Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus Low Back Pain –

Evans Oktora
3 MEI 2015 DEPARTEMEN NEUROLOGI AMBARAWATINGGALKAN
KOMENTAR
LAPORAN KASUS LOW BACK PAIN
IDENTITAS
Nama : Ny. T

Umur : 48 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : swasta / ibu RT

Alamat : Ngrawan LOR 2/5 Bawen Kab. Semarang

Masuk RS : 15 Januari 2014 pukul 09.45

No. CM : 051003-2014

ANAMNESIS (15 JANUARI 2014)


Auto anamnesa dari pasien

Keluhan Utama:
Nyeri pinggang bawah

Riwayat Penyakit Sekarang:


Nyeri pinggang bawah menjalar dari pangkal paha ke ujung tungkai kiri
dan kanan. Nyeri petama kali dirasakan lebih kurang 2 tahun yang lalu
pada pinggang kiri menjalar sampai ke ujung kaki kiri. lebih kurang 2
minggu sebelum masuk rumah sakit, muncul keluhan yang sama pada
pinggang kanan menjalar ke ujung kaki kanan, nyeri dirasakan seperti
diris-iris dan ditusuk-tusuk, skala nyeri menurut pasien adalah 7. Nyeri
dirasakan terus menerus dan sedikit berkurang dengan berbaring serta
bertambah berat jika pasien duduk dan berdiri sehingga menyebabkan
pasien sulit untuk duduk dan berjalan. Menurut pengakuan pasien,
keluhan ini belum diobati sama sekali, pasien hanya berbaring untuk
mengurangi nyeri

Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit keluhan semakin memberat


, pasien tidak bisa duduk sama sekali apalagi berjalan karena nyeri,
sehingga pasien hanya berbaring, BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur
dengan menggunakan pispot. Nafsu makan pasien berkurang tetapi tidak
terjadi penurunan berat badan yang bermakna, gejala tidak didahului
dengan demam, mual, muntah, batuk, kelemahan anggota gerak serta
baal. Tidak ada keluhan pada BAB dan BAK.

Pasien sekarang bekerja sebagai ibu rumah tangga sejak lebih kurang 14
tahun yang lalu, sebelumnya pasien adalah pedagang keliling, pasien
juga mengaku tidak mengangkat beban berat akhir-akhir ini.

Riwayat Penyakit Dahulu:


 Riwayat jatuh pada daerah pinggang disangkal
 Riwayat nyeri kepala disangkal
 Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
 Riwayat sakit kencing manis disangkal
 Riwayat stroke disangkal
 Riwayat sakit jantung disangkal
 Riwayat kejang disangkal
 Riwayat stress emosi disangkal
 Riwayat keganasan atau tumor disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Disangkal adanya sakit yang serupa

Anamnesis Sistem:
Sistem serebrospinal : tidak ada keluhan

Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan

Sistem respirasi : tidak ada keluhan

Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan

Sistem musculoskeletal : Nyeri pinggang kanan dan kiri menjalar


sampai ke ujung kaki

Sistem integumentum : tidak ada keluhan

Sistem urogenital : tidak ada keluhan

Resume Anamnesis:
Seorang pasien usia 48 tahun, datang ke IGD RSUD ambarawa dengan
keluhan nyeri pinggang kanan menjalar sampai ke ujung kaki sejak 2
minggu yll dan memberat sejak 1 hari yll yang mengakibatkan pasien tidak
bisa duduk dan berjalan. Sebelumnya pasien juga pernah mengalami hal
serupa sejak 2 tahun yang lalu, nyeri pada pinggang kiri menjalar sampai
ke ujung kaki, tetapi sekarang keluhan pada pinggang kiri sudah banyak
berkurang. Keluhan belum diobati sama sekali, pasien hanya berbaring
untuk mengurangi nyeri.

DISKUSI I
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah
atau berpotensi terjadi atau digambarkan dalam bentuk kerusakan
tersebut (International Association for the Study of Pain, 1994).
Nyeri punggung bawah diklasifikasikan berdasarkan perjalanan klinik dan
penyebab terjadinya :

1.1. Definisi Low Back Pain (LBP)


Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor).
Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan
pangkal paha (Rakel,2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan
salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas
tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002).

1.2. Klasifikasi Low Back Pain (LBP)


Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1.2.1. Acute Low Back Pain


Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari
sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute
low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan
mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen
dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada
daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini
penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.

1.2.2. Chronic Low Back Pain


Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini
biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang
lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,
rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

1.3. Penyebab Low Back Pain (LBP)


Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP, antara lain:

1.3.1. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir


Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut
Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat
berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada
saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya low back pain yang
disertai dengan scoliosis ringan.

Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat
menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat
lubang di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina
dan keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat
menyebabkan gejala-
gejala berat sepert club foot, rudimentair foof, kelayuan pada kaki, d
an sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan
keluhan. Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir
adalah:

1. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae,
dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae
(Bimariotejo, 2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun
ketika berumur 35 tahun baru menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan
degeneratif. Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk
atau tidur dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan
(Bimariotejo, 2009).

Soeharso (1978) menyebutkan gejala klinis dari penyakit ini adalah:


1). Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari semestinya. Antara
dada dan panggul terlihat pendek.

2). Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus vertebra


yang menimbulkan skoliosis ringan.

3). Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke ekstremitas


bawah.

4). Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung


spina dan garis depan corpus pada vertebra yang mengalami kelainan
lebih panjang dari garis spina corpus vertebrae yang terletak diatasnya.

1. Penyakit Kissing Spine


Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus
bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak.
Gejala yang ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa
diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral (Soeharso,
1978).

1. Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V


Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra
lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum
(Soeharso, 1978).

1.3.2. Low Back Pain karena Trauma


Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP
(Bimariotejo, 2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot
atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita
nyeri pinggang bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat
menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,
mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri.
Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka
waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan
pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut
(Idyan, 2008).

Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada low back pain
yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan,
seperti:

1. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca


Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri
pada os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat
batuk dan saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom
positif dan pergerakan kaki pada hip joint terbatas.

1. Perubahan pada sendi Lumba Sacral


Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan
sacrum, dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan
ini dapat menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau
sacral I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.

1.3.3. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan


Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan
pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak
hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga
disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain (Soeharso, 1978).

Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabkan oleh


perubahan jaringan antara lain:
1. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-
ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan te
rjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi
penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang
belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat
menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang (Idyan,
2008).

1. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini
ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu.
Rasa nyeri memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan
kelelahan (Dieppe,1995 dalam Idyan, 2008).

1. Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi terbagi
atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi
kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai d
engan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta
kelemahan.

1.3.4. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu
varum, coxa valgum dan sebagainya (Soeharso, 1987). Beberapa
pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama
juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch, 2006 dalam Shocker,
2008).

Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang


menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya
berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang
akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot
(Bimariotejo, 2009).

1.4. Faktor Resiko Low Back Pain (LBP)


Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan,
etnis, merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat
yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal
spinal dan
faktor psikososial (Bimariotejo, 2009). Sifat dan karakteristik nyeri
yang dirasakan pada penderita LBP bermacam-macam seperti nyeri
terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga terjadi kelemahan pada
tungkai (Idyan, 2008). Nyeri ini terdapat pada daerah lumbal bawah,
disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka,
koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki
(Bimariotejo, 2009).

DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis Klinik : Low back pain kronis

Diagnosis topik : Radiks nervus spinalis lumbosacral

Diagnosis etiologik :

 Tumor spinal

 Osteoartritis

 Hernia Nukleus Pulposus

PEMERIKSAAN (15 JANUARI 2014)


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, kesan status gizi cukup
Kesadaran compos mentis, GCS: E4V5M6

Tanda Vital : TD : 130/80 mmHg R : 24x/menit

N : 90x/mnt S : 37,0’C

Kulit : Turgor kulit baik

Kepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata,


tidak mudah dicabut

Mata : Edema palpebra -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik


-/-, pupil isokor diameter 3/3 mm, reflek cahaya Normal/Normal, reflek
kornea Normal/Normal

Telinga : Bentuk normal, simetris, serumen -/-

Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi,


sekret -/-

Mulut : Bibir kering, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-


T1 tenang Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran
kelenjar tiroid, tidak
ada deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening,
kaku kuduk (-), meningeal sign (-)

Dada :

Pulmo :

I : Normochest, dinding dada simetris

P : Fremitus taktil kanan=kiri, ekspansi dinding dada simetris


P : Sonor di kedua lapang paru

A : Vesikuler (Normal/Normal), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Cor :

I : Tidak tampak ictus cordis

P : Iktus cordis teraba

P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas kiri ICS V linea
midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra

A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen :

I : Datar, supel

P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba
membesar, tidak ada nyeri tekan abdomen

P : Timpani

A : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), atrofi otot (-


), capillary refill <2detik, akral hangat (+)

Status Psikiatrik
Tingkah Laku : Normal

Perasaan Hati : Normal


Orientasi : Normal

Kecerdasan : Normal

Daya Ingat : Normal

Status Neurologis
Sikap Tubuh : Lurus dan simetri

Gerakan Abnormal : (-)

Kepala : Normocephal

Saraf otak :
Tabel Pemeriksaan Nervus Kranialis

NERVUS CRANIALIS Kanan Kiri

N.I Daya Penghidu Normal/Normal

Daya Penglihatan Normal/Normal

Penglihatan Warna Normal/Normal

N.II Lapang Pandang Normal/Normal

Ptosis -/-

Gerakan mata ke medial Normal/Normal

Gerakan mata ke atas Normal/Normal

Gerakan mata ke bawah Normal/Normal

N.III Ukuran Pupil + (3 mm) + (3mm)


Reflek cahaya Langsung + +

Reflek cahaya konsensuil + +

Strabismus divergen -/-

+/+
Gerakan mata ke lateral bawah

Strabismus konvergen -/-

Menggigit Normal/Normal

N.IV Membuka mulut Normal/Normal

Sensibilitas muka Normal/Normal

Reflek kornea + +

N.V Trismus -/-

+/+
Gerakan mata ke lateral bawah

N.VI Strabismus konvergen -/-

Kedipan mata Normal/Normal

Lipatan nasolabial Simetris/simetris

N.VII Sudut mulut Simetris/simetris

Mengerutkan dahi Normal/Normal

Menutup mata Normal/Normal

Meringis Normal/Normal

Menggembungkan pipi Normal/Normal


Normal/Normal
Daya kecap lidah 2/3 depan

Mendengar suara berbisik +/+

Mendengar detik arloji +/+

Tes Rinne Tidak dilakukan

Tes Schawabach Tidak dilakukan

N.VIII Tes Weber Tidak dilakukan

Arkus Faring Normal/Normal

Daya kecap lidah 1/3


Belakang
Normal/Normal

Reflek muntah +

Sengau –

N.IX Tersedak –

Denyut nadi 90x/mnt regular

Arkus Faring Simetris/simetris

Bersuara Normal/Normal

N.X Menelan Normal/Normal

Memalingkan kepala Normal/Normal

Sikap bahu Normal/Normal

Mengangkat bahu Normal/Normal

N.XI Trofi otot bahu Eutrofi/Eutrofi


Sikap Lidah Normal/Normal

Artikulasi Normal/Normal

Tremor Lidah -/-

Menjulurkan Lidah Normal/Normal

Trofi otot lidah Eutrofi/Eutrofi

N.XII Fasikulasi Lidah -/-

Sensibilitas : normal

Fungsi Vegetatif : BAB dan BAK normal

Refleks Patologis : Babinsky (-/-), Chaddock (-/-), Gordon (-/-),


Oppenheim (-/-),

Gonda (-/-), Schaefer (-/-), Hoffman Trommer (-/-).

PEMERIKSAAN KHUSUS
Posisi terlentang :
 Lasegue : (+/+)
 Braggard : (+/+)

 Patrick : (+/+)

 Kontra patrick : (+/+)

 Valsava : (+)

 Nafziger : (+)

Posisi telungkup
Pasien sulit melakukan posisi telungkup

 Nyeri tekan otot paravertebra VL2-VS1

 Gibbus : (-)

 Spasme otot (+)

 Nyeri ketok : (+) pada pinggang bawah kanan dan kiri

Posisi tegak
Pasien tidak bisa melakukan posisi tegak.

 Deformitas : sdn

 Pelvis : sdn

 Atrofi gluteal, paha, betis : sdn

 Spasme otot : sdn

 Gerakan aktif otot punggung : sdn


 Jongkok berdiri : tidak dilakukan

 Berjalan jinjit atau tumit : tidak dilakukan

Pemeriksaan Labolatorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi

Darah Rutin

Hemoglobin 12,7 14,0-18,0 g/dl

Leukosit 7,4 4,0-10 ribu

Eritrosit 4,13 4,0-6,2 juta

Hematokrit 37,1 40-58 %

Trombosit 270 200-400 ribu

MCV 89,8 80-90 mikro m3

MCH 30,8 27-34 pg

MCHC 34,2 32-36 g/dl

RDW 13,0 10-16 %

MPV 7,5 7-11 mikro m3

Kimia Klinik

Gula Darah Sewaktu 87 70-100 mg/dl

Ureum 25,8 10-50 mg/dl

Creatinin 0,80 0,62-1,1 mg/dl

SGOT 20 0-50 U/L


SGPT 24 0-50 IU/L

Protein total 6,84 6-8 g/dl

Albumin 4,37 3,4-4,8 g/dl

Globulin 2,47 2.0-4.0 g/dl

SEROLOGI

HBsAg Non reaktif Non reaktif

X-Foto LumboSacral AP-Lateral :


Kesan :

 terdapat penyempitan pada discus intervertebralis pada L2- L3, L5-S1

 Osteofit pada L2, L4, L5 merupakan gambaran dari spondilosis


lumbalis ringan

 Kompresi ringan korpus vertebralis L5 bagian posterior

 Tak tampak fraktur dan listesis pada tulang

Konsultasi dr.Spesialis Rehab Medik


Hasil Konsultasi:

Evaluasi Rehab Medik

S : nyeri pinggang bawah

Program Rehab Medik (Fisioterapi) :

 Positioning
 Alih baring
 TENS
 Pemasangan korset
 Edukasi pasien dan Keluarga
DISKUSI II
Hasil pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan adanya kelemahan
motorik. Berbagai pemeriksaan khusus yang dapat membangkitkan nyeri
menunjukkan hasil positif, dijumpai pula adanya spasme otot yang jelas.

Medula spinalis berakhir setinggi corpus vertebra LI-2 (conus


terminalis). Di bawah conus ada sekumpulan radiks yang saling
berdekatan yang berjalan ke ventrokaudal, untuk selanjutnya
meninggalkan kanalis spinalis menuju ganglion spinalis melewati kantung
duramater pada pintu keluar foramen. Karena arahnya yang ventrokaudal,
maka jika ada protrusi atau prolaps dorsolateraldari diskus akan lebih
menekan segmen berikutnya, daripada segmen tingkatnya sendiri.

Hasil rontgen vertebrae lumbosakral menunjukkan adanya spondilosis


lumbalis ringan, kompresi ringan korpus vertebralis L5 bagian posterior
dan terdapat penyempitan discus intervertebralis pada L2-L3, L5-S1.

Pada kasus ini pemeriksaan golden diagnosis untuk HNP yaitu MRI dan
CT Myelogram tidak dikerjakan. Dibandingkan dengan CT myelogram,
MRI memiliki beberapa keuntungan, yaitu : informasi yang jelas pada
potongan sagital, mampu mengevaluasi cauda equina, informasi yang
lebih jelas tehadap jaringan di luar canalis, dan non invasif (Greenberg,
2001).

Pada kasus ini, dari hasil rontgen vertebrae lumbosakral ditemukan


adanya kelainan pada L2-S1(spondilosis lumbalis ringan, kompresi ringan
korpus vertebralis L5 bagian posterior dan terdapat penyempitan discus
intervertebralis pada L2-L3, L5-S1), sehingga menimbulkan kelainan
berdasarkan dermatomal persarafannya. Pada kasus ini nyeri dirasakan
menjalar sampai ke ujung kaki, sesuai dengan dermatom persarafannya.
DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis Klinik : Low back pain kronis menjalar sampai ke ujung
kaki

Diagnosis topik : Vertebrae dan Radiks nervus spinalis L2-S1

Diagnosis etiologik : Radikulopati e.c vertebrae entrapment

TERAPI
Pada penderita ini diberikan terapi :

1. Farmakologis
 Inj. Ketorolac 2×30 mg

 Inj. Ranitidin 2×1 amp

 Inj. Sohobion 1×1 amp

 Tab Diazepam 2x2mg

 Tramadol 2×1

 Amitryptyline 2 x ½ tab

2. Non Farmakologis
 Tirah baring

 Fisioterapi

DISKUSI III
Sebagian besar penderita nyeri punggung bawah akut hanya memerlukan
terapi simptomatis saja. Lebih dari 60% penderita nyeri punggung bawah
akut akan menunjukkan perbaikan yang nyata pada minggu pertama
terapi (Bratton,

1999, patel, 2000).

Pada penderita ini didapatkan gejala yang mengarah pada nyeri nosiseptif
dan nyeri neuropati. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya bangkitan
nyeri pada prasat pemeriksaan fisik dan spasme otot yang jelas.
Sehingga, pada penderita ini terapi yang digunakan adalah kombinasi
analgesia dan muscle relaxant agent.

Pada penderita ini didapatkan adanya spasme otot paraspinal yang jelas.
Spasme otot paraspinal pada HNP terjadi sebagai akibat refleks
pertahanan tubuh untuk mengurangi gerakan tubuh.

 Inj. Ketorolac 2×30 mg

Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Indikasi


penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu
penggunaan maksimal selama 5 hari. Ketorolac selain digunakan sebagai
anti inflamasi juga memiliki efek anelgesik yang bisa digunakan sebagai
pengganti morfin pada keadaan pasca operasi ringan dan sedang.

 Inj. Ranitidin 2×1 amp

Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang


menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan
mengurangi sekresi asam lambung. Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam
serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekre
si asam lambung adalah 36–94 mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama
6–8 jam.
Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak
plasma dicapai 2–3 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak
dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2½–3
jam pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.

 Inj. Sohobion 1×1 amp

Sohobion merupakan vitamin neurotropik atau B complex terdiri dari


vitamin B1 100 mg, B6 100 mg, B12 5000 mcg. Indikasi pemberian adalah
untuk defisiensi vitamin B1,B6,B12 seperti pada neuralgia dan neuritis
perifer.

 Diazepam 2x2mg

Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam


yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat
(GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme
menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam. Kadar
puncak dalam darah tercapai setelah 1 – 2 jam pemberian oral. Waktu
paruh bervariasi antara 20 – 50 jam sedang waktu paruh
desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi
hati.

 Tramadol 2×1

Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.


Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem sar
af pusat sehingga menghambat sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.
Disamping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmiter dari saraf
aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
Tramadol peroral diabsorpsi dengan baik dengan bioavailabilitas 75%.
Tramadol dan metabolitnya diekskresikan terutama melalui urin dengan
waktu 6,3 – 7,4 jam.

 Amitryptyline 2 x ½ tab
Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan
menghambat pengambilan kembali neurotransmiter di otak. Amitriptilin
mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga lebih resposif
terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa ini juga
mempunyai aktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat.
Diindikasikan untuk Pasien dengan gejala-gejala utama depresi terutama
bila berkaitan dengan kecemasan, tegang, atau kegelisahan. Depresi
neurotik.

 Edukasi dan Tirah Baring

Edukasi tentang perubahan pola hidup, faktor risiko dan biomekanikal


tubuh juga sangat diperlukan. Semua penderita nyeri
pinggang bawah akut dianjurkan untuk memulai aktivitas kehidupan
sehari-harinya seawal mungkin. Meta analisayang dilakukan olah Hagen,
dkk (2002) menyimpulkan bahwa tidak ada beda bermakna antara bed
rest dan advice to stay active terhadap outcome NPB akut. Saran untuk
beraktivitas dan menjalankan aktivitas hidup sehari-hari akan lebih
meningkatkan kepuasan pasien (NHS, 2000).

 Fisioterapi

Tindakan fisioterapi meliputi TENS, alih baring dan pemasangan korset.


TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) bekerja dengan
rangsangan balik (counter iritation) dari impuls-impuls nyeri yang timbul
dari sumsung tulang (Gate Control Theory). Selain itu dapat pula
mengaktivasi proses antinociceptive endogen seperti endorphin (NHS,
2000).

Algoritma diagnosis dan penatalaksanaan LBP


Jika dilihat dari algoritma penatalaksaan pada kasus di atas, dimana untuk
kasus kronis LBP, telah diberikan NSAID (ketoroloc), antidepresan
(Amitriptilin), benzodiazepin (diazepam), tramadol serta konsultasi
fisioterapi, penatalaksaan pada kasus ini sudah sesuai dengan algoritma
penatalaksanaan tersebut.

Pada penderita ini tidak direncanakan untuk dikerjakan tindakan


pembedahan. Tindakan pembedahan pada kasus-kasus HNP hanya
diindikasikan pada keadaan berikut ini : sindroma equina, adanya defisit
neurologis yang progresif, defisit neurologis yang bermakna, dan nyeri
hebat yang menetap 4-6 minggu terapi konservatif (Humprhey, 1999).
Kajian yang dilakukan oleh Birkmeyer, dkk (1999) menyimpulkan bahwa
tidak ada cukup bukti yang mendukung bahwa tindakan pembedahan
lebih baik daripada terapi konservatif.

FOLLOW UP
Tabel Follow Up Tanda Vital

Tanda
Vital 15/01/14 16/01/14 17/01/14

TD 130/80 130/80 110/80

N 90 84 72

R 24 20 20

S 37,0 36,5 36,6

Tabel Follow Up Subjek (S)

S 15/01/14 16/01/14 17/01/14

Nyeri pinggang
bawah +++ / + ++ / + +/+
Nyeri tungkai +++ / + ++ / + +/+

Tabel Follow Up Objektif (O)

O 15/01/14 16/01/14 17/01/14

GCS E4V5M6 E4V5M6 E4V5M6

Nyeri tekan ++/+ +/+ +/-

Lasegue +/+ +/+ +/+

Bragard +/+ +/+ +/+

Patrick +/+ +/+ +/+

Kontra patrick +/+ +/+ +/+

Naffziger test + + +

+
Valsava test + +

Tabel Follow Up Assessment (A)

A 15/01/14 16/01/14 17/01/14

LBP AKUT
LBP

Tabel. Follow Up Planing (P)

P 15 16 17

Inf RL 20 tpm √ √ √

Inj. Ketorolac 2×1 amp √ √ √

Inj. Ranitidin 2×1 amp √ √ √

Inj. Sohobion 1×1 amp √ √ √

Diazepam 2×2 mg √ √ √
Tramadol 2×1 √ √ √

Amitryptylin 2 x 1/2 √ √ √

PROGNOSIS
Lebih dari 85% penderita dengan HNP akan membaik tanpa operasi
dalam jangka waktu rerata 6 minggu, dan 70% dalam 4 minggu
(Greenberg, 2002). Sebagian besar penderita NPB akut (60%) akan dapat
bekerja kembali dalam waktu 1 bulan dan 90% dapat bekerja kembali
dalam 3 bulan (Bratton, 1999). Pada penderita HNP tanpa komplikasi,
sebagian besar akan membaik secara nyata dalam 4 minggu (Humprhey,
1999).

Prognosis pada penderita ini adalah sebagai berikut :

Death : Dubia ad bonam

Disease : Dubia ad bonam

Disability : Dubia ad bonam

Discomfort : Dubia ad bonam

Dissatisfaction : Dubia ad bonam

Distitutional : Dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA
 (2009). Low Back Pain (LBP). Diambil 22 Januari 2014 dari www.b
ackpainforum.com.
 Cadwell, E & Hegner, B R. (2003). Asisten Keperawatan: Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC.
 (2006). OAINS Konvensional Masih Jadi Pilihan. Diambil 22 Januari
2014 darihttp://www.majalah.farmacia.com/default.asp.
 Ester, M. (2005). Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
 Guyton, A C & Hall, J E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor
Bahasa Indonesia : Irawati Setiawan Edisi 9. Jakarta: EGC.
 (1990). Nyeri Pinggang Bawah. Diambil 22 Januari 2014
darihttp://www.emidicine.com.
 Ismiyati, S W & Cit, C R. (1997). Latihan Dengan Metode William Dan
 Mc Kenzie Pada Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta: TITAFI XIII.
 Idyan, Z. (2008). Hubungan Lama duduk Saat Perkuliahan dengan
Keluhan Low Back Pain. Diambil 22 Januari 2014dari http://inna-
ppni.or.id.
 Kenworthy, Snowley, Gilling. (2002). Common Foundation Studies in
Nursing, Third Edition. USA: Churchill Livingstone.
 Kozier, B; Glenora, E; Audrey, B; Shirlee, J S. (2004). Fundamental
Nursing: Concept and Procedures. 8th edition. USA: Pearson Prentice
Hall.
 Long,
B (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan). Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran.
 Maher, S & Pellino. (2002). Aktivitas Tubuh penyebab LBP. Diambil 22
Januari 2014 darihealtcare.uiowa.edu.
 Mook, E & Chin, P W. (2004). The Effects of Slow-Stroke Back Massage
on Anxiety and Shoulder Pain in Elderly Stroke Patients. Diambil 22
Januari 2014 darihttp://www.scincedirect.com/science.
 Potter,
P A & Perry, A (2005) . Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
 Priharjo, R. (1993). Perawatan Nyeri: Pemenuhan Aktivitas Istirahat
Pasien. Jakarta: EGC.
 (2002). Nyeri Pinggang Bagian Bawah. Diambil 22 Januari 2014
darihttp://www.nyeripunggungbawah.com.
 (2008). Nyeri Pinggang Bawah (Low Back Pain). Diambil 22 Januari 2014
darihttp://www.artikel_nyeri.com.
 Setyohadi, B. (2005). Etiopatogenesis Nyeri Pinggang, Temu Ilmiah
Rematologi Dan Kursus Nyeri. Jakarta: IRA.
 (1978). Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Yogyakarta: Yayasan Essentia
Medica.
 Shocker, M. (2008). Pengaruh Stimulus Kutaneus: Slow-Stroke Back
Massage terhadap Intensitas Nyeri Osteoarthritis. Diambil 22 Januari 2014
dari http://www.scribd.com.
 (2002). Metode Statistika, Ed. Revisi Cetakan 6. Bandung: Tursita.

Anda mungkin juga menyukai