Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/312378060

Pengolahan Air Limbah dengan Metode Lumpur Aktif dan Karbon Aktif

Article · January 2017

CITATIONS READS

0 4,546

1 author:

David Azis Prasetyan


Institut Teknologi Sepuluh Nopember
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by David Azis Prasetyan on 16 January 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pengolahan Air Limbah dengan Metode
Lumpur Aktif dan Karbon Aktif
David Azis Prasetyan
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jalan Raya ITS, Keputih Sukolilo, Surabaya, 60111
david.azis13@mhs.chem.its.ac.id

1. Metode Pengolahan limbah dengan Lumpur Aktif


Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan sistem biakan tersuspensi telah
digunakan secara luas di seluruh dunia untuk pengolahan air limbah domestik. Proses ini secara
prinsip merupakan proses aerobik dimana senyawa organik dioksidasi menjadi CO2, H2O, NH4
dan sel biomassa baru. Sumber oksigen dapat diperoleh dengan cara aerasi. Sistem pengolahan air
limbah dengan biakan tersuspensi yang paling umum digunakan adalah proses pengolahan dengan
Sistem Lumpur Aktif (Activated Sludge Process) [1].
Beberapa karakteristik dari proses ini adalah kualitas air output yang tinggi. Namun proses
ini cukup sulit diaplikasikan dibandingkan dengan metode penanganan limbah lain karena
teknologi yang rumit serta konsumsi energi listrik yang lebih tinggi untuk proses aerasi [2].
Saat ini, proses lumpur aktif sering digunakan pada penanganan limbah hasil dari reaktor anaerob.
Sistem ini diduga dapat mengurangi konsumsi energi serta menghasilkan sedikit sisa lumpur.
Tujuan dari penanganan dengan proses lumpur aktif diantaranya adalah penghilangan BOD,
nitrifikasi, serta denitrifikasi [3]. Pada penghilangan BOD, umpan limbah dimetabolisme oleh
mikroba pada lumpur aktif sebagai substrat sehingga terkonversi menjadi biomassa, air, karbon
dioksida, dan gas lainnya. Pada proses nitrifikasi, terjadi oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat
oleh bakteri. Sedangkan proses denitrifikasi, nitrit dan nitrat terkonversi menjadi gas, khususnya
adalah gas nitrogen.
Biomassa terpisah pada tangki sedimentasi sekunder sehingga mengalami flokulasi dan
pengendapan. Hal ini menyebabkan bakteri, protozoa, dan mikroorganisme lain membentuk floc
makroskopis sehingga dapat tersedimentasi [2]. Pelekatan mikroorganisme ini dibantu oleh
matriks polisakarida yang dihasilkan oleh mikroba tersebut. Activated sludge floc dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1 Activated sludge floc

a. Alat dan Bahan yang digunakan


Alat
1. Tanki Aerasi
Pada tangka ini dluakukan oksidasi material organic. Limbah masuk kedalam tanki dan akan
bercampur dengan lumpur aktif. Aerasi dilakukan secara mekanik. Karakterisasi dari proses
lumpur aktif adalah adanya daur ulang dari biomasa. Keadaan ini membuat waktu tinggal rata-rata
sel biomassa menjadi lebih lama dibandingkan waktu tinggal hidrauliknya [1].
2. Tangki Sedimentasi
Tangki ini digunakan untukn sediemntasi flok mikroba lumpur) yang dihasilkan selama fase
oksidasi dalam tangka aerasi. Sebagian dari lumpur dalam tangka penjernih didaur ulang kembali
dan dimasukan kembali kedalam tangka aerasi, sisanya dibuang untuk menjaga rasio yang
tepa tantara makanan dan mikroorganisme [3]
Bahan
1. Mikrooraganisme
Pada pengolahan limbah dengan lumpur aktif membutuhkan mikroorganisme diantaranya seperti
bakteri, fungi, protozoa, atau rotifers. Mikroorganisme tersebut berperan untuk mendegradasi
limbah. Dua tujuan dari sistem lumpur aktif yaitu untuk mengoksidasi material organic yang
biodegradable dalam tangka aerasi lalu dikonversi menjadi bentul sel baru, dan memisahkan
biomassa yang baru terbentuk [3]
Mikroorganisme tersebut memanfaatkan polutan organik terlarut dan partikel organik sebagai
sumber makanan. Polutan organik terlarut dapat masuk ke dalam sel dengan cara absorpsi.
Sedangkan partikel organik tidak dapat masuk ke dalam sel sebagai sumber makanan. Partikel
organik pada limbah hanya menempel pada dinding sel (adsorpsi). Selanjutnya sel menghasilkan
enzim agar dapat melarutkan partikel. Dengan cara ini, bakteri dapat menghilangkan polutan
organik baik yang terlarut maupun berupa partikel yang terdapat dalam limbah [5].
2. Nutrisi
Pada pengolahan limbah dengan lumpur aktif juga dilakukan penambahan nutrisi. Hal tersebut
dilakukan untuk menjaga kualitas sisa lumpur aktif yang terdapat di tangki aerasi tersebut. Karena
kemungkinan besar bakteri pengurai yang ada di dalamnya membutuhkan banyak nutrisi sebagai
makanan agar dapat terus hidup dalam air limbah. Setelah proses penambahan nutrisi tersebut
limbah dialirkan kembali ke tangki sedimentasi untuk pemisahan lumpur dan air limbah yang telah
diolah (Verstraete, W., dan Vaerenbergh E.V., 1986)
b Proses Pengolahan
Terdapat empat proses utama yang terjadi pada sistem lumpur aktif, diantaranya adalah
1. Tangki aerasi
2. Tangki pengendapan
3. Resirkulasi lumpur
4. Penghilangan lumpur sisa.
Reaksi biokimia dengan komponen organik lumpur berada di biological reactor (aeration
tank). Biomassa terbentuk karena adanya substrat dalam lumpur. Pengendapan biomassa terjadi
dalam tangki pengendapan sekunder. Bagian solid dalam tangki tersebut kemudian disirkulasi ke
dalam tangki aerasi untuk mempertahankan konsentrasi biomassa dalam reaktor sehingga
berpengaruh tehadap efisiensi sistem. Lumpur sisa dari pengolahan ini kemudian diarahkan
menuju tempat pengolahan lumpur. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat tiga jenis lumpur
yang terlibat dalam proses ini, yaitu lumpur sisa, lumpur biomassa yang berada pada bak aerasi,
serta lumpur sekunder yang berada pada tangki pengendapan [2]. Ilustrasi sederhana proses lumpur
aktif dapat dilihat pada Gambar 2.
Sebelum memasuki proses tersebut air limbah dapat diendapkan terlebih dahulu dalam bak
pengendap awal. Bak pengendap awal berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi sekitar
30-40 % serta BOD sekitar 25%. Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan menuju bak
aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini air limbah dihembuskan dengan udara sehingga
mikroorganisme menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Energi yang diperoleh
mikroorganisme tersebut digunakan oleh mikroba untuk melakukan pertumbuhan sehingga di
dalam bak aerasi terjadi perkembangan biomassa dalam jumlah yang besar. Mikroorganisme ini
yang akan menguraikan senyawa polutan dalam air limbah [1].

Gambar 2 Ilustrasi sederhana pengolahan limbah degan metode lumpur aktif


Air kemudian dialirkan ke tangki pengendapan sekunder. Di dalam tangki ini lumpur aktif
yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak
aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan dari tangki pengendapan sekunder dialirkan
menuju bak klorinasi. Disini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh
mikroorganisme patogen. Air dari proses klorinasi tersebut dapat langsung dibuang ke sungai atau
saluran umum. Dengan proses ini air limbah dengan konsentrasi BOD 250-300 mg/L dapat
diturunkan kadar BOD-nya menjadi 20-30 mg/L. Surplus lumpur dari keseluruhan proses
ditampung dalam bak pengering lumpur sedangkan air resapannya ditampung kembali di bak
penampung air limbah [1].
Mikroorganisme yang ditemukan pada bak aerasi diantaranya adalah bakteri, protozoa,
metazoa, bakteri berfilamen, dan fungi. Sedangkan mikroorganisme yang paling berperan pada
proses lumpur aktif adalah bakteri aerob [3]. Mikroorganisme memanfaatkan polutan organik
terlarut dan partikel organik sebagai sumber makanan. Polutan organik terlarut dapat masuk ke
dalam sel dengan cara absorpsi. Sedangkan partikel organik tidak dapat masuk ke dalam sel
sebagai sumber makanan. Partikel organik pada limbah hanya menempel pada dinding sel
(adsorpsi). Selanjutnya sel menghasilkan enzim agar dapat melarutkan partikel. Dengan cara ini,
bakteri dapat menghilangkan polutan organik baik yang terlarut maupun berupa partikel yang
terdapat dalam limbah [5].
Nilai pH pada bak aerasi harus dikontrol agar sesuai dengan pertumbuhan mikroba. Untuk
mengatur nilai pH maka dilakukan penambahan asam atau basa pada mixed liquor. Selain itu,
terdapat penambahan urea dan asam posfat sebagai sumber N dan P untuk mibroba [6].
2. Metode Pengolahan limbah dengan Karbon Aktif
Prinsip kerja treatment air menggunakan karbon aktif adalah menggunakan metode
Adsorbsi. Metode Adsorbsi merupakan proses pemisahan air dari pengotornya dengan cara
penyerapann pengotor seperti partikel-partikel halus, kation-kation terlarut atau bau yang
terkandung dalam air. Media adsorbsi yang biasa digunakan dalam pengolahan air adalah karbon
aktif atau mineral zeolit. Karbon aktif atau zeolit memiliki sifat sebagai adsorben sehingga mampu
menyerap partikel-partikel atau kation-kation dan bau yang terlarut atau tercampur dalam air.
Karbon aktif adalah senyawa karbon yang telah ditingkatkan daya adsorpsinya dengan
proses aktivasi. Pada proses aktivasi ini terjadi penghilangan hidrogen, gas-gas dan air dari
permukaan karbon sehingga terjadi perubahan fisik pada permukaannya. Aktivasi ini terjadi
karena terbentuknya gugus aktif akibat adanya interaksi radikal bebas pada permukaan karbon
dengan atom-atom seperti oksigen dan nitrogen. Pada proses aktivasi juga terbentuk pori-pori baru
karena adanya pengikisan atom karbon melalui oksidasi ataupun pemanasan.
Karbon aktif merupakan salah satu adsorben yang paling sering digunakan pada proses
adsorpsi. Hal ini disebabkan karena karbon aktif mempunyai daya adsorpsi dan luas permukaan
yang lebih baik dibandingkan adsorben lainnya. Karbon aktif yang baik haruslah memiliki luas
area permukaan yang besar sehingga daya adsorpsinya juga akan besar. Mekanisme treatment
limbah cair menggunakan karbon aktif sebagai berikut; Kontaminan dalam air terserap karena
tarikan dari permukaan karbon aktif lebih kuat dibandingkan dengan daya kuat yang menahan di
dalam larutan. Senyawa-senyawa yang yang mudah terserap karbon aktif umumnya memiliki nilai
kelarutan yang lebih kecil dari karbon aktif. Kontaminan dapat masuk ke dalam pori karbon aktif
dan terakumulasi didalamnya, apabila kontaminan terlarut di dalam air dan ukuran pori
kontaminan lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pori karbon aktif.
a. Alat dan Bahan yang digunakan
Alat
1. Unit Pengolahan Air Bersih
Pada pembuatan unit pengolahan air terdapat satu buah penampungan air, satu buah pompa air,
satu buah sand filter, tiga buah filter karbon aktif, dan satu buah cardrige filter. Untuk
memudahkan, Gambar 3 merupakan unit pengolahan air bersih.
Gambar 3 Unit Pengolahan Air Bersih

2. Pirolisis
3. Blender
4. Oven
5. Ayakan 1 mesh
6. Gelas ukur
Bahan
1. Cangkang Kelapa Sawit
2. Asam fosfat
3. Poly aluminium chloride
4. Pasir silika
5. Kerikil
b. Proses Pengolahan Limbah dengan Karbon Aktif
Karbon aktif berasal dari limbah cangkang kelapa sawit dengan cara karbonisasi. Cangkang kelapa
sawit yang sudah kering dan dibersihkan di karboniasi dengan menggunakan alat pirolisis pada
suhu ± 500 ºC selama 3 jam hingga diperoleh karbon. Pada karbonisasi terjadi proses penguapan
air dan penguraian dari komponen yang terdapat di dalam tempurung yaitu selulosa, hemiselulosa
dan lignin. Setelah menjadi karbon, kemudian dihancurkan/digiling dengan menggunakan blender
dan diayak sampai berbentuk butiran-butiran (granular) yang lolos pada ayakan 18 mesh. Tujuan
dilakukan pembuatan serbuk karbon aktif karena karbon aktif memiliki daya serap yang luas,
semakin kecil ukuran karbon aktif maka semakin besar daya adsorpsinya. Lalu dilakukan aktivasi
bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika
maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorbsi
[7]. Sampel karbon aktif cangkang sawit diaktivasi secara kimia dengan direndam dalam H3PO4
10% selama 24 jam.Karbon kemudian ditiriskan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 110ºC
selama 5 jam [8].
Pengolahan air dilakukan dengan cara koagulasi, flokulasi, dan filtrasi. Koagulasi yaitu
proses pencampuran cepat antara air baku dengan zat koagualan yang dilakukan pada bak
pencampur cepat (Penampungan air) diaduk dengan cepat (150 rpm) selama 10 menit secara
manual. Pada tahap ini bertujuan untuk mengurangi TSS, kekeruhan dan merubah warna air
menjadi jernih. Flokulasi yaitu proses pembentukan flok-flok yang besar dan stabil sehingga
mudah diendapkan, yang prosesnya dilakukan pada penampungan air yang berisi air sungai yang
telah ditambahkan PAC kemudian diaduk secara manual dengan kecepatan rendah (30 rpm)
selama 20 menit sampai terlihat flok-flok lalu diamkan sampai mengendap. Pada tahap ini
bertujuan untuk mengendapkan flok-flok yang ada pada air. Proses filtrasi yang dilakukan adalah
air hasil proses koagulasi dan flokulasi, dialirkan pada media filter yaitu, sand filter, Kemudian
dialirkan pada media filter karbon aktif dan filter cartdrige dengan menggunkan pompa air yaitu
dengan filtrasi satu kali, filtasi dua kali dan filtrasi tiga kali. Pada tahap ini bertujuan untuk
mengurangi TSS, kekeruhan dan merubah warna air menjadi jernih, yang masih belum maksimal
pada proses koagulasi serta dapat mengurangi kadar besi, mangan, dan bakteri coliform [8].

Kesimpulan
Terdapat beberapa cara untuk mengolah limbah cair, diantaranya dengan menggunakan lumur
aktif atau karbon aktif. Berdasakan tinjauan bahan, alat, proses, efisiensi, penggunaan, data dan
fakta didapatkan kesimpualan:
Lumpur Aktif Karbon Aktif
Kelebihan Dapat diterapkan untuk hampir Luas permukaan besar
semua jenis limbah cair industri Proses operasional mudah
pangan Bisa digunakan kembali
Dapat diterapkan dalam
berbagai iklim dan kondisi
lingkungan
Dapat mengeliminasi bahan
organik dan fosfor biologis
Dicapainya oksidasi dan
nitrifikasi secara biologis
Mampu mengurangi padatan
tersuspensi sebesar 97%
Daya larut oksigen dalam air
limbah lebih besar
Kekurangan Biaya investasi maupun biaya Biaya mahal
operasional mahal Sulit diterapkan dalam skala
Tidak dapat menghilangkan industri
warna limbah Harus diaktivasi terlebih
Tidak menghilangkan nutrien dahulu
Membutuhkan areal instalasi
yang luas
Proses operasional yang rumit
Daur ulang biomassa
menyebabkan konsentrasi
biomassa yang tinggi dalam
tangki aerasi
Dari hasil studi literatur saya menyarankan untuk mengolah limbah dengan lumpur aktif.
Karena dengan lumpur aktif, mikroorganisme dapat mendegradasi senyawa polutan, sedangkan
karbon aktif hanya sebagai filter dalam pengolahan air.

Daftar Pustaka
[1] Sholichin, M., 2012,”Pengelolaan air limbah: Proses pengolahan air limbah tersuspensi”,
Jurusan Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya.
[2] Sperling, M.V., 2007, “Activated sludge and aerobic biofilm reactor”, Department of Sanitary
and Environment Engineering, Federal University of Minas Gerais, Brazil.
[3] Anderson, P., 2010, “Activated sludge design, startup, operation, monitoring, and
troubleshooting”, Ohio Water Environment Association.
[4] Pipeline, 2003, Spring, Vol.14, No.2.
[5] Snyder, R.; Wyant, D., “Activated sludge process control”, State of Michigan Department of
Environmental Quality.
[6] Sustarsic, M., 2009, “Wastewater treatment: Understanding the Activated Sludge Process”,
Tetra Tech NUS.
[7] Sembiring, M.T., dan sinaga, T.S., 2003 “Arang Aktif (pengenalan dan proses Pembuatannya)”,
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara
[8] Hartuno, T., Udiantoro, Agustina, L., 2014. “Design Water Treatment by using Activated Carbon
from Oil Palm Shell in treatment at the water treatment process Martapura river” Ziraa’ah, 39, 3, 136-
143.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai