajemen Parenting Regional Anestesi bagi keluarga

pasien oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan Perawat RS

Roemani Muhammadiyah seperti apakah yang sesuai diterapkan di rumah sakit.

Berdasarkan masalah pokok penelitian yang telah dirumuskan, maka di

susun pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :


12

1) Bagaimana pemahaman keluarga pasien tentang Regional Anestesi ?

2) Bagaimana pelaksanaan Manajemen Parenting Regional Anestesi

bagi keluarga pasien oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda

Anestesi) dan Perawat RS Roemani Muhammadiyah ?

3) Bagaimana panduan Manajemen Parenting Regional Anestesi bagi

keluarga pasien oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi)

dan Perawat RS Roemani Muhammadiyah?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah dibentuknya Manajemen

Parenting Regional Anestesi bagi keluarga pasien oleh Co-Assistant Anestesi

(Dokter Muda Anestesi) dan Perawat RS Roemani mempunyai pengaruh terhadap

pemahaman keluarga pasien ketika menerima tindakan regional anestesi. Namun

demikian, tujuan lebih rinci penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Implementasi Manajemen Parenting Regional Anestesi bagi keluarga

pasien oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan

Perawat RS Roemani Muhammadiyah di Rumah Sakit

2) Pembuatan buku panduan Manajemen Parenting Regional Anestesi

bagi keluarga pasien oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda

Anestesi) dan Perawat RS Roemani Muhammadiyah.

1.6 Manfaat Hasil Penelitian


13

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritik dan manfaat

praktis. Masing-masing dikemukakan sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperoleh unsur Model

Manajemen Parenting Regional Anestesi bagi keluarga pasien oleh Co-Assistant

Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan Perawat RS Roemani Muhammadiyah, dan

terlebih lagi diharapkan Manajemen Parenting Regional Anestesi Bagi Keluarga

Pasien oleh Co Ass Anestesi FK Unimus dan Perawat di RS Roemani

Muhammadiyah ini mampu menambah pemahaman bagi keluarga pasien tentang

Regional Anestesi.

1.6.2 Manfaat Praktis

Hasil Penelilitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman

di antaranya sebagai berikut :

A. Rumah Sakit

1. Dapat dilaksanakannya Model Manajemen Parenting Regional

Anestesi bagi keluarga pasien oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter

Muda Anestesi) dan Perawat RS Roemani Muhammadiyah

2. Sebagai bahan masukan dalam mengelola ataupun me-manage tatanan

unit perawatan dan diklat Rumah Sakit , yaitu saat Manajemen

Parenting Regional Anestesi bagi keluarga pasien oleh Co-Assistant

Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan Perawat RS Roemani


14

Muhammadiyah diaplikasikan dalam rumah sakit, maka akan

meningkatkan mutu layanan melalui perbaikan EQ perawat dalam

penyampaiannya terhadap pasien maupun keluarga pasien, dan Model

Manajemen Parenting Regional Anestesi bagi keluarga pasien oleh

Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan Perawat RS

Roemani Muhammadiyah dapat dimanfaatkan sebagai acuan pedoman

parenting terhadap tindakan-tindakan medis lain yang membutuhkan

pelayanan parenting.

3. Sebagai bahan Input dalam penambahan konsep Manajemen

Parenting Regional Anestesi bagi keluarga pasien oleh Co-Assistant

Anestesi (Dokter Muda Anestesi) dan Perawat RS Roemani

Muhammadiyah dan juga sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti

selanjutnya dalam meningkatkan kredibilitas sebuah Rumah Sakit

dalam hal pelayanan publik

B. Manfaat bagi Fakultas Kedokteran

1. Sebagai pengkayaan bahan ajar atau materi pada Fakultas Kedokteran

C. Manfaat bagi Kementrian Ristek dan Dikti

1. Sebagai Referensi untuk institusi pengambil kebijakan lingkup

pendidikan tinggi pada kementrian Ristek dan Dikti.

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah


15

1) Manajemen Parenting Regional Anestesi Bagi Keluarga Pasien oleh

Co Ass Anestesi FK Unimus dan Perawat di RS Roemani

Muhammadiyah yang diterapkan di Rumah Sakit .

2) Buku Pedoman pelaksanaan Manajemen Parenting Regional Anestesi

bagi keluarga pasien oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda

Anestesi) dan Perawat RS Roemani Muhammadiyah

1.8 Asumsi Keterbatasan Pengembangan

Setelah diperoleh Model sebagai pengembangan Manajemen Parenting

Regional Anestesi bagi keluarga pasien oleh Co-Assistant Anestesi (Dokter Muda

Anestesi) dan Perawat RS Roemani Muhammadiyah , maka diasumsikan sbb:

1. Model ini dapat dilaksanakan dengan baik dan dinilai layak dapat

dijalankan di Rumah Sakit

2. Kepala Bagian yang terkait dan Clinical Instructure di rumah sakit

mampu mengembangkan Manajemen Parenting Regional Anestesi

Bagi Keluarga Pasien oleh Co Ass Anestesi FK Unimus dan Perawat

di RS Roemani Muhammadiyah yang akan menghasilkan peningkatan

pemahaman pasien maupun keluarga pasien terhadap tindakan regional

anestesi, sehingga miss komunikasi antara dokter dan pasien maupun

keluarga pasien mampu diminimalisir, dan pasien bisa mendapat

pemahaman tentang apa itu regional anestesi agar mampu

meningkatkan keberhasilan suatu tindakan medis karena pasien


16

maupun keluarga pasien yang kooperatif dengan penyedia jasa layanan

medis.

Anda mungkin juga menyukai